Anda di halaman 1dari 4

Selama bertahun-tahun, industri gula telah dianggap sebagai tulang punggung

ekonomi pedesaan di beberapa wilayah di Indonesia. Kehadiran industri gula secara


signifikan memperbaiki kehidupan banyak penduduk desa, mengingat kontribusinya dalam
hal memberikan kesempatan kerja yang besar. Namun, ada kekhawatiran yang berkembang
di kalangan pembuat kebijakan dan isu lingkungan tentang pengelolaan limbah dan
pembuangan limbah yang aman.
Sudah banyak diketahui bahwa industri gula menghasilkan banyak produk sampingan.
Salah satu hasil sampingan dari proses penyulingan gula adalah blotong (filter cake) atau
yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai blotong. Sampai saat ini, kue filter
belum dikelola dengan baik. Faktanya, pabrik gula di industri ini biasanya membuang kue
saringan yang belum diproses di dekat perkeretaapian di dekatnya.
Jumlah besar pembuangan kue filter tentu saja menyebabkan masalah lingkungan
yang besar. Karena karakteristik belerangnya, cake filter memiliki bau yang sangat kuat
sehingga kebanyakan orang akan terganggu. Paparan yang terlalu lama juga bisa
menyebabkan masalah pernafasan.
Dari perspektif masyarakat setempat, kue filter sering diabaikan dan dipandang
sebagai produk bernilai komersial. Masyarakat setempat umumnya menggunakan blotong
untuk pupuk tanah. Sementara itu, beberapa keluarga miskin memanfaatkannya sebagai
sumber makanan manusia. Beberapa jenis jamur sering tumbuh pada limbah kaya nutrisi
setelah beberapa kali. Jamur ini bisa dipanen oleh keluarga miskin dan dimakan.
Padahal, blotong mengandung banyak unsur yang bisa membuat mereka memiliki
nilai ekonomi lebih tinggi jika diolah lebih jauh. Beberapa zat yang terkandung dalam kue
saringan meliputi, antara lain; serat, protein kasar, sabut, gula, abu, SiO2, CaO, P2O5, MgO.
Dengan demikian, tujuan dari makalah ini adalah untuk meninjau potensi produk
sampingan industri gula dan mengusulkan alternatif yang layak untuk mengurangi limbah.
Penulis secara khusus ingin mengusulkan penggunaan kue saringan sebagai media budidaya
jamur dan briket.
1.2 filter cake (blotong)
Proses pemurnian tebu memisahkan jus menjadi jus jernih yang naik ke atas dan
digunakan untuk pembuatan, dan lumpur yang terkumpul di bagian bawah (Hugot, 1986).
Kue saring adalah residu dari proses sari tebu ini. Jumlah kue saringan yang dihasilkan sangat
bergantung pada proses karbonasi / sulphitation.
Kue filter mengandung zat seperti sabut, protein, gula, karbon, SiO2, CaO, P2O5, dan
MgO. Kue filter terutama digunakan untuk pupuk organik tanah, namun lumpur berlebih
sering dibuang karena baunya tidak enak dan dianggap tidak berharga. Sebenarnya, ada
banyak alternatif lain yang bisa digunakan untuk lebih mengeksploitasi kue filter dan
mengubahnya menjadi barang yang lebih bermanfaat.
1.3 mushroom
Budidaya jamur merupakan salah satu jenis pertanian yang lebih menarik bagi petani
pedesaan. Media umum yang digunakan adalah campuran serbuk kayu, dedak, tepung jagung
dan jeruk nipis ditambah air. Kue filter memiliki zat yang sama dengan media pertanian
umum dan mengandung mineral yang membantu pertumbuhan jamur.
Keuntungan lain dari penggunaan filter cake adalah keterjangkauan dan
ketersediaan. Karena itu adalah limbah dari pabrik gula, harganya cukup murah dan tersedia
dalam jumlah berlimpah.
1.4 briket
Selain digunakan dalam produksi pertanian, limbah blotong juga bisa dimanfaatkan
sebagai bahan bakar padat, mirip dengan arang. Sejumlah besar serat dalam blotong
membantu membiarkan blotong dipadatkan untuk pembuatan biofuel padat. Dengan
ketersediaan blotong yang melimpah dan kenyataan bahwa biasanya dibuang oleh pabrik,
pembuatan bahan bakar dengan bahan baku blotong akan dapat mengurangi biaya produksi
selain membantu mengurangi limbah yang dihasilkan pabrik gula.
2.1 Prospek pengelolaan limbah saat ini
Pengelolaan sampah saat ini sangat terbatas, pabrik gula sering membuang kue
saringannya tanpa terlebih dahulu diproses. Selain menyebabkan masalah pernafasan bagi
masyarakat lokal dalam jangka panjang, hal itu juga membuat masalah penyimpanan. Situs
tanah yang bisa digunakan untuk tujuan lain, akhirnya dimanfaatkan untuk lokasi
pembuangan sampah.
Cara masyarakat setempat mengatasi masalah ini masih sangat tradisional.
Masyarakat setempat kebanyakan menggunakannya sebagai pupuk organik dan sumber
makanan manusia. Jika kita terus melanjutkan cara pengelolaan sampah ini, akan ada terlalu
banyak kue saringan yang tidak diproses yang duduk-duduk menunggu degradasi.
Peningkatan limbah yang belum diproses akan mengganggu ekosistem dan masyarakat
setempat. Secara tidak langsung, adalah mungkin untuk menyakiti reputasi perusahaan.
Masyarakat setempat cenderung memberi label perusahaan yang tidak bertanggung jawab
terhadap masalah lingkungan.
Dengan demikian, praktik pembuangan sampah yang belum diolah sebenarnya tidak
hanya merugikan masyarakat, tapi juga merugikan industri gula yang melakukannya. Jika
bisnis mampu mengolah dan mengelola produk sampingannya, mereka bisa menghindari
masalah hukum dan sosial serta mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
2.2 Prospek dan mekanisme pengelolaan sampah yang diusulkan
Penulis mengajukan penggunaan kue saringan lainnya yang lebih lestari dan saling
menguntungkan baik untuk industri gula maupun masyarakat setempat. Jumlah lumpur yang
melimpah dapat digunakan untuk media budidaya jamur seperti yang disebutkan sebelumnya.
Akan lebih baik lagi jika industri gula melakukan semacam tanggung jawab sosial
perusahaan dengan memberikan pelatihan kewirausahaan bagi petani jamur lokal. Pelatihan
ini bisa menjelaskan manfaat penggunaan blotong sebagai media budidaya jamur. Nantinya,
industri gula akan memasok kue saringan ke petani jamur.
Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan beberapa keuntungan sekaligus.
Perusahaan secara tidak langsung membangun keterlibatan masyarakat di mana mereka
menyebarkan pesan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat. Ini juga menciptakan
reputasi dan kesan yang baik tentang perusahaan. Selain itu, mereka dapat mengurangi
jumlah limbah yang belum diproses dan kurang khawatir dengan lokasi pembuangan.
Mungkin, perusahaan dapat memilih untuk membuat kesepakatan mengenai pembagian
keuntungan dengan petani setempat jika budidaya jamur tumbuh lebih besar. Prospek
budidaya jamur sangat menjanjikan. Budidaya jamur membutuhkan periode pertumbuhan
yang pendek, luas lahan terbatas dan rendahnya investasi untuk permodalan awal.
Selanjutnya, pengelolaan sampah lain yang diusulkan adalah pemanfaatan blotong
sebagai briket. Ini akan menciptakan siklus menopang diri yang membantu membuat kilang
gula menjadi lebih ramah lingkungan dengan tidak menggunakan bahan bakar fosil. Kue
saringan berlebih bisa digunakan untuk membuat biofuel padat karena kaya dengan serat.
Blotong bisa dipadatkan dan mudah terbakar dalam waktu lama dan mencapai suhu tinggi.
Komposisi kimia juga berarti ini akan mengurangi polusi daripada membakar batubara. Ini
menjadikannya alternatif yang baik untuk bahan bakar fosil. Kue saringan daur ulang yang
sudah padat bisa dibakar untuk merebus tebu dan menyucikannya, menciptakan lebih banyak
blotong dalam prosesnya. Artinya pabrik akan bisa membeli bahan bakar lebih sedikit dan
mengurangi biaya produksi. Jika sudah cukup briket blotong, pabrik bisa merdeka dari bahan
bakar fosil.the company, but it help the company to reduce unprocessed waste. They will no
longer need to think about large area of disposal site because they can supply the waste to
local people.
Meanwhile, local people will most likely be delighted and have a positive
attitude towards the sugar company. The use of briquettes is proven to be cheaper compared
to firewood and other existing fuel. It also produced lower air pollution.
Pendekatan lain yang mungkin dilakukan, perusahaan dapat mengajarkan masyarakat
setempat untuk mengubah blotong yang berlebihan menjadi briket untuk kebutuhan rumah
tangganya. Ini mungkin tidak membawa keuntungan ekonomi bagi perusahaan, namun
membantu perusahaan mengurangi limbah yang belum diproses. Mereka tidak perlu lagi
memikirkan lokasi pembuangan yang luas karena bisa memasok limbah ke masyarakat
setempat.
Sementara itu, masyarakat setempat kemungkinan besar akan senang dan
memiliki sikap positif terhadap perusahaan gula. Penggunaan briket terbukti lebih murah
dibanding kayu bakar dan bahan bakar bekas lainnya. Ini juga menghasilkan polusi udara
yang lebih rendah.

conclusion
Kesimpulan
Sangat jelas bahwa mekanisme pengelolaan limbah saat ini masih jauh dari memadai
dan tidak berkelanjutan. Dengan kata lain, jika kita melanjutkan praktik pengelolaan limbah
saat ini sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan di masa depan. Pengelolaan sampah
yang diusulkan jauh lebih baik dibandingkan dengan praktik pengelolaan limbah yang ada
dalam hal kapasitas penyerapan limbah. Selain itu, pengelolaan sampah yang diusulkan
tampaknya lebih berdampak positif bagi kehidupan penduduk desa di masyarakat pedesaan.
Suggest
Untuk mencapai tujuan pengelolaan limbah secara lebih baik, perusahaan gula dan
masyarakat setempat perlu membangun kerja sama yang saling menguntungkan. Industri gula
harus mendukung masyarakat setempat melalui sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan
dalam mengelola sampah menjadi bahan yang sangat berharga. Jika masyarakat setempat
mampu mengelola sampah, berarti perusahaan gula berhasil memberdayakan masyarakat
setempat dan menyelesaikan masalah pengelolaan sampah secara bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai