Anda di halaman 1dari 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kajian teori dalam penelitian kualitatif berfungsi membantu peneliti untuk


membuat berbagai pertanyaan penelitian, memandu bagaimana mengumpulkan
data dan analisis data.

2.1. Kurikulum 2013


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 19).
Kurikulum pendidikan nasional telah mengalami sepuluh kali perubahan paska
kemerdekaan yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006, dan 2013 (Kurniasih dan Sani, 2014a). Permendikbud Nomor 103 Tahun
2014 menjelaskan pembelajaran dalam kurikulum 2013 berbasis kompetensi.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) tahun 2004 lalu diteruskan dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (Kurniasih dan Sani 2014b). Pembelajaran pada
kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik dan menggunakan metode yang
variatif sesuai karakteristik mata pelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kimia diantaranya dengan peta konsep, simulasi, dan kegiatan
laboratorium (Demircioğlu, 2013).
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bentuk operasional Standar
Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan ada 8 yaitu standar
pengelolaan, standar biaya, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan
tenaga pendidikan, standar sarana prasarana, dan kompetensi inti lulusan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 perlu
memerhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1)
pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan;
(2) kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik; (3) mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan
pencapaian kompetensi; (4) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari
tujuan pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, negara, serta
perkembangan global; (5) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi
Lulusan; (6) Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi; (7) Standar Penilaian
dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan Standar Proses; (8)
Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti; (9)
Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam satu mata pelajaran; (10) kurikulum satuan
pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan
pendidikan; (11) proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik, untuk berpartisipasi aktif,
serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik;
(12) penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk; serta (13) proses belajar
dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Pengembangan kurikulum 2013 dilaksanakan dengan melakukan penataan
pada Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar
Penilaian yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013.
Pengembangan tingkat wilayah berkaitan dengan pengembangan kompetensi dan
silabus berupa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Pengembangan tingkat
satuan pendidikan disesuaikan dengan jenis lembaga dan jenjang pendidikan
untuk mewujudkan pencapaian kompetensi oleh peserta didik.
Implementasi kurikulum 2013 menemui berbagai persoalan akibat
persiapan yang kurang matang. Revisi kurikulum 2013 diberlakukan smenjak
bulan juli 2016. Revisi dilakukan pada penyesuaian KI dan KD untuk setiap mata
pelajaran. Aspek sikap spiritual (KI -1) dan sikap sosial (KI-2) tidak dihilangkan
tetapi diintegrasikan dalam semua mata pelajaran dan diajarkan secara
kontekstual. Kompetensi sikap spiritual dan sosial dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik. Penilaian aspek sikap bersifat kualitatif berupa deskripsi
dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas (Permendikbud
no 23 tahun 2016).
2.1.1. Standar Kompetensi Lulusan
Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016, Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
meliputi tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi inti
diturunkan dari SKL terdiri atas sikap spiritual (Kompetensi Inti 1), sikap sosial
(Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan keterampilan
(Kompetensi Inti 4). Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi sikap spiritual dan
sosial dikembangkan secara tidak langsung pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan dan ketrampilan.
Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam kompetensi dasar yang
dikontekstualisasikan sesuai mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan
kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik
untuk suatu mata pelajaran. Kompetensi inti dan kompetensi dasar merupakan
dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada pendidikan dasar dan menengah.
2.1.2. Standar isi
Standar Isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Tingkat kompetensi pengetahuan, kompetensi
keterampilan, dan ruang lingkup materi kimia untuk jenjang pendidikan Sekolah
Menengah kelas XI dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi Muatan Kimia untuk
kelompok peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam pada
SMA/MA/SMALB/PAKET C

Kompetensi Ruang Lingkup Materi


- Mengembangkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, - Termokimia
berpikir logis dan analitis, tekun, ulet, jujur, - Laju reaksi
disiplin, tanggung jawab, dan peduli melalui kimia. - Kesetimbangan
kimia
Kompetensi Ruang Lingkup Materi
- Menerapkan hukum-hukum dasar kimia, - Sifat larutan asam
energetika, kinetika dan kesetimbangan untuk basa dan pH larutan
menjelaskan fenomena yang terkait seperti - Kesetimbangan ion
kespontanan reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi jalannya suatu reaksi.
- Merancang dan melakukan percobaan kimia yang
mencakup perumusan masalah, mengajukan
hipotesis, menentukan variabel, memilih instrumen,
mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
- Menganalisis dan menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan sifat-sifat molekul, reaksi
kimia, kesetimbangan kimia, kinetika kimia, dan
energetika, serta menerapkan pengetahuan ini pada
berbagai bidang ilmu dan teknologi.
(Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan
menengah)
Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
2.1.3. Standar Proses
Proses pembelajaran yang sebelumnya meliputi eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi saat ini difokuskan pada pembinaan sikap, keterampilan dan
pengetahuan melalui penerapan model pembelajaran yang tepat (Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016). Aspek sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui
contoh, pembiasaan aktivitas dan teladan. Aspek pengetahuan dan keterampilan
diperoleh melalui pembelajaran yang kontekstual dan berpendekatan saintifik.
2.1.4. Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik (Permendikbud
Nomor 103 tahun 2014). Peserta didik perlu menemukan sendiri konsep yang
dipelajari sehingga pembelajaran lebih bermakna (Dewi, 2013). Pendekatan
saintifik merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
sehingga proses menemukan/membangun konsep menjadi lebih mudah.
Pendekatan saintifik meliputi: (a) mengamati; (b) menanya; (c) mengumpulkan
informasi/mencoba; (d) menalar/mengasosiasi; dan (e) mengomunikasikan.
Kelima hal tersebut dipandang sebagai kemampuan yang perlu dilatihkan dan
dimiliki peserta didik.
2.1.5. Standar Penilaian
Perubahan standar kurikulum menjadi kurikulum 2013 revisi tahun 2016
berdampak pada perubahan Standar Nasional Pendidikan salah satunya standar
penilaian. Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 standar penilaian
merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian. Prinsip penilaian hasil belajar meliputi
1. sahih, berarti penilaian mencerminkan kemampuan yang diukur;
2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti mencakup semua aspek
kompetensi dengan berbagai teknik penilaian yang sesuai
7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Penilaian meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan


penilaian otentik. Penilaian otentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik
karena menggambarkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan dalam
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kemendikbud
(2013) menyatakan penilaian otentik merupakan penilaian komprehensif mulai
dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, meliputi aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian otentik tidak hanya mengenai
pengetahuan kognitif melainkan aplikasi dari ilmu yang diperoleh dalam
menyelesaikan masalah di kehidupan sehari – hari. Jenis penilaian otentik antara
lain penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian projek, dan penilaian diri
peserta didik. Skema penilaian otentik dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Penilaian

Pengetahuan Ketrampilan Sikap

Tes Tes Penugasan Teknik Utama Penunjang


tertulis lisan lain,
contoh:
Observasi Penilaian
portofolio oleh guru diri dan
Benar- Kuis Tugas
observasi MP, BK Penilaian
salah, dan individu
pilihan dan wali Antar
tanya atau
kelas teman
ganda, jawab kelompok
menjodoh- di dalam
kan, isian, dan atau
uraian di luar
Proyek Produk
sekolah
Teknik lain:
Unjuk kerja Portofolio
contoh: tertulis

Gambar 2.1. Skema penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan


(Kemendikbud, 2015)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan penilaian merupakan aspek
yang penting dan krusial dalam pembelajaran oleh karena itu instrumen penilaian
yang ada dalam buku harus memenuhi standar penilaian.

2.2. Sumber Belajar


Sumber belajar bermacam bentuk dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Beberapa di antaranya dijelaskan Prastowo (2015), yaitu: (1) buku, lembar kertas
yang berjilid, baik berisi tulisan maupun kosong; (2) majalah, terbitan berkala
yang berisi liputan jurnalistik; (3) brosur, bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang disusun secara sistematis; (4) poster, plakat yang dipasang di tempat
umum; (5) ensiklopedia, buku atau serangkaian buku yang berisi uraian berbagai
hal dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad; (6)
film, selaput tipis dari seluloid yang dimainkan di bioskop; (7) model, barang
tiruan yang kecil dengan bentuk persis seperti tiruan; (8) transparansi, barang
plastik yang tembus cahaya dipakai untuk menampilkan tulisan pada layar
proyektor; (9) studio, ruang bekerja (bagi pelukis, tukang foto, dan sebagainya)
atau ruang untuk penyiaran radio dan televisi; (10) wawancara, tanya jawab
dengan seseorang untuk dimintai pendapat mengenai suatu hal; serta (11)
permainan, sesuatu yang digunakan untuk bermain, mainan, hal bermain dan
perbuatan bermain seperti sepak bola, bulu tangkis, dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan sumber belajar bisa
melalui apa saja dan di mana saja. Semua hal dapat dijadikan sumber belajar
selama membantu peserta didik mendapatkan praktik pengalaman belajar atau
memahami dalam proses belajar mengajar itu sendiri.

2.3. Buku teks


Buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang
dijilid dan diberi sampul (cover), yang menyajikan ilmu pengetahuan yang
disusun secara sistematis oleh pengarangnya (Prastowo, 2011). Buku teks mudah
dibawa, dapat bertahan untuk waktu yang lama, dan tidak membutuhkan media
lain untuk digunakan (Sunday, 2014). Penggunaan buku teks pelajaran dalam
pembelajaran diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11
Tahun 2005 Bab I Pasal 2 tentang Buku Teks Pelajaran yang menyatakan, “Buku
teks pelajaran digunakan sebagai acuan wajib oleh guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran”.
Buku teks dan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang sama.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku Bab I
Pasal 1 Ayat 3 menyebutkan, ”Buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah,
dan perguruan tinggi yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib
untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi
yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan
kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan.” Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dapat diperoleh simpulan
bahwa buku teks pelajaran adalah materi pembelajaran dalam bentuk cetak berisi
ilmu pengetahuan sebagai sumber belajar peserta didik.
2.3.1 Kriteria Buku Teks yang Baik
Buku teks sebagai sumber belajar harus diperhatikan kelengkapan dan
kesesuaian isi dari buku teks tersebut agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Akbar (2013) menjelaskan kriteria buku ajar yang baik, yaitu
(1) akurat, keakuratan dapat dilihat dari kecermatan penyajian, benar
memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip pendapat pakar;
(2) sesuai, terdapat kesesuaian kompetensi yang harus dikuasai dengan cakupan
isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca;
(3) komunikatif, isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis, jelas, dan tidak
mengandung kesalahan bahasa;
(4) lengkap dan sistematis, buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang
harus dikuasai, manfaat menguasai kompetensi, menyajikan daftar isi dan
daftar pustaka, uraian materinya sistematis;
(5) berorientasi pada student centered, terjadi interaksi antara peserta didik dan
sumber belajar;
(6) berpihak pada ideologi bangsa dan negara, buku ajar yang baik
mendukung ketakwaan kepada Tuhan, menumbuhkan nilai
kemanusiaan, menimbulkan kesadaran akan kemajemukan masyarakat,
menumbuhkan rasa nasionalisme, menumbuhkan kesadaran hukum, dan
berpikir logis;
(7) kaidah bahasa benar, ditulis menggunakan ejaan, istilah, dan struktur kalimat
yang tepat; serta
(8) terbaca, buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat
dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.

2.3.2 Standar Buku Teks Kimia


Badan Standar Nasional Pendidikan telah mengembangkan instrumen
penilaian buku teks. Standar buku teks yang baik meliputi empat unsur kelayakan
yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kebahasaan dan kelayakan
kegrafikaan. Empat unsur kelayakan tersebut dijabarkan dalam indikator-indikator
yang rinci sehingga siapa saja (baik penilai buku teks yang ditunjuk oleh BSNP,
penulis buku teks, guru, peserta didik, maupun masyarakat umum) dapat
menerapkannya. Standar isi yang digunakan terkait dengan aspek-aspek sebagai
berikut.
a. sikap spiritual yang memiliki sub aspek ajakan untuk menghayati dan
mengamalkan agama yang dianutnya.
b. sikap sosial yang memiliki sub aspek kecakapan personal dan sosial.
c. pengetahuan yang memiliki sub aspek dan indikator sebagai berikut
1) Cakupan materi, meliputi kelengkapan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran, keluasan materi sesuai KI 3 dan KD, dan kedalaman
materi sesuai KI 3 dan KD.
2) Keakuratan materi meliputi keakuratan fakta, keakuratan
konsep/prinsip/hukum/ teori, dan keakuratan prosedur/ metode.
3) Kemutakhiran meliputi kesesuaian dengan perkembangan ilmu,
keterkinian dan kekontekstualan fitur (contoh), penggunaan satuan
Sistem Internasional (SI)
4) Ketaatan pada hukum dan perundang-undangan meliputi, ketaatan
terhadap HAKI dan penggunaan bahan kimia secara bertanggung jawab
d. keterampilan yang memiliki sub aspek cakupan keterampilan, keakuratan
kegiatan, karakteristik kegiatan dan aplikasi/kewirausahaan.

(BSNP, 2014)
Kurikulum 2013 juga menerapkan pendekatan saintifik dan penilaian otentik
sehingga perlu dianalisis tingkat kesesuaian isi buku dengan penerapan
pendekatan saintifik dan penillaian otentik.
Berdasarkan penjelasan diatas aspek yang perlu dianalisis terkait
kesesuaian buku dengan Kurikulum 2013 adalah kesesuaian isi buku dengan
Kompetensi Dasar, pendekatan saintifik, dan penilaian otentik.

2.4. Kajian Penelitian Relevan


Tabel 2.5 Kajian Penelitian Relevan

Judul Metode
No Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Implementasi Deskriptif Implementasi Kurikulum 2013 pada mata
Kurikulum Kualitatif pelajaran IPS di SMP Kota Semarang
2013 pada menggunakan pendekatan implementasi
Mata Pelajaran kurikulum mutual adaptation, guru-guru IPS
IPS di Sekolah masih mengalami beberapa kendala dan
Menengah menyesuaikan dengan kondisi riil
Pertama (Studi dilapangan. Hal ini dibuktikan
pada Sekolah – pengembangan materi ajar yang belum
Sekolah di terpadu tetapi sudah menggunakan
Kota pendekatan saintifik. Kegiatan pembelajaran
Semarang) hanya terjadi di dalam kelas sehingga
(Pujatama, kurang memberikan pengalaman belajar
2014) secara konkret bagi peserta didik. Guru juga
mengalami kendala dalam proses penilaian
secara otentik diantaranya waktu yang lama
dan penilaian sikap cenderung subjektif.
2 Evaluasi Deskriptif Metode evaluasi yang digunakan adalah
Implementasi kualitatif model Countenan Stake yang membagi
Kurikulum komponen kurikulum dalam matrik
2013 di observasi dan matrik pertimbangan meliputi
sekolah tahap pendahuluan (antecedent), proses
Pelaksana (transaction), dan hasil (outcomes). Tahap
Mandiri pendahuluan meliputi kesiapan guru, buku,
(Budiani, sarana prasarana, dan rencana pembelajaran
2017) sangat baik (95%), tahap proses meliputi
kegiatan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran sangat baik (90%), dan hasil
implementasi meliputi respon peserta didik
dan hasil belajar juga sangat baik (94%).
3 The Analysis of Deskriptif Berdasarkan penyesuaian antara silabus dan
Syllabus kualitatif buku yang digunakan dengan tema
Judul Metode
No Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Suitability and "Pendekatan Ilmu Pengetahuan Terpadu"
Learning menghasilkan 17 bab yang akan diajarkan di
Materials In jurusan matematika. Tema nuansa
Science pengetahuan lokal perlu dikembangkan
Teaching sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
(Sulistiawati, tinggal peserta didik agar pembelajaran
2014) sains akan semakin menarik.
4 Mathematics Deskriptif Buku pelajaran Matematika yang
Textbook kualitatif direkomendasikan sudah sesuai dan
Analysis: A memadai dengan ketentuan Kurikulum
Study On Nasional Matematika untuk Sekolah
Recommended Menengah Atas dan mampu menghasilkan
Mathematics hasil belajar yang diinginkan. Beberapa
Textbooks In aspek yang masih harus diperhatikan dalam
School Use In buku teks adalah isi dari kegiatan siswa,
Southwestern panduan guru, serta susunan tugas. Warna
States Of yang menarik juga perlu diperhatikan.
Nigeria
(Sunday, 2014)
5 Evaluation of Deskriptif Buku pelajaran Bahasa Inggris kelas 6 dan 7
Text-book as kualitatif lebih fokus pada tata bahasa Bahasa Inggris,
Curriculum: sementara berdasarkan analisis kebutuhan
English for 6 fokus kemampuan berbicara lebih
and 7 Grades diutamakan oleh peserta didik. Buku teks
in Pakistan tidak memenuhi kebutuhan peserta didik di
(Shah, 2015) Pakistan dan menunjukkan bahwa sekolah
perlu memperbaiki buku tersebut/memilih
buku lain yang sesuai, untuk pembelajaran
yang sukses.
6 Evaluation of Deskriptif Analisis pada aspek evaluasi berbagai
the Third Class kualitatif penulis menunjukkan bahwa tampilan
Science Text umum, isi, alat bantu dan aktivitas dalam
Book from the buku memberikan kontribusi terhadap
Teacher’s perkembangan sikap peserta didik terhadap
Perspective at sains, dan bidang media sangat baik.
Madaba Sementara pengenalan buku, kelayakan
Municipality aktivitas dan pengalaman untuk potensi
(Kraishan, sekolah dan lingkungan sekitar kurang
2016) karena buku diadopsi dari luar Madaba atau
juga kurangnya keterlibatan guru dan orang
tua dalam menulis buku. Hasil total evaluasi
buku teks sains kelas tiga mencapai 70,6%.
7 Pentingnya Deskriptif Hasil penelitian menunjukan dari sisi
Pelatihan Kualitatif pengambil kebijakan memberi penegasan
Judul Metode
No Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Kurikulum bahwa penamaan; ide yang mencakup
2013 Bagi standar kompetensi lulusan dan kompetensi
Guru inti, kerangka dasar dan struktur kurikulum
(Sutjipto,2016) hakikatnya tidak mengalami perubahan.
Perubahan dan pemutakhiran Kurikulum
2013 mencakup koherensi KI-KD dan
penyelarasan dokumen; penataan
kompetensi sikap pada semua mata
pelajaran; penataan kompetensi yang tidak
dibatasi oleh pemenggalan taksonomi proses
berpikir; penyelarasan pembelajaran dan
penilaian; penyelarasan isi buku terhadap
perubahan KI-KD dan pembelajaran; dan
pemberian ruang kreatif kepada guru dalam
mengimplementasikan kurikulum. Pelatihan
implementasi Kurikulum 2013 bagi guru
untuk menyelaraskan kebijakan yang
diprogramkan guna mewujudkan
pemahaman bersama yang ideal terhadap
ide, rancangan, dan implementasinya.
8 Analisis Buku Deskriptif Hasil analisis memperoleh skor komponen
Pelajaran Kualitatif kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan
Fisika Sma kegrafikaan untuk buku A adalah 96,53 %,
Kelas XI yang 100%, 76,39%, 91,67% dan buku B sebesar
digunakan di 62,78%, 75,76%, 89,77%, 95,83%. Hasil
Salatiga penelitian menyatakan bahwa rata-rata
(Hartono, persentase akhir penilaian buku A dan B ini
2013) adalah 91,15% dan 81,04%. Menurut
analisis kualitas buku pelajaran, buku A
tergolong dalam kriteria “sangat baik” dan
buku B tergolong dalam kriteria “baik”.

9 Analisis Deskriptif Kesesuaian materi dalam buku dengan


Kesesuaian kualitatif Standar Isi pada Kurikulum 2013 dilihat dari
Materi pada (1) cakupan materi adalah 90,91%. (2)
Buku Teks Kesesuaian KD adalah 95,45%. (3)
Matematika Keluasan materi adalah 90,91%. (4)
Kelas VII Kedalaman materi adalah 90,91%. (5)
dengan Keakuratan materi adalah 81,82%. (6)
Kurikulum penyajian materi adalah 87,27%. Kesesuaian
2013 (Ramda, materi dalam buku dengan Standar Proses
2017) pada Kurikulum 2013 dilihat dari
substansinya adalah 90,9%. Kesesuaian
materi dalam buku dengan Standar Penilaian
Judul Metode
No Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
pada Kurikulum 2013 adalah sebesar
54,55%. Secara umum buku teks
Kemendikbud Matematika kelas VII edisi
revisi 2014 belum sepenuhnya sesuai
dengan Kurikulum 2013. Perbaikan perlu
dilakukan pada cakupan materi, kesesuaian
KD, kedalaman materi dan kesesuaian
dengan tingkat kognitif siswa, penyajian
materi, dan kesesuaian Standar Penilaian.
10 Analisis Deskriptif Berdasarkan kriteria kelayakan isi, materi
Kesesuaian Isi kualitatif buku tergolong luas dan dalam, tetapi
Buku Teks kurang lengkap. Berdasarkan kelayakan
Bahasa bahasa, buku tersebut menggunakan bahasa
Indonesia yang cukup ilmiah. Sedangkan berdasarkan
Berbasis kelayakan penyajian, buku tersebut kurang
Kurikulum konsisten dalam menyajikan sub-subbab.
2013 (Siagian,
2016)
2.5. Kerangka Berfikir
Buku teks pelajaran adalah materi pembelajaran dalam bentuk cetak berisi
ilmu pengetahuan sebagai sumber belajar peserta didik. Buku yang digunakan
harus sesuai dengan standar kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013 revisi
2016. Perubahan dalam kurikulum 2013 meliputi pembelajaran berbasis
kompetensi, pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian otentik.
Buku teks yang digunakan harus memenuhi standar kelayakan isi meliputi
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, pendekatan saintifik dan penilaian
otentik. Pendekatan saintifik diterapkan agar peserta didik mampu memperoleh
pengetahuan sendiri. Penilaian otentik juga harus tersedia untuk mengetahui
perkembangan kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan
keberhasilan kegiatan pembelajaran. Gambaran penelitian yang dilakukan dapat
dilihat pada Gambar 2.2
Kurikulum 2013 revisi 2016

Standar proses, standar isi, standar


penilaian

Satuan
BSNP Buku sebagai sumber belajar
Pendidikan

Buku teks berbasis kurikulum 2013

Analisis kesesuaian buku teks


dengan kurikulum 2013 revisi 2016

Gambar 2.4 Kerangka berpikir

Anda mungkin juga menyukai