Anda di halaman 1dari 2

18 Mei 1918 Peresmian Volksraad (Dewan Rakyat, Penasihat Hindia Belanda).

Diharapkan dengan
pembentukan Volksraad ini dapat mewakili rakyat juga sebagai tempat berlatihnya para politikus
Indonesia.

Tahun 1929 bulan Oktober seorang wartawan Jawa mendesak pembentukan Vaderlandsche Club
(perkumpulan Tanah Air). Tujuannya ialah menghentikan perluasan pendidikan, pembatasan subsidi,
penghapusan beasiswa, pembubaran perguruan tinggi. Tujuan Chouvibistis ini akhirnya telah
menjengkelkan kaum Nasionalis sehingga menimbulkan reaksi. Pada tahun 1929 pula di dalam Volksraad
dibentuklah fraksi Nasional dibawah pimpinan M. Husni Tamrin. Tujuannya ialah mewujudkan perubahan
ketatanegaraan secepat mungkin dengan maksud menghapuskan semua perbedaan politik, ekonomi,
dan intelektual yang merupakan akibat anti-kolonial dan dengan menggunakan semua cara yang sah
yang dapat dipakai untuk keperluan itu.

Alih-alih orang-orang Belanda yang menginginkan hubungan yang baik dengan Bangsa Indonesia, Pada
tahun 1930 dibentuklah "Perhimpunan untuk Memajukan Perkembangan Sosial dan Ketatanegaraan
Hindia Belanda". Perhimpunan ini dikenal dengan nama De Stuwgroep (Kelompok pendorong) yabg
menjadi lawan politik Volksraad. Tujuannya menghendaki pergandengan tangan dan kerjasama orang-
orang Belanda di Indonesia hingga terbentuknya "Persemakmuran Hindia" menduduki sebuah tempat
sendiri dalam barisan bangsa merdeka. Van Mook, Van der Plas Loegeman diangkat menjadi anggota
Volksraad untuk mewakili Stuwgroep.

Pada tanggal 15 Juli 1936, Mas Soetardjo Karohardikoesoema mengusulkan "supaya suatu konperensi
wakil-wakil Hindia Belanda dan Negeri Belanda diadakan". Tujuannya menyusun rencana yang outputnya
akan memberikan kemerdekaan pada Hindia Belanda slmelakui suatu perubahan berangsur-angsur dalm
waktu 10tahun . Kemerdekaan ini diberikan dalam batas-batas Pasal I UUD . Petisi ini diterima Volksraad
dengan 29 suara setuju dan 26 suara menentang dan Pada 1 Oktober 1936 diserahkan kepada
Pemerintah Den Haag. Namun apalah daya pada Juni 1937, petisi ini ditentang dan menguraikan bahwa
suatu perubahan Ketatanegaraan tak dapat dilaksanakan di meja perundingan melainkan harus melalui
suatu oenelitian yang panjang. Selanjutnya Welter menyatakan bahwa Hundia Belanda bukanlah sebuah
jajahan lagi karena nama jajahan dalam perubahan UUD tahun 1922 dicoret dari Konstitusi Belanda.
Penolakan atas petisi tersebut terus menimbukan reaksi dalam tubuh kaum nasional, atas usul M. Husni
Thamrin pula ia mengusulkan dibentuknya GAPI (Gabungan Partai Politik) yang tujuannya menuntut
kebebasan politik di Indonesia.

Pada 8 Maret 1942 hingga 14 Agustus 1945 Jepang menduduki Indonesia. Soekarno-Hatta bekerjasama
dengan Pemerintahan Jepang secara terang-terangan. Sebagai tanda kekecewaan, akan hal tersebut,
Sjahrir memimpin suatu gerakan bawah tanah kecil yang terdiri dari kaim intelektual.

Bulan Juni 1945 Jepang akhirnya setuju dengan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesi.
Setelah dibinasakannya Hiroshima dan Nagasaki oleh sekutu, Soekarno-Hatta dipanggil ke Dalat (Vietnam
Tengah). Mereka berunding dengan panglima Juichi Teruchi Komandan Wilayah dan mendesak
pembentukan panitia yang akan mengambil alih tanggung-jawab Jepang. Pada 17 Agustus maka
Soekarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai