Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS

A. Pengertian
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 2006
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2013)
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

B. Etiologi
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer.
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan
sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan
gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas
atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

C. Tanda dan Gejala Tanda


1. Tanda
a. Gagal nafas total
b. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
c. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga
serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
d. Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
e. Gagal nafas parsial
f. Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan
whizing.
g. Ada retraksi dada
2. Gejala
a. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
b. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2
menurun)

D. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien
mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi
sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien
dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis,
hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan.
Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen
menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek
dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah
ke gagal nafas akut.
Pathway
E. Komplikasi
1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan ventilator
(seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis dan infark miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare dan
pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum tulang
memproduksi eritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya
kurang dari normal).
5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan pemberian
nutrisi enteral dan parenteral. (Alvin Kosasih, 2008:34)

F. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Terapi oksigen
2. Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
3. Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau
PEEP
4. Inhalasi nebuliser
5. Fisioterapi dada
6. Pemantauan hemodinamik/jantung
7. Pengobatan
8. Brokodilator
9. Steroid
10. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
G. Data Fokus Pengkajian
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
H. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Penuruana ekspansi paru Pola nafas tidak
 Px mengeluh efeltif
sesak nafas
DO :
 Px tampak sesak
nafas
 Menggunakan
alat bantu
pernafasan kanul
O2 , RR 28 x/m
2 DS : Abnormalitas ventilasi – Gangguan
 Px mengatakan perfusi sekunder terhadap pertukaran gas
kesulitan ketika hipoventilasi
bernafas
DO :
 PCO : 46
 PO2 : 115

I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
J. Nursing Care Planning (NCP)

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention
Clasification)
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
efektif b.d keperawatan selama 30 menit  Posisikan pasien untuk
penurunan diharapkan pola nafas klien memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru dapat teratasi  Identifikasi pasien
Kriteria Hasil : perlunya pemasangan alat
Indikator IR ER jalan napas buatan
 Frekuensi 3 4  Monitor respirasi dan
napas sesuai status 02
yang  Berikan pelembab udara
diharapakan 3 4  Atur intake untuk cairan
 Irama mengoptimalkan
sesuai yang 3 4 keseimbangan
diharapkan 3 4
 Bernapas
mudah
 Pengeluaran 3 4

sputum
pada jalan
napas
 Tidak
didapatkan
penggunaan
otot2
tambahan

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda


pertukaran gas keperawatan selama 30 menit
vital.
berhubungan diharapkan pertukaran gas klien
2. Posisikan Klien untuk
dengan dapat teratasi
abnormalitas Kriteria Hasil : memaksimalkan
ventilasi-perfusi Indikator IR ER
ventilasi.
sekunder terhadap  Mendemotrasikan 3 4
peningkatan 3. Identifikasi Klien
hipoventilasi
ventilasi dan perlunya pemasangan
oksigenasi yang
alat bantu nafas buatan.
adekuat.
 Memelihara 3 4 4. Monitor respirasi dan
kebersihan paru-
status sp02.
paru dan bebas
dari tanda-tanda 5. Kolaborasi pemberian
distress
terapi oksigen.
pernapasan
 Mendemotrasikan 3 4
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih,tidak ada
sianosis dan
dyspeneu.
 Tanda-tanda vital 3 4
dalam rentang
normal
 Sesak nafas tidak 3 4
terulang
DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas .2008.Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Pernafasan.Jakarta :


EGC
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
Smeltzer, Suzanne C& Bare, Brenda G .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC
Tim PDPI.2003.PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.http// :jurnal –
PPOK- Perhimpunan- Dokter -Paru –Indonesia.com diakses pada hari
rabu,6/3/2013
Tim PDPI.2008.Diagnosis dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru.Jakarta : Sagung
Seto
Yasmin,Niluh G.dkk.2004.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai