Anda di halaman 1dari 18

SYOCK DAN PENAGANANYA

Pengertian :

1. Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi
jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular.
Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan
syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok.
Penyebab syok harus ditentukan (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik
syok).(Bruner & Suddarth,2002).
2. Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel
maupun jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau
gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau
perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
3. Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah yang melalui
tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk mempertahankan aliran darah yang
memadai sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini
juga mengganggu ginjal sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh.

Macam-macam Syok :

1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)


2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).

Patofisiologi Syok :
Penyebab :

1. Perdarahan (syok hipovolemik)


2. Dehidrasi (syok hipovolemik)
3. Gagal jantung (syok kardiogenik)
4. Trauma atau cedera berat
5. Serangan jantung (syok kardiogenik)
6. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
7. Infeksi (syok septik)
8. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
9. Sindroma syok toksik.

Tanda-tanda syok :

1. Gelisah, pucat, keringat berlebihan dan kulit lembab


2. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
3. Nyeri dada
4. Kulit Lembab Dan Dingin
5. Pembentukan Air Kemih Berkurang Atau Sama Sekali Tidak Terbentuk Air Kemih
6. Pusing
7. Pingsan
8. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi), tapi Tidak semua hipotensi adalah syok
9. Denyut nadi yang cepat,pernafasan dangkal , Lemah dan sampai tidak sadarkan diri

Penanganan Syok

1. Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang
pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok adalah :
2. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong maupun yang
ditolong (contoh keadaan berbahaya : di tengah kobaran api)
3. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
4. Periksa pernafasan korban (Breathing)
5. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
6. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
7. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan
selimut)
8. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan medis
tiba.

Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermi) setiap 5 menit.

Pengobatan :

1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk
mempermudah kembalinya darah ke jantung.
2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
4. Jangan diberikan apapun melalui mulut.
5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
6. Obat-obatan diberikan secara intravena.
7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena
cenderung menurunkan tekanan darah.
8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika
perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh
serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang
mengkerutkan pembuluh darah.

KERACUNAN

Keracunan dalah masuknya zat yang berlaku sebagai racun, yang memberikan gejala
sesuai dengan macam, dosis dan cara pemberiannya.

Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :


1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

GEJALA UMUM KERACUNAN

1. Hipersalivasi (air ludah berlebihan)


2. Gangguan gastrointestinal : mual-muntah
3. Mata : miosis

PENATALAKSANAAN

1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun

a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)


1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit).
2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :

- Dimuntahkan :
Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau
pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

- Bilas lambung :
• Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
• Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam
asetat 5 %.
• Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.

- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).

b. Racun melalui melalui kulit atau mata

- Pakaian yang terkena racun dilepas


- Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka /
bicnat encer).
- Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi


- Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
- Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan
menggunakan metode mouth to mouth.

d. Racun melalui suntikan


- Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih
teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
- Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
- Beri kompres dingin di tempat suntikan

2. Mengeluarkan racun yang telah diserap


Dilakukan dengan cara :
- Diuretic : lasix, manitol
- Dialisa
- Transfusi exchange

3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala


- Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP
- Gangguan sistem susunan saraf pusat :
• Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
• Odem otak : beri manitol atau dexametason.

4. Pengobatan spesifik dan antidotum

a. Keracunan Asam / Basa Kuat (Asam Klorida, Asam Sulfat, Asam Cuka Pekat, Natrium
Hidroksida, Kalium Hidroksida).

- Dapat mengenai kulit, mata atau ditelan.


- Gejala : nyeri perut, muntah dan diare.
- Tindakan :
• Keracunan pada kulit dan mata :
- irigasi dengan air mengalir
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
• Keracunan ditelan / tertelan :
- asam kuat dinetralisir dengan antasida
- basa kuat dinetralisir dengan sari buah atau cuka
- jangan bilas lambung atau tindakan emesis
- beri antibiotik dan antiinflamasi.
b. Keracunan Alkohol / Minuman Keras

- Gejala : emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor sampai koma.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan air
• Beri kopi pahit
• Infus glukosa : mencegah hipoglikemia.

c. Keracunan Arsenikum

- Gejala : mulut kering, kulit merah, rasa tercekik, sakit menelan, kolik usus, muntah, diare,
perdarahan, oliguri, syok.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan Natrium karbonat/sorbitol
• Atasi syok dan gangguan elektrolit
• Beri BAL (4-5 Kg/BB) setiap 4 jam selama 24 jam pertama. Hari kedua sampai ketiga
setiap 6 jam (dosis sama). Hari keempat s/d ke sepuluh dosis diturunkan.

d. Keracunan Tempe Bongkrek

- Gejala : mengantuk, nyeri perut, berkeringat, dyspneu, spasme otot, vertigo sampai koma.
- Tindakan : terapi simptomatik.

e. Keracunan Makanan Kaleng (Botulisme)

- Gejala : gangguan penglihatan, reflek pupil (-), disartri, disfagi, kelemahan otot lurik, tidak
ada gangguan pencernaan dan kesadaran.
- Tindakan :
• Bilas lambung dengan norit
• Beri ATS 10.000 unit.
• Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.

f. Keracunan Ikan

- Gejala : panas sekitar mulut, rasa tebal pada anggota badan, mual, muntah, diare, nyeri
perut, nyeri sendi, pruritus, demam, paralisa otot pernafasan.
- Tindakan : Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.

g. Keracunan Jamur

- Gejala : air mata, ludah dan keringat berlebihan, mata miosis, muntah, diare, nyeri perut,
kejang, dehidrasi, syok sampai koma.
- Tindakan :
• Emesis, bilas lambung dan beri pencahar.
• Injeksi Sulfas Atropin 1 mg / 1-2 jam
• Infus Glukosa.
h. Keracunan Jengkol

- Gejala : kolik ureter, hematuria, oliguria – anuria, muncul gejala Uremia.


- Tindakan :
• Infus Natrium bikarbonat
• Natrium bicarbonat tablet : 4 x 2 gr/hari
i. Keracunan Singkong

- Gejala : Mual, nyeri kepala, mengantuk, hipotensi, takikardi, dispneu, kejang, koma (cepat
meninggal dalam waktu 1-15 menit).
- Tindakan :
• Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
• Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.

j. Keracunan Marihuana / Ganja

- Gejala : halusinasi, mulut kering, mata midriasis


- Tindakan : simptomatik, biasanya sadar setelah dalam 24 jam pertama.

k. Keracunan Formalin

- Gejala :
• Inhalasi : iritasi mata, hidung dan saluran nafas, spasme laring, gejala bronchitis dan
pneumonia.
• Kulit : iritasi, nekrosis, dermatitis.
• Ditelan/tertelan : nyeri perut, mual, muntah, hematemesis, hematuria, syok, koma, gagal
nafas.
- Tindakan : bilas lambung dengan larutan amonia 0,2 %, kemudian diberi minum norit / air
susu

l. Keracunan Barbiturat

- Gejala : mengantuk, hiporefleksi, bula, hipotensi, delirium, depresi pernafasan, syok


sampai koma.
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis atau bilas lambung
• Bila sadar beri kopi pahit secukupnya
• Bila depresi pernafasan, beri amphetamin 4-10 mg intra muskular.

m. Keracunan Amfetamin

- Gejala : mulut kering, hiperaktif, anoreksia, takikardi, aritmia, psikosis, kegagalan


pernafasan dan sirkulasi.
- Tindakan :
• Bilas lambung
• Klorpromazin 0,5-1 mg/kg BB, dapat diulang tiap 30 menit
• Kurangi rangsangan luar (sinar, bunyi)
n. Keracunan Aminopirin (Antalgin)

- Gejala : gelisah, kelainan kulit, laborat : agranolositosis


- Tindakan :
• Beri antihistamin im/iv
• Beri epinefrin 1 %o 0,3 cc sub kutan.

o. Keracunan Digitalis (Digoxin)

- Gejala : anoreksia, mual, diare, nadi lambat, aritmia dan hipotensi


- Tindakan :
• Propranolol
• KCl iv
p. Keracunan Insektisida Gol.Organofosfat (Diazinon, Malathion)

- Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan
mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
- Tindakan :
• Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar
• Jangan diberi morfin dan aminophilin.

q. Keracunan Insektisida Gol.(Endrin, DDT)

- Gejala : muntah, parestesi, tremor, kejang, edem paru, vebrilasi s/d kegagalan ventrikel,
koma
- Tindakan :
• Jangan gunakan epinefrin
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Beri Kalsium glukonat 10 % 10 cc iv pelan-pelan.

r. Keracunan Senyawa Hidrokarbon (Minyak Tanah, Bensin)

- Gejala :
• Inhalasi : nyeri kepala, mual, lemah, dispneu, depresi pernafasan
• Ditelan/tertelan : muntah, diare, sangat berbahaya bila terjadi aspirasi (masuk paru)
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Bilas lambung hati-hati
• Beri pencahar
• Depresi pernafasan : Kafein 200-500 mg im
• Pengawasan : kemungkinan edem paru.

s. Keracunan Karbon Mono-oksida (CO)

- Gejala : kulit dan mukosa tampak merah terang, nyeri dan pusing kepala, dispneu, pupil
midriasis, kejang, depresi pernafasan sampai koma.
- Tindakan :
• Pasang O2 bertekanan
• Jangan gunakan stimulan
• Pengawasan : kemungkinan edem otak

t. Keracunan Narkotika (Heroin, Morfin, Kodein)

- Gejala : mual, muntah, pusing, klulit dingin, pupil miosis, pernafasan dangkal sampai koma.
- Tindakan :
• Jangan lakukan emesis
• Beri Nalokson 0,4 mg iv tiap 5 menit (atau Nalorpin 0,1 mg/Kg BB.
Obat terpilih Nalokson (dosis maximal 10 mg), karena tidak mendepresi pernafasan,
memperbaiki kesadaran, hanya punya efek samping emetik.
Karenanya pada penderita koma tindakan preventif untuk aspirasi harus disiapkan.
1.5.1 Prinsip penatalaksanaan terhadap racun
yang tertelan
Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun dari lambung) efektif bila dilakukan
sebelum masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam, termasuk penuh atau tidaknya
lambung).
Keputusan untuk melakukan tindakan ini harus mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian (risiko) yang mungkin terjadi akibat tindakan dekontaminasi dan jenis racun.
Dekontaminasi lambung tidak menjamin semua bahan racun yang
masuk bisa dikeluarkan, oleh karena itu tindakan dekontaminasi lambung tidak rutin
dilakukan pada kasus keracunan.
Kontra indikasi untuk dekontaminasi lambung adalah:

1. Keracunan bahan korosif atau senyawa hidrokarbon (minyak tanah, dll) karena
mempunyai risiko terjadi gejala keracunan yang lebih serius
2. Penurunan kesadaran (bila jalan napas tidak terlindungi).

 Periksa anak apakah ada tanda kegawatan (lihat bagian 1) dan periksa gula
darah (hipoglikemia) (lihat bagian 7.4)
 Identifikasi bahan racun dan keluarkan bahan tersebut sesegera mungkin. Ini
akan sangat efektif jika dilakukan sesegera mungkin setelah terjadinya
keracunan, idealnya dalam waktu 1 jam pertama pajanan.
o Jika anak tertelan minyak tanah, premium atau bahan lain yang
mengandung premium/minyak tanah/solar (pestisida pertanian berbahan
pelarut minyak tanah) atau jika mulut dan tenggorokan mengalami luka
bakar (misalnya karena bahan pemutih, pembersih toilet atau asam kuat
dari aki), jangan rangsang muntah tetapi beri minum air.
 Jangan gunakan garam sebagai emetik karena bisa berakibat fatal.
 Jika anak tertelan racun lainnya:
o Berikan arang aktif (activated charcoal) jika tersedia, jangan rangsang
muntah. Arang aktif diberikan peroral dengan atau tanpa pipa nasogastrik
dengan dosis seperti pada Tabel 5. Jika menggunakan pipa nasogastrik,
pastikan dengan seksama pipa nasogastrik berada di lambung.

Tabel 5: Dosis arang aktif


Anak sampai umur 1 tahun 1 g/kg

Anak umur 1 hingga 12 tahun 25-50 g

Remaja dan dewasa 25-100 g

 Larutkan arang aktif dengan 8-10 kali air, misalnya 5 g ke dalam 40 ml air
 Jika mungkin, berikan sekaligus, jika sulit (anak tidak suka), dapat diberikan
secara bertahap
 Efektifitas arang aktif bergantung pada isi lambung (lambung kosong lebih efektif)
 Jika arang aktif tidak tersedia, rangsang muntah (hanya pada anak sadar) yaitu
dengan merangsang dinding belakang tenggorokan dengan menggunakan spatula
atau gagang sendok.
Bilas lambung
Lakukan hanya di fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan terlatih yang
mempunyai pengalaman melakukan prosedur tersebut dan keracunan terjadi kurang
dari 1 jam (waktu pengosongan lambung) dan mengancam nyawa. Bilas lambung tidak
boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif atau hidrokarbon. Bilas lambung bukan
prosedur rutin pada setiap kasus keracunan.
Pastikan tersedia mesin pengisap untuk membersihkan muntahan di rongga mulut.
Tempatkan anak dengan posisi miring ke kiri dengan kepala lebih rendah. Ukur panjang
pipa nasogastrik yang akan dimasukkan. Masukkan pipa nasogastrik ukuran 24-28 F
melalui mulut ke dalam lambung (menggunakan ukuran pipa nasogastrik lebih kecil dari
24 tidak dapat mengalirkan partikel besar seperti tablet). Pastikan pipa berada dalam
lambung. Lakukan bilasan dengan 10 ml/kgBB garam normal hangat. Jumlah cairan
yang diberikan harus sama dengan yang dikeluarkan, tindakan bilas lambung dilakukan
sampai cairan bilasan yang keluar jernih.
Catatan: Intubasi endotrakeal dengan pipa endotrakeal (cupped ET) diperlukan untuk
mengurangi risiko aspirasi.

 Berikan antidot spesifik jika tersedia


 Berikan perawatan umum
 Observasi 4–24 jam bergantung pada jenis racun yang tertelan
 Pertahankan posisi recovery position pada anak yang tidak sadar (Bagan 6)
 Pertimbangkan merujuk anak ke rumah sakit rujukan terdekat jika kasus yang
dirujuk adalah kasus keracunan dengan penurunan kesadaran, mengalami luka
bakar di mulut dan tenggorokan, mengalami sesak napas berat, sianosis atau
gagal jantung.
Pengertian Triase/Triage

Triase/triage
 Pengertian
usaha pemilahan korban sebelum ditangani,berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada.
Triase berasal dari bahasa prancis trier, bahasa inggris triage, dan diturunkan
dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah
pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis
perawatan gawat darurat.
 Prinsip dan tipe
Menurut brooker, 2008
1. Anacaman jiwa dapat mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
 Penilaian korban dalam triase
1. Menilai TTV dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Prioritas penanganan
6. Tag warna
 Klasifikasi dan penwntuan prioritas
1. Gawat : suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat : suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan yang cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawar darurat : suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC jika tidak segera maka akan meninggal
 Klasifikasi
1. Label merah (gawat darurat)
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya(cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secara darurat (secepatnya)
Contoh : gawat napas, gawat jantung, henti nafas, henti jantung dll
2. Label putih (gawat tidak darurat)
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak perlu tindakan darurat.
Contoh : kanker stadium lanjut, TB, dll
3. Label kuning (darurat tidak gawat)
Pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya
Contoh : luka sayatan dangkal, fraktur dll
4. Label hijau ( tidak gawat tidak darurat)
Pasien yang dating dengan keadaan tidak mengancam jiwa ( tidak gawat) dan
tidak membutuhkan pertolongan secepatnya
Contoh : luka lecet
5. Label hitam (meninggal “DOA”)
Pasien yang dating dengan keadaan meninggal ( Death Of Arrival)
Pertolongan Pertama pada Pasien
yang Megalami Keracunan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Keracunan dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya disebabkan oleh bahan kimia.
Banyak bahan kimia yang dilarang, ditambahkan ke dalam makanan akan menyebabkan
keracunan (Yuliarti, 2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988, ada beberapa
bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan antara lain Asam borat, formalin,
dietilpirokarbonat, kalium klorat (Menteri Kesehatan, 1999). Hasil uji Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM) pada tahun 2005 terhadap makanan jajanan anak yang
dijual di sekolah dasar di 18 propinsi, menunjukkan adanya kandungan bahan kimia yang
berbahaya di dalam sejumlah jajanan anak yaitu: boraks, formalin dalam jajanan berupa kue,
gorengan, bakso, kerupuk, tahu dan mi (Rachmawati, 2006). Formalin juga ditemukan dalam
ikan asin dan ebi (Pane,2008).
Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai
pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain
disebabkan harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena
minimnya pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan formalin pada makanan.
Keracunan formalin dapat menyebabkan ganggua n pada pencernaan, iritasi lambung, alergi
dan formalin juga bersifat karsinogenik (Yuliarti, 2007). Menurut International Programme
on Chemical Safety (IPCS) formalin yang boleh masuk ke dalam tubuh dalam bentuk
makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari (Anonima, 2006). Bila
terhirup akan segera diabsorpsi ke paru – paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing
kepala, rhinitis , rasa terbakar dan lakrimasi (Widyaningsih & Murtini, 2006). Keracunan
formalin dapat terjadi melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak-
anak sekolah dasar. Ketertarikan anak-anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan
harganya yang murah dan rasanya yang enak, sehingga anak -anak sekolah dasar menyukai
makanan ini
1. Rumusan masalah
2. Apa pengertian dari keracunan ?
3. Apa saja macam-macam dari keracunan ?
4. Apa saja tanda dan gejala keracunan ?
5. Penanganan pertama apa saja pada pasien keracunan ?

1. Tujuan masalah
2. Untuk mengetahui pengertian dari keracunan
3. Mengetahui apa saja macam-macam dari keracunan
4. Mengetahui apa saja tanda dan gejala keracunan
5. Untuk mengetahui penaganan pertama gawat darurat pada kasus keracunan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Keracunan merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makanan
ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh. Ada tindakan-tindakan
pokok yang penting saat memberikan pertolongan pada korban keracunan. Pertolongan pada
korban yang keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dilakukan dengan sangat
hati-hati dan tidak boleh terburu-buru. Pertolongan yang salah atau yang secara berlebihan
justru mendatangkan bahaya baru bagi korban.Sedapat mungkin mencari tahu atau mencari
racun penyebabnya, misalnya dari botol bekas atau sisa zat atau makanan yang masih ada
disekitar korban. Tindakan pertolongan akan sangat ditentukan dari jenis racunnya. Tindakan
pertama adalah bersihkan saluran napas korban dari kotoran, lendir, atau muntahan. Dalam
hal keracunan, penolong jangan memberikan pernapasan buatan dengan cara mulut ke mulut
karena bahaya terkontaminasi dari korban ke penolong. Apabila pernapasan buatan
diperlukan, maka berikan cara lainnya. Apabila racun tidak dapat dikenali atau tidak
diketahui maka untuk sementara berikan norit atau larutan arang batok kelapa yang dicampur
dengan air. Selain itu dapat juga berikan putih telur, susu, dan air sebanyak-banyaknya untuk
mengencerkan racun yang masuk dalam tubuh

1. Macam- macam penyebab terjadinya keracunan

1. Racun masuk melalui mulut


Umumnya racun masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang dengan sendirinya dapat
merangsang terjadinya muntah, hal tersebut baik bagi korban. Namun, jika tidak disertai
muntah, korban dirangsang untuk memuntahkan racunnya atau dibantu dengan cara menekan
tenggorokannya dengan jari melalui mulut.Pada anak-anak, merangsang muntah dapat
dilakukan dengan memberinya minum air atau susu sebanyak mungkin, biasanya muntah
akan terjadi dengan sendirinya.
Penatalaksanaannya :
1. Muntah tidak boleh dirangsang
beberapa catatan yang tidak boleh merangsang muntah adalah keracunan yang disebabkan
oleh bensin, minyak tanah, asam dan basa keras, serta apabila penderita dalam keadaan tidak
sadar. Memuntahkan zat tersebut malah akan merugikan atau merusak saluran cerna korban.

1. Pembilasan lambung : pembilasan lambung perlu dilakukan apabila racun masuk melalui
mulut kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan setelah lewat dari 3 jam,
apabila penderita sudah diberi minum susu dalam jumlah banyak terlebih dahulu. Pembilasan
lambung tidak boleh dikerjakan apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam
atau basa keras atau berupa bensin dan sejenisnya.
2. Cara yang dilakukan dalam penatalaksanaan keracunan melalui mulut : penderita diberi
minum air garam (satu sendok makan garam dapur dalam satu liter air) atau satu sendok
makan bubuk norit (arang) dalam satu liter air. Kemudian cairan tersebut dimuntahkan.
Apabila penderita tidak sadar, jangan melakukan prosedur memuntahkan sendiri isi
lambungnya. Dalam hal ini korban cepat dibawa ke rumah sakit
2. Racun yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber masuknya racun melalui
hidung. Bawa korban ke tempat yang udaranya lebih segar. Bila perlu berikan pernapasan
buatan.

3. Racun masuk melalui kulit


Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat mungkin, pakaiannya sudah
dilepas terlebih dahulu. Demikian pula pakaian yang dipakainya disiram dengan air mengalir
atau dilepas. Apabila sudah terjadi syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

4. Racun masuk melalui suntikan


Segera pasang penekan (torniket) di atas dari tempat suntikan untuk menghambat racun
menjalar lebih jauh di dalam tubuh, atau dapat pula dengan menyedotnya dari tempat
suntikan dengan mempergunakan alat penyedot.

5. Reaksi alergi berat : anafilaksis


Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan biasanya berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami perangsangan
(sensitisasi) akibat pemaparan terhadap suatu zat penyebab alergi. Anafilaksis tidak terjadi
pada kontak pertama dengan alergen, tapi pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya
baru terjadi reaksi alergi. Reaksi anafilaksis ini terjadinya mendadak, berat dan sistemik
(melibatkan seluruh sistem tubuh).

Anafilaksis bisa terjadi sebagai respon terhadap zat asing/ alergen. Beberapa jenis obat-
obatan misalnya morfin, pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid
(reaksi yang menyerupai anafilaksis, namun masih lebih ringan). Hal ini biasanay merupakan
reaksi idiosinkratik atau reaksi keracunan dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan
seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya. Paling sering terjadi pada gigitan atau
sengatan serangga, alergi makanan dan alergi obat. Jarang terjadi pada alergen yang berupa
serbuk sari bunga.

Gejala yang muncul merupakan respon sistem kekebalan tubuh yang melepaskan antibodi
dan diikuti jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
reaksi penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek)saat bernapas,
gangguan pernapasan dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram
perut, muntah dan diare.

Tindakan pertolongan :
1. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera.
2. Bila perlu, segera lakukan pernapasan buatan atau resusitasi kardiopulmonal, intubasi
endotrakeal atau trakeostomi/krikotirotomi.
3. Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran
pernapasan dan meningkatkan tekanan darah.
4. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong
fungsi jantung dan peredaran darah berfungsi baik.
5. Antihistamin misalnya Diphenhydramine dan kortikosteroid misalnya prednison diberikan
untuk meringankan gejala lainnya.
Pencegahannya : jika sudah diketahui, hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk
mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan,
terlebih dahulu berikan kortikosteroid, antihistamin atau efinefrin.

6. Keracunan makanan
7. Keracunan botulinum
Kuman Clostridium botulinum adalah kuman yang hidup dengan kondisi kedap udara
(anaerobic), yaitu ditempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi
dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora, karena cara hidup yang
demikian itu, memungkinkan kuman ini banyak dijumpai pada makanan dalam kaleng yang
diolah secara kurang sempurna.

Gejalanya muncul secara mendadak antara 18-36 jamm setelah mengkonsumsi makanan
tercemar kuman ini. Gejalanya berupa badan lemas yang kemudian diikuti dengan
penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan
saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.

Korban harus dirawat di rumah sakit dengan penyuntikkan serumantitoksin yang khas untuk
botulinum. Sebelum disantap, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama
kalengnya di dalam air sampai mendidih untuk beberapa menit.

1. Keracunan jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat muncul beberapa menit
sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun tersebut. Gejalanya berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan.

Tindakan pertolongan :

Apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya
dibilas dengan larutan encer Kalium Permanganat ( 1 gram Kalium Permanganat dalam 2
liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan napas, berikan
pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah sakit.

1. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol yang berlebih
dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar
bersama air kencing. Kadang juga disertai darah akibat gesekan kristal asam jengkol saat
keluar dan melukai saluran kemih. Bau khas jengkol pada napas, mulut dan air kencing.
Keracunan yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya air kencing atau tidak dapat
kencing sama sekali.

Tindakan pertolongan :
Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-
obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang
berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

1. Keracunan singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida. Gejalanya muntah,
mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan lemah, mata melotot, mulut berbusa,
pingsan, kejang-kejang.
Tindakan pertolongan :
 berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit sekali selama 15-30
detik.
 berikan pernapasan buatan.
 usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
 berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk diminum.
 selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam perjalanan usaha
pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi
7. Keracunan zat kimia dan obat
Beberapa zat kimia yang sering digunakan misalnya : DDT, pembunuh/pembasmi serangga,
obat merah (yodium tinctur), racun tikus, zat pembasmi hama, zat penutih, deterjen, alkohol,
spiritus, minyak tanah, bensin, solar, gas, korek api, zat kecantikan seperti untuk kuku atau
muka. Keracunan utamanya sering terjadi karena salah dalam penggunaan, tidak sesuai untuk
siapa yang cocok zat tersebut digunakan, dan dosis yang berlebihan.

Tindakan pertolongan :
 bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau tempat zat itu disimpan sehingga
cepat diberikan penawarnya.
 jika ada dugaan penderita keracunan, maka upayakan penderita memuntahkan apa yang telah
dimakannya dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut/keronkongannya atau berikan
minum air sabun/air garam, biarkan penderita muntah sampai muntahannya jernih. Untuk
merangsang muntah diberikan susu, air yang dicampur terigu atau telur mentah yang telah
dikocok, atau berikan satu sendok makan bubuk arang.
 Tetapi jika penderita diduga menelan korosif seperti minyak tanah, penderita dilarang muntah
atau jangan dirangsang muntahnya.
 Untuk hal ini lakukan pertolongan dengan memberikan penawar racun, penawar racun yang
sering digunakan :
 Arang kayu 2 bagian atau roti yang dipanggang sampai hangus. Garam Inggris 1 bagian,
asam tannin/teh pekat 1 bagian, dan diaduk sampai merata. Lalu ambil satu sendok teh penuh
campuran tersebut dan dituangkan ke dalam 1 gelas air, lalu diminum.
 Cara lainnya adalah suruh penderita muntah.
 Bila anak-anak, baringkan anak pada lutut dengan kepala dibawah dan letakkan jari di
belakang kerongkongannya supaya dia muntah.
 Untuk anak yang lebih besar, bisa diberikan satu atau dua gelas susu atau air putih telur, atau
garam satu sendok teh ditambahkan dengan air yang bila diminum akan menambah
kecenderungan untuk muntah.
1. Tanda dan gejala serta diagnosis keracunan
2. Tingkat Kesadaran penderita Keracunan
Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk mengetahui beratnya keracunan yang
dialami oleh penderita derajat tingkat keracunan didalam toksikologi dibagi dalam beberapa
tingkat berdasarkan kesadaran pasien

1. Keracunan tingkat 1: penderita mengantuk tetapi masih sadar dan mudah di ajak berbicara
2. Keracunan tingkat 2: penderita dalam keadaan sopor, tetapi dapat dibangunkan dengan
rangsangan minimal seperti panggilan atau digoyangkan lengannya
3. Keracunan Tingkat 3: Penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap
rangsangan maksimal seperti dengan menggosok tulang dada dengan keras menggunakan
kepalan tangan.
4. Keracunan Tingkat 4: Penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun
terhadap rangsangan seperti diatas. ini merupakan tingkat yang lebih parah dan mengancam
keselamatan jiwa.
Pada anak-anak, gejala lebih cepat muncul karena kondisi lebih rentan. Berkisar dua jam
setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi akan cepat terlihat. Gejalanya antara
lain :

 Keram perut
 Demam
 Muntah-muntah
 Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
 Rasa lemas dan menggigil
 Nafsu makan berkurang
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar selama 24 jam gejala keracunan sikecil
terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa dapat berlangsung tiga sampai empat hari,
tapi hati-hati, gejala ini dapat berlangsung lebih lama jika sikecil yang keracunan masih
mengkonsumsi secara tidak sengaja makanan yang terkontaminasi

1. Patofisiologi
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam, baik ragam jenis makanan
itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tubuh dan
tidak menyebabkan sakit, baik seketika maupun mendatang. Dalam mengkonsumsi makanan
perlu siperhatikan tentang kebersihan makanan , kesehatan, serta zar gizi yang terkandung
didalam makanan tersebut. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan yang akan
dkonsumsi supaya makanan tersebut bebas dari zat-zat yang dapat memasuk tubuh seperti
toksik atau racun.

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai dilambung akan
mengadakan perlawanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk kedalam lambung
dengan gejala mal, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalamidehidrasi akibat
banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehodrasi yang
tinggi maka lama kelamaan akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin

Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi keluarnya keringat dingin akan
merangsang kelenjar hiposisanterior untuk mempertahankan homeostatis tubuh dengan
terjadinya rasa haus. Apabila rasa haur tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat
dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.

1. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok,sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral,konvulsi
DAFTAR OBAT EMERGENCY UNTUK AMBULANCE

NAMA OBAT JUMLAH EXPIRE DATE KETERANGAN

Anda mungkin juga menyukai