Anda di halaman 1dari 15

Panduan Kuliah dan Praktikum

ENDAPAN MINERAL

Sutarto Hartosuwarno 
Laboratorium Petrologi dan Bahan Galian Teknik Geologi 
Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” 
YOGYAKARTA 
48
BAB 4
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL

4.1 Perkembangan konsep dan klasifikasi endapan mineral


Pada kenyataannya tidak mudah membuat pengelompokan atau klasifikasi
endapan mineral. Terdapat klasifikasi yang didasarkan pada genesanya, ada juga
klasifikasi secara diskriptif, misal berdasarkan komoditi logamnya, atau berdasarkan
batuan yang ditempatinya (host rocks-nya). Sebenarnya klasifikasi secara diskriptif
berdasarkan komoditi logamnya relatif mudah untuk dipahami. Tetapi pada para ahli
geologi tidak menggunakan klasifikasi tersebut, karena berbagai alasan, diantaranya
tersebarnya banyak unsure logam pada beragam tatanan geologinya dan pembagian
ini mungkin dirasa kurang ilmiah.
Pengelompokan yang sering digunakan oleh para ahli geologi, umumnya
berdasarkan pada bentuk endapannya, wall rocknya, atau control strukturnya.
Sebagai contoh Bateman (1950) dalam bukunya “ Economic Mineral Deposit”
mengelompokkan bijih berdasarkan control strukturnya, diantaranya bijih yang
terbentuk pada sesar, pada lipatan, pada kontak batuan beku, diseminasi dan lain
sebagainya. Masalahnya terdapat juga bijih yang terbentuk pada lipatan yang
tersesarkan, atau diseminasi sepanjang kontak batuan beku. Sehubungan dengan
munculnya teori tektonik lempeng yang dapat menjelaskan proses magmatisme dan
keberadaan endapan bijih, maka klasifikasi secara genetic makin sering digunakan.
Tokoh penting yang memulai membangun konsep dan klasifikasi endapan
mineral adalah Waldemar Lindgren (1860-1939). Lindgren (1911) secara garis besar
membagi endapan mineral menjadi dua macam yaitu
a). endapan oleh proses mekanik dan
b). endapan oleh proses kimiawi (Tabel 3.1).
Endapan yang disebabkan oleh proses kimiawi, karena naiknya air magmatik,
dibagi menjadi 3, berturut-turut dari bagian yang paling dalam adalah: Endapan
hipotermal, Endapan Mesotermal, dan Endapan epitermal (Tabel 1).
Endapan hipotermal terbentuk pada wilayah yang cukup dalam pada
temperature yang relative panas, endapan epitermal merupakan endapan yang
terbentuk di dekat permukaan, dengan kondisi temperature yang rendah. Sedangkan
endapan Mesotermal terbentuk pada kedalaman dan temperature diantara endapan

49
Mesitermal dan hipotermal. Dalam klasifikasi ini belum muncul istilah hidrotermal,
tetapi hanya disebut dengan istilah “ karena naiknya air, berhubungan dengan
aktivitas batuan beku”.

Tabel 4.1. Klasifikasi Lindgren (1911)

I. ENDAPAN OLEH PROSES MEKANIK


I. ENDAPAN OLEH PROSES KIMIAWI
Oleh reaksi 0-70° C P menengah-tinggi
A Evaporasi
1. KONSENTRASI KOMPONEN YANG BERASAL DARI TUBUH BATUAN SENDIRI
a. Oleh pelapukan 0-100° C P menengah
b. Oleh air tanah 0-100° C P menengah
c. Oleh metamorfosa 0-400° C P tinggi
2. PENAMBAHAN KOMPONEN DARI LUAR
a. TANPA AKTIVITAS BATUAN BEKU 0-100° C p menengah
B b. BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS BATUAN BEKU
1) KARENA NAIKNYA AIR
Hypothermal 500-600° C P tinggi
Mesothermal 150-300° C P tinggi
Epitermal 50-150° C P menengah
2). OLEH EMANASI LANGSUNG BATUAN BEKU
Pyrometasomatic 500-800° C P tinggi
Sublimates 100-600° C P rendah-menengah
Endapan magmatik 700-1500° C P tinggi
C Pegmatik 575° C P tinggi
A. Di dalam tubuh air B. Di dalam tubuh batuan C. Endapan magmatik

Tabel 4.2 Ciri-ciri umum endapan Hipotermal (Lingren 1933)

Kedalaman 3000- 15000 m


Temperatur 300-600
Pembentukan Pada atau dekat batuan plutonik asam.Pada umumnya pada
batuan prakambrium, jarang pada batuan muda.Sering ditemukan
pada sesar naik
Zona bijih Fracture-filling dan replacement, tubuh bijih umumnya tidak
beraturan, kadang tabular. Kadang terdapat ore disseminated
pada batuan samping
Logam bijih Au, Sn, Mo,W,Cu,Pb,Zn,As
Mineral bijih Magnetit, spekularit, pirhotit, kasiterit, arsenopirit, molibdenit,
bornit, kalkopirit, wolframit, scheelite, pirit,galena, sfalerit-Fe.
Mineral penyerta Garnet, plagioklas,biotit, muskovit, topas, tormalin, epidot, kuarsa,
(gangue) kloorit-fe, karbonat
Ubahan batu samping Albitisasi, tourmalinisasi, kloritisasi, seritisasi pada batuan silikaan
Tekstur dan struktur Kristal kasar, kadang berlapis, inklusi fluida hadir pada kuarsa
Zonasi Tekstur dan mineralogy makin kedalam berubah secara gradual,
Au telurida kadang hadir sebagai bonanza.

50
Tabel 4.3 Ciri-ciri umum endapan Mesotermal (Lingren 1933)

Kedalaman 1200-4500 m
Temperatur 200-300
Pembentukan Umumnya pada atau di dekat batuan beku intrusive. Mungkin
berasosiasi dengan rekahan tektonik regional. Umum pada sesar
normal maupun sesar naik
Zona bijih Sebagai endapan replacement yang luas dan fracture-infilling.
Batas tubuh bijih bergradasi dari massif ke diseminasi.Seing
membentuk bijih tabular, stockwork, pipa, saddle-reefs, bedding-
surface. Strike dan dip Fissure agak teratur.
Logam bijih Au,Ag,Cu,As,Pb,Zn,Ni,Co,W,Mo,U, dll
Mineral bijih Native Au, Ag, kalkopirit, bornit, pirit, sfalerit, galena enargit,
kalkosit, bournonite, argentite, pitchblende, niccolite,cobaltite,
tetrahedritesulphosalt,
Mineral penyerta Mineral temperature tinggi jarang (garnet, tourmaline, topas dll),
(gangue) albit, kuarsa serisit, klorit, karbonat, siderite, epidot, monmorilonit.
Ubahan batu samping Kloritisasi intens, karbonisasi atau seritisasi.
Tekstur dan struktur Kristal lebih halus dibamding hipotermal, pirit jika hadir sangat
halus, lensa yang besar bisanya massif.
Zonasi Gradual, secara pasti terjadi perubahan mineralogy kearah
kedalaman

Tabel 4.4 Ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren 1933)

Kedalaman Permukaan hingga 1500 m


Temperatur 50-200
Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau
ekstrusiv, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar dsb.
Zona bijih urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada
pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian)
Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi
Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite,
stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides
Mineral penyerta kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
(gangue) karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit
Ubahan batu samping sering sedikit, chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,
dolomitisasi, kloritisasi
Tekstur dan struktur Crustification (banding) sangat umum, sering sebagai fine banding,
cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir(kristal) sangat
bervariasi
Zonasi Makin ke dalam akin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya
sangat kecil.

