Skenario 4
Skenario 4
SKENARIO
Bu Lisa umur 30 tahun, saat ini sedang hamil 20 minggu, mengeluh mendadak terasa mati
rasa pada pipi kanan dan turunnya wajah sisi kanan yang terjadi sejak 1 jam yang lalu.
Sebelumnya Bu Lisa tidak pernah mengalami trauma kepala. Setelah di bawa oleh suaminya
ke dokter. Dan dokter melakukan pemeriksaan, ternyata Bu Lisa mengalami kesukaran
menutup kelopak mata kanannya, lipat nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri.
Pada sudut bibir Bu Lisa juga mengeluarkan air liur dari sisi kanan mulutnya. Pemeriksaan
neurologis selebihnya normal. Dan tekanan darah Bu Tina normal 120/80 mmHg.
1
BAB II
KATA KUNCI
2
BAB III
PROBLEM
3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 BATASAN
Mati rasa adalah sensasi abnormal yang dapat terjadi di mana saja di tubuh,
tetapi yang paling sering dirasakan di tangan, kaki, lengan, atau kaki. Mati rasa ini
juga sering disebut dalam konteks emosional untuk menggambarkan perasaan
detasemen atau tidak adanya respons emosional, gejala umumnya terkait dengan
depresi. Dalam konteks fisik, mati rasa umumnya sebagai akibat dari kerusakan,
kekurangan darah atau penyakit saraf tertentu dalam tubuh. Mati rasa dapat memiliki
semua jenis penyebab yang berbeda, karena merupakan gejala dari penyakit yang
berbeda, penyakit dan kondisi.
4
Nervus fasialis merupakan nervus campuran, terdiri atas sensorik dan
motorik. Nervus fasialis juga menginervasi somatik dan visceral. Nervus
fasialis menginervasi daerah wajah. Nervus fasialis sejatinya terdiri atas 2
nervus di pangkalnya, yaitu nervus fasialis sendiri dan nervus intermedius.
Untuk membedakan, nervus fasialis yang sudah bergabung dengan nervus
intermedius selanjutnya akan disebut sebagai nervus fasialis-medius.
1. Nukleus Fasialis.
Merupakan nukleus motoris yang merupakan pangkal dari nervus fasialis.
Nukleus ini bersifat somatik (disadari) dan penting untuk ekspresi daerah
wajah.
1. Nukeus Solitarius.
Bersifat somatik sensoris. Berfungsi untuk pengecapan 2/3 anterior
lidah.
2. Nukleus salivatorius.
5
Nervus Fasialis-Medius
Begitu keluar dari bagian ventral pons, nervus fasialis dan nervus
intermedius bergabung menjadi satu yang seringkali disebut sebagai nervus
Fasialis (Fasialis-medius). Nervus ini kemudian masuk ke Meatus Acusticus
Internus bergabung dengan nervus VIII. Didalam canalis Acusticus, nervus ini
membentuk ganglion Geniculatum. Komponen somatik motorisnya akan terus
berjalan dan keluar melalui Foramen Stylomastoideum dan menginervasi
daerah wajah. Kearah anterior komponen motorik ini akan mempunyai 5
cabang yaitu:
Cabang temporal
Cabang zygomatical
Cabang bucal
Cabang mandibular
Cabang cervical
Nervus Intermedius
Nervus ini memiliki 3 komponen, yaitu:
1) Visceral efferent.
Selain itu terdapat serabut yang langsung keluar dari ganglion geniculatum
kearah ganglion pterygopalatina kemudian serabut postganglionnya akan
menuju ke glandula nasalis dan glandula lakrimalis.
6
2) Special gustatory afferent
Serabut ini berasal dari 2/3 anterior lidah untuk menghantarkan impuls
rasa (pengecap). Serabut ini berjalan bersama corda tympani, kemudia
berakhir di nukleus solitarius.
3) Somatic Afferent
Serabut ini berasal dari reseptor di pina, canalis akustikus externus serta
membrana tympani bagian eksterna untuk menghantarkan rangsang
sentuhan, tekanan, suhu, serta nyeri.
4.3 PATOFISIOLOGI
Proses inflamasi pada N VII( Fasialis) yang menyebabkan peningkatan diameter N.VII
( Fasialis ) sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui os temporal.
Perjalanan N VII (Fasialis) keluar dari os temporal melalui kanalis fasialis yang
mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen
meatal. Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi
atau iskemik dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.
Angin yang masuk kedalam foramen stilomastoideum ini membuat syaraf
disekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan atau peradangan syaraf nomor
tujuh atau nervus facialis ini mengakibatkan pasokan darah kesyaraf tersebut terhenti.
Hal ini menyebabkan kematian sel sehingga fungsinya sebagai penghantar impuls
7
atau rangsangan terganggu. Akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot
wajah tidak dapat diteruskan.
Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,
tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir adanya lipatan pada nasolabial
Sebagian besar penderita mengalami paresis atau merasakan ada beban di
wajahnya,meskipun sebetulnya sensasi di wajah adalah normal
Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan
dalammenutup matanya di sisi yang terkena (Lagophtalmus)
Berkurangnya ketajaman pengecapan disebabkan edema nervus fasialis di
tingkatforamen stylo mastoideus meluas sampai pada bagian nervus
Gerakan bibir menyimpang ke sisi yang tidak sehat
Konjungtiva bulbi tidak tertutup penuh menyebabkan iritasi
Ptosis (penurunan kelopak mata)
Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah
menetes.adanyagangguan minum dan makan
8
4.4 PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
1. Otitis Media
3. Lyme Disease
4. Polineuropati
5. Tumor Metastase
6. Multiple Sklerosis
4.5.1 ANAMNESA
Identitas :
9
c. Tidak tahan panas
d. Bekerja naik sepeda motor
Riwayat obat : belum di beri obat sama sekali, hanya diberi vitamin biasa.
Inspeksi
Perkusi : Sonor
10
BAB V
HIPOTESIS AWAL
Gejala
Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dan tanpa ekspresi,
tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir. Sebagian besar penderita
mengalami mati rasa atau merasakan ada Beban di wajahnya, meskipun sebetulnya
sensasi di wajah adalah normal.
Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan
dalam menutup matanya di sisi yang terkena. Kadang penyakit ini mempengaruhi
pembentukan ludah, air mata atau rasa di lidah
5.2 STROKE
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau
mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.
11
Gejala
Nampak sinyal tanda kehilangan rasa atau kelemahan pada muka, bahu, atau
kaki, terlebih bila cuma terjadi pada separuh tubuh.
12
BAB VI
Banyak orang menganggap serangan bell’s palsy sebagai stroke. Padahal dua
penyakit ini sangat berbeda karena bell’s palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti
stroke.
Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pasca
serangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut
antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup
sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli
bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19.
Pada beberapa kasus serangan bell’s palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi
pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang.
Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang
terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan
anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke
disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau
kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell’s palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf
wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan
merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang
disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui
suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. “Setelah mencapai
kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih
kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian
depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell’s palsy
13
Serangan bell’s palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.
Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat.
Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak
bisa digerakkan dengan normal. “Bedanya dengan stroke, bell’s palsy tidak diiringi dengan
kelumpuhan separuh badan. bell’s palsy hanya menyerang bagian wajah
14
BAB VII
Pada skenario ini pasien mengeluhkan mendadak terasa mati rasa pada pipi kana. Dan
turunnya wajah pada sisi kanan. Dan pada pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
menyatakan bahwa pasien mengalami kesukaran menutup kelopak mata kanannya, lipat
nasolabial sisi kanannya lebih licin daripada sisi kiri dan pada sudut bibir pasien juga
mengeluarkan air liur. Dari keluhan yang dirasa pasien dan hasil pemeriksaan dokter
kelompok kami mendiagnosis pasien tersebut menderita Bell’s Palsy, karena apa yang apa
yang dikeluhkan pasein dan hasil pemeriksaan dokter merupakan salah satu gejala atau tanda-
tanda dari Bell’s Palsy.
15
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Etiologi
Vasospasme
N. VII Terjepit
Iskemia N. VII
Paralisis N. VII
16
BAB IX
9.1 PENATALAKSANAAN
Pelaksanan Fisioterapi
1. Pemanasan dengan IR
a. Persiapan alat
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan terapi
17
2. Massage
b. Persiapan pasien
c. Pelaksanaan terapi
3. Stimulasi Elektris
a. Posisi pasien
18
c. Pelaksanaan
19
memberikan contoh tahanan-tahanan yang harus dilakukan, kemudian pasien
melakukannya sendiri.
5. Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah (1) pasien diminta
untuk menghindari udara dingin secara lansung pada wajah, (2) pasien
dianjurkan untuk menggunakan tetes mata setelah seharian beraktivitas, ini
bertujuan untuk mencegah iritasi pada mata, (3) pasien dianjurkan untuk
mengompres pada wajah dan telinga bagian belakang, dengan cara
menggunakan handuk kecil dan air hangat kemudian ditempelkan pada wajah
sisi lesi dan pada daerah telinga belakang, selama 10 menit, (4) pasien
dianjurkan untuk melakukan massage pada wajah selama 10 menit, dengan
arah dari wajah sisi sehat (kanan) ditarik kearah telinga wajah sisi lesi (kiri),
dan dengan tekanan ringan, hal ini bertujuan agar tidak merusak serabut otot
pada wajah. (5) setelah di massage pasien dianjurkan untuk melakukan latihan
di depan cermin, dengan gerakan seperti mengangkat alis, mendekatkan kedua
alis, menutup mata, mengkerutkan hidung, tersenyum, bersiul.
20
BAB X
10.1 PROGNOSIS
Meskipun gejala Bell’s Palsy menakutkan, ada kesempatan saraf akan dapat
bekerja dengan baik lagi. 85% orang dengan cerebral Bell pulih sepenuhnya dalam
beberapa bulan. Anak-anak hampir penuh sepenuhnya.
Jika rasa sakit kembali dalam waktu lima sampai tujuh hari setelah gejala
dimulai, lebih memungkinkan anda akan sembuh sepenuhnya dan semakin besar
kemungkinan anda akan sembuh sepenuhnya jika otot-otot wajah abnda tidak
semuanya lumpuh pada titik yang paling parah.
10.2 KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari kondisi kronis adalah hilangnya rasa (ageusia), spasme
wajah kronis dan infeksi kornea. Untuk mencegah yang terakhir, mata dapat
dilindungi oleh penutup , atau direkatkan ditutup selama tidur dan untuk waktu
istirahat, dan tetes mata air mata atau salep mata seperti mungkin disarankan,
terutama untuk kasus kelumpuhan lengkap. Mana mata tidak menutup sepenuhnya,
reflex juga dipengaruhi perawatan besar harus diambil untuk melindungi matadari
cedera.
Komplikasi lain dapat terjadi dalam kasus regenerasi tidak lengkap atau keliru
dari saraf wajah yang rusak. Saraf dapat dianggap sebagai sebuah paket dari koneksi
saraf individu yang lebih kecil yang cabang ke tujuan yang tepat. Selama
pertumbuhan kembali, saraf umumnya mampu melacak jalur asli untuk tujuan yang
tepat, tetapi beberapa saraf bisa sidetrack menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai
sykinesis.
Selain itu, sekitar 6% dari pasien menunjukkan sindrom buaya air mata, juga
di sebut gustatolacrimal reflex atau sindrom Bogorad, pada pemulihan, dimana
mereka akan menitikkan air mata saat makan. Hal ini di duga disebabkan regenerasi
dari saraf wajah, sebuah cabang yang mengontrol kelenjar lakrimal dan ludah.
21