OLEH :
HIJRAH AMALIAH AZIS, ST.,MT
Bab V Larutan
- Sifat dasar larutan
- Cara menyatakan konsentrasi larutan
- Sifat koligatif larutan
- Kelarutan dan hasil kali kelarutan
- Larutan elektrolit dan non elektrolit
1. MATERI
Materi adalah adalah segala sesuatu yang menempati ruang
dan memiliki massa. Materi dapat berupa benda padat, cair,
maupun gas.
Zat adalah materi yang memiliki susunan tertentu atau tetap
dan sifat-sifat yang tertentu pula.
Salah satu identitas kimia yang mudah dikenal adalah
wujudnya yaitu : padat,cair dan gas
2. Klasifikasi Materi
b. Suspensi
Suspensi adalah campuran kasar dan tampak heterogen. Batas antar
komponen dapat dibedakan tanpa perlu menggunakan mikroskop.
Suspensi tampak keruh dan zat yang tersuspensi lambat laun
terpisah karena gravitas.
Contoh: campuran kapur dan air
c. Koloid
Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan
dan suspensi. Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi
jika diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen.
Contoh: santan, air susu, cat.
4. Perubahan Materi
Energi merupakan penyebab utama terjadinya perubahan materi.
Perubahan materi dapat dibedakan menjadi:
a. Perubahan Fisika (perubahan fisik), yaitu perubahan pada
wujud atau penampilan fisik (sifat fisik) tetapi identitas
dasarnya (sifat kimianya) tetap (masih materi semula).
Perubahan fisika ini tidak menghasilkan zat lain.
b. Perubahan kimia, yaitu perubahan pada identitas dasar (sifat
kimia), sehingga materinya berbeda dengan materi semula.
Perubahan kimia ini menghasilkan materi lain (materi baru).
5. Sifat Materi
Berdasar kaitannya dengan perubahan materi, sifat-sifat materi
dapat dibedakan menjadi:
a. Sifat fisika (sifat fisik), yaitu sifat yang berhubungan dengan
penampilan fisik yang biasanya dapat diamati dari luar materi.
Sifat fisik ini tidak menyebabkan terbentuknya zat lain.
Contoh: warna, bau, rasa, titik didih, massa jenis.
b. Sifat kimia, yaitu sifat khas yang menjadi identitas dasar materi
yang dapat diamati di dalam materi tersebut. Sifat kimia ini
berhubungan dengan perubahan menjadi zat lain (menyebabkan
terbentuknya zat lain).
Contoh: keelektronegatifan, kereaktifan, energi ionisasi, energi
ikatan.
STRUKTUR ATOM
A. Pengertian Dasar
a. Partikel dasar : partikel-partikel pembentuk atom yang
terdiri dari elektron, proton den neutron.
c. Notasi unsur : z
AA
dengan X : tanda atom (unsur)
Z : nomor atom = jumlah
elektron (e)
= jumlah proton
(p)
A : bilangan massa = jumlah proton
+ neutron
Pada atom netral, berlaku: jumlah elektron = jumlah proton.
Contoh :
Fe !
Jawab :
Jawab :
Contoh:
B. Model Atom
1. MODEL ATOM JOHN DALTON
- atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dengan muatan
positif yang massanya merupakan massa atom tersebut
- elektron-elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti
tersebut
- banyaknya elektron dalam atom sama dengan banyaknya
proton dalam inti dan ini sesuai dengan nomor
atomnya
5. Bilangan-Bilangan Kuantum
Contoh:
Untuk:
Pertanyaan:
Jawab:
D. Konfigurasi Elektron
Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan
kuantum utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka
bilangan kuantum spinnya harus berlawanan.
Contoh:
TRIADE DOBEREINER
Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur
yang memiliki kemiripan sifat, yang ada hubungannya dengan
massa atom.
(+8)
Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na
(nomor atom 11) 3 11
Konfigurasi Lambang
Elektron Golongan
(n - 1) d1 ns2 III – B
(n - 1) d2 ns2 IV – B
(n - 1) d3 ns2 V–B
(n - 1) d4 ns2 VI – B
(n - 1) d5 ns2 VII – B
(n - 1) d6-8
VIII
ns2
(n - 1) d9 ns2 I–B
(n - 1) d10
II – B
ns2
nS2 (n-2)f1-14
Jika :
n = 6 adalah lantanida
n = 7 adalah aktinida
3. Unsur Sc dengan nomor atom 21, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
3d1
Contoh:
jari-jari atom Cl < jari-jari ion Cl-
jari-jari atom Ba > jari-jari ion Ba2+
1. Jari-jari atom
2. Sifat logam
3. Sifat elektropositif
4. Reduktor
5. Sifat basa/oksida basa
makin besar/kuat
1. Sifat elektronegatif
2. Oksidator
3. Potensial ionisasi
4. Affinitas elektron
5. Keelektronegatifan
a. HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2
Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada
temperatur tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan 2
atmosfir ?
Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2.5 = P2 . 10 P2 = 1 atmosfir
b. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile
diukur pada suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai
bilangan bulat den sederhana".
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut
1 liter gas hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14
Jawab:
V1/V2 = n1/n2 10/1 = (x/28) / (0.1/2) x = 14 gram
Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.
c. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan
keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
d. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama
mengandung jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan
bahwa pada keadaan STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4
liter volume ini disebut sebagai volume molar gas.
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1
atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol
Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter
Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27) V2 = 12.31 liter
C. KONSEP MOL
1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-
molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.
L = 6.023 x 1023
Jawab:
Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40
mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol
Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.
D. PERSAMAAN REAKSI
Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara
menggunakan bersama dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi
elektron gas mulia (ns2np6)
Contoh:
1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan
atom fosfor dikelilingi 10 elektron.
2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur
tergant~u~g jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.
akan tetapi:
Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund,
dimana cara pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa
elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-
masing orbital terisi dengan sebuah elektron.
3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan
karena di sekelilingnya telah terdapat
8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk
senyawa, misalnya XeF2 den XeO2.
Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom terjadi
dengan care saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam
orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang
berlawanan.
BEBERAPA MACAM IKATAN KIMIA YANG TELAH DIKETAHUI, ANTARA
LAIN :
Contoh:
Na Na + e-
1s 2s2 2p6 3s1
2
1s2 2s2 2p6 (konfigurasi Ne)
Cl + e- Cl-
2 2 6 2 5
1s 2s 2p 3s 3p 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 (konfigurasi Ar)
Antara ion-ion Na+ dan Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatik, sehingga
membentuk senyawa ion Na+Cl-.
a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar
Pemisahan muatan ini menjadikan molekul itu bersifat polar dan memiliki
"momen dipol" sebesar:
T=n.l
dimana :
T = momen dipol
n = kelebihan muatan pada masing-masing atom
l = jarak antara kedua inti atom
Jadi di sini terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron
sunyi), sedangkan atom lain sebagai
penerimanya.
SYARAT PEMBENTUKANNYA
IKATAN LOGAM
IKATAN HIDROGEN
Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa
yang sama.
F. Bentuk Molekul
Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Teori ini
menyatakan bahwa ikatan antar atom terjadi dengan cara saling bertindihan
dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital yang tumpang tindih harus
mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan.
Pertindihan antara dua sub kulit s tidak kuat, oleh karena distribusi muatan
yang berbentuk bola, oleh sebab itu pada umumnya ikatan s - s relatif lemah.
Sub kulit "p" dapat bertindih dengan sub kulit "s" atau sub kulit "p" lainnya,
ikatannya relatif lebih kuat, hal ini dikarenakan sub kulit "p" terkonsentrasi
pada arah tertentu.
Contoh:
Jumlah ikatan
Jenis ikatan Bentuk geometrik
maksimum
sp 2 Linier
sp2 3 Segitiga datar
sp3 4 Tetrahedron
dsp3 5 Trigonal bipiramid
sp2d ; dsp2 4 Segiempat datar
d2sp3 ; sp3d2 6 Oktahedron
BAB V
LARUTAN
A. Pendahuluan
LARUTAN adalah campuran dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik
yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air),
seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion
(tidak mengion).
B. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat
terlarut dan pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1. FRAKSI MOL
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:
* XA + XB = 1
2. PERSEN BERAT
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
3. MOLALITAS (m)
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air =
0,2 m
4. MOLARITAS (M)
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5. NORMALITAS (N)
N = M x valensi
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya
zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke
dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan
karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga
kecepatan penguapan berkurang.
Menurut RAOULT:
p = p o . XB
dimana:
p = tekanan uap jenuh larutan
po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
sehingga:
P = po . XA
dimana:
Contoh:
1. Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr
= 180) dilarutkandalam 50 gram air?
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:
mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol
mol air = 50/18 = 2,78 mol
fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 2,78) = 0.092
Penurunan tekanan uap jenuh air:
P = Po. XA = 18 x 0.092 = 1.656 mmHg
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan
dinyatakan sebagai: Tb = (100 + Tb)oC
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya
dinyatakan sebagai:
Tf = (O - Tf)oC
TEKANAN OSMOTIK
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat
menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui
membran semi permeabel (proses osmosis).
Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = , maka :
= n/V R T = C R T
dimana :
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram
garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf=
1.86)
Jawab:
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi,
tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka
harga derajat ionisasinya dianggap 1.
A. Pengertian Dasar
Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan
terjadi beberapa kemungkinan:
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat
larut larutan tak jenuh.
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat
larut larutan jenuh.
- Garam AB larut sebagian larutan kelewat jenuh.
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu
elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen.
Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut
dalam tiap liter larutannya.
Contoh:
K . [AgCl] = [Ag+][Cl-]
Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu
25oC, Mempunyai nilai [Ag+] [Cl-] = 10-10
B. Kelarutan
Larutan AX :
AX(aq) A+(aq) + X-(aq)
b b b
Dari contoh di atas. kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar
konsentrasi ion sojenis maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.
a. Pembentukan garam-garam
Contoh: kelarutan CaCO3(s) pada air yang berisi CO2 > daripada dalam air.
Contoh: kelarutan Al(OH)3 dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH)3 dalam
air.
Contoh: kelarutan AgCl(s) dalam NH4OH > daripada AgCl dalam air.
C. Mengendapkan Elektrolit
- [A+] x [B-] < Ksp larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
- [A+] x [B-] = Ksp larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap
- [A+] x [B-] > Ksp larutan kelewat jenuh; di sini terjadi pengendapan zat
Contoh:
Jawab:
karena : [Ca2+] x [CO32-] > Ksp CaCO3, maka akan terjadi endapan CaCO3
BAB VI
REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
A. Oksidasi - Reduksi
OKSIDASI REDUKSI
Oksidasi
Reaksi antara suatu zat dengan oksigen
Klasik
Reduksi Reaksi antara suatu zat dengan hydrogen
- Mengalami Reduksi
- Mengalami Penurunan Bilangan Oksidasi
Oksidator
- Memapu mengoksidasi
- Dapat menangkap elektron
Modern
- Mengalami oksidasi
- Mengalami kenaikan Bilangan Oksidasi
Reduktor
- Mampu mereduksi
- Dapat memberikan elektron
3. Hidrogen
Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1
Kecuali dalam hibrida = -1
4. Unsur-unsur Golongan IA
Dalam Senyawa, Bilangan Oksidasi = +2
8. Unsur halogen
F : 0, -1
Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br : 0, -1, +1, +5, +7
I : 0, -1, +1, +5, +7
Tahapan:
Contoh:
E. Elektrokimia
SEL ELEKTROKIMIA
1. Sel Volta/Galvani
1. terjadi penubahan : energi kimia energi listrik
2. anode = elektroda negatif (-)
3. katoda = elektroda positif (+)
2. Sel Elektrolisis
1. terjadi perubahan : energi listrik energi kimia
2. anode = elektroda positif (+)
3. katoda = elektroda neeatif (-)
F. Sel Volta
Sel Volta
1. Deret Volta/Nerst
a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn
Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au
2. Prinsip
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda katoda ; Arus listrik : katoda anoda
3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan
2. Sel Aki
= Katoda: PbO2
= Anoda : Pb
= Elektrolit: Larutan H2SO4
= Sel sekunder
4. Baterai Ni – Cd
= Katoda : NiO2 dengan sedikit air
= Anoda : Cd
G. Potensial Elektroda
POTENSIAL ELEKTRODA
1. Pengertian
Merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu unsur untuk
melepaskan atau mempertahankan elektron
2. Elektroda Hidrogen
- E° H2 diukur pada 25° C, 1 atm dan {H+} = 1 molar
- E° H2 = 0.00 volt
3. Elektroda Logam
- E° logam diukur terhadap E° H2
- Logam sebelah kiri H : E° elektroda < 0
- Logam sebelah kanan H : E° elektroda > 0
Catatan :
E° = potensial reduksi standar (volt)
R = tetapan gas - [ volt.coulomb/mol.°K] = 8.314
T = suhu mutlak (°K)
n = jumlah elektron
F = 96.500 coulomb
C = [bentuk oksidasi]/[bentuk reduksi]
H. Korosi
1. Prinsip
Proses Elektrokimia
Proses Oksidasi Logam
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
4. Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan
dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain
I. KOROSI
1. Prinsip
Proses Elektrokimia
Proses Oksidasi Logam
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
4. Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan
dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain
J. Elektrolisis
1. Katoda [elektroda -]
• Terjadi reaksi reduksi
• Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) den Alkali tanah
(IIA), Al dan Mn
• Reaksi:
2 H+(aq) + 2e- H2(g)
ion golongan IA/IIA tidak direduksi; penggantinya air
2 H2O() + 2 e- basa + H2(g)
ion-ion lain direduksi
2. Anoda [ektroda +]
• Terjadi reaksi oksidasi
• Jenis logam diperhatikan
K. Hukum Faraday
1. Hukum Faraday I
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
2. Hukum Faraday II
Rumus:
m1 : m2 = e1 : e2
Contoh:
Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas
oksigen yang terbentuk di anoda pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O =
16).
Jawab:
a. massa tembaga:
b. m1 : m2 = e1 : e2
ASAM BASA
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
2. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Contoh:
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton
donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini
bersifat ampiprotik (amfoter).
A. Stokiometri Larutan
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau
seluruhnya berada dalam bentuk larutan.
Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentuk larutan, maka
mol larutan dapat dinyatakan sebagai:
n=V.M
dimana:
n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan
Contoh:
Jawab:
2. Titrasi
Contoh:
Jawab:
2. Sebanyak 0.56 gram kalsium oksida tak murni dilarutkan ke dalam air.
Larutan ini tepat dapat dinetralkan dengan 20 mL larutan 0.30 M
HCl.Tentukan kemurnian kalsium oksida (Ar: O=16; Ca=56)!
Jawab:
KONSTANTA KESETIMBANGAN
A. Keadaan Kesetimbangan
Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi bolak balik. Apabila
dalam suatu reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan
reaksi ke kiri maka, reaksi dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum
reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai:
A + B C + D
- Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas yang
dimasukkan dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat yang berbentuk
gas saja sebab konsentrasi zat padat adalah tetap den nilainya telah terhitung
dalam harga Kc itu.
- Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan dalam
perhitungan Kc hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.
Contoh soal:
Jawab:
sama dengan 0.25, maka berapakah besarnya tetapan kesetimbangan bagi reaksi:
2C(g) 1/2A(g) + B(g)
Jawab:
C. Pergeseran Kesetimbangan
Bagi reaksi:
A + B C + D
KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN
- Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan
akan bergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
C. PERUBAHAN SUHU
Contoh:
Kp = Kc (RT) n
dimana n adalah selisih (jumlah koefisien gas kanan) dan (jumlah koefisien gas
kiri).
Contoh:
Pada suhu 300o C, harga Kp= 16. Hitunglah tekanan parsial CO2, jika tekanan total
dalaun ruang 5 atm!
Jawab:
Misalkan tekanan parsial gas CO = x atm, maka tekanan parsial gas CO2 = (5 - x)
atm.
E. Kesetimbangan Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih
sederhana.
Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan
jumlah mol mula-mula.
Contoh:
Contoh:
N2O4(g) 2NO2(g)
banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama.
Jawab:
A. Pendahuluan
pH = - log [H+]
pH = - log 10-7 = 7
Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus
ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.
1. pH Asam Kuat
Contoh:
Jawab:
Jawab:
2. pH Asam Lemah
dimana:
Contoh:
1. pH Basa Kuat
Contoh:
Jawab:
2. pH Basa Lemah
dimana:
Contoh:
Jawab:
D. Larutan Buffer
1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan
garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:
dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
Contoh:
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat
dengan 0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab:
2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan
garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb . Cb/Cg
dimana:
Cb = konsentrasi base lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Contoh:
Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH
dengan 0.1 mol HCl ! (Kb= 10-5)
Jawab:
mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka
campurannya akan membentuk
Larutan buffer.
pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9
E. Hidrolisis
Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau
basa.
1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat
(misalnya NaCl, K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk
jenis garam yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral).
2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah
(misalnya NH4Cl, AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang
terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).
3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat
(misalnya CH3COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang
terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang
demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).
4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah
(misalnya CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total
(sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung
harga Ka den Kb.
Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan
persamaan:
[H+] = Kh . Cg
dimana :
Kh = Kw/Kb
Kh = konstanta hidrolisis
Contoh:
Jawab:
NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara
langsung.
Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam
perhitungan digunakan persamaan:
[OH-] = K h . Cg
dimana:
Kh = Kw/Ka
Kh = konstanta hidrolisis
Contoh:
Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam
asetat ! (Ka = 10-5).
Jawab:
Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang
direaksikan, maka tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam
(CH3COONa) yang terbentuk.
1. KONSENTRASI
3. SUHU
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan
bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai
keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar.
Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k) terhadap suhu
dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT
dimana:
4. KATALISATOR
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi
tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir
reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti
sebelum reaksi.
TERMOKIMIA
1. Reaksi Eksoterm
2. Reaksi Endoterm
B. Perubahan Entalpi
Ditanya:
H reaksi = C2H4(g) + H2(g) C2H6(g)
H = Jumlah energi pemutusan ikatan - Jumlah
reaksi energi pembentukan ikatan
= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-
C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 Kj