Anda di halaman 1dari 7

Pencegahan

Pada kebanyakan kasus, kuning pada bayi tidak bisa dicegah. Cara terbaik untuk
menghindari kuning yang fisiologis adalah dengan memberi bayi cukup minum, lebih baik lagi
jika diberi ASI.
2.9.1 Pencegahan Primer
a. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 – 12 kali/ hari untuk beberapa hari
pertama.
b. Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat
ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
2.9.2 Pencegahan Sekunder
a. Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesusu serta penyaringan serum
untuk antibody isoimun yang tidak biasa.
b. Harus memastikan bahwa semua bayi secar rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan
menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda – tanda
vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 – 12 jam.

http://oka-whida.blogspot.com/2013/05/hiperbilirubin.html

Cara mencegah ikterus pada bayi baru lahir

Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan
dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan,
jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain,
segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur
dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit
dengan membuka pakaiannya.
http://arituti20.wordpress.com/2013/03/21/ikterus-pada-bayi-baru-lahir/

Pencegahan

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas
ABO sebelumnya. AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah
pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut:

1. Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir
cukup bulan yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk
menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses
menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi
menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang
berat pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya
proses menyusui yang baik.

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa)
pada neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah
terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.

2. Sekunder

Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki


risiko tinggi ikterus neonatorum.

http://arituti20.wordpress.com/2013/03/21/ikterus-pada-bayi-baru-lahir/
8. Pencegahan
a. Pencegahan Primer :
ASI sedini mungkin dan sering (8-12 kali/hari selama hari-hari pertama). Hindari
suplementasi rutin dengan air atau dekstrosa pada bayi yang diberi ASI yang tidak mengalami
dehidrasi. Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses
menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Meningkatkan frekuensi menyusui dapat
menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus. Lingkungan
yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik.
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun dekstrosa) pada
neonatus nondehidrasi. Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus
neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum.
b. Pencegahan Sekunder:
Dokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi
ikterus neonatorum.

http://thelibraryofdiseases.blogspot.com/2013/02/kernikterus.html

1. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1) Pengawasan antenatal yang baik
2) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran
3) Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates
4) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5) Pemberian makanan yang dini
6) Pencegahan infeksi

2.4 Konsep Pencegahan Penyakit


2.4.1 Teori
1. Pencegahan Primordial
Adalah menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang
diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan resiko penyakit.
Sasaran : Populsi dan kelompok terseleksi
2. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahn yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai
(pada periode prepatogenesis) dengan tujun agar tidak terjadi proses penyakit.
Tujuannya adalah mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab
penyakit dan faktor resiko penyakit.
1) Promosi Kesehatan
(1) Pendidikan kesehtan
(2) Gizi
(3) Penyediaan rumah
(4) Rekreasi yang cukup
(5) Pekerjaan yang sesuai
(6) Konseling perkawinan
(7) Genetika (keturunan)
(8) Pemeriksaan kesehatan berkala.
2) Perlindungan khusus
(1) Imunisasi
(2) Kebersihan perorangan
(3) Sanitasi lingkungan
(4) Perlindungan terhadap kecelakaan akibat kerja.
3. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proes penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda atau gejala sakit (patogenesis awal) dengan
tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
1) Diagnosis dini
2) Pengobatn segera
4. Pencegahan Tersier
Adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir
periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan
penderita ke status sehat.
1) Disability Limitation
Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat de ngan tujuan mencegah cacat
lebih lanjut, fisik, sosial maupun mental.
2) Rehabilitasi
Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi diri nya
sendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi.
2.4.2 Konsep pencegahan penyakit Hiperbilirubin (ikterus)
1. Pencegahan Primer
1) Promosi Kesehatan
(1) Memperbaiki status gizi ibu
(2) ANC minimal 4 kali
(3) Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran.
2) Perlindungan khusus
(1) P4K
(2) Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
2. Pencegahan Sekunder
1) Diagnosa Dini
Bayi terlihat kuning pada konjungtiva, kulit dan mukosa.
2) Pengobatan Segera
(1) Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus
2. Pencegahan Tersier
1) Disability Limitation
(1) Dirawat diruang intensif (incubator)
(2) Peralatan DDT/Steril
(3) Dilakukan pencegahan infeksi (pemberian salep mata segera setelah lahir)
(4) Membatasi orang yang masuk
2) Rehabilitation
(1) Tranfusi tukar
(2) Fototerapi
5.2 Saran
5.2.1 Untuk menurunkan AKB harus ada pelayanan yang tepat, cepat, dan terampil oleh
tenaga kesehatan, serta harus ada deteksi dini adanya komplikasi/gejala untuk
meminimalkan kejadian patologis.
5.2.2 Untuk meminimalkan kejadian ikterus neonatorum harus ada pencegahan dini saat
mulai kehamilan dan bila ikterus sudah terjadi harus diberikan penanganan yang
cepat agar tidak berkembang menjadi kernikterus.
5.2.3 Untuk meminimalkan kejadian ikterus akibat kelahiran premature, ibu harus agar
menjaga kehamilannya dari segi nutrisi, maupun psikologisnya.
5.2.4 Untuk meminimalkan kejadian ikterus akibat BBLR, ibu harus memperhatikan
asupan nutrisinya selama kehamilan.
5.2.5 Untuk kehamilan ibu dengan komplikasi Diabetes Mellitus harus mendapatkan
penanganan khusus saat ANC maupun persalinan
http://dianuul.blogspot.com/2014/03/hiperbilirubin.html

Aplikasi Discharge Planing.

Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan hiperbilirubin


(seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam
memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perawatan di
Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.

Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam
perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994):

1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-gangguan


kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan kadar
bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal mencegah
peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :

 Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.


 Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah sekitar kulit yang
rusak.
 Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan kelembaban kulit.
 Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
 Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat mengakibatkan lecet
karena gesekan
 Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penekanan yang lama,
garukan .
 Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena bab dan bak.
 Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor kulit, capilari reffil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 ° celsius)


2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu
yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :

 letargi ( bayi sulit dibangunkan )


 demam ( suhu > 37 ° celsius)
 muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
 diare ( lebih dari 3 x)
 tidak ada nafsu makan.

1. Keamanan

 Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah
dijangkau oleh bayi / balita.
 Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
 Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya.
 Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara – saudaranya.

http://asus10.wordpress.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-kasus-bayi-hiperbilirubinemia/

Anda mungkin juga menyukai