Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMPREHENSIF

Nama : Achmad Yasin M


NIM : 20120310216
RSUD : RS PKU TEMANGGUNG

I. Rangkuman pengalaman
Seorang pasien, Tn. D usia 26 tahun datang ke rumah sakit pku TEMANGGUNG
dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS dengan disertai mengigil, nyeri kepala
sejak 4 hari SMRS, mual dan muntah 4 X / hari sejak 2 hari SMRS, rasa pahit ketika
menelan, BAK pasien bewarna kekuning-kuningan, dan BAB pasien dalam batas
normal. Pasien mengatakan sudah berobat ke puskesmas tapi keluhan belum
membaik. Pasien menyangkal pernah mengalami hal serupa, pasien tidak memilki
riwayat hipertensi, diabetes, pasien juga mengatakan anggota keluarga tidak
memilki riwayat hipertensi, diabetes mapun penyakit serupa dengan pasien saat ini.
Pasien mengatakan keluhannya bertambah ketika berkegiatan dan memperingan
dengan istirahat.
Pasien tampak lemas, kesadaran compos mentis dan status gizi cukup, pameriksaan
vital sign didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHG, suhu 37,5 C, nadi 92 X/
menit, respirasi 23 X/ menit.
Pemeriksaan fisik: tidak ada oedem di kepala, konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), discharge di telinga (-/-), discharge di hidung (-/-), bibir kering (+),
lidah tremor (-), pembesaran thyroid (-).
PULMO: simetris, vocal fremicus kanan = kiri, sonor dikedua lapang paru,
vesikuler (+/+) normal.
JANTUNG: ictus cordis tidak tanpak, S1 S2 reguler.
ABDOMEN: simetris (+), sikatriks (-), striae (-), nyeri tekan epigastrium (+), nyeri
ketok ginjal (-), mc burney (-), muphy sign (-), bising usus (+) normal, timpani
seluruh lapang perut.
EKSTERMITAS: akral hangat, edema (-)

II. Perasaan terhadap pengalaman


Saya merasa Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang penting di
negara yang sedang berkembang di Asia khususnya Indonesia.
III. Evaluasi
Apa yang dimaksud dengan demam tifoid?
Bagaimana tata laksana pada demam tifoid?

IV. Analisis/pembahasan
a. Apa yang dimaksud dengan demam tifoid?

Demam tifoid disebut juga dengan typus abdominalis atau typoid fever. Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi aaaaakut yang biasaanya terdapat pada
saluran pencernaan dengaan gejalan demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

b. Bagaimana tata laksana pada demam tifoid?


Sampai saat ini masih dianut trilogy penataksanaan demam tifoid yaitu:
a) Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk menegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti
makan, minum, mandi buang air kecil, dan buang air besar akan
membantu dan mempercepat masa penyembuhan.
b) Diet dan terapi penunjang
Pasien harus mendapatkan cairan yang cukup. Oral ataupun parental. Diet
mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa
(rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perporasi. Bila keadaan
pasien baik dapat diberikan diet padat dini. Bila penderita dengan klinis
berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya
dirubah secara bertahap sampai padat sesuai tingkat kesembuhan pasien.
Terapi simtomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan
keadaan umum penderita.
c) Pemberian antibiotik
Obat-obat antibiotik yang sering digunakan untuk mengobatai demam
tifoid yaitu antibiotik golongan fluroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin,
dan pefloxacin) merupakan teapi yang efektif untuk demam tifoid yang
disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoquinolone dengan angkat
kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan
angka kekambuhan dan feel carrier kurang 2%. Fluroquinolone memiliki
penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat membunuh s.typhi
intraseluler didalam monosit atau makrofag. Serta mencapai kadar yang
tinggi dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik lain. Berbagai studi
telah dilakukan untuk menilai efektifitas fluroquinolone dan salah satu
fluroquinolone yang saat ini telah diteliti dan memiliki efektifitas yang baik
adalah levofloxacin. Levofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, 1 kali
sehari selama 7 hari. Efikasi klinis yang dijumpai pada studi ini adalah
100% dengan efek samping yang minimal. Namun, fluroquinolone tidak
diberikan pada anak-anak karena dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan kerusakan sendi.
Pengobatan demam tifoid pada wanita hamil:
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trisemester ke-3 kehamilan karena
dikhawatirkan dapat terjadi partus premature, kematian fetus intrauterine,
dan grey syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan digunakan
pada trisemester pertama kehamilan karena kemungkinan efek teratogenik
terhadap fetus pada manusia belum dapat disingkirkan. Demikian juga obat
golongan flurokuinolon maupun kotrimoksazzol tidak boleh digunakan
untuk mengobati demam tifoid. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin,
amoksisilin, dan seftriakson.

c. Kesimpulan
Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang penting di negara yang
sedang berkembang di Asia khususnya Indonesia. Diagnosis demam tifoid
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan tambahan dari
laboratorium. Terapi yang diberikan adalah istirahat, diet lunak, dan anti
mikroba. Diagnosis demam tifoid yang ditegakkan secara dini dan disertai
pemberian terapi yang tepat mencegah terjadinya komplikasi, kekambuhan,
pembawa kuman (carrier), dan kemungkinan kematian. Strategi pencegahan
diarahkan kepada ketersediaan air bersih, menghindari makanan yang
terkontaminasi, hygine perorangan, sanitasi yang baik, dan pemberian vaksin
sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai