Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien
yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat
diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat
diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan
berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia
dan psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi
realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk
memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan
dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait
dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat
mengoreksi dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja


(2011) yaitu :
Jenis waham pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara “saya ini pejabat di kementerian
berlebihan bahwa dirinya semarang!
memiliki kekuatan “saya punya perusahaan paling
khusus atau kelebihan besar lho”
yang berbeda dengan
orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “saya adalah tuhan yang bisa
agama secara berlebian, menguasai dan mengendalikan
diucapkan berulang-ulang semua makhluk”
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham curiga Keyakinan seseorang “saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya, karena iri
yang mau merugikan atau dengan kesuksesan saya”
menciderai dirinya,
diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham somatik Keyakinan seseorang “saya menderita kanker” padahal
bahwa tubuh atau hasil pemeriksaan lab tidak ada
sebagian tubuhnya sel kanker pada tubuhnya.
terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham nihilstik Keyakinan seseorang “ini saya berada di alam kubur
bawa dirinya sudah ya, semua yang ada disini adalah
meninggal dunia, roh nya”
diucapkan berulng-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan

2. Rentang Repon
.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


Persepsi akurat menyimpang pikir: Waham
Emosi konsisten illusi Halusinasi
dengan Reaksi Kerusakan emosi
pengalaman emosional Perilaku tidak
Perilaku sosial berlebihan dan sesuai
Hubungan sosial kurang Ketidakteraturan
Perilaku tidak isolasi sosial
sesuai
Menarik diri

Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2009).

3. Faktor Penyebab
1) faktor predisposisi
a. faktor biologis
 Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua,
saudara kandung, sanak saudara lain).
 Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan
suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus
otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia.
 Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
b. faktor psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya
teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai
penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa
percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c. faktor sosial dan budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan
dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja,
2011).

2) Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik
yang maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang
biasa terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan
perilaku individu (Direja, 2011).

4. Proses Terjadinya
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase,
yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham
dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada
juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan
harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi
keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi
bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini
tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada
lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan
mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi
sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema
waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu
atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi
waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada klien dengan waham adalah isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari
orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan
kegiatan keagamaan secara berlebihan, tidak ada perhatian pada perawatan
diri, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung (Direja, 2011).

6. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
 Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi
yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
 Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
 Menarik diri
7. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend
(1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis
awal : 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya
optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan
sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik,
psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi


gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi
parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular.
Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang
cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus
diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering
adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus
diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang
berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan
hilangnya waham pada klien.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan
untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis
yang digunakan : 115 mg/hari
3) Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas,
dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan
depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-
75 mg/hari.

4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-
obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada
terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun
menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan
tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat
perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan
yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan
klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat
dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu
dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap
pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua
ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti
merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa
menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga
menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah
membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat
klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya
yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan
perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik
positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam
keperawatan jiwa. Sebagai seorang terapis, perawat harus
mampu mengubah perilaku maladaftif pasien menjadi perilaku
yang adaptif serta meningkatkan potensi yang dimiliki pasien.
Terapi modalitas dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok atau dengan memodifikasi lingkungan dengan cara
mengubah seluruh lingkungan menjadi lingkungan yang
terapeutik untuk klien, sehingga memberikan kesempatan klien
untuk belajar dan mengubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

Jenis-jenis terapi modalitas:

1) Terapi Individu

Adalah suatu hubungan yang terstruktur yang


terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Diaman hubungan yang terjalin merupakan
hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini diharapkan terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.

2) Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah suatu terapi yang


dilakukan dengan cara mengubah atau menata lingkungan
agar tercipta perubahan perilaku pada klien dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Proses terapi
dilakukan dengan mengubah seluruh lingkungan menjadi
lingkungan yang terapeutik untuk klien. Dengan
lingkungan yang terapeutik akan memberikan kesempatan
klien untuk belajar dan mengubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi.

3) Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic


didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa
dipandang sebagai penyakit. Pandangan model ini berbeda
dengan model konsep terapi yang lain yang, Karena model
terapi ini memandang bahwa gangguan jiwa murni
dissebabkan karena adanya gangguan pada jiwa semata,
tanpa mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis.
Proses terapi dilakukan dengan melakukan pengkajian
spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma
spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya
perubahan biokimiawi tertentu.

4) Terapi Kognitif

Prinsip terapi ini adalah memodifikasi keyakinan


dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien.
Proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan
stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa,
selanjutnya mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan
keyakinan yang tidak akurat menjadi akurat.

Terapi kognitif berkeyakinan bahwa gangguan


perilaku terjadi akibat pola keyakinan dan berfikir klien
yang tidak akurat. Untuk itu salah satu prinsip terapi ini
adalah modifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola
berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk mengevaluasi kembali ide, nila yang
diyakini serta harapan dan kemudian dilanjutkan dengan
menyusun perubahan kognitif.

5) Terapi Keluarga

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan


keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan.
Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli
terapi dan membantu perawatan klien.
6) Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
diberikan kepada sekelompok pasien dilakukan dengan
cara berdiskusi antar sesama pasien dan dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Nurhalimah, 2016).

8. Prinsip Tindakan Keperawatan


 membina hubungan saling percaya
 membantu orientasi realita
 mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
 meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
 mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki
 membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
 melatih minum obat yang benar (Keliat, 2009)
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
A. Identitas
Ruang rawat, nama, tanggal lahir, umur, alamat, pendidikan, agama
dan MR
B. Alasan masuk
Keluhan biasanya adalah pasien melakukan percobaan bunuh diri,
melakukan tindakan, agresif, destruktif, gelisah, tidak biasa diam,
tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada gangguan eliminasi,
merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan bahwa
lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).
C. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Biasanya pasien dengan waham sudah pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu, karena menurut teori waham disebabkan oleh harga
diri rendah.
2) Pngobatan Sebelumnya
Gangguan jiwa ini pengobatannya panjang maka pasien akan bosan
dengan obat. Jadi pengobatannya jarang berhasil.
3) Trauma
Biasanya pada pasien waham sering mengalami penganiayaan fisik,
pasien melakukan penganiayaan fisik ataupun menjadi saksi.
4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa
Biasanya pasien dengan waham mempunyai anggota keluarga yang
punya riwayat gangguan jiwa karena salah satu faktor penyebabanya
adalah faktor herediter.
5) Pengalaman Masa Lalu Tidak Menyenangkan
Biasanya pada pasien dengan waham pernah mengalami pengalaman
yang tidak menyenangkan seperti penolakan anggota masyarakat atau
merasa direndahkan.

D. Pemeriksaan fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD: normal, Nadi: normal, suhu:
normal, Pernapasan : normal, TB, BB: menurun).
E. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan keluarga terdiri dari 3
generasi, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan
pola asuh pasien dan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
b. Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya pasien kurang terhadap tubuhnya, ada bagian tubuh yang
tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya pasien merasa adanya ketidaksukaan dengan status dan
posisi pasien, merasa tidak puas pasien terhadap jenis kelamin pasien
sebagai laki-laki ataupun perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
c) Fungsi peran
Biasanya pasien akan mengalami gangguan pada tugas atau peran
pasien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat menjadi
terganggu, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya pasien waham memiliki ideal diri terlalu tinggi dan tidak
tercapainya harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap lingkungan, harapan pasien terhadap penyakitnya, dan
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Pasien memiliki harga diri yang rendah, sehubungan dengan
kegagalan yang dihadapi dan ketidakpuasan terhadap diri serta
penolakan dari keluarga dan lingkungan.
c. Hubungan sosial
Pasien biasanya mengalami penurunan dalam hubungan sosial.
Biasanya pasien tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. sibuk
dengan dirinya sendiri.
d. Spiritual
Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan akan mengalami penurunan pada pasien
dengan harga waham.
F. Status mental
a. Penampilan
Penampilan pasien biasanya dari ujung rambut sampai ujung kaki
tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya.
b. Pembicaraan
Pembicaraan pasien biasanya berbelit-belit dan kurang jelasdan
kadang susah diajak berinteraksi.
c. Aktivitas motorik
Biasanya terjadi penurunan produktivitas. Pasien biasanya akan susah
diarahkan untuk melakukan kegiatan.
d. Alam perasaan
Pasien dengan harga diri rendah akan mengalami suasana emosi yang
labil, egois, ego tinggi,disertai rasa mau menyederai orang lain.
e. Afek
Pasien biasanya akan mengalami perubahan roman muka memerah
dan datar atau tumpul.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap pasien yang tampak gelisah
dan sulit diarahkan.
g. Persepsi
Pasien memiliki persepsi bahwa dirinya yang benar.
h. Proses pikir
Pasien akan mengalami pemikiran yang ingin menang sendiri, tidak
mau mendengarkan pendapat orang lain.
i. Isi fikir
Pasien mempunyai keyakinan bahwa merasa benar dan tidak mau
menerima pendapat orang lain.
j. Tingkat kesadaran
Pasien biasanya tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak
mengarah pada tujuan).
k. Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat
kejadian lebih dari 1 bulan.
b) Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat
kejadian dalam minggu terakhir.
c) Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi.
d) Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
l. Tingkat konsentrasi
a) Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya.
b) Tidak mampu berkonsentrasi : pasien selalu minta agar pertanyaan
diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda-benda yang nyata
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada
dirinya.
H. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi
kemampuan pasien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Kemampuan pasien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Frekuensi pasien mandi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,
gunting kuku, dan bau badan pasien.
d. Berpakaian
Kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian, serta penampilan dandanan pasien.
e. Istirahat dan tidur
Lama pasien untuk tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur
dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Kemampuan pasien untuk patuh minum dan mengenali obat,
frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
g. Pemeliharaan kesehatan
Kemampuan pasien untuk melakukan kapan perawatan lanjut
dilakukan, siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Kemampuan pasien dalam mengolah dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan
biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Kemampuan pasien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari,
aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan pasien atau keluarganya.
k. Aspek medis
Pengobatan yang diperoleh oleh pasien selama di rumah sakit dan obat
yang dikonsumsi oleh pasien selama di rumah sakit.
2. Masalah Keperawatan
 Perilaku kekerasan
 Waham
 Menarik Diri
 Harga Diri Rendah

3. Pohon Masalah

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan isi
pikir: waham
Gamgguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

pohon masalah, (Keliat, 2010).

4. Diagnosa Keperawatan
1) perilaku kekerasan
2) waham
3) harga diri rendah

Anda mungkin juga menyukai