Anda di halaman 1dari 18

“KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING”

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Bimbingan dan Konseling

yang dibina oleh Dr. Yeni Karneli. M.Pd, Kons.

Kelompok 11 :

Iwan Suhandri: 16063059

Yermon : 16063102

Raenon :16016023

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Dalam hal ini pun penulis masih dalam
tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.

Padang, 17 April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………..…………………… i

DAFTAR ISI.................................................................................……… ii

Bab 1 PENDAHULUAN…………………………………………………

1. Latar Belakang…………………….............................................

2. Rumusan Masalah………………………………………………

3. Tujuan ............................................................................................

Bab II PEMBAHASAN

1. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling .........................

Bab III PENUTUP

1. Simpulan ........................................................................................

2. Saran ..............................................................................................

KEPUSTAKAAN .........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi persoalan-


persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika
diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang semaksimal
mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, bahwa pemberian layanan


bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

Dalam ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut dilakukan agar setiap


permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak
menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi
belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang
cukup berarti.

Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan


bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung
jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan bimbingan
konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling


tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak
mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak adanya kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah, tidak hanya dengan layanan saja, tetapi harus ada kegiatan pendukungnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah
mengenai kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Kegiatan pendukung pada umumnya ditujukan secara langsung untuk memecahkan
masalah klien melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelanacaran dan keberhasilan
kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa
kontak langsung dengan sasaran.

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan pokok, aplikasi


instrumen dan bimbinga konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan
ahli tangan. Semua jenis kegiatan pendukung dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada
keempat bidang bimbingan, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil
kegiatan pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis layanan bimbingan
dan konseling.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian kegiatan pendukung BK?
2. Apa saja macam-macam kegiatan pendukung BK?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan apa itu kegiatan pendukung BK.
2. Dapat menjelaskan macam-macam kegiatan pendukung BK.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno dan Amti dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2009:315)
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan
pendukung. Agaknya Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal
dimiliki konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai
keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal.

Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk


memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk memungkinkan di
perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan
membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung
ini umumnya Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang
lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan guru lebih mudah memahami potensi
dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan
akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.dilaksanakan tanpa
kontak langsung dengan sasaran layanan( Hallen, 2000:89 ).

Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah memahami
potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini
diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.

B. Macam-Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan perlu dilaksanakan berbagai


kegiatan pendukung dalam hal ini, terdapat enam jenis kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, yaitu a) Aplikasi instrumen BK, b) Himpunan data, c) Kunjungan rumah, d)
Konferensi kasus, e) Tampilan kepustakaan, f) Alih tangan kasus.

a)Aplikasi Intsrumen
Aplikasi Instrumentas adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan
memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan
untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis


layanan dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu,
menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program.

Aplikasi instrumen bimbingan dan konseling, yaitu kegiatan pendukung bimbingan


dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik
(klien/konseli). Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes
maupun nontes.

Hasil pengumpulan data itu dipakai dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling
sebagaimana disebut terdahulu. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan
penunjang aplikasi instrumen ialah fungsi pemahaman.

Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah supaya diperoleh data tentang
kondisi tertentu atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh melalui aplikasi intrumentasi
selanjutnya digunakan sebagai bahan perimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan
konseling khuhusnya di sekolah akan lebih efektif dan efesien.

Secara khusus, aplikasi instrumentasi bertujuan untuk memahami kondisi klien (siswa)
seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-
masalah yang dialami, dan lain sebagainnya. Dengan aplikasi intrumentasi ini dapat
memberikan bantuan kepada klien (siswa) sesuai dengan kebutuhan dan masalah-masalah
yang dialami klien, lebih lanjut, tentu dapat mencegah dan mengatasi klaien dari masalah-
masalah yang dialaminya.

Komponen- komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi intrumentsi adalah
instrument itu sendiri (materi yang diungkapkan dan bentuk intrumen), responden, dan
penggunaan.

Pertama, instrumen. Terkait dengan instrument, ada dua subkomponen yang tidak
bisa dipisahkan, yaitu materi yang akan diungkapkan melalui instrument dan bentuk
instrument itu sendiri. Materi yang diungkapkan tentang klien itu melalui instrument tertentu
misalnya: (a) kondisi fisik individu (siswa) seperti keadaan jasmani dan kesehatan, (b)
kondisi dasar psikologi individu seperti : potensi dasar, bakat, minat dan sikap, (c) kondisi
dinamika fungsional psikologis, (d) kondisi atau kegiatan hasil belajar, (e) kondisi hubungan
sosial, (g) kondisi arah pengembangan dan kenyataan karier, (h) permasalahan yang sedang
dialami individu. Sedangkan bentuk instrumen yang dimaksud ialah alat yang digunakan
untuk mengungkapkan data klien apakah tes atau nontes seperti angket dan sebagainnya.

Kedua responden, yang dimaksud responden di sini adalah individu-individu yang


mengerjakan instrumen baik tes maupun nontes melalui pengadministrasian yang dilakukan
oleh konselor (pembimbing).

Ketiga, penggunaan instrument. Yang dimaksud dengan penggunaan instrument


adalah pihak-pihak yang daapt menggunkan instrumen-instrumen tertentu sesuai dengan
kewenangannya.Misalnya, instrumen tes psikologis untuk mengungkapkan kondisi
kepribadian siswa yang hanya digunakan oleh para psikolog yang memiliki kaidah
profesional.

Sebelum instrumen tertentu diterapkan, terlebih dahulu diadakan analisis yang


mendalam tentang perlunya instrumen tertentu diaplikasikan terhadap siswa atau sekelompok
siswa. Kesesuian antara jenis instrumen dengan responden, penyelenggara administrasi
instrumen, dan penggunaan hasil instrumen sangat menentukan keberhasilan layanan. Untuk
itu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Penyiapan instrumen

b. Pengadministrasian instrumen

c. Pengelolaan dan pemaknaan jawaban responden

d. Penyampaian hasil instrumen

e. Penggunaan hasil instrumen

Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana pelaksanaannya


menempuh tahapan-tahap tertentu. Adapun tahapan kegiatannya adalah: perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, analisis evaluasi, tindak lanjut, dan pembuatan laporan.
b) Himpunan Data

Menurut Prayitno dan Erman Amti, dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
2004:320) Penyelenggaraan himpunan data yaitu kegiatan pendukung Bimbingan dan
Konseling untukmenghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik (klien). Data yang telah terkumpul melalui berbagai
teknik/prosedur untuk sejumlah individu perlu dihimpun secara cermat. Misalnya di sekolah,
seorang konselor yang bertanggung jawab atas pelayanan bimbingan dan konseling untuk
150-200 orang perlu mengumpulkan data dalam jenis yang sangat bervariasi dan dalam
jumlah yang cukup banyak. Seluruh data tersebut perlu dihimpun dan disusun menurut suatu
sistem yang jelas, sehingga pemasukan dan pengeluarannya (untuk dipakai) dapat dilakukan
dengan mudah dan tetap terpelihara. Himpunan data pribadi sering disebut dengan
cumulative recorder.

Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data pribadi dan data
umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi berbagai hal dalam pokok-pokok
berikut:

a) Identitas pribadi

b) Latar belakang rumah dan keluarga

c) Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian

d) Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran

e) Hasil tes diagnostic

f) Sejarah kesehatan

g) Pengalaman ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah

h) Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan

i) Prestasi khusus yang pernah diperoleh

Data tersebut sering perlu dilengkapi dengan hasil-hasil pengamatan dan wawancara,
catatan anekdot, hasil angket dan isian tentang hal-hal tertentu, hasil inventori khusus,
misalnya tentang masalah-masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar, serta pelayanan
yang pernah diterima masing-masing siswa.
Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan
data dan pemanfaatnnya secara optimal:

1. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk
memberikan gambaran yang tepat tentang individu.
2. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang dan dinamis.
3. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem
tertentu.
4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
5. Mengingat bahwa data yang terkumpul cukup banyak, harus pula ditambah dan
dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data (untuk dipakai)
dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering
terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggara himpunan data itu.

Selain berkepentingan dengan himpunan data pribadi siswa, konselor di sekolah perlu
pula mengumpulkan data umum, yaitu data yang menyangkut berbagai informasi dan
berbagai hal tentang “lingkungan yang lebih luas”. Data umum ini pada umumnya dipakai
untuk layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran. Pengumpulan data umum
itu dapat dilakukan pengamatan, wawancara, angket ataupun daftar isian.

Sedangkan data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah siswa
atau indivisu di luar sekolah dapat disebut data kelompok, misalnya gambaran umum tentang
cita-cita pendidikan dan jabatan, masalah-masalah yang dialami, penyebaran prestasi belajar,
sikap dan kebiasaan belajar, hubungan sosial antar anggota kelompok. Data ini bersifat umum
juga, dalam arti bahwa dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, asalkan tidak disebut nama atau
identitas dari seseorang yang datanya ada di dalam kumpulan data itu. Data kelompok dapat
dipergunakan untuk layanan tertentu, seperti layanan bimbingan belajar, bimbingan
kelompok, konseling kelompok, dengan catatan, kerahasiaan setiap pribadi yang ada dalam
data kelompok itu tetap terjaga denga sebaik-baiknya.

c) Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi tertaskannya permasalahan
peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja
sama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang lebih jauh


tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa, melainkan hanya untuk siswa
yang permasalahan menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua
sajalah yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah
orang tua boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh konselor. Cara
yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikendaki itu, selain melalui wawancara
secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan orang tua
yang dipanggil datang ke sekolah.

Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah, setidak-
tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut


paut dengan keadaan rumah/orang tua.
2. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.
3. Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang


dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari pihak orang tua serta atas
persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah
ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi, 2002: 237).

Kegiatan konselor di rumah orang tua siswa, sesuai dengan agenda yang telah
disampaikan kepada orang tua, dapat berupa wawancara, pengamatan terhadap fasilitas
belajar anak di rumah, diskusi atau bimbingan dan konseling kelompok dengan sejumlah
anggota keluarga, pengisian daftar isisan, dan lain-lain. Laporan kunjungan rumah dibuat
secara khusus dan diletakkan pada himpunan data. Hasil kunjungan rumah dapat langsung
dipakai sebagai bahan pertimbangan penanganan masalah, dan dapat pula digunakan di dalam
konfersi kasus.

Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah:

1) Perencanaan
Menetapkan kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan KR, menyiapkan
data dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan keluarga, menetapkan materi KR dan
meyiapkan kelengkapan administrasi.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaannya adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan KR, melakukan KR


berupa: Bertemu anggota keluarga (ortu/wal), Membahas masalah klien, Melengkapi data,
Mengembangkan komitmen, Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan
menyimpulkan hasil KR

3) Evaluasi dan Analisis

Mengevaluasi proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan dan keakurautan


data hasil KR serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi penggunaan data dalam rangka
pengentasan masalah klien. Dan menganalisis terhadap efektifitas penggunaan hasil KR
terhadap penanganan kasus.

4) Tindak Lanjut

Tindakan selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu dilaksanakan KR


ulang atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan
hasil KR yang lebih lengkap dan akurat. Serta menyusun laporan KR, menyampaikan
laporan dan mendokumentasi laporan.

d) Konferensi Kasus

Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien/konseli) dalam suatu forum
pertemuan yang dihindari oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan,
keterangan kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.
Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Dalam konferensi
kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu
forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti guru pembimbing/konselor, wali
kelas, guru mata pelajaran/praktik, kepala sekolah, orang tua, dari tenaga ahli lainnya) yang
diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan
bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

Konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Di sekolah


konfersi kasus biasanya diselenggarakan untuk membantu permasalahan yang dialami oleh
siswa. Tujuan konfersi kasus ialah untuk:

1. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang


permasalahn siswa.
2. Terkomukasikannya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu
menjadi lebih mudah dan tuntas.
3. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya
penanganan itu lebih efektif dan efisien.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang diundang dan
diminta berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam konfersi itu adalah:

1) Mereka yang berperan sangat menentukan bagi siswa yang bermasalah (seperti
orang tua/guru)
2) Pihak yang diharapkan dapat memberikan keterangan ataupun masukan berkenaan
permasalahan di atas
3) Pihak-pihak lain yang diharapkan dapat ikut memberikan kemudahan bagi
penanganan masalah siswa.

Dengan demikian tampak bahwa para peserta konfersi kasus itu sangat mungkin
berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, dengan wawasan yang berbeda, dan
menghadiri konfersi itu dengan persepsi awal dan tujuan yang berbeda-beda pula. Oleh
karena itu, sebelum pembicaraan tentang permasalahan dimulai, konselor perlu terlebih
dahulu mengembangkan struktur pertemuan secara keseluruhan.

Konferensi kasus untuk satu permasalahan dapat dilakukan dengan beberapa kail,
sesuai dengan perkembangan penanganan masalah yang dimaksud. Untuk setiap pertemuan
yang diadakan, konselor perlu membuat agenda yang jelas. Lebih jelas, laporan setiap
penyelenggaran dan hasil-hasil setiap pertemuan juga perlu disusun. Hasil dan laporan
konfersi kasus ini dimasukkan ke dalam himpunan data.
Konferensi dipimpin oleh ahli bimbingan yang secara langsung menangani kasus
tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat di dalamnya adalah personel yang ada sangkut
pautnya dengan permasalahan yang dihadapi kasus seperti kepala sekolah, guru guru bidang
studi, wali kelas, petugas kesehatan (tim medis), dan lain-lainnya.

Masing-masing peserta sudah siap dengan berbagai data dan informasi tentang kasus
yang akan dibahas dalam konferensi kasus. Maka dari itusebelum konferensi kasus
dilaksanakan mutlak diperlukan pembagian tugas diantara peserta konferensi kasus. Supaya
konferensi kasus berjalan sesuai dengan waktu dan rencana yang telah ditetapkan, dan terarah
moderator dan notulis perlu ditunjuk.

Masalah yang akan menjadi titik pusat pembahasan dalam konferensi kasus adalah
kasus yang telah dipersiapkan dan diajukan oleh peserta konferensi kasus. Klasifikasi
masalah siswa yang dapat diajukan dalam pembahsan konferensi kasus salah satu atau
beberapa masalah yang dihadapi siswa dibawah ini:

Masalah belajar, yang antara lain berkenaan dengan:

1) Kebiasaan belajar yang kurang efektif dan efisien.


2) Kemampuan belajar yang kurang memadai.
3) Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai.
4) Kondisi lingkunga belajar yang kurang menguntungkan.
5) Masalah sosial pribadi, di antaranya:
6) Kekurangharmonisan hubungan antara teman.
7) Kekurangserasian hubungan dengan orang tua.
8) Kekurangserasian hubungan dengan guru.
9) Gambaran diri yang kurang tepat.
10) Kebiasaan hidup yang kurang sehat.
11) Kenakalan remaja.
12) Gangguan-gangguan psikis.
13) Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
14) Pemilihan jurusan yang kurang tepat.
15) Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat.
16) Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memadai.
17) Pengenalan sekolah sambunga dan perguruan tinggi yang kurang memadai.
18) Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai.
Setelah semua data dapat dikumpulkan maka langkah seanjutnya adalah menganalisa
data tersebut secara komprehensif, sehingga dapat diputuskan suatu rekomendasi, tentang
teknik bantuan pemecahan masalah yang diberikan.

Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus dapat dicatat dalam format konferensi


kasus. Dalam satu kali pertemuan, mungkin diputuskansuatu rekomendasi. Oleh karena itu,
perlu diadakan pertemuan berikutnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersam
antara peserta konferensi kasus.

e) Tampilan Kepustakaan

Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang


dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan
belajar, dan karir atau jabatan.

Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan


memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor
pada khususnya, dan dalam pengembangan diri pada umumnya. Pemanfaatan tampilan
kepustakaan diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanaan dan atau klien
secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-
bahan yang ada di perpustakaan sesuai dengan keperlua. Tampilan kepustakaan merupakan
kondisi sangat memungkinkan klien memperkuat dan memperkaya diri dengan atau tanpa
bantuan konselor.[15]

f) Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik
(klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat
memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain
tempat kasus itu dialihtangankan).
Disekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik, wali
kelas, dan/atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalihtanagnkan siswa yang
bermasalah kepada guru pembimbing. Guru pembimbing atau guru kelas juga dapat
mengalihtangankan permasalahan siswa kepada ahli-ahlinyang relevan, seperti dokter,
psikiater, ahli agama, dan lain-lain.

Alih tangan bertujuan untuk mendapatkan penangana yang lebih tepat dan tuntas atas
masalah yang dihadapi oleh siswa dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu
pihak ke pihak lain yang lebih ahli.

1) Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan),


2) Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum,
3) Lembaga pelayanan psikologis,
4) Lembaga kepolisian,
5) Lembaga-lembaga penyelenggaraan tes,
6) Lembaga penempatan tenaga.

Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), perlu memperhatikan hal-hal
berikut:

1) Alih tangan kasus harus disertai dengan data lengkap berkaitan dengan masalah
yang dihadapi oleh siswa yang bersakutan.
2) Alih tangan kasus harus diberikan surat pengantar atau rekomendasi yang
menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.
3) Alih tangan kasus harus disetujui oleh siswa yang bersangkutan.
4) Pelayanan alih tangan kasus itu harus tetap menjadi tanggung jawab sekolah.
5) Pihak yag dialihtangankan harus diminta untuk menyampaikan laporan terinci
mengenai hasil upaya alih tangan itu kepada sekolah.

Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus Jika pelimpahan kasus
kepaa guru didalam sekolah sendiri atau kepada lembaga/pelayanan alih tangan kasus atau
rujukan telah disertai dengan data/informasi kasus yang diperlukan.

Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan
rekomendasikan tentang masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.
BAB III
PENUTUP

A.Simpulan

Menurut Prayitno dan Amti dalam (Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling 2009:315)
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan
pendukung. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang
lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan guru lebih mudah memahami potensi
dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan
akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan perlu dilaksanakan berbagai


kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat tiga jenis kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, yaitu a) Aplikasi instrumen BK, b) Himpunan data, c) Kunjungan rumah, d)
Konferensi kasus, e) Tampilan kepustakaan, f) Alih tangan kasus.

B. Saran

Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling ini adalah antara konselor dan klien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan
masalah-masalah yang dihadapai klien, demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut.
Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.
KEPUSTAKAAN

Dedi, Supriyadi.2004. Bimbingan Dan Konseling, Surakarta:Fak Psikologi UM.

Hallen. 2000. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.

[1] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74.

[1] Richeafrina23.blogspot.co.id/2014/06kegiatan-pendukung-bimbingan-konseling.html
diakses pada 17 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai