Anda di halaman 1dari 50

1

PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA


IBU POSTPARTUM DI KECAMATAN BLULUK KABUPATEN
LAMONGAN

FINA DWI WAHYUNINGSIH


201401203

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA


IBU POSTPARTUM DI KECAMATAN BLULUK KABUPATEN
LAMONGAN

Diajukan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan pada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

FINA DWI WAHYUNINGSIH


201401203

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

1
2

BINA SEHAT PPNI


MOJOKERTO
2018SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa proposal ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah

dikumpulkan orang lain untuk memperoleh gelar berbagai jenjang pendidikan di

perguruan tinggi manapun.

Mojokerto, Juni 2018

Yang menyatakan,

Fina Dwi Wahyuningsih

201401203

3
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian proposal

Judul :Gambaran Teknik Menyusui yang Benar Pada Ibu


Postpartum Di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan
Nama : Fina Dwi Wahyuningsih

NIM : 201401203

Pada tanggal : 2 Juni 2018

Oleh :

Pembimbing 1 Ima Rahmawati, S.Kep. Ns., M.Si

NIK. 162601029

Pembimbing 2 Lida Khalimatus Sa’diyah, SST., M.Kes

4
NIK. 162601103KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan

judul “Gambaran teknik menyusui yang benar pada ibu postpartum di Kecamatan

Bluluk” tepat pada waktunya. Selesainya penulisan ini adalah berkat bantuan dan

dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes selaku ketua STIKES Bina Sehat

PPNI Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis untuk

menempuh pendidikan di STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto

2. Ifa Roifah, S.Kep., Ns. M.Kes selaku ketua program studi S1 Ilmu

Keperawatan STIKES BINA SEHAT PPNI Kabupaten Mojokerto yang

telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan pendidikan di STIKES

BINA SEHAT PPNI Kabupaten Mojokerto

3. Windu santoso, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang

telah meluangkan waktu serta memberikan masukan kepada penulis


4. Ima Rahmawati, S.Kep. Ns., M.Si selaku pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu serta memberikan bimbingsn dan masukan kepada

penulis

5
5. Lida Khalimatus Sa’diyah, SST., M.Kes selaku pembimbing 2

yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan masukan

kepada penulis.Teman-teman S1 Keperawatan angkatan 2014 dan semua

pihak yang telah membantu selama penyusunan proposal ini


Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun yang diharapkan akan menyempurnakan proposal skripsi ini.

Mojokerto, Juni 2018

Penulis

6
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
SURAT PERNYATAAN....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1. Konsep Dasar......................................................................................5
2.2. Kerangka Teori..................................................................................43
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian........................................................44
2.4 Hipotesis ............................................................................................45
BAB 3 METODE PENELITIAN...................................................................46
3.1 Desain Penelitian...............................................................................46
3.2 Populasi, Sampling dan Sampel........................................................47
3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasiona..................................48
3.4 Prosedur Penelitian...........................................................................50
3.5 Kerangka kerja..................................................................................51
3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data................................53
3.7 Analisa Data......................................................................................54
3.8 Etika Penelitian.................................................................................55

7
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional pengaruh Konseling terhadap teknik


menyusui yang benar postpartum...................................................49

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Mendekap.............................................................................25


Gambar 2.2 Posisi Medekap Silang...................................................................26
Gambar 2.3 Posisi Pencengkeram/Sepak Bola...................................................26
Gambar 2.5 Posisi Berbaring Miring.................................................................27
Gambar 2.6 Posisi Bayi Telungkup di atas Badan Ibu ......................................27
Gambar 2.7 Perlekatan dalam Menyusui ...........................................................28
Gambar 2.8 Melepaskan Isapan ........................................................................31
Gambar 2.9 Cara Menyendawakan Bayi ...........................................................32
Gambar 2.10 Kerangka Teori Gambaran Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu
Pospartum.......................................................................................43
Gambar 2.11 Kerangka Konsep Gambaran Teknik Menyusui yang Benar pada
ibu pospartum.................................................................................44
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Teknik Menyusui yang Benar padaIbu
Postpartum.................................................................................... 52

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian


Lampiran 2 Surat Balasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Ceklist
Lampiran 5 Lembar SAP
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Proposal Skripsi

10
Lampiran 7 Lembar Revisi Proposal SkripsiBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI merupakan hadiah terindah dari ibu untuk bayinya, karena bayi

yang minum ASI mengalami pertumbuhan usus yang lebih menyehatkan,

karena ASI mendorong koloni mikrobiotik flora unik untuk meningkatkan

sistem imun. (Rizki Natia Wiji, 2013). Karena ASI adalah makanan terbaik

bagi bayi diharapkan ibu memberikan ASI Eksklusif yaitu hanya ASI saja

dari lahir sampai 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun (Taufan Nugroho

dkk, 2014). Teknik menyusui yang benar sering kali terabaikan,ibu kurang

memahami tatalaksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya ASI,

bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui) bagaimana posisi menyusui dan

perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif. Jika hal

ini tidak ditindak lanjuti akan berdampak pada pertumbuhan bayi, bayi

kurang optimal dalam mendapatkan nutrisi, sehingga pertumbuhannya

menjadi terhambat (Hegar, 2008).

Di Propinsi Jawa Timur cakupan ASI Eksklusif tahun 2015 sebesar

68,8%, pada 2016 naik menjadi 74% angka tersebut masih belum bisa

mencapai target nasional yaitu sebesar 77%. Rendahnya capaian ASI-

Eksklusif di masyarakat ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a)

Faktor psikologis. Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul

stress akibat perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat

1
2

memberikan ASI yang justru malah menghambat produksi ASI; b) Faktor

pemberi pelayanan persalinan, Beberapa institusi pelayanan kesehatan

masih ada yang belum menjalankan inisiasi menyusu dini dan cenderung

mengedepankan pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir; c)

Faktor Ibu bekerjaTuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus

bekerja di luar rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari

ibu kepadampengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering

diberikan asupansusu formula; d) Faktor budaya, Walaupun saat ini tingkat

pendidikan masyarakat sudah cukup tinggi, budaya masyarakat yang

terbiasa memberikan makanan/ minuman selain ASI sejak bayi lahir seperti

air putih, madu, pisang, nasi pisang dan lain sebagainya masih sulit

dihilangkan; e) Faktor promosi, Promosi susu formula lebih gencar

ditayangkan di media massa dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga

dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemberian ASI

eksklusif.

Karena faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan perilaku, maka

untuk perbaikan di masa yang akan datang diperlukan upaya-upaya promosi

kesehatan yang lebih intensif baik kepada perorangan (konseling) maupun

institusi pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif.

Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan pada tahun 2015

sebesar 92,7% dan pada tahun 2016 turun menjadi 74%. Cakupan ASI

Ekslusif di puskesmas Bluluk tahun 2014 sebesar 100% dan tahun 2016

menurun menjadi 71%.


3

Dari studi pendahuluan yang di lakukan di Kecamatan Bluluk,

terdapat 3 ibu postpartum tidak memegang bayi, justru hanya memegang

bantal yang berada di bawah bayi saat menyusui, sehingga badan ibu dan

bayi tidak dapat melekat secara sempurna. Puting dan areola ibu yang

seharusnya masuk secara menyeluruh, hanya masuk sebagian sehingga ibu

postpartum mengalami punting lecet dan bayi tidak mau menyusu lagi.

Sedangkan kesalahan yang lain adalah terapat ibu postpartum sebanyak 2

orang yang mengalami payudara bengkak karena waktunya minum tidak

diminumkan oleh ibu, bayi menjadi rewel dan bayi tampak menangis.

Secara umum teknik menyusui yang benar dapat dilakukan dengan

mengadakan penyuluhan secara bersamaan di dalam suatu tempat.

Penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan HE (Health Education)

dan konseling. HE lebih bersifat secara umum dan lebih banyak digunakan

untuk banyak orang, sedangkan konseling sifatnya lebih tertutup dan

pribadi. Untuk mengatasi masalah yang terjadi sesuai dengan kondisi yang

ada di Kecamatan Bluluk, lebih cocok menggunakan metode konseling

dengan menggunakan metode home visit. Metode ini dirasa lebih cocok

karena lebih bersifat privat dan tertutup, sehingga client tidak merasa malu

jika menyampaikan hal-hal yang bersifat pribadi. Dengan menggunakan

konseling secara home visit diharapkan client dapat lebih terbantu dan dapat

memahammi serta mempraktikkan teknik menyusui dengan benar kepada

bayinya.

Berdasarkan uraian data diatas, maka timbul ketertarikan peneliti


4

untuk mengetahui “Gambaran Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu

Postpartum di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini rumusan masalah yang digunakan penulis adalah

“Bagaimana gambaran teknik menyusui yang benar pada ibu postpartum?”

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran teknik menyusui yang benar terhadap

ibu postpartum di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi lahan penelitian

khususnya dibidang kesehatan ibu dan anak sebagai bahan

konseling untuk membantu menyukseskan program ASI eksklusif.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan

bahan pustaka sehingga bisa menambah ilmu pengetahuan bagi

mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar

2.1.1 Postpartum

1. Konsep dasar postpartum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan

dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan

(Suherni, 2009).

Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian

yang penting, Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun

perubahan psikologis menghadapi keluarga baru dengan

kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan

kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa

kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau

penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif akan

dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian

bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau

oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini,2010).

5
6

2. Peran dan Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan dalam Masa

Postpartum
a.Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan

komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6

hari, 2 minggu dan 6 minggu, dan Mengadakan kolaborasi

antara orang tua dan keluarga.


b. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran

dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar,yakni

tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.


c.Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu

selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa

jadwal.
d. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi

(200.000SI) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.


3. Kebijakan Program Nasional Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4

kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk

menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan):

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila

perdarahan berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau

salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Pemberian ASI

awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir;


7

Menjaga bayi tetap sehatdengan cara mencegah hipotermi;

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan):

Memastikan involusi uterus berjalan normal; uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai adanya tanda-

tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal; Memastikan

ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat;

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit; Memberikan konseling

pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjunan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama

seperti kunjungan hari keenam. dan Kunjungan ke-4 (6

minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan

konseling untuk KB secara dini (Suherni, 2011).


8

2.1.2 Konsep ASI Eksklusif

1. Definisi ASI Eksklusif


ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar

mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam

bulan, bahkan air putih tidak diberikan. (Elisabeth Siwi Walyani,

2015)
ASI eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, yang

dimaksud secara murni adalah hanya diberi ASI saja selama 6

bulan tanpa tambahan cairan apapun, seperti susu formula, jeruk

dan air putih. (Rizki Natia Wiji, 2013)


2. Manfaat ASI
a.Untuk bayi
1) Sebagai nutrisi, merupakan sumber gizi yang

seimbang
2) Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
3) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan

bayi
b. Untuk ibu
1) Hisapan bayi membantu rahim menciut,

mempercepat kondisi ibu untuk kembali kemasa pra-

kehamilan dan mengurangi resiko perdarahan.


2) Membuat ibu cepat langsing karena lemak disekitar

panggul dan paha yang ditimbun pada saat kehamilan

pindah kedalam ASI.


9

3) Penelitian menunjukkan ibu yang menyusui

memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan

kanker payudara.
4) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah

menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot dan lain-

lain.
5) ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar

rumah tanpa harus membawa banyak perlengkapan

seperti botol, kaleng susu formula dan lain-lain.


6) ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu

formula belum tentu steril.


7) ASI tidak mungkin basi, ASI selalu diproduksi oleh

pabriknya di wilayah payudara bila gudang ASI telah

kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap

kembali oleh tubuh ibu.


c.Untuk Keluarga
1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula,

botol susu, susu atau peralatan lain.


2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya

lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan

berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.


3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari

ASI eksklusif.
4) Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti

hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap sedia.


5) Lebih praktis saat akan bepergian tidak perlu

membawa botol, susu, air panas dan lain-lain.


d. Untuk negara
10

1) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,

perlengkapan menyusui dan biaya penyiapan susu.


2) Penghematan untuk biaya sakit, terutama untuk

sakit muntah-muntah dan saluran nafas.


3) Penghematan obat-obatan dan sarana kesehatan.
4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh

dan berkualitas untuk membangun negara.(Elisabeth

Siwi Walyani, 2015).


3. Komposisi ASI
a.Karbohidrat
Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama

karbohidrat dalam ASI yang keberadaannya lebih besar dari

pada susu sapi. Di samping fungsinya sebagai sumber energi,

laktosa di dalam usus diubah menjadi asam laktat. Asam

laktat didalam usus berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri

yang tidak diinginkan dan membantu penyerapan kalsium

dan mudah bermetabolisme (glukosa) yang dierlukan bagi

pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa bayi.


b. Protein
Bagian protein yang terbanyak adalah protein “whey”,

protein jenis ini mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi.
c.Lemak
Setengah dari energi yang terkandung dalam ASI

berasal dari lemak, ASI mengandung lebih banyak enzim

pemecah lemak (lipase). ASI yang pertama kali keluar

mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer. ASI yang

encer akan memuaskan rasa haus bayi waktu menyusu. Air

susu berikutnya disebut “Hand milk” mengandung tiga


11

sampai empat kali lebih banyak lemak. Asam lemak yang

cukup banyak dalam ASI memberi kontribusi bagi

pertumbuhan otak dan saraf yang sehat. Asam lemak poly tak

jenuh, seperti decosahexonic acid (DHA).


d. Vitamin
1) Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakarotin yang

cukup tinggi. Selain berfungsi untuk kesehatan mata juga

untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan

pertumbuhan.
2) Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Dengan

pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan

bayi terpapar sinar matahari pagi akan mencegah bayi dari

menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.


3) Vitamin E
Vitamin E dalam ASI cukup tinggi terutama pada

kolostrum yang berungsi untuk ketahanan dinding sel

darah merah.
4) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat

dalam ASI, vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar

vitamin B1 dan B2 cukup tinggi, vitamin B6 dan B12 serta

asam olat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi.


5) Mineral
Kualitas mineral dalam ASI baik dan mudah diserap.

Mineral yang tinggi dalam ASI adalah selenium yang

berungsi mempercepat pertumbuhan.


6) Air
12

Merupakan bahan pokok terbesar dari ASI (sekitar

87%). Air membantu memelihara suhu tubuh bahkan pada

iklim sangat panas. ASI mengandung semua air yang

dibutuhkan bayi.
7) Kartinin
Kartinin dalam ASI sangat tinggi, berungsi

membantu proses pembentukan energi yang dierlukan

untuk mempertahankan metabolisme tubuh. (Rizki Natia

Wiji, 2013 dan Elisabeth Siwi Walyani, 2015).


4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI

Eksklusif
a.Faktor Internal
1) Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat menurangi produksi ASI adalah

1) tidak melakukan inisiasi menyusui dini 2) menjadwal

pemberian ASI, 3) memberikan minuman prelaktal (bayi

diberi minum sebelum ASI keluar) apalagi

memberikannya dengan botol/dot 4) kesalahan pada

posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui


2) Pekerjaan atau Aktifitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas

seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna

memenuhi kebutuhan hidupnya. Cuti melahirkan di

indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu banyak ibu

khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena

ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untukl

tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu


13

bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah

minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan

adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk

kerja.
3) Pengetahuan
Akibat kurangnya pengetahuan atau

informasi,banyak ibu menganggap susu formula sama

baiknya,bahkan lebih baik dari ASI. Hal ini

menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula

jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala munyusui.

Untuk melaksanakan program ASI eksklusi ibu dan

keluarga perlu menguasai inormasi tentang isiologi

laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian

susu formula, menyusui yang baik dan benar dan siapa

yang harus dihubungi jika terdaat keluhan atau masalah

seputar menyusui.
4) Kelainan Pada Payudara
Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena

kesalahan menyusui saat bayi hanya menghisap pada

puting. Padahal seharusnya areola masuk kedalam mulut

bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui

karena bayi tidak pernah melepaskan isapan atau saat ibu

membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun

dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa

tersiksa saat menyusui karena sakit.


b. Faktor Eksternal
14

1) Faktor Petugas Kesehatan


Perilaku petugas kesehatan biasanya ditiru oleh

masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI

eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh

kembangnya sangatlah penting untuk mendukung

keberhasilan ibu dalam menyusui.


2) Kondisi Kesehatan Bayi
Kondisi kesehatan bayi adalah salah satu faktor

yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan

pada bayinya antara lain kelainan anatomik seperti bibir

sumbing atau palatum yang menyebabkan bayi

menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah

organik yaitu prematuritas dan faktor psikologis dimana

bayi menjadi rewel atau sering menangis sebelum

maupun setelah menyusui akibatnya produksi ASI

menjadi berkurang. (Soetjiningsih, 2012)


3) Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti

teh, air manis, dan jus pada bayi menyusu dalam bulan-

bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali

dimulai saat bayi berusia sebulan. Dari generasi

kegenerasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya

diberi cairan.
4) Budaya
Kebanyakan masyarakat berpandangan bahwa ASI

tidak penting bagi bayi bahkan ada yang berendapat bila

ASI tidak berguna untuk pertumbuhan bayi. bahkan ada


15

suku tertentu yang tidak memberikan ASI sama serkali

pada bayi baru lahir.


5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan ASI

Eksklusif

Dalam rangka menjamin hak bayi, kementrian

kesehatan telah menetapkan program 10 Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui (10 LMKM). Melalui keputusan

mentri kesehatan nomer 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi

di Indonesia. Penetapan program tersebut diutamakan pada

fasilitas pelayanan kesehatan khususnya yang memberikan

pelayanan kesehatan pada ibu dan anak (Depkes, 2010).

Pelaksanaan 10 LMKM difasilitas kesehatan

melindungi para ibu untuk mendapatkan segala bantuan

dan dukungan yang dibutuhkan untuk keberhasilan

menyusui, dimulai saat pelayanan ibu hamil hingga setelah

melahirkan (Depkes, 2010)

Berikut 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui secara

benar:

1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu

yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan


16

kebijakan tersebut.

3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat

menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa

bayi lahir, sampai umur 2 tahun.

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit

setelah melahirkan di ruang bersalin.

5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar

dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi

atas indikasi medis.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI

kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu

bersama bayi 24 jam sehari.

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa

pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui.

9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi

ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di

masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika

pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan


17

Kesehatan.

Menkes menyampaikan, pemberian ASI eksklusif di

Indonesia masih harus terus ditingkatkan. Pemerintah berusaha

terus menerus meningkatkan cakupan ibu yang menyusui secara

eksklusif. Kegiatan- kegiatan yang selama ini telah dirintis akan

terus ditingkatkan. Antara lain adalah 1) meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang pentingnya memberikan Air

Susu Ibu masyarakat, 2) meningkatkan jumlah motivator dan

konselor menyusui, serta 3) mengembangkan regulasi untuk

mendukung keberhasilan menyusui.

2.1.3 Teknik Menyusui yang Benar

Menyusui merupakan proses belajar. Langkah awal yang perlu

diperhatikan di sini yaitu posisi dasar menyusui (F.B Monika 2018):


1. Posisi Badan Ibu
a) Posisi mendekap (cradle position)
Posisi ini umum digunakan setelah beberapa minggu

kelahiran bayi. Posisi ini memberiakan ibu keleluasaan dalam

mengontrol posisi badan ibu dan bayi.

2.1 Posisi mendekap


18

b) Posisi mendekap silang (cros-cradle position)


posisi ini merupakan variasi dari posisi mendekap.

2.2 Posisi mendekap silang


c) Posisi pencengkeram/sepak bola (clutch/football position)
Posisi ini di pilih oleh ibu yang melahirkan via SC (Sectio

Caesarea) untuk mengurangi sentuhan dengan luka

operasi(insisi).

2.3 Posisi pencengkeram/sepak bola


d) Posisi berbaring miring (side-lying position)
Posisi ini sering digunakan terutama saat menyusui pada

malam hari atau saat ibu Lelah dan ingin beristirahat.

2.4 Posisi berbaring miring


e) Posisi bayi telungkup di atas badan ibu (laid-back

breastfeeding position)
19

Posisi ini sering disebut juga posisi IMD (inisiasi menyusui

dini), bisa digunakan terutama pada awal kelahiran atau saat

ibu sedang bermasalah dengan perlekatan. Gravitasi membuat

badan bayi menempel erat dengan badan ibu. Posisi ini juga

bermanfaat bagi ibu yang memiliki payudara besar, juga pada

kasus hiperlaktasi/reflek pengeluaran ASI yang kuat.

2.6 Posisi bayi telungkup di atas badan ibu


2. Posisi Badan Ibu dan Bayi
a.Biarkan kepala bayi terjatuh pada pertengahan

lengan/pergelangan tangan ibu;


b. Pegang bagian belakang bayi dan bahu bayi;
c.Hadapkan seluruh badan bayi pada badan ibu;
d. Dekap bayi dibawah payudara;
e.Dada bayi melekat dibawah payudara;
f. Hidung bayi menjauhi payudara;
g. Bahu dan lengan ibu tidak tegang dalam posisi

natural;
3. Posisi Mulut Bayi dan Payudara Ibu (Pelekatan)

Agar mendapatkan ASI dari payudara, bayi harus melekat,

semakin mudah bayi mendaptakan ASI. Ibu pun akan terhindar

dari nyeri puting dan masalah payudara (F.B Monika 2018).

Berikut ini adalah kriterianya:


20

a. Areola bagian bawah masuk ke mulut bayi,

sedangkan areola bagian atas lebih banyak terlihat

dibangding areola bawah. Bagi ibu yang memiliki

areola kecil, ketika bayi memasukkan payudara

dengan baik, areola bisa tidak terlihat sama sekali.


b. Mulut bayi terbuka lebar.
c. Bibir bawah terputar keluar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara.
e. Agar bayi membuka mulutnya dengan lebar,

ibu dapat menggelitik hidung, mulut, atau dagu bayi

dengan payudara/ putting sebagai rangsangan.

Gambar 2.7 Perlekatan Dalam Menyusui


f. Ketika bayi sudah melekat pada payudara,

tetapi, ibu atau bayi merasa tidak nyaman, ibu dapat

melepaskan isapan bayi dengan menekan pelan

sambil menarik dagu bayi ke bawah. bisa juga

dengan memasukan sedikit kelilingking ibu ke

ujung bibir bayi. Setelah bayi melepas payudara,

prosses perlekatan dapat diulang kembali.


21

Gambar 2.8 Melepaskan isapan

Gambar 2.9 Cara Menyendawakan Bayi


Untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan posisi yang

benar(F.B. Monika), dapat diamati dengan:


a. Bayi mengubah pola isapannya, dari pola isapan

pendek-pendek menjadi isapan yang lebih pelan dan

dalam.
22

b. Ibu dapat merasakan refleks pengeluaran ASI (ASI

mengalir keluar dari payudara).


c. Pipi bayi menggembung, tidak mengerut.
d. Telinga bayi bergerak gerak, menandakan bayi

mengisap dengan kuat menggunakan rahang bagian bawah

dan otot otot di depan telinga bayi.


e. Tidak teedengar suara klik atau hentakan ketika bayi

mengisap menandakan posisi lidah yang bayi sudah baik.


f. Suara menelan kadang terdengar jelas setelah satu

atau dua isapan setelah terjadi refleks pengeluaran ASI.

Untuk pasca kelahiran, umunya bayi mengisap 5-10 kali

sebelum menalan.
g. Bayi tidak melepas payudara sebentar-sebantar.
h. ASI tidak mengalir keluar dari mulut bayi.
i. Payudara ibu melembut selama proses menyusui.
j. Punting ibu tidak nyeri, tidak berubah bentuk

seperti tertekan, serta tidak pucat ketika di lepas bayi.


k. Bayi tampak puas dan bahagia.
l. Tanda tanda kecukupan ASI terpenuhi.
Lama dan frekuensi menyusui harus disesuaikan dengan

kebutuhan bayi meskipun kebutuhan hari berbeda-beda namun rata-

rata pengosongan isi lambung berlangsung 1-4 jam. Pada minggu-

mingu pertama pada umumnya bayi sehat membutuhkan waktu

menyusui sekitar 8-12 kali dalam 24 jam (Roesli,2012). Bila bayi

menanis diluar waktu menyusui perlu segera dicari penyebabnya,

apakah karena merasa lapar, popok basah, bayi merasa tidak nyaman,

kepanasan atau kedinginan, sakit perut atau sakit lain.


23
24

2.2 Kerangka Teori


Ibu postpartum anak pertama

Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan
ASI pada ibu postpartum: Teknik menyusui yang benar
 meningkat
kan pemahaman
masyarakat tentang
pentingnya
memberikan Air
Cara menyusui dengan benar :
Susu Ibu a. Posisi ibu
masyarakat b. Posisi Badan ibu dan Bayi
 meningkat c. Perlekatan
d. Melepas isapan bayi dengan jari
kan jumlah
kelingking dimasukkan kemulut bayi
motivator dan melalui sudut mulut atau, dagu bayi di
konselor menyusui tekan ke bawah
 mengemba e. Menyendawakan bayi, dengan cara
menggendong bayi tegak pada bahu ibu dan
ngkan regulasi
menepuk punggung bayi pelan-pelan hal ini
untuk mendukung bertujuan untuk mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak gumoh

Baik Sedang Kurang

Gambar 2.10 Kerangka teori gambaran teknik menyusui yang


benar pada ibu pospartum
25

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antarvariabel baik variebel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam,

2013). Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:

Ibu postpartum anak pertama


Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan ASI
pada ibu postpartum:
 meningkatkan Teknik menyusui yang benar
pemahaman
masyarakat tentang
pentingnya
memberikan Air Susu Baik Sedang Kurang
Ibu masyarakat
 meningkatkan
jumlah motivator dan
konselor menyusui
 mengembangk

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.11 Kerangka konsep gambaran teknik menyusui yang


benar pada ibu pospartum
26

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian, setiap hipotesiss terdiri atas suatu unit atau bagian dari

permasalahan. (Nursalam, 2013)

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada Gambaran teknik menyusui

yang benar pada pada Ibu Postpartum.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah(Azwar, 2010). Pada bab ini akan disajikan: (1) Desain penelitian, (2)

Populasi, inampling dan sampel, (3) Identifikasi Variabel dan Definisi

Operasional, (4) Prosedur penelitian, (5) Pengumpulan data, (6) Analisa data, dan

(7) Etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan suatu strategi

penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data dan digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian

yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Desain penelitian adalah rencana tentang cara mengumpulkan suatu

data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta sesuai dengan tujuan

penelitian yang akan dilakukan (Saryono, 2008).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara

pendekatan diskriptif dengan pendekatan survey. Metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Setiadi,

2013) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Gambaran teknik

1
2

menyusui yang benar pada ibu postpartum di kecamatan Bluluk Kabupaten

Lamongan

3.2 Populasi, Sampling dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh wilayah generalisasi yang terdiri atas

adanya objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil

kesimpulannya (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah semua Ibu

postpartum anak pertama di puskesmas atau Bidan Desa di Kecamatan

Bluluk.

3.2.2 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling adalah cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan kesuluruhan subjek penelitian (nursalam, 2013)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling

consecutive sampling yang merupakan jenis non probability terbaik,

dan sering kali merupakan cara yang paling mudah. Kurun waktu yang

digunakan peneliti yang selama 1 bulan. Sampling dalam penelitian ini

adalah semua Ibu postpartum anak pertama di puskesmas atau Bidan

Desa di Kecamatan Bluluk.


3

3.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Azwar, 2016). Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara

10%-15%, atau 20-25% (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini

sampelnya adalah semua Ibu postpartum anak pertama di puskesmas

atau Bidan Desa di Kecamatan Bluluk

3.3 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.3.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karekteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). (Nursalam,

2013).

Variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama

dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing. Satu

variabel tidak mungkin hanya berkaitan dengan satu variabel lain saja

melainkan selalu saling pengaruhi dengan banyak variabel lain (Azwar,

2016).

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)


4

itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati

artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang

kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2014).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran teknik menyusui yang benar pada
postpartum

Definisi Alat
NO Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
1 Pemberian Ibu tetap SAP Ceklis Ordinal Baik ≥ 75%
ASI dengan memberikan ASI teknik Sedang ≥ 55
teknik dengan teknik yang menyusui Kurang < 55%
menyusui benar. yang
yang benar benar
pada ibu
postpartum

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebaga berikut:

1. Sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan judul

penelitian kepada kedua dosen pembimbing skripsi


2. Setelah judul

disetujui oleh pembimbing peneliti meminta surat studi pendahuluan

pada bagian administasi alademis kemahasiswaan kampus STIKES

Bina Sehat PPNI yang telah di legalisir oleh ketua STIKES Bina SehatT

PPNI yang telah di legalisir oleh ketua program studi S1 Keperawatan

pada 04 Desember 2017 kemudian di serahkan pada

BANKERSBANPOL
5

3. Setelah mendapat surat dari BANKESBANPOL peneliti

mengajukan surat kepada dinas kesehatan pada tanggal 7 Januari 2018,

serta pada Puskesmas Bluluk pada tanggal 8 januari 2018.


4. Pada tanggal 14 Januari 2018 peneliti mendapat surat persetujuan

praktek dari Puskesmas Bluluk dan tanggal 16 Januari 2018 mendapat

surat dari dinas kesehatan Kabupaten Lamongan.


5. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada 18 Januari 2018– 19

Januari 201 di rumah responden di Kecamatan Bluluk


6. Peneliti mendapatkan hasil studi pendahuluan yang di catumkan

pada BAB 1 dan melakukan penyusunan proposal


7. Setelah proposal di setujui, peneliti mempersiapkan untuk

penelitian

3.5 Kerangka kerja

Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah mulai

dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2013). Kerangka kerja yang dilakukan

penulis, dapat dilihat pada bagan berikkut ini:


6

3.1 Kerangka kerja

Populasi
Semua Ibu postpartum anak pertama di puskesmas atau Bidan Desa di Kecamatan Bluluk

Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling yaitu consecutive sampling

Sampel
Semua Ibu postpartum anak pertama di puskesmas atau Bidan Desa di Kecamatan Bluluk

Pengumpulan Data
Menggunakan lembar ceklist teknik menyusui

Penelitian
Pengolahan Data
Analisis dengan menggunakan Mean dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi

Kesimpulan
Gambaran Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu Postpartum di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Gambaran Teknik Menyusui yang benar pada Ibu
Postpartum
7

3.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.6.1 Prosedur Pengambilan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang dilakukan

dalam penelitian (Nursalam, 2013). Pengumpulan data pada penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan Lembar Ceklist pada Ibu

postpartum di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu

metode (Arikunto, 20l0).Pada penelitian ini menggunakan observasi

yang terdiri dari satu alat ukur yaitu menggunakan cekslist sebagai

instrument penelitian. Observasi merupakan cara pengumpulan data

dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.

Dalam metode observasi ini, dapat menggunakan lembar observasi,

panduan pengamatan, atau lembar check list (Hidayat, 2010).

Pada penelitian ini akan menggunakan lembar checklist Teknik

menyusui yang benar setelah melahirkan dan SAP tentang Teknik

menyusui yang benar setelah melahirkan.

3.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Mulai studi pendahuluan ini dilakukan di Puskesmas Bluluk dan

di rumah bidan desa. Waktu pengambilan data awal dilaksanakan pada


8

04 Desember 2017 sampai akhir ujian skripsi. Penelitian ini dilakukan

Selama 14 hari.

3.7 Analisa Data

Analisa data merupaka bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian

yang mengungkap fenomena. (Nursalam, 2013)

3.7.1 Analisa Data Univariate

Analisa univariate ini di gunakan untuk menganalisa data

demografi dan data khusus hasil penelitian, penyajiannya dalam

bentuk distribusi dan prosentase.

Prosentase di hitung dengan rumus:

f
P= x 100
N

Keterangan :

P = Prosentase

f = frekuensi

N = Total sampel (Arikunto, 2010)

Untuk mengetahui apakah ibu tetap memberikan ASI dengan

teknik yang benar setelah postpartum menggunakan kriteria:

Baik ≥ 75%
Sedang ≥ 55
Kurang < 55%
9

3.7.2 Analisa Bivariate

Analisa data dengan menggunakan Mean dan disajikan dengan

tabel distribusi frekuensi.

3.8 Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus

memegang teguh sikap ilmiah serta menggunakan prinsip – prinsip etika

penelitian. Meskipun tidak memiliki resiko yang dapat merugikan atau

memabahayakan subjek penelitian, peneliti perlu mempertimbangkan

sosioetika dan menjunjun tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

Pada penelitian ini peneliti mengajukan permohonan ijin pada pihak

terkait yaitu STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO, setelah mendapat

persetujuan barulah memulai penelitian.

3.8.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka harus

menandatanani lembar persetujuan jika tidak bersedia maka peneliti

harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2010). Saat pasien dirumah

peneliti menjelaskan pada responden akan di lakukan penelitian


10

mengenai teknik menyusui yang benar,jika setuju responden diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan maslah yang

memberiakn jaminan penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010). Dalam penelitian

ini peneliti hanya menggunakan inisial dari nama responden.

3.8.3 Kerahasiaan (Conidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberika

jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun maslah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

diperlukan pada hasil riset (Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini

kerahasiaan benar-benar dijaga data yang sudah dikumpulkan

disimpan ndengan baik dan diberi kode tersendiri.


11

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka

Cipta

Azwar Saufudin (2010) Metode Penelitian. Yogyakarta: pustaka Pelajar

Elisabeth Siwi Walyani (2015) Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak

Pertama agar Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press

F.B. Monika (2018) Buku Pintar ASI dan Menyusui Jakarta: Noura Books (Mizam

Grup)

Hegar, B dkk. (2008) Bedah ASI. IDAI Cabang DKI Jakarta : EGC

Hidayat Alimul (2010) Metode penelitian kesehatan paradigm kuantitatif,

Jakarta: Heath Books.

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2

016/15_Jatim_2016.pdf

tanggal akses 13 mei 2018

https://www.scribd.com/document/361142037/Profil-Dinkes-Prov-Jatim-2015

tanggal akses 14 mei 2018

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/

3524_Jatim_Kab_Lamongan_2014.pdf

tanggal akses 15 mei 2018


12

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2016/

3524_Jatim_Kab_Lamongan_2016.pdf

tanggal akses 16 mei 2018

http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1167

tanggal akses 17 mei 2018

Notoatmojo,S. (2012) Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Jakarta

Rineka Cipta

Nursalam, (2014)Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, (2013)Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Roesli, Utami (2012) Panduan Praktis Menyusui.Jakarta, Puspa Swara

Soetjiningsih (2010) “ASI”Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta

Suherni, (2009) Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta Fitramaya

Syafrudin & Fratidhin i(2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Prawiriharjo

Setiadi (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2.

Yogyakarta, Graha Ilmu

Rizki Natia Wiji (2013) ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha

Medika

Taufan Nugroho (2014) Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan Nifas.Nuha Medika :

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai