Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah

suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai

kemampuan, mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan

kuman tertentu. Kebal terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit

lain (Depkes RI, 1996).

Vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke dalam tubuh

bayi atau anak yang disebut antigen. Di dalam tubuh antigen akan berekasi dengan

antibodi, sehingga akan terjadi kekebalan. Juga pada vaksin dapat langsung menjadi

racun terhadap kuman yang disebut antioksin (Depkes RI, 1993).

Menurut Setiawan (2008 dalam Nurani, Ginanjar, Dian S, 2012) Penyakit

campak atau disebut juga dengan morbili, rubeola, dan measles. Pengertian campak

menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit menular dengan gejala

kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai

dengan panas 38 derajat celcius atau lebih yang disertai salah satu gejala batuk, pilek,

Universitas Sumatera Utara


dan konjungtivitas. Penyebab penyakit campak yaitu sejenis virus yang disebut dan

masuk dalam golongan Paramyxovirus.

Menurut WHO (2010, dalam Nurani, ginanjar, Dian S, 2012) Organisasi

Kesehatan Dunia memberikan peringatan atas berkembangnya penyakit ini. Pada

tahun 2011 telah terjadi 6500 kasus campak. Dari data statistik WHO pada tahun

2010 menyebutkan bahwa 1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun

disebabkan oleh campak. Campak merupakan penyakit endemic di banyak negara

terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10

kasus per 10.000 orang dengan jumlah kematin 1-3 kasus per 1000 orang. Campak

masih ditemukan di negara maju. Pada tahun 2002 di dunia 777.000, diantaranya

202.000 anak berasal dari negara ASEAN (Association of South East Asia). Pada

tahun 2006 diperkirakan 345.000 kematian campak didunia dan sekitar 311.000

terjadi pada anak dibawah usia lima dan 663 kematian setiap harinya atau 27

kematian setiap jamnya.

Dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan

Incidence Rate campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan

CFR (Case Fatality Rate) pada KLB (Kejadian Luar Biasa) campak pada tahun 2010

adalah 0,233. Di Indonesia 21.893 kasus akibat komplikasi campak atau 9.22% dan

di vaksinasi 6.723 atau 325.64% (Profil Kesehatan, 2012).

Jumlah kasus kesakitan campak di Sumatera Utara berjumlah 156 kasus per

100.000 penduduk atau incidence ratio 1.20 dengan yang di vaksinasi 73 kasus atau

46.79% (Profil Kesehatan, 2012).

Menurut Kemenkes (2010 dalam Nurani, Ginanjar, Dian S, 2012) Campak

merupakan salah satu penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi). Imunisasi campak merupakan salah satu jenis imunisasi untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara


penyakit campak dan merupakan salah satu imunisasi dasar dari program dasar yang

dicanangkan oleh pemerintah, jadi masyarakat bisa melakukan vaksinisasi ini di

puskesmas, posyandu, rumah sakit atau dokter. Jadi cegah penyakit campak dengan

imunisasi campak saat bayi berusia 9 bulan dan diulang usia 6 tahun.

Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran paradigma sehat bahwa

upaya promotif dan preventif merupakan hal terpenting dalam peningkatan status

kesehatan. Salah satu upaya preventif yaitu meningkatkan cakupan dan kelengkapan

imunisasi. Di Indonesia pada tahun 2010 cakupan campak 74.4% sementara menurut

Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan persentase ini

menunjukkan cakupan campak ditingkat nasional belum mencapai target 60,2%.

Pada tahun 2011 total sasaran imunisasi 4.761.382 dengan cakupan bayi 4.459.036

atau 93,65 % (Profil kesehatan, 2012). Menurut Ditjen PPPL Kemenkes RI cakupan

imunisasi campak untuk tahun 2013 adalah 96.11% (Depkes RI, 2013).

Menurut Riset Kesehatan Dasar, (2007 dalam Purba, Eva Maya Sari, 2013)

Untuk imunisasi campak variasi cakupan juga terjadi menurut propinsi terendah di

Banten (62.3%) dan tertinggi di DI Yogyakarta (99.2%). Untuk tahun 2013

persentase cakupan imunisasi campak terendah di Papua yaitu 44.49% dan tertinggi

di Jambi yaitu 113.23% (Depkes RI, 2013).

Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pencapaian imunisasi di

Sumatera Utara (Sumut) masih rendah, jenis imunisasi campak ini yang cakupannya

masih rendah dibawah 90% atau 67.2% yaitu Kabupaten Tanjung Balai salah satu

dari 14 kab/kota di Sumatera Utara yang cakupan sangat rendah. Pada tahun 2013

cakupan imunisasi campak di Sumatera Utara jumlah sasaran imunisasi 298.893 dan

target tercapai 277.372 atau 92.80% (Depkes RI, 2013).

Universitas Sumatera Utara


Indikator MDGs (Millenium Development Goals) Sumatera Utara dalam

menurunkan angka kematian balita persentase anak umur 12-23 bulan yang

mendapat imunisasi campak yaitu pada tahun 2007 sebanyak 71.2%, tahun 2010

sebanyak 58.1% dan tahun 2012 sebanyak 94.4%, sedangkan cakupan campak

menurut Ditjen PPPL kemenkes RI adalah 92.09% (Depkes RI, 2013).

Drop out (DO) rate pada imunisasi DPT/Hb1-Campak mengambarkan

persentase yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 tetapi tidak mendapatkan campak.

DO Rate Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 5.1% telah melebihi batas

5%, sebanyak 16 kab/kota (48.5%) yang memiliki DO rate melebihi 5% dan

sebanyak 13 kab/kota (39.4%) memiliki DO Rate kisaran 0-5%. Sedangkan 4

kab/kota memiliki DO rate < 0% yang artinya cakupan imunisasi campak lebih besar

dari DPT/HB1 (Depkes RI, 2013)

Untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan (preventif) petugas

kesehatan sangat diperlukan dalam pelaksanaanya, namun cakupan yang diharapkan

tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya dukungan

masyarakat. Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui

pengkaderan. Kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai

langsung dalam pemberian imunisasi adalah kader atau orang yang ditunjuk untuk

membantu pelaksanaan pemberian imunisasi pada bayi dan balita (Azwar, 1998).

Seperti diketahui di dalam kegiatan posyandu kader sangat berperan terutama

dalam pelaksanaan posyandu yaitu mulai dari meja 1. Pendaftran bayi/balita, meja 2.

Penimbangan, meja 3. Pengisiaan KMS, meja 4. Ibu mendapatkan penyuluhan, dan

meja 5. Pelayanan imunisasi. Selain itu kader memiliki peranan memberitahukan

jadwal pelaksanaan imunisasi pada orang tua balita (Karwati dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kemenkes (2010, dalam Nurani, ginanjar, Dian S, 2012) Cakupan

imunisasi merupakan salah satu indikator keberhasilan dari program pemberantasan

dan pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Oleh karena

itu pelaksanaan kegiatan surveilens campak harus dilakukan untuk mempercepat

tercapainya reduksi campak di Indonesia mengingat hal tersebut menjadi salah satu

kesepakatan global.

Berdasarkan data di kota Medan cakupan imunisasi campak diatas target 90%

sasaran sebanyak 48.694 bayi yang mendapat imunisasi campak dengan sebanyak

47.928 bayi atau 98.6% (Depkes RI, 2013). Dan di Puskesmas Helvetia cakupan

campak mencapai sampai dengan tahun 2013 yaitu 97.2% dengan jumlah ibu yang

memiliki bayi umur 0-11 bulan 246 orang (Laporan Dinkes Kota Medan, 2013 ).

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Status Imunisasi Campak di

Puskesmas Helvetia Medan 2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah :

“Apakah ada hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di

Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 ? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi

campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

Universitas Sumatera Utara


1) Untuk mengetahui peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan tahun

2014.

2) Untuk mengetahui status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan

tahun 2014.

3) Untuk mengetahui hubungan peran kader dengan status imunisasi campak di

Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi kader kesehatan di posyandu


Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan untuk kader kesehatan

diposynadu lebih berperan aktif lagi.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai

pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan sumbangan dalam bidang ilmu pengetahuan di bidang kesehatan

khususnya dalam konteks kebidanan komunitas.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan,

menerapakan dan mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah ke

dalam situasi yang nyata yaitu masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai