Anda di halaman 1dari 21

BAB I

SKENARIO

MATI RASA PADA PIPI KANAN BU LISA

Bu Lisa umur 30 tahun, saat ini sedang hamil 20 minggu, mengeluh mendadak terasa mati
rasa pada pipi kanan dan turunnya wajah sisi kanan yang terjadi sejak 1 jam yang lalu.
Sebelumnya Bu Lisa tidak pernah mengalami trauma kepala. Setelah di bawa oleh suaminya
ke dokter. Dan dokter melakukan pemeriksaan, ternyata Bu Lisa mengalami kesukaran
menutup kelopak mata kanannya, lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri.
Pada sudut bibir Bu Lisa juga mengeluarkan air liur dari sisi kanan mulutnya. Pemeriksaan
neurologis selebihnya normal. Dan tekanan darah Bu Tina normal 120/80 mmHg.

1
BAB II

KATA KUNCI

1. lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri

2
BAB III

PROBLEM

1. Apa yang terjadi dengan Bu Lisa ?

2. Bagaimana keadaan Bu Lisa selanjutnya ?

3. Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan kepada Bu Lisa ?

3
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 BATASAN

Mati rasa adalah sensasi abnormal yang dapat terjadi di mana saja di tubuh,
tetapi yang paling sering dirasakan di tangan, kaki, lengan, atau kaki. Mati rasa ini
juga sering disebut dalam konteks emosional untuk menggambarkan perasaan
detasemen atau tidak adanya respons emosional, gejala umumnya terkait dengan
depresi. Dalam konteks fisik, mati rasa umumnya sebagai akibat dari kerusakan,
kekurangan darah atau penyakit saraf tertentu dalam tubuh. Mati rasa dapat memiliki
semua jenis penyebab yang berbeda, karena merupakan gejala dari penyakit yang
berbeda, penyakit dan kondisi.

4.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI

4.2.1 ANATOMI N. FASIALIS

4
Nervus fasialis merupakan nervus campuran, terdiri atas sensorik dan
motorik. Nervus fasialis juga menginervasi somatik dan visceral. Nervus
fasialis menginervasi daerah wajah. Nervus fasialis sejatinya terdiri atas 2
nervus di pangkalnya, yaitu nervus fasialis sendiri dan nervus intermedius.
Untuk membedakan, nervus fasialis yang sudah bergabung dengan nervus
intermedius selanjutnya akan disebut sebagai nervus fasialis-medius.

Nervus Fasialis-medius memiliki 4 nukleus. Satu merupakan pangkal


dari nervus fasialis, yaitu

1. Nukleus Fasialis.
Merupakan nukleus motoris yang merupakan pangkal dari nervus fasialis.
Nukleus ini bersifat somatik (disadari) dan penting untuk ekspresi daerah
wajah.

Tiga yang lainnya merupakan pangkal nervus intermedius. Ketiganya


adalah :

1. Nukeus Solitarius.
Bersifat somatik sensoris. Berfungsi untuk pengecapan 2/3 anterior
lidah.
2. Nukleus salivatorius.

Bersifat visceral somatik. Penting untuk :

 Salivasi glandula sub lingual dan submandibula.


 Pengeluaran air mata glandula lakrimalis.
 Sekresi mukosa nasal oleh glandula nasalis.
3. Nukleus sensoris nervus V.
Bersifar somatik sensorik. Nukleus ini sejatinya adalah milik nervus V,
tetapi nervus intermedius menuju ke nukleus ini untuk menghantarkan
impuls rangsang dari daerah pina, canalis akustikus externus serta
membrana timpani.

5
Nervus Fasialis-Medius
Begitu keluar dari bagian ventral pons, nervus fasialis dan nervus
intermedius bergabung menjadi satu yang seringkali disebut sebagai nervus
Fasialis (Fasialis-medius). Nervus ini kemudian masuk ke Meatus Acusticus
Internus bergabung dengan nervus VIII. Didalam canalis Acusticus, nervus ini
membentuk ganglion Geniculatum. Komponen somatik motorisnya akan terus
berjalan dan keluar melalui Foramen Stylomastoideum dan menginervasi
daerah wajah. Kearah anterior komponen motorik ini akan mempunyai 5
cabang yaitu:

 Cabang temporal
 Cabang zygomatical
 Cabang bucal
 Cabang mandibular
 Cabang cervical

Kemudian terdapat 1 cabang kearah posterior yang akhirnya akan bercabang


kearah auricular dan occipital.

Nervus Intermedius
Nervus ini memiliki 3 komponen, yaitu:

1) Visceral efferent.

Sesaat setelah melewati ganglion geniculatum komponen ini akan bersama


komponen somatik motoris nervus fasialis, tetapi ini cuma sebentar karena
komponen visceral motorik nervus intermedius akan berjalan kearah
anterior sebagai chorda timpani ke arah ganglion submandibular , serabut
postgalionnya akan menginervasi glandula sublingual dan submandibular
untuk salivasi.

Selain itu terdapat serabut yang langsung keluar dari ganglion geniculatum
kearah ganglion pterygopalatina kemudian serabut postganglionnya akan
menuju ke glandula nasalis dan glandula lakrimalis.

6
2) Special gustatory afferent

Serabut ini berasal dari 2/3 anterior lidah untuk menghantarkan impuls
rasa (pengecap). Serabut ini berjalan bersama corda tympani, kemudia
berakhir di nukleus solitarius.

3) Somatic Afferent

Serabut ini berasal dari reseptor di pina, canalis akustikus externus serta
membrana tympani bagian eksterna untuk menghantarkan rangsang
sentuhan, tekanan, suhu, serta nyeri.

Berikut adalah bagan perjalanan nervus facialis :

4.3 PATOFISIOLOGI

Proses inflamasi pada N VII( Fasialis) yang menyebabkan peningkatan diameter N.VII
( Fasialis ) sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui os temporal.
Perjalanan N VII (Fasialis) keluar dari os temporal melalui kanalis fasialis yang
mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen
meatal. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi
atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.
Angin yang masuk kedalam foramen stilomastoideum ini membuat syaraf
disekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan atau peradangan syaraf nomor
tujuh atau nervus facialis ini mengakibatkan pasokan darah kesyaraf tersebut terhenti.
Hal ini menyebabkan kematian sel sehingga fungsinya sebagai penghantar impuls

7
atau rangsangan terganggu. Akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot
wajah tidak dapat diteruskan.

Gejala terjadi secara tiba-tiba, didahului nyeri dibelakang telinga, kelemahan


padaotot wajah. Kelemahan otot wajah yang terjadi dari ringan sampai berat. Tetapi
selalu padasatu sisi wajah

 Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,
tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir adanya lipatan pada nasolabial
 Sebagian besar penderita mengalami paresis atau merasakan ada beban di
wajahnya,meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal
 Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan
dalammenutup matanya di sisi yang terkena (Lagophtalmus)
 Berkurangnya ketajaman pengecapan disebabkan edema nervus fasialis di
tingkatforamen stylo mastoideus meluas sampai pada bagian nervus
 Gerakan bibir menyimpang ke sisi yang tidak sehat
 Konjungtiva bulbi tidak tertutup penuh menyebabkan iritasi
 Ptosis (penurunan kelopak mata)
 Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah
menetes.adanyagangguan minum dan makan

8
4.4 PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

1. Otitis Media

2. Ramsy Hunt Syndrome

3. Lyme Disease

4. Polineuropati

5. Tumor Metastase

6. Multiple Sklerosis

4.5 GEJALA KLINIS

4.5.1 ANAMNESA

Identitas :

a. Nama : Ny. Lisa


b. Usia : 30 tahun
c. Pekerjaan : sekretaris
Keluhan utama :
Mati rasa pada pipi kanan
Riwayat penyakit sekarang :
a. Mati rasa pada pipi kanan
b. Turunnya wajah pipi kanan saat sejam yang lalu
c. Sukar menutup kelopak mata kanan
d. Lipat nasolabial sisi kanan lebih licin dari sisi kiri
e. Wajah mencong kekiri

Riwayat penyakit dahulu :

a. Belom pernah sakit seperti ini sebelumnya


b. Tidak punya hipertensi dan diabetes
c. Kolesterol normal
Riwayat social
a. Pola makan biasa
b. Sekretaris ruangan ber AC

9
c. Tidak tahan panas
d. Bekerja naik sepeda motor
Riwayat obat : belum di beri obat sama sekali, hanya diberi vitamin biasa.

4.5.2 PEMERIKSAAN FISIK dan PENUNJANG PENYAKIT

1. Tensi : 120/80 mmHg


2. Suhu : 370C
3. Nadi : 80 x per menit
4. Nafas (RR) : 20 x per menit

Inspeksi

1. Mata kanan tetap terbuka


2. Mulut mencong kekiri
3. Sisi kanan lipat nasolabial lebih licin
4. Keluar air liur dari sisi kanan mulut

Abdomen : hamil 20 minggu setinggi puat diatas fundus uteri

Perkusi : Sonor

Auskultasi : abdomen terdengar detak jantung bayi

10
BAB V

HIPOTESIS AWAL

5.1 BELL’S PALSY


Bell’s palsy adalah paralisis wajah unilateral yang timbul mendadak
akibat lesi nervus fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan kata
lain
Bell’s palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yan
g m e n ye b a b k a n kelemahan atau kelumpuhan tiba-tiba pada otot di satu
isi wajah Istilah Bell’s palsy biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus VII
jenis perifer yang timbul secara akut

Gejala

Bell’s palsy terjadi secara tiba-tiba. Beberapa jam sebelum terjadinya


kelemahan pada otot wajah, penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga.
Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampai berat, tetapi selalu pada satu sisi
wajah.

Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,
tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir. Sebagian besar penderita
mengalami mati rasa atau merasakan ada Beban di wajahnya, meskipun sebetulnya
sensasi di wajah adalah normal.

Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan
dalam menutup matanya di sisi yang terkena. Kadang penyakit ini mempengaruhi
pembentukan ludah, air mata atau rasa di lidah

5.2 STROKE

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau
mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

11
Gejala

 Nampak sinyal tanda kehilangan rasa atau kelemahan pada muka, bahu, atau
kaki, terlebih bila cuma terjadi pada separuh tubuh.

 Sukar bicara atau menangkap perbincangan lawan bicara.

 Kesusahan lihat pada sebelah mata atau keduanya.

 Tiba-tiba kesusahan berjalan, jadi pusing, dan kehilangan keseimbangan atau


koordinasi.

 Sakit kepala yang amat amat tanpa diketahui apa pemicunya.

12
BAB VI

ANALISIS DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Banyak orang menganggap serangan bell’s palsy sebagai stroke. Padahal dua
penyakit ini sangat berbeda karena bell’s palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti
stroke.

Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pasca
serangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut
antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup
sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli
bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19.

Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam.


Walaupun demikian, wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup
sempurna, gangguan pengecapan, serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi
wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Itulah yang membuat penyakit ini dianggap
sebagai stroke.

Pada beberapa kasus serangan bell’s palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi
pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang.
Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang
terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.

Berbeda dengan serangan stroke, bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan
anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke
disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau
kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell’s palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf
wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan
merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang
disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui
suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. “Setelah mencapai
kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih
kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian
depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell’s palsy

13
Serangan bell’s palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.
Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat.
Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak
bisa digerakkan dengan normal. “Bedanya dengan stroke, bell’s palsy tidak diiringi dengan
kelumpuhan separuh badan. bell’s palsy hanya menyerang bagian wajah

14
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Pada skenario ini pasien mengeluhkan mendadak terasa mati rasa pada pipi kana. Dan
turunnya wajah pada sisi kanan. Dan pada pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
menyatakan bahwa pasien mengalami kesukaran menutup kelopak mata kanannya, lipat
nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri dan pada sudut bibir pasien juga
mengeluarkan air liur. Dari keluhan yang dirasa pasien dan hasil pemeriksaan dokter
kelompok kami mendiagnosis pasien tersebut menderita Bell’s Palsy, karena apa yang apa
yang dikeluhkan pasein dan hasil pemeriksaan dokter merupakan salah satu gejala atau tanda-
tanda dari Bell’s Palsy.

15
BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSIS

Etiologi

Ketidakstabilan Otonom Sistem Imun Menurun Suhu Dingin

Inflamasi dan Edema


Respon Simpatis Meningkat Iritasi N. VII
N. VII

Vasospasme

N. VII Terjepit

Iskemia N. VII

Paralisis N. VII

16
BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 PENATALAKSANAAN

Pelaksanan Fisioterapi
1. Pemanasan dengan IR

Pemberian terapi panas menggunakan IR dilakukan dengan tahap-tahap


sebagai berikut:

a. Persiapan alat

Persiapan alat yang dilakukan meliputi jenis lampu (disini


penulis menggunakan jenis non luminous),kemudian terapis
memeriksa kabelnya, setelah dapat dipastikan bahwa lampu aman
untuk digunakan kemudian terapis menyiapkan alat pengatur waktu
selama 15 menit, terakhir terapis menyiapkan handuk dan tisu yang
akan digunakan untuk menutup mata pasien.

b. Persiapan pasien

Pasien diminta untuk tidur terlentang dengan senyaman


mungkin, kepala beralaskan bantal dengan wajah miring kearah sisi
wajah yang sehat (miring ke kiri). Wajah yang akan diterapi
dibersihkan terlebih dahulu. Pasien diberitahu tentang manfaat terapi
dan mengenai panas yang dirasakan, yaitu rasa hangat. Bila ternyata
ada rasa panas yang menyengat, pasien diminta segera memberitahu
padaterapis.

c. Pelaksanaan terapi

Pertama-tama pasien diberikan tisu untuk menutup mata dan


menghindari mata dari sorot lampu, kemudian lampu diposisikan tagak
lurus dengan wajah sisi kiri, jarak diatur antara 45-60 cm, alat pengatur
waktu dipasang selama 10 menit, kemudian lampu dihidupkan.

17
2. Massage

Pemberian massage dengan berbagai teknik dilakukan dengan tahap-tahap


pelaksanaan sebagai berikut:
a. Persiapan alat

Dalam pelaksanaan massage alat yang dibutuhkan hanya tisu


dan pelicin berupa bedak.

b. Persiapan pasien

Posisi pasien terlentang dengan kepala disangga bantal.


Sebelum diterapi wajah dibersihkan dengan handuk. Pasien diberi
keterangan tentang teknik-teknik terapi yang akan diaplikasikan serta
manfaat dari pemberian massage.

c. Pelaksanaan terapi

Massage pertama-tama dilakukan dengan memberikan pelicin


pada wajah dengan menggunakan teknik stroking, kemudian pelicin
diratakan dengan teknik effleurage, dimana arahnya sesuai dengan arah
serabut otot yaitu sisi wajah yang sehat (kiri) ditarik kearah telinga dari
sisi wajah yang lesi (kanan), dengan tekanan ringan. Setelah itu terapis
memberikan finger kneading pada wajah sisi yang sehat. Massage
diakhiri dengan memberikan slapping terutama pada wajah sisi lesi.
Massage diberikan selama 10 menit.

3. Stimulasi Elektris

a. Posisi pasien

Tidur terlentang di atas tempat tidur dengan rilek


b. Posisi terapis

Disebelah kanan atau pada sisi yang lesi

18
c. Pelaksanaan

Pemeriksaan alat, periksa kabel, tombol menu, dan intensitas


harus dalam keadaan nol dan periksa pet yang digunakan kemudian
pemasangan alat dengan menaruh katode dibagian cervikal dan anode
diletakkan pada masing-masing titik motor poin otot-otot wajah ,
dalam pelaksanaan setiap mengganti titik motor poin yang dituju arus
intensitas harus direndahkan atau dalam posisi nol dan saat menaikkan
intensitas pelan-pelan sampai terlihat kontraksi yang terjadi, tanyakan
pada pasien sudah pas, terlalu rendah atau tinggi. Setelah selesai
matikan alat dan alat ditata kembali. Untuk dosis terapi menggunakan
arus faradik dengan intensitas toleransi pasien yaitu 3 mA dan waktu
15 menit.

4. Terapi latihan dengan menggunakan cermin (mirror exercise)

Terapi dengan menggunakan cermin (mirror exercise) membutuhkan


partisipasi baik dari pasien maupun terapis. Pada saat inilah merupakan waktu
yang tepat untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri pasien. Tahap-
tahap pelaksanaannya meliputi :
a. Persiapan alat
Alat yang digunakan adalah cermin.
b. Persiapan pasien
Pasien di posisikan duduk di depan cermin, sedangkan fisioterapis berdiri di
samping pasien. Pasien diberikan keterangan mengenai manfaat dari terapi ini.
c. Pelaksanaan terapi
Pertama-tama terapis memberikan contoh gerakan-gerakan yang harus
dilakukan oleh pasien kemudian pasien diminta untuk menirukan gerakan-
gerakan tersebut, terapis memperhatikan dan mengkoreksi apabila ada gerakan
yang keliru, terapi dilakukan selama 10 menit. Apabila pasien belum bisa
menggerakkan otot-ototnya maka terapis bisa membantu dengan cara pasif.
Pada saat latihan ini penulis memodifikasi dengan memberi tahanan (resisted)
ringan pada setiap gerakan yang dilakukan oleh pasien. Sebelumnya terapis

19
memberikan contoh tahanan-tahanan yang harus dilakukan, kemudian pasien
melakukannya sendiri.

5. Edukasi

Edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah (1) pasien diminta
untuk menghindari udara dingin secara lansung pada wajah, (2) pasien
dianjurkan untuk menggunakan tetes mata setelah seharian beraktivitas, ini
bertujuan untuk mencegah iritasi pada mata, (3) pasien dianjurkan untuk
mengompres pada wajah dan telinga bagian belakang, dengan cara
menggunakan handuk kecil dan air hangat kemudian ditempelkan pada wajah
sisi lesi dan pada daerah telinga belakang, selama 10 menit, (4) pasien
dianjurkan untuk melakukan massage pada wajah selama 10 menit, dengan
arah dari wajah sisi sehat (kanan) ditarik kearah telinga wajah sisi lesi (kiri),
dan dengan tekanan ringan, hal ini bertujuan agar tidak merusak serabut otot
pada wajah. (5) setelah di massage pasien dianjurkan untuk melakukan latihan
di depan cermin, dengan gerakan seperti mengangkat alis, mendekatkan kedua
alis, menutup mata, mengkerutkan hidung, tersenyum, bersiul.

9.2 PRINSIP TINDAKAN MEDIS

 Kortikosteroid bisa meringankan edema saraf fatal dan meningkatkan


konduksi saraf dan aliran darah.
 Setelah hari keempat belas terapi kosrtikosteroid, elektro terapi bisa membantu
mencegah atrofi otot facial.

20
BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

10.1 PROGNOSIS

Meskipun gejala Bell’s Palsy menakutkan, ada kesempatan saraf akan dapat
bekerja dengan baik lagi. 85% orang dengan cerebral Bell pulih sepenuhnya dalam
beberapa bulan. Anak-anak hampir penuh sepenuhnya.

Jika rasa sakit kembali dalam waktu lima sampai tujuh hari setelah gejala
dimulai, lebih memungkinkan anda akan sembuh sepenuhnya dan semakin besar
kemungkinan anda akan sembuh sepenuhnya jika otot-otot wajah abnda tidak
semuanya lumpuh pada titik yang paling parah.

10.2 KOMPLIKASI

Komplikasi utama dari kondisi kronis adalah hilangnya rasa (ageusia), spasme
wajah kronis dan infeksi kornea. Untuk mencegah yang terakhir, mata dapat
dilindungi oleh penutup , atau direkatkan ditutup selama tidur dan untuk waktu
istirahat, dan tetes mata air mata atau salep mata seperti mungkin disarankan,
terutama untuk kasus kelumpuhan lengkap. Mana mata tidak menutup sepenuhnya,
reflex juga dipengaruhi perawatan besar harus diambil untuk melindungi matadari
cedera.

Komplikasi lain dapat terjadi dalam kasus regenerasi tidak lengkap atau keliru
dari saraf wajah yang rusak. Saraf dapat dianggap sebagai sebuah paket dari koneksi
saraf individu yang lebih kecil yang cabang ke tujuan yang tepat. Selama
pertumbuhan kembali, saraf umumnya mampu melacak jalur asli untuk tujuan yang
tepat, tetapi beberapa saraf bisa sidetrack menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai
sykinesis.

Selain itu, sekitar 6% dari pasien menunjukkan sindrom buaya air mata, juga
di sebut gustatolacrimal reflex atau sindrom Bogorad, pada pemulihan, dimana
mereka akan menitikkan air mata saat makan. Hal ini di duga disebabkan regenerasi
dari saraf wajah, sebuah cabang yang mengontrol kelenjar lakrimal dan ludah.

21

Anda mungkin juga menyukai