Anda di halaman 1dari 28

Joko Widodo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jump to navigation Jump to search

Joko Widodo

Presiden Indonesia ke-7


Petahana
Mulai menjabat
20 Oktober 2014
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Pendahulu Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur DKI Jakarta ke-14
Masa jabatan
15 Oktober 2012 – 16 Oktober 2014
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama
Fauzi Bowo
Pendahulu
Fadjar Panjaitan (Plt.)[1]
Pengganti Basuki Tjahaja Purnama
Wali Kota Surakarta ke-16
Masa jabatan
28 Juli 2005 – 1 Oktober 2012
Penguasa Pakubuwana XIII
monarki Mangkunegara IX
Deputi F.X. Hadi Rudyatmo
Pendahulu Slamet Suryanto
Pengganti F.X. Hadi Rudyatmo
Informasi pribadi
21 Juni 1961 (umur 57)
Lahir Surakarta, Jawa Tengah,
Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik PDI Perjuangan
Pasangan Iriana
Gibran Rakabuming Raka[2]
Anak Kahiyang Ayu[3]
Kaesang Pangarep[3]
 Noto Mihardjo
 Sudjiatmi
Orang tua
[4]

Alma mater Universitas Gadjah Mada


Pengusaha
Pekerjaan
Politikus

Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961; umur 57
tahun) adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Ia
terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014.
Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16
Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, dia
adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober 2012
didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota.[5] Dua tahun menjalani periode
keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta
berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).[6]

Joko Widodo berasal dari keluarga sederhana. Bahkan, rumahnya pernah digusur sebanyak
tiga kali, ketika dia masih kecil,[7] tetapi ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, dia menekuni profesinya sebagai
pengusaha mebel.[7] Karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada
tahun 2005.[8] Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah Kota
Surakarta menjadi kota pariwisata, kota budaya, dan kota batik.[9] Pada tanggal 20 September
2012, Jokowi berhasil memenangi Pilkada Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap
mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "muda" dan "bersih",
meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.[10]

Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan
media.[11][12] Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk
pemilihan umum presiden Indonesia 2014.[13] Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama
Jokowi terus unggul.[14] Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri
menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan calon presiden dari PDI Perjuangan sampai
setelah pemilihan umum legislatif 9 April 2014.[15] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014,
Jokowi menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden, tiga minggu
sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum kampanye.[16]

Masa kecil dan keluarga


Lihat pula: Keluarga Joko Widodo

Joko Widodo bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo (kanan), dan adik-adiknya di 'Rumah
Saya', Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis, 20 September 2012 pada saat pencalonan
gubernur DKI Jakarta.

Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sudjiatmi dan merupakan anak sulung
dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan
bernama Iit Sriyantini, Ida Yati dan Titik Relawati[17]. Ia sebenarnya memiliki seorang adik
laki-laki bernama Joko Lukito, namun meninggal saat persalinan. Sebelum berganti nama,
Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono.[18] Ayahnya berasal dari Karanganyar,
sementara kakek dan neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali.[19] Pendidikannya
diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk
kalangan menengah ke bawah.[20]

Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli
panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Saat anak-anak
lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian
bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun[7][21].
Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Penggusuran yang
dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan
kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan
permukiman warga.[22]

Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.[23] Ketika
ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga
pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.[24]

Jokowi menikah dengan Iriana di Solo, tanggal 24 Desember 1986, dan memiliki 3 orang
anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1988), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep
(1995).

Masa kuliah dan berwirausaha


Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur
kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul
skripsi "Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya
Surakarta". Selain kuliah, ia juga tercatat aktif sebagai anggota Mapala silvagama.

Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area
Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah
dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang
kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada
tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang
diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena
tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali
dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari Ibunya.[25]

Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan
yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat
kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik
di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk
memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan
kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.[21]

Kiprah politik

Selebaran kampanye Jokowi untuk menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun 2005.

Wali Kota Surakarta

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Karier Joko Widodo sebagai Wali Kota Surakarta

Pada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali
kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar
36,62%.[8] Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman pada masa muda, ia
mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai
penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami
perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri.[9] Salah satunya adalah
kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi
politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana
Universitas Indonesia.[26]

Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan,[27] berbagai kawasan


seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan,[28] dan Solo menjadi tuan rumah
berbagai acara internasional.[28] Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam
merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia".[29] Berkat pencapaiannya ini,
pada tahun 2010 ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta dengan suara melebihi 90%.[30]
Kemudian, pada tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI
Jakarta.[6]

Gubernur DKI Jakarta

Suasana di posko pemenangan Jokowi di Jalan Borobudur 22.


Lihat pula: Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012

Pilkada 2012 putaran I

Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur
DKI Jakarta[31] pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka
Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih
ragu. Sementara itu Prabowo Subianto juga melobi PDI Perjuangan agar bersedia mendukung
Jokowi sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan
Calon Gubernur.[32] Pada saat itu, PDI Perjuangan hampir memilih untuk mendukung Fauzi
Bowo dan Jokowi sendiri hampir menolak dicalonkan.[33] Sebagai wakilnya, Basuki Tjahaja
Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi dengan pindah
ke Gerindra karena Golkar telah sepakat mendukung Alex Noerdin sebagai Calon
Gubernur.[34]

Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon pertama yang
diperkuat oleh Lingkaran Survei Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi
Ramli akan memenangkan pilkada dalam 1 putaran.[35] Selain itu, PKS yang meraup lebih
dari 42 persen suara untuk Adang Daradjatun di pilkada 2007 juga mengusung Hidayat Nur
Wahid yang sudah dikenal rakyat sebagai Ketua MPR RI periode 2004-2009. Dibandingkan
dengan partai lainnya, PDI-P dan Gerindra hanya mendapat masing-masing hanya 11 dan 6
kursi dari total 94 kursi, jika dibandingkan dengan 32 kursi milik Partai Demokrat untuk
Fauzi Bowo, serta 18 Kursi milik PKS untuk Hidayat Nur Wahid.[36] Namun LP3ES sudah
memprediksi bahwa Jokowi dan Fauzi Bowo akan bertemu di putaran dua.[37]
Hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei pada hari pemilihan, 11 Juli 2012 dan
sehari setelah itu, memperlihatkan Jokowi memimpin, dengan Fauzi Bowo di posisi kedua.[38]
Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan
Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010[39] serta pendukung
Faisal Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya.[40]

Pilkada 2012 putaran II

Selebaran kampanye Jokowi dan Basuki selama pilkada.

Jokowi berusaha menghubungi dan mengunjungi seluruh calon,[41] termasuk Fauzi Bowo,[42]
namun hanya berhasil bersilaturahmi dengan Hidayat Nur Wahid[41] dan memunculkan
spekulasi adanya koalisi di putaran kedua.[43] Setelahnya, Fauzi Bowo juga bertemu dengan
Hidayat Nur Wahid.[44]

Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di putaran pertama
malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo.[45] Hubungan Jokowi dengan PKS juga
memburuk dengan adanya tudingan bahwa tim sukses Jokowi memunculkan isu mahar
politik Rp50 miliar.[46] PKS meminta isu ini dihentikan,[47] sementara tim sukses Jokowi
menolak tudingan menyebutkan angka imbalan tersebut.[48] Kondisi kehilangan potensi
dukungan dari partai-partai besar diklaim Jokowi sebagai fenomena "Koalisi Rakyat
melawan Koalisi Partai".[49] Klaim ini dibantah pihak Partai Demokrat karena PDI
Perjuangan dan Gerindra tetap merupakan partai politik yang mendukung Jokowi, tidak
seperti Faisal Basri dan Hendrardji yang merupakan calon independen.[50] Jokowi akhirnya
mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Misbakhun dari PKS,[51] Jusuf Kalla
dari Partai Golkar,[52] Indra J Piliang dari Partai Golkar,[53] serta Romo Heri yang merupakan
adik ipar Fauzi Bowo.[54]

Pertarungan politik juga merambah ke dunia media sosial dengan peluncuran Jasmev,[55]
pembentukan media center,[56] serta pemanfaatan media baru dalam kampanye politik seperti
Youtube.[57] Pihak Fauzi Bowo menyatakan juga ikut turun ke media sosial, namun mengakui
kelebihan tim sukses dan pendukung Jokowi di kanal ini.[58]

Putaran kedua juga diwarnai berbagai tudingan kampanye hitam, yang antara lain berkisar
dalam isu SARA,[59] isu kebakaran yang disengaja,[60] korupsi,[61] dan politik transaksional.[62]

Menjelang putaran kedua, berbagai survei kembali bermunculan yang memprediksi


kemenangan Jokowi, antara lain 36,74% melawan 29,47% oleh SSSG,[63] 72,48% melawan
27,52% oleh INES,[64] 45,13% melawan 37,53% dalam survei elektabilitas oleh
IndoBarometer,[65] dan 45,6% melawan 44,7% oleh Lembaga Survei Indonesia.[66]
Setelah pemungutan suara putaran kedua, hasil penghitungan cepat Lembaga Survei
Indonesia memperlihatkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai pemenang dengan 53,81%.
Sementara rivalnya, Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli mendapat 46,19%.[67] Hasil serupa juga
diperoleh oleh Quick Count IndoBarometer 54.24% melawan 45.76%,[68] dan lima stasiun
TV.[69] Perkiraan sementara oleh metode Quick Count diperkuat oleh Real Count PDI
Perjuangan dengan hasil 54,02% melawan 45,98%,[70] Cyrus Network sebesar 54,72%
melawan 45,25%.[71] Dan akhirnya pada 29 September 2012, KPUD DKI Jakarta menetapkan
pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa
bakti 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.[72][73]

Sebelum dan sesudah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, ia berjanji bahwa ia akan
menambah 1000 unit bus Transjakarta, lalu ia bisa dihubungi wartawan 24 jam, bahwa ia
akan bekerja 1 jam di kantor dan sisanya tinjau pelayanan publik. Ia juga berkata bahwa
dirinya tidak akan menggusur Pedagang Kaki Lima (PKL), dan juga akan membangun
kampung susun yang bukan apartemen; lalu ia akan memperbaiki sistem pendidikan dan
kesehatan, memberikan penghargaan ke semua ketua RT dan RW, dan ia juga menjanjikan
akan menambah ruang publik bagi remaja DKI.[74] Pada saat terpilih menjadi Gubernur DKI
Jakarta, permasalahan mulai berdatangan, dan semenjak musim hujan melanda Jakarta dan
masalah macet tidak usai, publik DKI mulai pesimis dan meragukan kemampuan Jokowi
dalam mengatasi masalah ibukota.[75]

Pasca Pilkada 2012

Setelah resmi menang di perhitungan suara, Jokowi masih diterpa isu upaya menghalangi
pengunduran dirinya oleh DPRD Surakarta, namun dibantah oleh DPRD.[76] Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi juga menyatakan akan turun tangan jika masalah ini terjadi,[77]
karena pengangkatan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak dianggap melanggar aturan
mana pun jika pada saat mendaftar sebagai Calon Gubernur sudah menyatakan siap
mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih, dan benar-benar mengundurkan diri
setelah terpilih.[78] Namun setelahnya, DPR merencanakan perubahan terhadap Undang-
Undang No. 34 tahun 2004, sehingga setelah Jokowi, kepala daerah yang mencalonkan diri di
daerah lain, harus terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya pada saat mendaftarkan
diri sebagai calon.[79]

Atas alasan administrasi terkait pengunduran diri sebagai Wali Kota Surakarta dan masa
jabatan Fauzi Bowo yang belum berakhir, pelantikan Jokowi tertunda[80] dari jadwal awal 7
Oktober 2012 menjadi 15 Oktober 2012.[81] Acara pelantikan diwarnai perdebatan mengenai
biaya karena adanya pernyataan Jokowi yang menginginkan biaya pelantikan yang
sederhana.[82] DPRD kemudian menurunkan biaya pelantikan menjadi Rp 550 juta, dari
awalnya dianggarkan Rp 1,05 miliar dalam Perubahan APBD. Acara pelantikan juga
diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menggratiskan dagangannya.[83]

Sehari usai pelantikan, Jokowi langsung dijadwalkan melakukan kunjungan ke


masyarakat.[84]

Kebijakan Selama Menjadi Gubernur

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Karier Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta
Kebijakan Joko Widodo selama menjabat Gubernur DKI Jakarta banyak yang bersifat
populis, seperti Kampung Deret, Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Namun
beberapa juga mendatangkan keberatan masyarakat, seperti dalam perbaikan saluran air,
peremajaan bus kecil, dan sterilisasi jalur busway.

Di awal menjabat, ia mendahulukan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat[85]
dan Kartu Jakarta Pintar[86], dan setelah mendapat kendali atas APBD, menjalankan
pembenahan saluran air di DKI Jakarta melalui program JEDI. Beberapa program
transportasi warisan pemerintahan sebelumnya seperti 6 Ruas Tol dan Monorel terhambat.
Sebaliknya, ia berkonsentrasi kepada transportasi massal MRT Jakarta, penambahan armada
Transjakarta, dan peremajaan bus kecil. Ia juga mengupayakan pengambilalihan pengelolaan
Sumber Daya Air melalui akuisisi Aetra dan Palyja.

Ia berperan dalam mengurangi diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier Pegawai
Negeri Sipil di DKI Jakarta melalui penerapan lelang jabatan. Sebagai salah satu dampaknya
adalah terpilihnya pejabat dari kalangan minoritas yang mendapat penolakan masyarakat.
Misalnya dalam kasus Lurah Susan.[87] Jokowi menyatakan dukungan bagi Lurah Susan.[87]

Pada masa pemerintahannya pula, DKI Jakarta mengadakan beberapa event kreatif seperti
Jakarta Night Festival[88], Pesta rakyat[89], dan Festival Keraton Sedunia.[90] Ia juga
memperbaiki kebersihan lingkungan di Jakarta, antara lain dengan melarang atraksi Topeng
Monyet.[91]

Kepresidenan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepresidenan Joko Widodo
Pergantian tampuk pimpinan
pemerintahan Indonesia.

Pencalonan awal

Joko Widodo pada Oktober 2014.

Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam
jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang
ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara
langsung.[11] Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan
kandidat lainnya,[14] sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.[13]
Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan
Jokowi di PDI-P harus disetujui oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan ia
menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan umum legislatif pada bulan
April.[15] Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat
mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi mengumumkan bahwa ia
bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden Republik
Indonesia dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014.[92] Ia juga mengungkapkan
kesiapannya sembari mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si
Pitung.[92] Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi 4.878,64,[93]
sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat hingga angka
11,386.[94] Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat mendongkrak suara PDI-P hingga
30% dalam pemilu legislatif.[95] Namun, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDI-P
gagal mencapai 20%.[96]

Lima hari setelah deklarasinya, pada tanggal 19 Maret 2014 Joko Widodo digugat oleh Tim
Advokasi Jakarta Baru di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Ia dinilai melanggar hukum
perdata karena meninggalkan jabatannya sebagai gubernur sebelum merealisasikan janji-
janjinya untuk melaksanakan program kerakyatan.[97] Namun, Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi mengkonfirmasi bahwa pencapresan Jokowi tidaklah melanggar hukum. Ia
berhak maju dan akan dengan mudah mendapat izin dari Presiden tanpa harus mengundurkan
diri karena sudah diatur dalam Undang Undang No 47 Tahun 2008 mengenai Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden. Seorang kepala daerah yang hendak maju dalam Pemilihan
Presiden harus mengajukan surat permintaan izin kepada Presiden dan Gamawan Fauzi tidak
merasa memiliki alasan untuk menghalanginya.[98]

Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon
wakil presidennya.[99] Pengumuman sekaligus deklarasi tersebut berlangsung di Gedung
Joeang 45 di Menteng, Jakarta.[99] Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai
Hanura.[99] Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi
Pemilihan Umum.[100]

Menjelang pemilihan umum presiden, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang
dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres boneka,[101] keislaman Jokowi yang
diragukan,[102] tuduhan bahwa Jokowi adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei
Hong Leong,[103] hingga klaim bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.[102]

Kebijakan
Pelantikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2014

Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat, Kartu
Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk
meredam sementara kenaikan harga BBM.[104] Jokowi dikritik karena meluncurkan program
yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran[105] , namun hal ini
dibantah oleh Jusuf Kalla, dengan argumen bahwa program kartu tersebut sebenarnya
kelanjutan dari program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program
tersebut.[106]

Mulai tanggal 8 November, ia mengikuti beberapa konferensi tingkat tinggi, seperti APEC,
Asian Summit, dan G20. Jokowi menuai kontroversi setelah presentasinya di depan
pengusaha di APEC. Sebagian mencerca presentasi ini sebagai upaya menjual negara kepada
kepentingan asing[107], sementara di lain pihak pidatonya dipuji karena dianggap tepat pada
sasaran, dibanding presiden negara lain yang hanya memberi ceramah yang mengambang[108].
Dari APEC, Jokowi berhasil membawa komitmen investasi senilai Rp300 Triliun.[109]

Sekembalinya dari luar negeri, ia menunjuk Faisal Basri sebagai ketua Tim Pemberantasan
Mafia Migas, melantik Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta, dan
mengumumkan kenaikan BBM dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Kebijakan ini sempat diikuti
demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia.[110][111] Jokowi ingin mengalihkan dana subsidi
tersebut untuk pembangunan infrastruktur dan kesehatan.[112] Di bidang kelautan, Jokowi
menginstruksikan perlakuan keras terhadap pencuri ikan ilegal. Selain meminta diadakannya
razia, ia juga berharap kapal pelanggar aturan ditenggelamkan.[113] Di bidang pertanian,
Jokowi membagikan 1099 unit traktor tangan di Subang dengan harapan menggenjot
produksi petani.[114] Ia juga mendorong terjadinya reformasi agraria dengan mendorong
petani mendapat sertifikat sehingga dapat menggarap tanah dengan status legal. Ia juga
mendorong hak penguasaan adat dan pengolahan hutan untuk kepentingan rakyat dengan
konsep perhutanan sosial.[115]

Jokowi mendapat sambutan hangat dan pujian ketika menyampaikan pidato di hadapan
peserta peringatan ke 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada 22 April 2015. Jokowi
menyampaikan perlunya mereformasi PBB dan badan internasional lainnya. Ia dipandang
berani mengkritik lembaga prestisius dunia seperti PBB, Dana Moneter Internasional, dan
Bank Dunia. Jokowi pun menuai kritik dari peneliti Amerika Serikat karena ia dipandang
tidak konsisten dalam mengajak investor asing untuk masuk ke Indonesia.[116]

Di bidang infrastruktur, Jokowi telah memulai banyak proyek pembangunan untuk mengejar
ketertinggalan Indonesia dalam sektor ini, di antaranya adalah melakukan Jalan Tol Trans-
Sumatera[117], Tol Solo-Kertosono[118], pelabuhan Makassar[119], meresmikan operasional
terminal Teluk Lamong sebagai bagian dari Greater Surabaya Metropolitan Port[120], dan
lain sebagainya.

Pada masanya, tercatat telah terjadi swasembada beras, jagung, bawang merah, dan cabai[121],
dengan membandingkan angka produksi yang lebih besar dari kebutuhan. Namun masih
ditandai dengan beberapa kali impor untuk alasan memenuhi cadangan dan kepentingan
kebutuhan beras dan jagung khusus yang tidak bisa disediakan petani. Indonesia.

Di depan Joko Widodo dalam pembukaan forum kerja sama ekonomi negara-negara Asia-
Pasifik (APEC) di Da Nang, Vietnam, Donald Trump secara khusus memuji Indonesia
sebagai contoh negara yang berhasil mengangkat diri dari keterpurukan melalui institusi
domestik dan demokratis.[122]

Kebijakan di Papua

Jokowi memberikan perhatian khusus bagi Papua. Terlihat dari frekuensi kunjungan yang
terhitung sangat sering dibanding presiden sebelumnya, dan banyaknya pembangunan
infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah pembangunan pasar tradisional dan jalan lintas
Papua[123]. Banyak bandara perintis dibangun atau dibenahi sehingga terlihat lebih baik dan
kapasitasnya lebih besar. Ia juga menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun
2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat pada 11 Desember 2017.[124]

Pada kunjungannya ke Papua bulan Mei 2015, Jokowi membebaskan 5 tahanan politik OPM
dan membebaskan wartawan asing untuk melakukan peliputan di Papua seperti halnya daerah
lain di Indonesia. Jokowi beralasan bahwa Indonesia sudah harus berpikir positif dan saling
percaya[125]. Kebijakan Jokowi ini menuai pro dan kontra, terutama di kalangan DPR RI yang
menyatakan bahwa kebijakan tersebut dapat membuat isu Papua dipolitisir ke dunia luar,
karena masalah Papua yang sangat sensitif.[126]

Agama
Jokowi memeluk agama Islam dan bercerita bahwa ia pertama kali naik haji pada tahun 2003,
dan sesudahnya umrah minimal empat kali.[127] Namun, menjelang pemilihan umum presiden
2014, muncul berbagai tudingan yang mempertanyakan keislaman Jokowi, sehingga pada
tanggal 24 Mei 2014 Jokowi menyatakan bahwa ia adalah bagian dari "Islam yang rahmatan
lil alamin, Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yang memegang teguh
UUD 45."[128] Ia juga menyatakan bahwa ia bukan bagian dari kelompok Islam yang "sesuka
hatinya mengafirkan saudaranya sendiri", "menindas agama lain", "arogan dan menghunus
pedang di tangan dan di mulut", "suka menjejerkan fustun-fustunnya", "menutupi
perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan serban", atau
"membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat".[128]

Ideologi
Sebagai Presiden Indonesia terpilih, Jokowi menegaskan sikap politiknya untuk memimpin
Indonesia dengan kekayaan manusia, budaya, dan pluralitasnya supaya tidak kehilangan arah
dalam mengejawantahkan isi UUD 1945 dan makna Pancasila. Sikap ini menurutnya juga
dipandang perlu diimplementasikan oleh setiap pemimpin pada semua level pemerintahan
baik kota hingga skala nasional. Jokowi memilih memaknai lewat ajaran trisakti Bung Karno
yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional
di bidang kebudayaan.[129]

"Saya sebagai seorang Presiden juga harus punya ideologi jelas, apa itu? Berdaulat, berdikari
dan berkepribadian. Ideologi kita sama, Pancasila, tetapi cara penerapannya berbeda. Ada
yang lewat gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada yang lewat cara cara lain. Seorang
pemimpin baik di kota, kabupaten, gubernur provinsi, tingkat nasional, memimpin itu harus
punya ideologi. Harus ada ideologinya. Tanpa itu kita tak punya arah." [129]
Penghargaan
Atas prestasinya, oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10
Tokoh 2008".[130] Kebetulan di majalah yang sama pula, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab
dengan panggilan Ahok pernah terpilih juga dalam "10 Tokoh 2006" atas jasanya
memperbaiki layanan kesehatan dan pendidikan di Belitung Timur. Ahok kemudian menjadi
pendampingnya di Pilgub DKI tahun 2012.[131]

Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis


Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan
pemberdayaan pedagang kaki lima.[132]

Pada tanggal 12 Agustus 2011, ia juga mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama untuk
prestasinya sebagai kepala daerah mengabdikan diri kepada rakyat.[133] Bintang Jasa Utama
ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga negara sipil.[134] Pada Januari
2013, Joko Widodo dinobatkan sebagai wali kota terbaik ke 3 di dunia atas keberhasilannya
dalam memimpin Surakarta sebagai kota seni dan budaya, kota paling bersih dari korupsi,
serta kota yang paling baik penataannya.[135] Oleh KPK, dia diberi penghargaan atas
keberaniannya melaporkan berbagai barang gratifikasi yang diterima.[136]

Atas kemampuannya mensosialisasikan program-progam pemerintah sehingga mendapat


dukungan masyarakat banyak, ia diganjar sebagai Marketer of The Year 2012 oleh Markplus
Conference 2013, Marketing: Into Innovation and Technology.[137]

Penghargaan Joko Widodo [tampilkan]

Lain-lain
Gaya kepemimpinan

Presiden Joko Widodo dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry di Istana
Merdeka, 20 Oktober 2014.
Presiden Joko Widodo dengan Direktur IMF Christine Lagarde di Istana Merdeka.

Jokowi dikenal akan gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan membumi. Ia seringkali
melakukan "blusukan" atau turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung
permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat. "Blusukan" juga dilakukan untuk
menemui lan.

Ia juga mendapat penghargaan internasional dari Kemitraan Pemerintahan Lokal Demokratis


Asia Tenggara (Delgosea) ini atas keberhasilan Solo melakukan relokasi yang manusiawi dan
pemberdayaan pedagang kaki lima.gsung warga dan mendengar keluh kesah mereka. Gaya
yang unik ini dijuluki The New York Times sebagai "demokrasi jalanan".[138] Jokowi juga
dianggap unik dari pemimpin lainnya karena tidak sungkan untuk bertanya langsung kepada
warga dan mendekati mereka bila akan melancarkan suatu program.[139] Namun, gaya ini juga
menuai kritik. Misalnya, ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman menyatakan bahwa
"blusukan" hanya menghabiskan waktu dan energi, sementara yang dibutuhkan adalah
kebijakan langsung dan bukan sekadar interaksi.[140] Anies Baswedan juga menilai
"blusukan" merupakan pencitraan belaka tanpa memberikan solusi.[141]

Selain "blusukan", kepemimpinan Jokowi juga dikenal akan transparansinya. Misalnya, Joko
Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sama-sama mengumumkan jumlah gaji bulanan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada umum.[142][143] Ia juga memulai sejumlah
program yang terkait dengan transparansi seperti online tax, e-budgeting, e-purchasing, dan
cash management system.[142] Selain itu, semua rapat dan kegiatan yang dihadiri oleh Jokowi
dan Basuki direkam dan diunggah ke akun "Pemprov DKI" di YouTube.[144]

Gaya kampanye

Gaya berkampanye Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta menekankan pendekatan
langsung kepada masyarakat dengan mendatangi mereka langsung daripada mengumpulkan
orang di lapangan.[145] Jokowi mengklaim bahwa ia menghindari pemasangan spanduk,
poster, stiker, dan baliho di taman kota atau jalan karena menurutnya dapat mengotori kota,
sehingga ia secara langsung mencopot spanduk di depan bioskop Megaria, Jalan
Diponegoro.[146] Selama kampanye pilkada Jakarta, Jokowi juga dikenal akan baju kotak-
kotaknya, yang menurutnya dibeli satu jam sebelum berangkat ke Komisi Pemilihan Umum
Daerah dan dikatakan mewakili "warna-warni Jakarta yang harus diakomodasi".[147]

Salah satu kekuatan Jokowi dalam berkampanye adalah penggunaan media sosial. Selama
kampanye pilkada Jakarta, ia meluncurkan Jasmev atau Jokowi Ahok Social Media Volunteer,
yang merupakan jaringan antar kelompok sukarelawan tanpa bayaran.[55] Selain itu, Jokowi
juga membentuk media center[56] dan mampu memanfaatkan Youtube sebagai wadah
kampanye baru.[57] Pihak Fauzi Bowo sendiri mengakui keunggulan Jokowi di kanal ini.[58]

Berdasarkan hasil audit Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta pada Agustus 2012,
pemasukkan dana kampanye pasangan Jokowi-Basuki tercatat sebesar Rp 16,31 miliar,
sementara pengeluarannya mencapai Rp 16,09 miliar.[148] Sebagian besar dana dialokasikan
untuk spanduk, alat peraga, dan bahan kampanye, dengan biaya penyebaran bahan kampanye
sebesar Rp 4,2 miliar, alat peraga sebesar Rp 2,6 miliar, dan rapat umum sebesar Rp 2,1
miliar.[148] Biaya iklan cetak sendiri tercatat sebesar Rp 729 juta, sementara biaya iklan radio
mencapai Rp 516 juta.[148] Jokowi mengklaim bahwa sebagian besar dana digunakan untuk
kampanye "murah" dengan sasaran rakyat kecil.[148] Sebagai perbandingan, pengeluaran
kampanye Fauzi Bowo tercatat sebesar Rp 62,57 miliar, sementara pemasukkan dana
kampanyenya mencapai Rp 62,63 miliar.[148]

Salam Dua Jari

Lagu kampanye pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendapat perhatian media
internasional.[149]

Citra politik

Berkat kampanyenya selama pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012 yang menjanjikan
"Jakarta Baru", ia melejit menjadi tokoh nasional yang dikenal bersih, merakyat, dan mampu
menyelesaikan masalah.[150] Popularitasnya meroket hingga ia merajai survei-survei calon
presiden seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

Survei Joko Widodo [tampilkan]

Namun, menjelang pemilihan umum presiden Indonesia 2014, dugaan keterlibatan Joko
Widodo dalam kasus TransJakarta dikatakan mengganjal elektabilitas Joko Widodo.[151]
Selain itu, akibat gencarnya kampanye hitam, menurut Saiful Mujani Research and
Consulting tren kesukaan masyarakat terhadap Jokowi menurun hingga 8% sampai April
2014.[152]

Kontroversi
Mantan tim sukses Jokowi diduga terlibat dalam kasus busway berkarat, dan bahkan keluarga
Jokowi dituduh menerima aliran dana busway berkarat; namun, Jokowi membantah hal
tersebut,[153][154][155] dan Jaksa Agung Basrief Arief menegaskan bahwa kasus ini "belum atau
boleh dikatakan tidak menyangkut kepada Jokowi".[156] Jokowi juga dikritik karena tidak
mematuhi janjinya untuk menyelesaikan masa jabatannya sebagai gubernur Jakarta,[157]
walaupun Jokowi sendiri menyatakan bahwa bila ia menjadi presiden, akan lebih mudah
mengurus Jakarta karena memiliki wewenang terhadap proyek pemerintah pusat di
ibukota.[158] Ada anggapan bahwa Jokowi termasuk gagal mengatasi banjir dan macet.[159][160]
Anggapan bahwa Jokowi gagal dalam mengatasi banjir dan macet di Jakarta membuat
popularitasnya menurun.[161] Data dari BPS juga menunjukkan angka kemiskinan di Solo naik
saat Jokowi menjadi wali kota Solo.[162] Melesatnya popularitas Jokowi juga dikritik sebagai
pengaruh media yang kerap menonjolkan kebaikan Jokowi sementara kelemahannya
ditutupi.[163][164] Selain itu, Jokowi didapati menaiki pesawat jet pribadi untuk berkampanye
dari Banjarmasin ke Kota Malang, yang dianggap bertentangan dengan gaya hidup
sederhana.[165] Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Taufik Bahauddin
mengkhawatirkan kontroversi yang terjadi pada pemerintahan Megawati seperti skandal
BLBI, penjualan BUMN, penjualan kapal tanker VLCC Pertamina dan penjualan gas murah
ke China akan terulang pada pemerintahan Jokowi.[166]

Dia kembali menuai kontroversi setelah menunjuk HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung. HM
Prasetyo dinilai tidak punya pengalaman cukup baik di kejaksaan dan dianggap sebagai
titipan partai politik.[167]

Presiden Joko Widodo dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono pada Sidang
Istimewa Pelantikan Presiden RI 2014

Dia juga dinilai tidak konsisten karena mengangkat Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai
Golkar sebagai Menteri Perindustrian, setelah awalnya meminta menteri tidak rangkap
jabatan sebagai pengurus partai politik.[168] Sebelumnya Puan Maharani juga menjabat Ketua
DPP PDIP beberapa waktu saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Pengembangan
Manusia dan Kebudayaan.

Kemunculan nama Jokowi pada soal Ujian Nasional[169] dan kedatangan Jokowi di kampus
ITB[170] juga menuai kontroversi karena dinilai sebagai tindakan politisasi.

Pada masa kepresidenannya, Jokowi juga menuai kecaman setelah salah menyebutkan kota
tempat kelahiran Presiden RI pertama Ir. Soekarno dalam pidatonya di alun-alun Kota Blitar
pada tanggal 1 Juni 2015. Jokowi menyebutkan Soekarno lahir di Blitar, namun secara
sejarah Soekarno dilahirkan di Jalan Pandean, Peneleh, Kota Surabaya. Beragam kritik pun
dialamatkan kepada bawahannya seperti Setneg dan Tim Komunikasi Presiden akibat
memberikan bahan yang salah kepada Presiden.[171]

Jokowi kembali menuai kontroversi dan protes luas dari berbagai elemen masyarakat ketika
mengajukan calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan ke DPR pada
pertengahan Januari 2015. Budi dianggap sebagai calon Kapolri yang tidak bersih oleh publik
serta pernah menjadi ajudan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang dianggap
sebagai politik balas jasa. Sehari sebelum disahkan sebagai calon Kapolri oleh DPR, Budi
Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas kasus dugaan rekening gendut.
Presiden Jokowi lalu memutuskan untuk menunda pelantikannya sebagai Kapolri hingga
proses hukum yang membelit Budi Gunawan selesai serta menunjuk Wakapolri Komjen Pol
Badrodin Haiti untuk melaksanakan tugas sehari-hari Kapolri.[172]. Pada akhirnya Badrodin
Haiti resmi dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Jokowi pada tanggal 17 April 2015,[173]
lalu digantikan Tito Karnavian, sementara Budi Gunawan menempati posisi Kepala BIN.
Presiden Jokowi juga kembali menuai kecaman keras setelah menandatangani Peraturan
Presiden tentang Kenaikan Uang Muka Mobil Pejabat. Jokowi pun mengaku tidak tahu
Perpres yang ditandatanganinya dan akhirnya mencabut Peraturan tersebut.[174] Namun
terlanjur menghasilkan tertawaan "I Don't Read What I Sign".

Pemberitaan palsu

Artikel utama untuk kategori ini adalah Pemberitaan palsu mengenai Joko
Widodo.

Karena merupakan pemimpin yang muncul di masa maraknya penggunaan media sosial, Joko
Widodo adalah salah satu tokoh yang sering diserang dengan pemberitaan palsu, di antaranya
adalah memiliki orangtua Tionghoa, non-muslim, keluarga keturunan PKI, menantu hamil di
luar nikah, dan lainnya.

Jokowi dalam budaya populer


Buku

 Majeed, Rushda. "The City With a Short Fuse." Foreign Policy. September 2012.
 Majeed, Rushda. "Defusing a Volatile City, Igniting Reforms: Joko Widodo and
Surakarta, Indonesia, 2005-2011." Innovations for Successful Societies. Universitas
Princeton. Dipublikasikan pada bulan Juli 2012.
 Endah, Alberthiene. 2012.Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta.
 Suroso, Gatotkoco. 2012. Jokowi: Si Tukang Kayu.
 Ambarita, Domu D.; Megawati Soekarnoputri (pengantar). 2012. Jokowi: Spirit
Bantaran Kali Anyar.
 Thayrun, Yon. 2012. Jokowi: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker
 Hari Prast (Illustrator), Yoga Adhitrisna (Goodreads Author), Satriyo Wibowo. 2014.
DEMOKREATIF: Kisah Blusukan Jokowi
 Kristin Samah, Francisca Ria Susanti. 2014. Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi
 Kompasiana. 2013. Jokowi (Bukan) Untuk Presiden
 Syahirul A., Anas. 2013. Gado-Gado Kerikil Jokowi
 Yogaswara, A. 2012. Jokowi Ahok
 Sudarsono. Jokowi Effect
 Nugroho, Bimo. 2014. Indonesia Memilih Jokowi
 Nugroho, Bimo; Panca Setia, M. Yamin. 2014. Jokowi People Power
 Supriyono, Arif. 2012. Jokowi, Tokoh Perubahan
 Bimoseno, Arimbi. 2014. Jokowi Rapopo Jadi Presiden
 Nugroho, Bimo; Dwi Nugroho, Ajianto. Jokowi : Politik Tanpa Pencitraan
 Tim Relawan. 2014. Selamat Datang Presiden Jokowi
 Putra, Owen. Si Nyentrik yang Disukai: Jokowi
 Kompasiana. 2014. Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia
 Aksan, Hermawan. 2014. Jokowi Aku Rapopo : pandangan seorang jurnalis
 Indradie, Andri. 2013. Rakyat Memantau Ibukota, Rakyat Memantau Jokowi - Basuki
 Suwiknyo, Dwi. 2012. Jokowi: Pemimpin Yang Rendah Hati
 Soeseno, Ki Nardjoko. 2013. Falsafah Jawa Soeharto & Jokowi : menjadi pemimpin
kharismatis ala Soeharto dan Jokowi
 Sugiharto, R. Toto. 2012. Spirit Semut Ireng Jokowi: Muka Metal, Hati Keroncong
 Taufani, Bernard. 2012. Jokowi: From Zero to Hero: Kisah Nyata Anak Miskin Yang
Menjadi Orang Besar
 H.M., Zaenuddin. 2013. Banjir Jakarta: Dari Zaman Jenderal J.P. Coen (1621) sampai
Gubernur Jokowi (2013)
 Zaenuddin. 2012. Jokowi, Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi:
Kisah Wali Kota Yang Inspiratif
 Yazid, Husin. Berebut Kursi Jakarta Satu, Kenapa Foke & Jokowi?: Data Dan
Analisis Putaran Pertama Pilkada DKI Jakarta

Film

 Jokowi (film), adalah film drama Indonesia tahun 2013. Film ini dibintangi oleh
Teuku Rifnu Wikana dan Prisia Nasution. Film ini dirilis pada tanggal hari Kamis, 20
Juni 2013 untuk menyambut hari ulang tahun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
yang ke-52 pada tanggal hari Jumat, 21 Juni 2013, bersamaan dengan perayaan ulang
tahun Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang ke-486 pada tanggal hari Sabtu, 22 Juni
2013.
 Jokowi adalah Kita adalah film drama Indonesia yang mengisahkan tentang Joko
Widodo. Film ini dibintangi oleh Ben Joshua, Sylvia Fully, dan Agustin Taidy. Film
ini akan dirilis pada tanggal 20 November 2014.[175] Namun penayangannya
mengalami penundaan karena keputusan pemerintah untuk menaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM).[176]

'Curhat' Presiden Jokowi soal bisnis anak-anaknya: martabak dan


pisang goreng

Presiden Joko Widodo mencurahkan suara hatinya atau 'curhat' setelah menghadiri forum
Entrepreneurs Wanted!di Bandung, Senin (18/12).

Entrepreneurs Wanted! merupakan forum bincang-bincang antara wirausahawan dan para


generasi muda, yang dibuka dengan sambutan Presiden Joko Widodo.

"Saya tahu betul bagaimana cari modal usaha di awal-awal, kemudian kepalang keliling cari
pembeli, perizinan yang rumit, mengisi SPT pajak, mengurus karyawan, membeli alat
produksi," ujar Presiden.

Namun usai menghadiri acara itu, Presiden Jokowi, secara khusus menulis pesan tambahan
tentang pengalamannya ketika menjadi pengusaha meubel dan usaha itu sampai sekarang
masih berjalan.

"Perusahaan saya mengekspor meubel ke Eropa, Amerika, lalu sekarang banyak juga ke
Korea dan Jepang. Jadi saya tahu betul seluk-beluk berusaha," tulisnya tentang usaha yang
sempat ditekuninya selama 27 tahun.
Hak atas foto AFP Image caption Tak satupun dari ketiga anak Presiden Joko Widodo yang
meneruskan usaha meubel yang dirintisnya.

Presiden Jokowi mengaku sempat sedih karena tak satupun dari ketiga anaknya yang mau
meneruskan usaha tersebut.

"Yang bikin 'shock', waktu anak sulung saya Gibran datang: "Pak, saya mau jualan
martabak". Dalam hati saya, "Waduh, jualan martabak."

Namun Jokowi mengaku terkejut juga ketika mengetahui bahwa dalam rentang waktu lima
tahun saja 'brand value' pabrik kayu yang dibangunnya ternyata sudah kalah jauh dari 'brand
value' martabak milik Gibran.

Lompati Facebook pesan oleh Presiden Joko Widodo

Hentikan Facebook pesan oleh Presiden Joko Widodo

"Merek usaha martabak Gibran nilainya lima kali lipat dari merek pabrik kayu saya," tambah
Jokowi. "Itulah sebabnya saya tidak kaget lagi ketika tiga bulan lalu, anak bungsu saya
Kaesang, juga datang dan menyampaikan: 'Pak, saya mau jualan pisang goreng.' Ya sudah."

Tanggapan di Facebook

Pesan di Facebook itu mendapat sampai 9.500 komentar dan dibagi hingga sedikitnya 13.000
kali, seperti yang terlihat menjelang Senin (18/12) tengah malam.

Ibrahim Fahri menulis: "Inilah klu pemimpin dari bawah,wong cilik,jd tahu sekali bgmna
rasanya sulitnya berusaha d negeri ini,jd stlh menjadi presiden benar2 membela usaha wong
kecil."

Sedangkan Rafael Bonaventura berpendapat, "Liat dong, seketika bapaknya merasa kalah
sama anak nya. Ini baru didikan hebat."

Komentar singkat dari Sie Cun Hongadalah, "Anak presiden kok jualan martabak. Ini baru
keren..."

Adapun Lila Viana mengaku tertawa lepas membaca pesan Presiden Joko Widodo,
"Wkwkkwkwkw..., cara Bapak Jokowi menyampaikan cerita bener2 terdengar 'lucu alami' ...
saya sampai ketawa ngakak pas baca kalimat terakhir... tapi terusterang saya sangat kuagum
pak dengan keluarga bapak... sukses luarbiasa melalui cara yg sederhana.. KUEREN POL
pokoke Pak Jokowi."

Lila Viana tak lupa menyertakan pesannya dengan ikon tertawa dan jempol.

Namun ada juga pengguna Facebook yang bercanda menanggapi pesan presiden tersebut,
persisnya antara Fajar Sutikno yang bertanya, "Pak sya mau jualan krupuk, bisa sukses gak?"
dan dijawab oleh Muhammad Anfield Widiatmoko dengan, "Gk bakalan.....lau dibelakangmu
presiden baru laris" yang diikuti dengan ikon tertawa.
Fajar Sutikno kemudian membalas lagi, "Muhammad Anfield, berarti sya kudu ngasih label
krupuk Jokowi ya biar laris manis... haha malah tar kena sangsi" dan ditambah dengan tiga
ikon tertawa.
Belajar Berwirausaha dari Presiden Jokowi, Apa Saja Kiat Suksesnya?

Menjadi orang nomor satu di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, Presiden Joko
Widodo atau yang akrab disapa dengan Jokowi ini memiliki segudang pengalaman di dalam
menjalankan bisnis. Hal ini cukup beralasan, mengingat beliau adalah seorang pebisnis
sukses di bidang furnitur di Solo, Jawa Tengah.

Jauh sebelum menekuni karirnya di bidang pemerintahan, beliau telah terlebih dahulu
mencicipi ranah bisnis dengan memimpin sebuah perusahaan furnitur yang sukses. Hal ini
tentu bukan sebuah pencapaian yang dapat diraih dalam beberapa malam saja, sebab berbagai
hambatan tentu selalu mewarnai dunia bisnis.

Sosok sederhana yang rajin blusukan untuk melihat sendiri kondisi di lapangan ini, memiliki
berbagai cara jitu dalam menjalankan bisnisnya. Semua hal tersebut tentu dilakukan untuk
bisa meraih kesuksesan di dalam bisnis tersebut, dan tentunya bisa Anda terapkan di dalam
bisnis yang akan atau telah Anda jalankan saat ini. Simak beberapa cara yang dilakukan
Jokowi dalam mengelola dan membawa bisnisnya menuju kesuksesan seperti di bawah ini:

1. Jeli Melihat Peluang dan Memanfaatkannya

Sebelum memulai sebuah bisnis, Anda harus memiliki kemampuan untuk melihat peluang
pasar yang ada, sebab ini akan menentukan sukses atau tidaknya Anda dalam bisnis tersebut.
Hal inilah yang juga dilakukan oleh Jokowi, di mana beliau memiliki kemampuan yang baik
dalam melihat peluang yang ada untuk bisnis yang akan dijalankannya.

Selain pintar melihat peluang yang ada, Anda juga dituntut untuk bisa memanfaatkan peluang
tersebut menjadi sebuah kesempatan emas dalam meraih kesuksesan. Jangan membiarkan
peluang itu berlalu begitu saja tanpa melakukan apapun untuk meraihnya, sebab mungkin
tidak akan pernah ada lagi peluang yang sama ke depannya. Ambil dan lakukan dengan
segera, sehingga bisnis tersebut berjalan tepat waktu dan bisa berkembang di dalam sebuah
kesempatan yang sangat baik.

2. Kerja Keras dan Penuh Semangat

Dalam menjalankan sebuah bisnis, akan selalu dibutuhkan sebuah upaya yang maksimal dari
semua lini di dalamnya. Jalankan bisnis Anda dengan penuh semangat dan juga kerja keras,
sehingga hasil yang akan didapatkan juga maksimal dan sesuai dengan harapan. Hal ini tentu
bukan sebuah pekerjaan yang mudah, terutama bagi Anda yang tidak biasa melakukannya,
sehingga akan dibutuhkan sebuah komitmen yang besar untuk menjalankan hal ini di dalam
bisnis Anda.

Sebuah bisnis tidak akan berhasil dalam waktu yang singkat saja, akan dibutuhkan keuletan
dan juga kesabaran dalam menjalankannya. Selalu berikan yang terbaik yang bisa Anda
lakukan, termasuk dengan menerapkan sejumlah aturan di dalam menekuni bisnis tersebut.

3. Turun Kelapangan dan Melihat Masalah dari Dekat

Sebagian besar pebisnis akan merasa puas dengan hanya melihat laporan para pegawai dan
juga berbagai divisi yang terdapat di dalam bisnisnya, sebab mereka begitu sibuk di dalam
bisnis yang dijalankannya. Tapi Jokowi tidak, di mana beliau akan selalu turun ke lapangan
dan meninjau secara langsung semua kegiatan dan tidak memiliki sejumlah waktu untuk
sekedar menilik bisnisnya dari dekat. Hal inilah yang sering tidak dilakukan oleh pengusaha
lain.

Dengan turun langsung ke lapangan, Anda akan memiliki kesempatan yang sangat luas untuk
melihat dan menangani berbagai permasalahan yang terjadi di dalam bisnis Anda. Ini tentu
akan sangat berbeda dengan kondisi di mana Anda hanya menerima dan melihat
perkembangan bisnis Anda melalui laporan di atas kertas saja. Biasakan untuk terjun
langsung ke lapangan, sehingga Anda begitu dekat dan paham dengan berbagai kendala yang
terjadi di dalam bisnis tersebut.

4. Terapkan Sistem Terbaik

Sebuah bisnis harus memiliki sebuah sistem yang baik dan dapat mendukung produktivitas
dengan maksimal, hal inilah yang selalu diyakini oleh Jokowi. Beliau memiliki keyakinan
bahwa sistem yang baik mampu untuk menjalankan semua lini dan juga talenta-talenta
terbaik yang terdapat di dalamnya.

Sebuah bisnis harus didasari oleh sebuah sistem yang baik dan mumpuni, di mana hal
tersebutlah yang akan menjadi pondasi dan juga kekuatan bisnis tersebut di masa yang akan
datang. Sistem ini akan menjadi sebuah fasilitas yang dapat mendukung kinerja talenta
terbaik yang ada di dalam bisnis tersebut, di mana hal ini akan menjadi modal terbesar untuk
perkembangan bisnis yang Anda jalankan.

Namun jangan membuat sebuah sistem yang terlalu berlebihan dan begitu sulit untuk
dijalankan, sehingga talenta di dalam bisnis tersebut tidak dapat berkembang dengan
maksimal. Terapkan sebuah sistem yang baik dan tepat, di mana semua berjalan dengan ketat
namun masih tetap dalam batasan yang wajar dan masuk akal.

5. Membuat Orang Yakin untuk Sukses Bersama

Satu hal yang dimiliki oleh Jokowi dan tidak dimiliki oleh semua orang adalah
kemampuannya untuk membuat orang dan lingkungan di sekitarnya yakin bisa sukses
bersama dengan dirinya. Hal inilah yang menjadi pembeda antara beliau dengan yang
lainnya, di mana sejak debutnya pada bisnis pertamanya beliau bisa meyakinkan
karyawannya untuk meraih sukses bersama.

Pemikiran seperti ini bukanlah sebuah hal yang baru, sebab beberapa tokoh yang berhasil di
dunia dalam berbagai bidang telah menerapkannya di dalam usaha yang mereka jalankan.
Jika karyawan Anda memiliki keyakinan yang sama pada diri Anda, maka mereka akan
selalu loyal dan percaya pada kemampuan Anda dalam memimpin mereka untuk meraih
kesuksesan bersama.

6. Jalin Hubungan Baik dengan Pelanggan

Jokowi selalu memiliki cara yang baik dalam menjalankan bisnisnya, termasuk dengan
menjaga hubungan baik dengan para relasinya. Hal ini dijadikan sebagai modal juga, di mana
beliau selalu berupaya untuk memberikan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan, Beliau
paham betul bahwa sebuah usaha tidak akan berjalan tanpa adanya pelanggan / konsumen
yang membeli serta menggunakan produk tersebut.

Ini juga menjadi poin penting yang harus Anda terapkan di dalam bisnis Anda, sebab hal ini
akan menentukan sukses atau tidaknya Anda di dalam bisnis tersebut. Pada dasarnya semua
bisnis akan selalu berhubungan langsung dengan para pelanggan, bahkan bisnis yang besar
sekalipun.

Itulah mengapa semua orang selalu berupaya dengan keras untuk menjaga hubungan baik
dengan para pelanggan mereka, bahkan meski mereka telah sukses di bidang tersebut. Tentu
bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dengan
pelanggan, namun jika hal ini dilakukan secara konsisten maka ini bukanlah sebuah
pekerjaan yang terlalu sulit untuk dilakukan.

Biasakan untuk mendengarkan keluhan atau bahkan harapan mereka terhadap produk /
layanan bisnis Anda, sehingga Anda paham betul apa yang harus Anda lakukan ke depannya
untuk memenuhi permintaan tersebut.

7. Tetap Konsisten dalam Semua Kondisi

Bisnis tidak akan selalu berjalan dengan mulus dan tanpa rintangan, sebab semua akan
berkembang dan mengalami pasang surut mengikuti pasar. Dalam kondisi pasar yang buruk,
seringkali pebisnis akan terpuruk dan mudah menyerah. Hal inilah yang menjadi kendala di
dalam perkembangan bisnis, di mana bisnis tersebut tidak mampu bertahan pada kondisi sulit
tertentu yang dihadapinya.

Jokowi selalu memiliki keyakinan pada bisnis yang dijalankannya, sehingga pantang baginya
untuk menyerah dan meninggalkan bisnis tersebut dalam kondisi sulit sekalipun. Beliau
selalu memilih untuk menghadapi berbagai masalah dan juga kendala yang datang di dalam
bisnisnya, di mana hal tersebut dianggapnya sebagai ujian dalam meraih kesuksesan.
Jalankan bisnis Anda dengan konsisten, bahkan pada berbagai kondisi tersulit sekalipun,
sebab setelah masa sulit berlalu maka kesuksesan akan selalu menunggu.

8. Berani Menghadapi Risiko

Semua bisnis akan selalu mengandung risiko, di mana keberanian Anda akan diuji pada
setiap resiko yang ada. Hal ini bisa dihadapi dengan keyakinan dan juga kemampuan
mumpuni dalam menjalankan bisnis tersebut. Jika kedua hal tersebut telah Anda miliki sejak
awal, maka risiko bukanlah sebuah hal menakutkan bagi Anda, bukan?
Presiden Jokowi Bagikan Tips Menjadi Pengusaha

Presiden Joko Widodo. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Entrepreneurs


Wanted yang berlangsung di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Senin
(18/12/2017) ini.

Di tempat ini, Jokowi berbagi pengalaman membangun sebuah bisnis dan mendorong anak
muda di Indonesia untuk mengikuti jejaknya.

Jokowi mengakui jika membangun sebuah bisnis tidak mudah. Mulai dari pencarian modal di
awal usaha, menarik pembeli, mengatur pekerja, hingga terkait pembayaran pajak. Namun,
ini bisa diraih bila ada keingian di awal.

Baca Juga

 Saat Jokowi Curhat Sang Anak Tak Mau Meneruskan Bisnisnya


 Jokowi: Jadilah Pengusaha sebagai Pilihan, Bukan karena Terpaksa
 Mengenal Sosok di Balik Manisnya Pisang Sunpride

Menurut dia, niat menjadi pengusaha harus dipupuk sejak dini. Apalagi, kesempatan di
Indonesia masih sangat besar. "Paling penting ubah paradigma usai kuliah mau apa, jangan
sampai semua ingin jadi pegawai," kata Jokowi.

Perubahan paradigma, menurut Jokowi, akan membuat seseorang bisa mengubah niat
menjadi pengusaha sebagai pilihan dan bukan lagi karena keterpaksaan. Seseorang harus
sadar betul bila dirinya memang ingin menjadi pebisnis.
Dia mengingatkan jika saat ini peluang menggeluti bisnis masih terbuka lebar. Bahkan anak
muda memiliki ruang berekspresi yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya di
Indonesia.

Hal lain yang patut diingat saat membangun bisnis, kata Jokowi, adalah jangan takut gagal
atau mudah menyerah. "Misal jatuh, bangkit lagi. Saya kira semua yang sudah sukses pernah
alami kegagalan. Saya pastikan tidak ada yang mulai usaha dan sukses, tidak ada rumus itu di
dalam dunia kewirausahaan," dia menambahkan.

Demikian pula untuk memulai waktu berbisnis. Jokowi mengatakan, tak ada waktu yang
tepat. Memulai bisnis bisa kapan saja. "Tapi yang jelas saudara tidak akan pernah jadi kalau
tidak memulai," ujar Jokowi.

Hal lain, Jokowi meminta tidak perlu gengsi atau malu untuk memulai bisnis. Bahkan
memulai usaha dari bawah akan menempa mental seseorang.

1 dari 2 halaman

Saat Jokowi Curhat Sang Anak Tak Mau Meneruskan Bisnisnya

Sebelum menjadi kepala negara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal sebagai seorang
pengusaha kayu. Bisnisnya sudah berkembang cukup besar hingga saat ini. Tak heran, dia
berharap jika bisnisnya bisa dilanjutkan anak-anaknya.

Namun, Presiden Jokowi mengaku sempat merasa sedih dengan pilihan sang anak yang
mengaku tak ingin meneruskan bisnisnya. Padahal, bisnis yang digeluti selama 27
tahun tersebut sudah berkembang dan membutuhkan penerus.

Baca Juga

 Live Streaming Entrepreneur Wanted: CEO Tokopedia dan Amartha


 Mengenal Sosok di Balik Manisnya Pisang Sunpride
 CEO Bukalapak Ajak Mahasiswa Lebih Berani Bangun Bisnis

"Saya sudah 27 tahun berusaha sampai sekarang dan usaha masih hidup, masih ekspor
produk kayu, baik dari Eropa dan sekarang ke Asia lebih banyak. Tapi yang saya sedih anak
saya tak ada yang mau teruskan usaha saya. Padahal pabriknya gede, karyawan sudah ada,
alat ada tinggal meneruskan, dan gedein enggak ada yang mau," kata Jokowi saat menghadiri
acara Entrepeneurs Wanted di ITB, Bandung, Senin (18/12/2017).

Jokowi menceritakan kekagetannya saat secara tiba-tiba, sang anak Gibran Rakabuming
Raka menyampaikan jika ingin berjualan martabak. Padahal, sebelumnya Gibran yang
diharapkan bisa meneruskan bisnis kayunya. "Jualan martabak, saya shock juga bayangkan
anak saya mau jual martabak," kata Jokowi.
Namun, keraguan ini terjawab. Kini terbukti jika pilihannya mengizinkan sang anak berjualan
martabak terbayarkan. Bahkan brand value dari bisnis martabak yang baru berjalan beberapa
tahun melampaui bisnisnya yang sudah puluhan tahun.

"Baru lima tahun, brand value pabrik sama brand martabak itu lima kali lipat nilainya lebih
gede martabaknya," ujar Jokowi.

Kekagetan Jokowi berlanjut ketika anak bungsunya, Kaesang Pangarep, juga meminta izin
membuka usaha pisang goreng. Namun, belajar dari anak pertama, dia mengaku keinginan ini
tak boleh dilarang dan dia pun mengizinkannya.

Jokowi mengatakan jika jalan pikiran anak muda zaman sekarang saat berbisnis memang
berbeda dari zaman sebelumnya.

Bila dulu, bisnis yang disebut besar bila memiliki pabrik yang besar dengan jumlah pekerja
yang banyak dan mampu menembus pasar ekspor "Tapi kalau sekarang yang lebih dijual,
yaitu brand," dia menandaskan.

Dream - Joko Widodo sekitar tiga bulan ke depan akan mulai mengemban tugas baru
sebagai Presiden Indonesia ke-7 dalam sejarah negara ini. Kemenangan Jokowi, sapaan Joko
Widodo, didasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara di 33 Provinsi di Indonesia dan di Luar
Negeri oleh KPU.

Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul dengan
perolehan 70.997.895 (53,15 persen) suara dan lawannya, Prabowo Subianto dan Hatta
Rajasa mendapat 62.576.444 suara (46,85 persen).

Melihat sepak terjangnya, pria tamatan Universitas Gajah Mada ini awalnya tak sedikitpun
mengenyam dunia birokrasi apalagi politik. Jokowi muda memulai karirnya di dunia bisnis.

Mengutip memoar book, Jokowi: Memimpin Kota Menyentuh Jakarta' karya Alberthiene
Endah, Jokowi muda adalah seorang pekerja yang harus keluar masuk hutan di awal karirnya.
Di tahun 1986, Jokowi menjadi pegawai dari perusahaan milik pemerintah, PT Kertas Kraft
Aceh.

Pekerjaan lapangan hingga menanam pohon dijalani Jokowi di perusahaan ini selama dua
tahun. Waktu yang cukup untuk mengumpulkan modal membangun usahanya sendiri.

Balik ke Solo, Jokowi memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan furnitur milik
pamannya, CV Roda Jati. Disinilah, Jokowi menimba ilmu sebelum akhirnya banting setir
penjadi pengusaha furnitur.

Tahun 1989, Jokowi memberanikan diri untuk merintis usaha furnitur. Kala itu, bisnis kayu
memang tengah mengalami masa kejayaan. CV Rakabu yang diambil dari nama Ghibran
Rakabuming, menjadi pilihan Jokowi untuk dipakai sebagai usaha pertamanya ini.
Bisnis CV Rakabu tak sepenunya berjalan sukses. Jokowi harus merasakan pahitnya tertipu
order Rp 30 juta dari sebuah perusahaan di Jakarta. Namun, pengalaman ini tak
menyurutkannya.

Angin segar berhembus ketika pemerintah mencanangkan program 'Ayah Angkat-Anak


Angkat' bagi perusahaan. CV Rakabu mendapat Perum Gas Negara sebagai ayah angkat dan
dipinjami Rp 500 juta sebagai modal.

Lewat dana pinjaman inilah, Jokowi membuktikan pilihannya pada bisnis furnitur tidak salah.
Berbagai pesanan furnitur datang dari dalam dan luar negeri. Untuk memuluskan tingginya
permintaan ekspor, CV Rakabu pun naik status menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Mengutip informasi dari lini masa, Omzet Rakabu yang semula sebesar Rp 6,09 miliar pada
2008 terus meningkat menjadi Rp 6,1 miliar pada 2010. Rakabu memang sempat mengalami
penurunan omzet pada 2009 sebesar Rp 5,76 miliar.

Bisnis Rakabu semakin membesar setelah Jokowi mendapat pinangan dari PT Toba Sejahtera
untuk mendirikan usaha patungan, PT Toba Sejahtera.

Keberhasilan Jokowi di bisnis furnitur ini mulai menarik perhatian kalangan pengusaha
mebel. Jokowi pun didapuk menjadi Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan
Indonesia (Asmindo) Komda Solo.

Dari sinilah nama Jokowi mulai terdengar di kalangan pelaku usaha sampai akhirnya
dipinang PDI Perjuangan menjadi calon walikota Solo pada 2014. (Ism)

Anda mungkin juga menyukai