Niggli (1929) menyampaikan konsep pengelompokan mineral,


menggabungkan konsep stadia magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya.
Kelompok pertama adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik,

51
yang kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal. Kelompok Othomagmatic
dibagia Kelompok Intan-Platinum-kromium dan Kelompok Titanium-besi-nikel-
tembaga. Kelompok Pneumatolitik dibagi menjadi Logam berat-alkanine earths-
fosforus-titanium, kelompok Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten,
dan Kelompok Tourmalin-kuarsa. Demikian halnya dengan Kelompok lain seperti
hidrotermal dan volkanik, akan dibagi lagi menjadi kelompok komoditi logam (Tabel
2). Setelah banyak dilakukan eksplorasi dan eksploitasi endapan mineral di banyak
tempat di dunia, diketahui ada banyak jenis komoditi logam seperti emas yang
didapatkan pada beberapa kelompok. Sehingga penggolongan ini menjadi kurang
relevan lagi.

Tabel 4.5. Klasifikasi endapan bijih Niggli (1929)

I. PLUTONIK ATAU INTRUSIV


A. Orthomagmatic
1. Intan, platinum-kromium
2. Titanium-besi-nikel-tembaga
B. Pneumatolytic sampai pegmatitic
1. Logam berat, alkaline earths, fosforus-titanium
2.Silikon-alkali-fluorin-boron-tin-molibdenum-tungsten
3Tormalin-asosiasi kuarsa
C. Hydrothermal
1. Besi-tembaga-emas-arsenik
2. Lead-Zinc-silver
3. Nikel-kobal-arsenik-perak
4. Karbonat-oksida-sulfat-fluorida
I. VOLKANIK ATAU EKSTRUSIV
A. Tin-perak-bismut
B. Logam-logam berat
C. Emas-peral
D. Antimoni-merkuri
E. Tembaga murni (native)
F. Endapan subaquatic-volcanic and biochemical

Pengertian Pneumatolitik yang disampaikan Niggli (1929) adalah stadia


magmatisme yang didominasi oleh fase gas, sedangkan hidrotermal didominasi oleh
fase cair. Pada klasifikasi ini telah muncul istilah hidrotermal, yang dibagi menjadi
empat golongan komoditi logam. Niggli (1929) tidak membagi hidrotemla menjadi
hipotermal, mesotermal, dan epitermal. Pada kenyataannya sulit dibedakan
kenampakan hasil ubahan atau endapan mineral yang disebabkan oleh proses
pneumatolitik dengan hidrotermal. Belakangan, para ahli geologi banyak
menggunakan istilah fluida hidrotermal (hydrothermal fluid) untuk mewakili
baik fase gas pneumatolitik maupun fase cair hidrotermal.

52
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada
daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah). Sedangkan
Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk endapan pada daerah
dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T tinggi P rendah). Hal ini
disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat permukaan.

Tabel 4.6. Klasifikasi Lindgren (1933) yang dimodifikasi oleh Graton (1933) dan Buddington
(1935)

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Endapan magmatik (proper/komplit, segregasi , 700-1500° C P sangat tinggi
injeksi, )
A Pegmatik T sedang-tinggi P sangat tinggi

KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan 100-600° C P atmosfer-menengah


volcanic piles
Dari tubuh efusif, sublimasi, fumarola 100-600° C P atmosfer

Dari tubuh intrusi; endapan metamorfik batuan 500-800° C P sangat tinggi


beku
KARENA NAIKNYA AIR MAGMATIK

Hypothermal, sangat dalam 300-500° C P sangat tinggi

Mesothermal, kedalaman sedang 200-300° C P tinggi

B Epitermal, dangkal 50-200° C P menengah

Telethermal, dekat permukaan, saluran T rendah P rendah

Xenothermal, dangkal T tinggi-rendah P sedang-atmosfer

KARENA SIRKULASI AIR METEORIK DI ZONE DANGKAL-MENENGAH


T 100° C P menengah

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 400° C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam 0-100° C P menengah

Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 0-100° C P menengah-atmosfer


permukaan
Volcanogenic berasoiasi volkanisme T tinggi P rendah-menengah

C Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70° C P menengah


b. Reaksi organik
Evaporasi zat terlarut

II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di


MEKANIK permukaan

A. Di dalam magma, oleh proses diferensiasi B. Di dalam tubuh batuan C. Di dalam


tubuh air

53
Tabel 4.7 Ciri-ciri umum endapan teletermal (Graton, 1933 dari Evans , 1993)

Kedalaman Dekat permukaan


Temperatur 100
Pembentukan Pada batuan sedimen, lava. Sering terbentuk pada wilayah yang
tidak ditemukan batuan plutonik
Zona bijih Dalam rekahan terbuka, cavities, kekar, fissure. Tidak ditemukan
replacement.
Logam bijih Pb,Zn,Cd,Ge
Mineral bijih Galena(miskin Ag), sfalerit (miskin Fe, mungkin kaya Cd),
markasit, pirit, Cinabar
Mineral penyerta Kalsir, dolomite miskin Fe, dll
(gangue)
Ubahan batu samping Dolomitisasi, chertification
Tekstur dan struktur Seperti epitermal
Zonasi -

Stantan (1972) membuat klasifikasi endapan bijih didasrkan pada asosiasi


batuan sampingnya (host rock), baik pada batuan beku, sedimen hingga metamorf.
Pengelompokkan tersebut meliputi:
1. Bijih pada batuan beku
• Bijih berasosiasi dengan mafik dan ultramafik
• Bijih berasosiasi dengan felsik
2. Bijih yang berafiliasi batuan sedimen
• Konsentrasi bijih besi
• Konsentrasi bijih mangan
• Strata-bound
3. Stratiform sulpide yang berasosiasi dengan volkanik laut
4. Bijih berasosiasi dengan urat
5. Bijih berasosiasi dengan batuan metamorf

Berapa ahli geologi melakukan pengelompokan endapan bijih didasarkan


pada lingkungan tektoniknya, diantaranya yang telah dilakukan Mitchell dan Garson
(1981), yang membagi endapan bijih menjadi:
1. Endapan di Continental Hot Spots, Rifts dan Aulacogens
2. Endapan pada Passive Continental Margins dan Interior Basins
3. Endapan pada lingkungan Oceanic
4. Endapan pada lingkungan subduksi
5. Endapan pada lingkungan yang terkait dengan collision
6. Endapan pada Transform Faults dan lineamentnya pada Continental

54
Tabel 4.8. Klasifikasi endapan bijih Lindgren, di modifikasi tahun 1985

I. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES KIMIAWI


Segregasi magmatik, injeksi, intrusi mafik berlapis

Karbonatit, kimberlit 700-1500° C P sangat tinggi

Anortosit, gabro

Endapan logam dasar porphyry in part T sedang P sedang

Pegmatik T sedang- P tinggi


tinggi
KOMPONEN EPIGENETIK

KARENA ERUPSI BATUAN BEKU

Volkanogenik subaerial asosiasi dengan 100-1200° C P atmosfer-menengah


volcanic piles
Sublimasi, fumarola 100-600° C P atmosfer

KARENA NAIKNYA LARUTAN HIDROTERMAL

Logam dasar porfir 200-800° C P menengah

Urat Cordilleran dangkal-menengah

Batuan metamorfik 300-800° C P rendah-menengah

Epitermal 50-300° C P rendah,


dangkal-menengah
KARENA REMOBILISASI LARUTAN, SIRKULASI AIR METEORIK

Mississipi Valley 25-200° C P rendah


Western state uranium 25-75° C P rendah
KARENA SIRKULASI AIR LAUT

Endapan-endapan kerak 25-350° C P rendah


samodra,smokers, red Sea
Volcanic exhalites in part

KOMPONEN TERKANDUNG DALAM BATUAN ITU SENDIRI, EPIGENETIK ATAU SINGENETIK

Metamorfosa regional dan dinamik 25-600° C P tinggi

Sirkulasi air tanah bagian dalam; contoh: 0-150° C P menengah


Athabasca uranium
Peluruhan batuan dan residu pelapukan dekat 25-50° C P atmosfer
permukaan
Volcanogenic asoiasi volkanisme, endapan kerak 25-350° C P hydrospheric
samodra. a. Massive sulfide-Cyprus
b. Manganese-nickel-copper nodules
Volcanogenic asosiasi sedimen 25-75° C P hydrospheric
a. Black shale hosted?
Interaksi banyak larutan a. Reaksi inorganik 0-70° C P menengah
b. Reaksi organik
Evaporasi 25-75° C P atmosfir

Sedimentasi kimiawi , a. Logam dasar 25-75° C P rendah


b. Fosfat
II. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PROSES T rendah P rendah, di permukaan
MEKANIK
III. ENDAPAN YANG DIHASILKAN OLEH PENGARUH METEORIT

55
Sejalan dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada dasa warsa
60-70an, beberapa istilah yang dikemukakan oleh Lindgren, Graton, dan Buddington,
Guilbert dan Pak, jarang digunakan. Variasi endapan magmatic makin bervariasi,.
Istilah epitermal, sampai sekarang ini masih digunakan, walaupun pengertiannya
sudah mengalami modifikasi dari konsep aslinya, yang disampaikan oleh Lindgren
(1911). Istilah mesotermal, kadang masih digunakan, terutama untuk kategori
endapan epitermal, tetapi menunjukkan temperature pembentukan yang tinggi,
sedangkan istilah hipotermal, teletermal, maupun xenotermal, jarang digunakan lagi.
stilah-istilah yang banyak digunakan dalam eksplorasi endapan mineral adalah
klasifikasi yang didasarkan pada pembentukan serta tatanan geologinya, seperti
endapan logam dasar porifir, urat Cordilleran, Mississipi Valey dan sebagainya.
Secara Genetik, endapan mineral dibagi menjadi endapan yang disebabkan
oleh proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfisme, serta proses-
proses dipermukaan. Endapan magmatik , dibagi menjadi endapan yang disebabkan
proses gravitational settling, liquid immisvibility, maupun pegmatik. Endapan
hidrotemal meliputi endapan porfir (porphyry deposit), endapan greisen, massive
sulphide deposit, skarn, epitermal (low sulphidation dan high sulphidation) dll.
Endapan skarn kadang juga digolongkan sebagai endapan metamorfik. Sedangkan
endapan-endapan permukaan meliputi endapan palcer, endapan evaporasi, endapan
residual laterit, endapan supergen, maupun endapan volkanik-exhalative. Proses
pembentukan bijih logam secara umum dapat di bagi menjadi empat kelompak, yaitu
proses magmatik, proses hidrotermal, proses metamorfik dan proses permukaasn
(disarikan dari Hutchison, 1983, Evans 1993)

a. Proses Magmatik
Mineral-mineral bijih seperti magnetit, ilmenit, kromit terbentuk pada fase
awal diferensiasi magma, bersamaan dengan pembentukan mineral olivine, piroksen,
Ca-Plagioklas. Semua mineral bijih yang terbentuk pada fase ini disebut sebagai
endapan magmatik. Beberapa proses pada fase magmatisme diantaranya
meliputi:
a. Proses kristalisasi (diseminasi), intan (C ) pada kimberlit
b. Proses segregasi (kumulat, gravity settling): kromit (Cr), magnetit
(Fe), platinum (Pt)
c. Liquid immiscibility : : Cu-Ni sulfide, Fe-Ti Oksida
d. Pegmatik : Fe, Sn

56
Di Indonesia endapan-endapan bijih yang disebabkan oleh proses magmatik,
sampai sekarang belum menunjukksan nilai ekonomi yang signifikan. Konsentrasi
bijih besi (Fe) atau nikel (Ni) lebih disebabkasn oleh proses pelapukan, baik kimiawi
maupun fisik, membentuk endapan residusal atau placer.

b.Proses hidrotermal
Sistem hidrotermal dapat didifinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50°
sampai >500°C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervarisasi, di bawah permukaan bumi (Pirajno, 1992). Sistem ini mengandung dua
komponen utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil, dan
cenderung menyesuasikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuasi dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal. Endapan bijih hidrotermal terbentuk karena sirkulasi
fluida hidrotermal yang melindi (leaching), menstranport, dan mengendapkan
mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan kondisi fisik maupun
kimiawi (Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang
dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral
primer menjadi mineral ubahan (alteration minerals.
Semua mineral bijih yang terbentuk sebagai mineral ubahan pada fase ini
disebut sebagai endapan hidrotermal. Endapan hidrotermal dapat dibagai menjadi
beberapa kelompak, yaitu:
a. Berhubungan dengan batuan beku
1. Porfiri : Cu, Au, Mo . Contoh di Grasberg, Batuhijau
2. Skarn : Cu,Au,Fe. Contoh Ertzberg complex
3. Greisen : Sn, W. Contoh di P.Bangka
4. Epitermal (low and high sulphidation type, Carlyn type) : Au,
Cu, Ag, Pb. Contoh di Pongkor, M.Muro
5. Massive Sulphide Volcanogenic : Au, Pb, Zn. Contoh Wetar

b. Tidak berhubungan dengan batuan beku


5. Lateral secretion (Missisippi valley type) : Au,Pb,Zn

57
Gambar 4.1. Diagram proses magmatisme-hidrotermal-vulkanisme, kaitannya dengan
mineralisasi bijih logam

Greisen didefinisikan agregat granoblasti dari kuarsa dan muskovit (atau


lipidolit) dengan sejumlah mineral asesori seperti topas, tourmalin, dan fluorit
yang dibentuk oleh ubahan metasomatik post-magmatik granit (Best 1982, Stemprok
1987 dalam Evans 1993). Greisen adalah tipe endapan penghasil utama logam timah
dan tungsten, umumnya salah satu unsur hadir lebih dominan. Endapan tersebut
umumnya di bentuk pada kontak bagian atas dari intrusi granit, yang kadang disertai
oleh pembentukan stockwork. Mineraliasi umumnya sebagai tubuh besar yang tak
beraturan atau sebagai lembaran di bawah kontak bagian atas dengan lebar sekitar
10-100 m, yang bergradasi melalui zona ubahan felspatik (albitisasi dan
mikroklinisasi) ke arah granit segar (Pollard dkk., 1988 dalam Evans,1993).
Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan
hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif
rendah, berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali sub-aerial, sebagian
besar endapannya dijumpai di dalam batuan volkanik (beku dan klastik). Endapan
epitermal berdasarkan karakter fluidanya dibagai menjadi epitermal sulfidasi rendah

58
dan epitermal sulfidasi tinggi Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-
ciri endapan yang termasuk bahagian epitermal dari sistem hidrotermal lainnya.
Seringkali kita mendapati kenampakan endapan, baik mineralogi maupun teksturnya
merupakan gradasi dari endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lain.
Endapan sulfida masif sering berasosiasi dengan batuan-batuan pelite sampai
semipelite atau berasosiasi dengan endapan volkanik bawah laut . Endapan yang
berasosiasi dengan volkanik sering dikenal sebagai endapan sulfida vulkanogenik,
yang terutama banyak mengandung tembaga dan timah maupun emas dan perak
sebagai by-product. Sawkind(l 976) membagi endapan massive sulphide
volcanogenic menjadi tipe Kuroko, tipe Cyprus, tipe Besshi, dan tipe Sullivan.

C. Proses metamorfisme-hidrotermal
Suatu tubuh batuan yang diterobos magma (batuan beku) umumnya akan
mengalami rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, penggantian (replacement), pada
bagian kontaknya. Perubahan ini disebabkan oleh adanya panas dan fluida yang
berasal dari aktifitas magma tersebut. Istilah metamorfosa kontak dan
metasomatosa kontak sangat terkait dengan proses-proses di atas.
Metamorfosa dan metasomatosa kontak yang melibatkan batuan samping
terutama batuan karbonat seringkali menghasilkan skarn dan endapan skarn. Dalam
proses ini berbagai macam fluida seperti magmatik, metamorfik, serta meteorik ikut
terlibat. Fluida yang mengandung bijih ini sering tercebak dan terakumulasi antara
tubuh pluton dan sesar-sesar disekitar pluton dengan batuan disekitarnya.
Walaupun sebagian besar skarn ditemukan pada batuan karbonat, tetapi juga dapat
terbentuk pada jenis batuan lainnya, seperti serpih, batupasir maupun batuan beku.
a. Kontak pirometasomatik (skarn): Cu, Au, Fe
b. Metamorfosa menyebabkan bijih terkonsentrasi : Au
Kata "skarn" pertama kali digunakan di pertambangan Swedia untuk sebuah
material gangue kalk-silikat yang kaya akan bijih-Fe dan endapan-endapan sulfida
terutama yang telah me-replace kalsit dan dolomit pada batuan karbonat.
Klasifikasi skarn pada umumnya banyak mempertimbangkan tipe batuan dan
asosiasi mineral dari batuan yang di-replace.. Pengertian endo-skarn dan exo-
skarn mengacu pada skarnifikasi batuan beku dan batugamping yang terkait. Endo-
skarn adalah proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku, sedangkan exo-
skarn adalah skarnifikasi pada batugampiong sekitar batuan beku. Pada
kenyataannya sebagian besar bijih skarn hadir sebagai exo-skarn.

59
Tabel 4.9. Karakteristik berbagai tipe endapan bahan galian logam

ENDAPAN ENDAPAN HIDROTERMAL


MAGMATIK
MAGMATIK GREISEN PORFIRI SKARN EPITERMAL H.S. EPITERMAL L.S M.S.V.
Intrusi Basaltik-Ultra Pluton granitik Sub vulkanik Sub vulkanik granitik- Andesitik andesitik Dasitik/granitik
basa granitik-andesitik andesitik
Host rocks Basaltik-ultra Pluton granitik Garanitik-andesitik karbonat Vulkanik, sedimen Vulkanik, sedimen Vulkanik dasitik
basa
Tipe ubahan - greisen Potasik, filik, Potasik,skarn,profiliti advanced argillic Filik, argillic, Silisik,internedietarg
argillic,,profilitik±an k ,Profilitik, argillic profilitik ±anvanced illic
vanced argillic argillic
Mineral ubahan - Topas, kuarsa, Biotit, Garnet,diopsit,magne Kaolinit,alunit, Serisit,ilit,klorit, Barit, gipsum,
muskovit,turmalin KF,kuarsa,serisit,pir tit,wolastonit,tremolit, diaspor.pirofilit, ilit epidot, kalsit, anhidrit,ilit,kuarsa
it,ilit,epidot,klorit,kal biotit, klorit adularia ± kaolinit
sit±kaolinit,alunit
Mineral bijih Kromit, Kasiterit,wolframit,sc Bornit, kalkosit Bornit, kalkosit Enargir, luzonit, Sfalerit, galena, Sfalerit,galena,
utama pendlandit, heelite kalkopirit, kalkopirit, molibdenit tenantit kalkopirit kalkopirit
magnetit molibdenit
Komoditi logam Cr, Ni, Pt Sn,W Cu, Mo, Au, Sn, W Cu, Mo, Au, Sn, W Au, Cu,Ag Au, Ag Zn, Pb, Cu ± Au, As
Tekstur utama Diseminasi, Diseminasi, Diseminasi- Diseminasi- Diseminasi- Urat, stockwork Masif, berlapis
berlapis stockwork stockwork, urat stockwork, urat replacement masif
Keterangan lain Kristalisasi Zona ubahan Zona ubahan Equivalen dg sistem Equivalen dengan Berasosiasi dengan
langsung dari umumnya umumnya konsentris, gunung api aktif geotermal aktif vulkanisme bawah
magma konsentris, tonase tonase besar dg laut
besar dg kadar kadar rendah
rendah

60
d.Proses-proses di permukaan
Endapan permukaan merupakan endapan-endapan bijih yang terbentuk relatif di
permukaan, yang dipengaruhi oleh pelapukan dan pergerakan air tanah. Telah dikenal
secara luas, bahwa endapan (sedimen} permukaan dibagi menjadi endapan alohton
(allochthonous) dan endapan autohton (autochthonous). Endapan alohton merupakan
endapan yang ditransport dari tempat lain (dari luar lingkungan pengendapan),
sedangkan endapan autohton adalah endapan yang terbentuk secara insitu.
Endapan alohton yang terkait dengan bijih atau secara ekonomi sering disebut
sebagai endapan placer. Sedangkan endapan autohton yang terkait dengan bijih biasa
dikenal sebagai endapan residual dan endapan presipitasi kimia atau evaporasi.
Sedangkan pengkayaan supergen (supergen enrichment) walaupun tidak
terbentuk di dekat permukaan, tetapi pembentukannnya terkait dengan proses-proses di
permukaan.

Endapan Placer
Endapan placer secara umum dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu endapan
placer eluvial, endapan placer colluvial, endapan placer aluvial, dan endapan
placer aeolian (Macdonald, 1983 dalam Evans ,1993). Secara tradisional juga sering
digunakan istilah endapan placer residual, untuk endapan yang terbentuk dan
berada di atas batuan sumbernya. Endapan ini umumnya terbentuk pada daerah yang
mempunyai morfologi yang relatif datar. Penggunaan istilah endapan placer colluvial
tidak begitu populer, beberapa penulis menyebut endapan ini terbentuk di dasar suatu
tebing (cliff) dan sering diartikan sama dengan endapan talus. Endapan placer eluvial
umumnya terbentuk pada daerah yang memiliki morfologi bergelombang. Mineral-
mineral berat akan terkonsentrasi di lereng-lereng dekat batuan sumber.Komoditi
penting yang terbentuk sebagai endapan placer adalah emas (Au), platina (Pt) dan
Timah (Sn).

Endapan residual
Endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas terbentuk dari material
yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik maupun kimiawi. Seringkali
material atau unsur yang tertinggal oleh karena proses tersebut mempunyai nilai

61
ekonomi yang tinggi. Endapan-endapan sisa tersebut dikenal sebagai endapan
residual. Untuk dapat terjadi endapan residual, pelapukan kimia yang intensif terutama
untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi sangat diperlukan. Dalam kondisi
tersebut sebagian besar batuan akan menghasilkan soil yang kehilangan material-
material yang mudah larut. Soil seperti ini dikenal sebagai laterit (laterites). Besi (Fe)
dan aluminium (Al) hidroksid adalah sebagaian dari material yang paling tidak mudah
larut, dan laterit umumnya mengandung material ini.
Laterit yang sebagian besar mengandung aluminium hidroksid disebut sebagai
bauxite dan merupakan bijih aluminium yang paling penting. Beberapa endapan bauxite
mengalami melapukan dan terendapkan kembali membentuk bauxite sedimen
(sedimentary bauxites).
Selama lateritisasi, nikel yang terkandung dalam batuan peridotit dan serpentinit
(0,25% Ni) pada awalnya terlarut, tetapi kemudian secara cepat mengalami presipitasi
kembali ke dalam mineral-mineral oksida besi pada zona laterit atau zona limonit (1-
2% Ni) atau dalam garnierit pada zona saprolit (2-3%, zona lapuk di bawah zona
laterit)

Pengkayaan supergen
Selama berlangsung pengangkatan dan erosi, suatu endapan bijih terekspos di
dekat permukaan, kemudian mengalami proses pelapukan, pelindian (leaching), maupun
oksidasi pada mineral-mineral bijih. Proses tersebut menyebabkan banyak unsur logam
(Cu2+, Pb2+, Zn2+ dll.) akan terlarut (umumnya sebagai senyawa sulfat) dalam air yang
bergerak ke dalam air tanah atau bahkan sampai ke kedalaman dimana proses oksidasi
tidak berlangsung.
Daerah dimana terjadi proses oksidasi disebut sebagai zona oksidasi. Sebagian
larutan yang mengandung logam-logam yang terlarut bergerak terus hingga di bawah
muka air tanah, kemudian logam-logam tersebut mengendap kembali membentuk
sulfida sekunder. Zona ini dikenal sebagai zona pengkayaan supergen. Di bawah zona
pengkayaan supergen terdapat daerah dimana mineralisasi primer tidak terpengaruh
oleh proses oksidasi maupun pelindian, yang disebut sebagai zona hipogen. Logam yang
paling banyak terbentuk karena proses ini adalah tembaga (Cu)

62

Anda mungkin juga menyukai