Anda di halaman 1dari 2

Jurnalis itu mengulik atau menggelitik?

Jurnalis memiliki satu tugas yaitu menyampaikan fakta kepada publik. Fakta ini disajikan
dalam berbagai cara seperti tayangan visual, tulisan cetak, atau saluran suara. Penyajian
ini diusahakan agar mudah dipahami oleh penerimanya, sekalipun seorang anak kecil.
Namun, bagaimana menyajikan fakta yang dapat menimbulkan ambiguitas?

Mari kita ambil salah satu contoh dari tukang tahu tek keliling. Ia menyajikan suatu
hidangan yang diberi nama tahu tek, walaupun secara praktek dapat ditemukan telur
juga di sana. Apapun tambahan di dalam tahu tek tersebut, fakta yang diterima di
lapangan adalah sajian itu tetaplah tahu tek.

Lalu, saat sajian bernama tahu tek ini dimakan, timbul suatu reaksi apakah enak atau
tidak enak. Dari sini akan ada banyak interpretasi dari enak atau tidak enaknya tahu tek
yang disajikan. Mulai dari bumbu, kurang tambahan garam atau bisa saja kacangnya
kurang halus saat ditumbuk atau semua sudah pas tapi kurang pedas. Dari tahu yang
digoreng bisa sudah pas atau terlalu gurih. Tidak menutup kemungkinan juga dari piring
yang digunakan, warnanya terlalu putih atau sudah bagus ada hiasan bunga. Semua
kemungkinan atas interpretasi itu akan mengembangkan ambiguitas dari fakta yang
ada.

Sama halnya dengan jurnalis yang menyajikan berita. Judul dari berita akan menjadi
patokan dari fakta - fakta yang akan disajikan. Entah nantinya isi berita akan sedikit atau
bahkan sangat melenceng dari judul, penerima berita akan tetap menjadikan judul
sebagai patokan dari penerimaan informasi. Kasus - kasus seperti ini sering ditemui di
portal berita daring.

Meskipun demikian, isi dari berita tetap menjadi alat dalam penyajian berita. Alat ini
dibangun sedemikian rupa agar fakta yang disajikan pas saat diterima. Pas di sini adalah
penyajian tidak menimbulkan kesalahpahaman dan pembentukan opini destruktif.
Karena, penerima fakta akan melakukan pilihan tindakan dan pembentukan pikiran dari
penyajian ini.

Banyak pilihan dalam menyajikan fakta. Penyajian fakta dapat dikerangka sedemikian
rupa agar agar mudah dimengerti oleh penerima. Kerangka ini akan menggiring
penerima menuju suatu pengertian. Dari pengertian ini akan menimbulkan dampak
besar pada massa.

Mari kembali lagi ke tukang tahu tek keliling. Salah seorang pelanggan yang memakan
tahu bereaksi atas sajian. Ia adalah seorang yang tidak menyukai telur dan tahu yang
gurih, pun tak terima dengan kacang kurang halus. Maka pelanggan tersebut akan
membuat kesimpulan bahwa tahu tek tersebut tidak enak. Karena reaksi tersebut
menyebar, massa akan melakukan labelling pada bapak tukang tahu tek keliling
sehingga dagangannya tidak laku. Padahal, itu hanyalah masalah selera.

Tidak ada bedanya dengan berita yang telah di-framing sedemikian rupa. Berita ini
ditelaah sesuai selera masing - masing. Namun, tetap menjadi tugas jurnalis untuk
menyajikan fakta dengan memperhatikan judul dan isi agar pas. Walaupun,
kenyataannya masih saja banyak jurnalis yang mengatasnamakan jurnalistik untuk
kepentingan pribadi ataupun kelompok tertentu. Melakukan framing serta clickbait.
Pun masih banyak penerima tidak menyadari bahwa artikel ini juga salah satu bentuk
framing dan clickbait.

Anda mungkin juga menyukai