PENDAHULUAN
1
penilaian anak dalam keadaan gawat-darurat, dibutuhkan pendekatan khusus agar
diperoleh data sebanyak-banyaknya dan mendekati ketepatan. Oleh karena itu
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat pada anak untuk mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam
kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa
atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas mengenai
asuhan keperawatan kegawatadaruratan pada anak dalam makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pediatri”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep triase pada anak
1.3.2 Untuk mengetahui pengkajian dalam kegawatdaruratan pediatric
1.3.3 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dan kolaborasi
kegawatdaruratan pediatric
1.3.4 Untuk mengetahui diagnose keperawatan kegawatdaruratan pediatrik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Lakukan pemeriksaan laboratorium kegawatdaruratan (darah lengkap, gula
darah, malaria). Kirimkan sampel darah untuk pemeriksaan golongan
darah dan cross-match bila anak mengalami syok, anemia berat, atau
perdarahan yang cukup banyak.
Setelah memberikan pertolongan kegawatdaruratan, lanjutkan segera
dengan penilaian, diagnosis dan penatalaksanaan terhadap masalah yang
mendasarinya.
Anak dengan tanda prioritas harus didahulukan untuk mendapatkan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut dengan segera (tanpa menunggu
giliran). Pindahkan anak ke depan antrean. Bila ada trauma atau masalah bedah
yang lain, segera cari pertolongan bedah.
Secara ringkas dapat dibuat bagan triage kegawatdaruratan pada anak
berikut ini
4
2.2 Pengkajian dalam kegawatdaruratan pediatric
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Dalam melakukan penilaian anak dalam keadaan gawat-darurat,
dibutuhkan pendekatan khusus agar diperoleh data sebanyak-banyaknya dan
mendekati ketepatan. Beberapa kekhususan yang diperhatikan antara lain:
Teknik pendekatan sesuai tumbuh kembang anak
Observasi awal. Salah satu metoda yang khusus dikembangkan untuk ini
dikenal dengan metoda segitiga penilaian pediatrik (PAT= Paediatric
Assessment Triangle). Teknik ini dikembangkan karena anak dapat
memperlihatkan sikap yang berbeda-beda sesuai taraf perkembangannya.
Dengan teknik ini pemeriksa dapat menilai berat ringannya kondisi anak
dengan cepat.
5
Penilaian tanda vital yang dikenal dengan metoda ABCDE. Karena
perbedaan anatomi dan fisiologi, teknik pemeriksaan dan nilai normal
pada anak dapat berbeda untuk setiap kelompok usia.
Memutuskan untuk tindakan selanjutnya dengan cepat, sesuai tingkat
kegawatan
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setelah kondisi vital stabil
6
pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera
yang dialami pasien anak. Pengkajian ini hanya dilakukan setelah kondisi pasien
mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai
membaik.
1. Pengkajian Primer
a. Segitiga penilaian pediatrik (PAT: Pediatric Assessmen Triangle)
Teknik penilaian ini dilakukan tanpa memegang anak. Dengan melihat
dan mendengar, pemeriksa dapat mendapatkan kesan akan kegawatan
anak. Tiga komponen PAT adalah:
1) Penampilan anak
Penampilan anak seringkali merupakan cerminan kecukupan
ventilasi dan oksigenasi otak. Namun demikian beberapa keadaan lain
dapat pula mempengaruhi penampilan anak seperti hipoglikemi,
keracunan, infeksi otak, perdarahan atau edema otak atau juga
penyakit kronik pada susunan saraf pusat.
Penampilan anak dapat dinilai dengan berbagai skala. Metoda
‘TICLES’ meliputi penilaian tonus (T= tone), interaktisi (I=
interactiveness), konsolabilitas (C= consolability), cara melihat (L=
look/gaze) dan berbicara atau menangis (S= speech/cry).
Tabel 1. Penilaian dengan metoda ‘Ticles’ (TICLS)
Karakteristik Hal yang dinilai
Tone Apakah anak bergerak aktif atau menolak pemeriksaan
dengan kuat? Apakah tonus ototnya baik atau lumpuh?
Interactivenes Bagaimana kesadarannya? Apakah suara
s mempengaruhinya? Apakah ia mau bermain dengan
mainan atau alat pemeriksaan? Apakah anak tidak
bersemangat saat berinteraksi dengan orang tua/
pengasuh?
Consolabillity Apakah ia dapat ditenangkan orang tua atau pengasuh
atau pemeriksa? Apakah anak menangis terus atau
tampak agitasi sekalipun dilakukan pendekatan yang
lembut?
Look/Gaze Apakah ia dapat memfokuskan penglihatan? Apakah
pandangannya kosong?
7
Speech/Cry Apakah anak berbicara atau menangis dengan kuat?
Apakah suaranya lemah?
2) Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi
dan ventilasi. Karakteristik hal yang dinilai adalah :
Suara napas yang tidak normal
Posisi tubuh yang khas
Retraksi
Cuping hidung
Tabel 2. Penilaian Upaya Napas
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas yang tidak normal Mengorok, parau, stridor, merintih, menangis
Posisi tubuh yang tidak normal Sniffing, tripoding, menolak berbaring, head
bobbing
Retraksi Supraklavikula, interkosta, subternal
Cuping hidung Napas cuping hidung
3) Sirkulasi kulit
Sirkulasi kulit mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke
organ vital. Hal yang dinilai (tabel 5):
Pucat
Mottling
Sianosis
Tabel 3. Penilaian Sirkulasi Kulit
Karakteristik Hal yang dinilai
Pucat Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena kurangnya
aliran darah ke darah tersebut
Mottling Kulit berbecak kebiruan akbiat vasokontriksi
Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru
Penilaian ketiga hal ini, tanpa menyentuh anak, telah dapat memberikan
gambaran kasar tentang kegawatan anak dengan cepat. Secara ringkas
penggunaan PAT dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gawat Napas
8
Sirkulasi kulit (N)
Gagal Napas
Syok
Sirkulasi kulit
b. Metode ‘ABCDE’
Teknik ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada anak. Komponen
pemeriksaan:
1) Airway (Jalan Napas)
Sekalipun dengan teknik ‘PAT’ telah diketahui adanya obstruksi jalan
napas, namun derajat obstruksi perlu lebih terinci, antara lain untuk
tindakan resusitasi. Menilai jalan napas (airway) pada anak dengan
kesadaran menurun dilakukan dengan teknik ‘look, listen, feel’ yaitu
membuka jalan napas dengan posisi sniffing, lalu melihat pengembangan
9
dada sambil mendengar suara napas dan merasakan udara yang keluar dari
hidung/mulut (gambar 2).
10
1 tahun 20 – 40 30
3 tahun 20 – 30 25
6 tahun 16 – 22 19
14 tahun 14 – 20 17
Dewasa 12 – 20 18
Sumber : DeLaune dkk (2002) dalam Oda Debora (2017)
11
dengan kelainan jantung bawaan biru dapat menunjukkan saaturasi yang
rendah tanpa distress napas.
3) Circulation (sirkulasi)
Penilaian sirkulasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung, perfusi
organ dan tekanan darah.
Denyut jantung normal sesuai usia dapat dilihat dalam tabel 6. Takikardi
dapat merupakan tanda awal hipoksia atau perfusi yang buruk. Namun dapat
juga terjadi pada demam, nyeri, ketakutan, dn emosi yang meningkat.
Bradikardi dapat memerikan indikasi hipoksia atau iskemia.
Perfusi organ dapat dinilai dengan menilai denyut nadi perifer, capillary
refill time dan tingkat kesadaran. Produksi urine juga merupakan indikator
yang baik, namun biasanya kurang diperhatikan orang tua. Perhatikan kualitas
nadi. Bila nadi brakial kuat, biasanya anak tidak mengalami hipotensi. Bila
denyut nadi perifer tidak teraba, cobalah meraba di femoral atau karotis.
Tidak adanya denyut nadi sentral merupakan indikasi untuk segera dilakukan
tindakan pijat jantung. Capillary refill time normal kurang dari 2-3 detik.
Namun demikian capillary refill time dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan, misalnya suhu udara yang dingin.
Tabel 6. Rentang Normal Hasil Pengukuran Nadi
Usia Frekuensi Denyut Nadi per Menit
Bayi (0 – 1 tahun ) 120 – 160
Toddler (1 – 4 tahun) 90 – 140
Prasekolah (5 - <6 tahun) 80 – 110
Usia sekolah (6 - <18 tahun) 75 – 100
Remaja (10 – 18 tahun) 60 – 90
Dewasa (>18 tahun) 60 – 100
Sumber : DeLaune dkk (2002) dalam Oda Debora (2017)
Tekanan darah dipengaruhi ukuran manset. Lebar manset yang benar adalah
duapertiga panjang lengan atas. Pemeriksaan tekanan darah membutuhkan kooperasi
anak. Tekanan darah tinggi pada anak yang tidak berkooperasi baik mungkin dapat
menyesatkan. Namun tekanan darah rendah menandakan syok. Formula tekanan
darah sistolik terendah:
12
4) Disability (status neurologik)
Evaluasi neurologik meliputi fungsi korteks dan batang otak. Fungsi
korteks dinilai dengan skala ‘AVPU’ (tabel 7). Anak dengan penurunan skala
AVPU pasti disertai kelainan penampilan pada skala PAT. Anak dengan sakit
atau cedera sedang dapat mengalami gangguan penampilan pada skala PAT,
namun mempunyai skala AVPU pada tingkat A (A= Alert).
Tabel 7. Skala ‘AVPU’
Katagori Rangsang Tipe respon Reaksi
‘Alert’ Lingkungan Sesuai Interaksi normal untuk
normal tingkat usia
‘Verbal’ Perintah Sesuai Bereaksi terhadap nama
Tidak sesuai Tidak spesifik/ bingung
sederhana atau
rangsang suara
‘Pain’ Nyeri Sesuai Menghindar rangsang
Tidak Mengeluarkan suara
sesuai tanpa tujuan atau dapat
melokali-sasi nyeri
Patologis
Posture
‘Unresponsive Tak ada respon yang dapat dilihat terhadap semua rangsang
’
Skala lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi korteks adalah
skala koma Glasgow. Penggunaan skala koma Glasgow untuk pasien gawat di
lapangan seringkali di anggap tidak praktis dan kontroversial.
Untuk mengevaluasi fungsi batang otak dilakukan pemeriksaan pola
napas sentral, postur tubuh (dekortikasi/deserebrasi/flacid), pupil dan
reaksinya terhadap cahaya serta evaluasi syaraf kranial lain. Refleks pupil
dapat menjadi tidak normal akibat hipoksia, obat-obatan, kejang atau herniasi
batang otak.
Penilaian lebih lanjut dilakukan atas gerakan motorik. Perhatikan
gerakan-gerakan asimetrik, kejang, posture atau flasiditas. Pemeriksaan
neurologis lebih lengkap dilakukan pada tahap pemeriksaan tambahan.
5) Exposure (paparan)
13
Untuk melengkapi perlu juga dinilai hal lain yang dapat langsung terlihat,
contoh: ruam akibat morbili, hematoma akibat trauma, dan sebagainya.
Ketika melakukan pemeriksaan jagalah agar anak (terutama bayi) tidak
kedinginan.
c. Memutuskan untuk tindakan selanjutnya
Setelah melengkapi tahap ‘PAT’ dan ‘ABCDE’, sekaligus resusitasi bila
dibutuhkan, petugas medis harus memutuskan tindakan selanjutnya yang meliputi:
Meneruskan resusitasi
Melakukan pemeriksaan / pemantauan lebih lanjut
Merujuk
Proses ini amat tergantung pada kemampuan petugas, fasilitas yang ada
dan sistim penanggulangan kegawatan medis setempat. Bila fasilitas terbatas,
lebih baik untuk cepat melakukan rujukan untuk anak berisiko, antara lain:
Cedera berat
Riwayat penyakit berat (contoh: serangan asma yang berat yang tidak
memberikan respon adekuat terhadap pengobatan)
Kelainan fisiologi yang terdekteksi pada pengamatan awal
Kelainan anatomis yang dapat memberikan akibat fatal
Nyeri hebat
2. Pengkajian Sekunder
Membahas mengenai proses anamnesis riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik
head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami.
Pada pemeriksaan umum meliputi kesan keadaan sakit, kesadaran serta status
gizi anak.
a. Kesan keadaan sakit
Apakah penderita tampak sakit ringan, sedang atau berat ?
Sakit ringan atau sehat penderita tersenyum, tertawa, bicara
Sakit lebih serius menangis terus menerus
Sakit berat pasif, tidak/sedikit bergerak
b. Status Gizi/Nutrisi
Inspeksi
Postur tubuh tampak kurus /gemuk
14
Tanda tanda lain yaitu hidrosefalus, edema, anemia
Tanda defisiensi vitamin A, xerosis vit A, bercak Bitot
Palpasi
Lemak subkutan : Dengan cubit tebal kulit
Keadaan otot : Eutrofi/atrofi/hipotrofi/hipertrofi
Dilengkapi Dengan Data Anthropometri
Berat badan, tinggi badan, rasio berat badan terhadap tinggi badan Lingkar
lengan atas, tebal lipatan kulit, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut
c. Pemeriksaan fisik berdasarkan system organ
1) Thorax – paru
Kebanyakan bayi dan toddler berobat karena infeksi saluran nafas bagian
atas. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, nafas berbunyi,
nafas cepat, sesak, sianosis. Keluhan sebaiknya ditulis secara berurutan.
Misal : batuk 4 hari, susah makan 2 hari, panas 2 hari, nafas bunyi 2 hari,
sesak 1 hari.
Inspeksi :
Tampak gelisah? Sesak? Susah bernafas?
Posisi penderita
Gerakan dada
Bentuk dada
Tipe pernafasan
Frekwensi nafas – dangkal/dalam
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
Jari tabuh
Petekiae pada muka, leher
Palpasi :
Posisi trakhea
Pergerakan dada kanan dan kiri
Fremitus suara
Perkusi :
15
Pada bayi dan toddler jarang dilakukan perkusi, pada anak lebih besar
dapat dilakukan
Auskultasi :
Suara nafas normal pada bayi adalah bronkhovesikuler
Suara nafas normal pada anak besar vesikuler
Suara tambahan :
- Wheezing
- Stridor
- Ronki basah halus / basah kasar
2) Thorax – Kardiovaskuler
Cara pemeriksaan kardiovaskuler dimulai dari perifer baru ke jantung
Cari sianosis, jari tabuh, kesukaran bernafas, anemia/polisitemia
Nadi :
Periksa volume, dengan ujung jari pada daerah arteria radialis
Frekwensi, tergantung umur, temperatur, gelisah,cemas, olahraga
harga normal frekwensi jantung pada saat istirahat
Tekanan darah
Jangan dilakukan pada bayi dan membutuhkan kesabaran
Pemeriksaan jantung
Inspeksi :
Mencari adanya penonjolan prekordial (precordial bulge).
Mencari adanya denyutan ventrikel.
16
Penonjolan prekordial akan menyebabkan sternum dan kosta
akan menonjol kedepan dan bentuk dada lebih cembung.
Denyutan ventrikel kanan akan tampak pada daerah
xiposternum.
Denyutan ventrikel kiri tampak didaerah apek, sering tampak
pada anak yang kurus, hiperdinamik sirkulasi oleh karena panas,
gelisah dan pada anak dengan pembesaran ventrikel kiri.
Palpasi :
Palpasi jantung untuk mengetahui adanya pembesaran ventrikel dan
mengetahui adanya murmur yang bila teraba disebut thrill.
- Pembesaran ventrikel kanan
Mempergunakan ujung – ujung jari, palpasi didaerah interkosta 2-3-
sepanjang batas sternum kiri
Pembesaran ventrikel kanan disebut kuat angkat yang teraba
biasanya suara pertama (sistolik), kadang – kadang juga suara kedua
(diastolic) dan suara ketiga waktu terjadi pengisian jantung.
- Pembesaran ventrikel kiri
• Pada bayi dan toddler, pembesaran ventrikel kiri teraba di
interkosta kiri, digaris pertengahan klavikula.
• Pada anak prasekolah, pembesaran ventrikel kiri/denyutan apek
teraba di interkosta /5 kiri, digaris pertengahan klavikula
• Pembesaran ventrikel kiri, teraba denyutan yang merata kuat
dan adanya perpindahan posisi apek.
Thrill pada palpasi menunjukkan adanya kelainan patologis.
Thrill pada suprasternal koaorta atau stenosis aorta.
Perkusi :
Jarang dilakukan dan kurang banyak membantu pada pemeriksaan
diagnostic fisik.
Auskultasi :
o Usahakan anak tidak menangis
o Gunakan diafragma maupun bell dari stetoskop
17
o Posisi anak berbaring dan duduk
o Catat bila terdapat variasi suara jantung waktu bernafas
- Suara satu paling baik terdengar didaerah apek
mempergunakan bell, suara dua didaerah basal.
- Pada bayi suara satu terdengar lebih keras dari suara dua
- Pada karditis suara satu terdengar lebih lemah
Murmur :
Pemeriksaan murmur pada anak
- Dengarkan semua murmur
- Bedakan apakah murmur yang sebenarnya dan murmur innocent
Murmur innocent :
- Pertengahan sistolik
- Terdengar samar – samar (grade 1-3)
- Lokasi tertentu
- Tidak menyebar
- Mempunyai fibrasi
- Tidak ada hubungannya dengan penyakit jantung
Murmur yang sebenarnya :
- Pansistolik
- Menyebar ke seluruh precordium
- Suara lembut sampai keras
- Biasanya ada thrill
- Biasanya disertai dengan pembesaran ventrikel
18
- Kadang ada murmur diastolic
3) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi :
Abdomen pada toddler dan anak anak biasanya tampak buncit.
Tipe pernafasan pada anak biasanya abdominal
Dalam keadaan normal dapat terlihat otot rektus, pembuluh darah
vena.
Pada anak yang kurus kontur dari usus dapat terlihat.
Palpasi :
Yang harus diperhatikan :
Anak harus relak perlu kesabaran, skill
Usahakan tangan hangat
Usahakan anak jangan menangis
Palpasi kadang dilakukan waktu anak
merangkak atau posisi berdiri
19
- Apakah ada pembesaran organ
- Mencari masa yang abnormal atau adanya cairan
Memeriksa lien :
Pemeriksaan lien dilakukan pada abdomen kwadran kiri atas.
Normal lien teraba 1 2 cm dibawah batas kosta, teraba lunak dan
Dapat diraba waktu inspirasi.Pemeriksaan dilakukan dengan
meletakkan.
Tangan kanan secara lembut diatas abdomen kwadran kiri atas, dan
Tangan kiri diletakkan dibawahnya dan selanjutnya dilakukan
palpasi.
Pembesaran lien :
o Bergerak waktu bernafas
o Terdengar redup waktu perkusi
o Terdapat cekungan
o Pembesaran diukur dalam sentimeter dari batas kosta
o Pembesaran lien kronik biasanya teraba keras
o Lien membesar kearah tengah, ke umbilikus atau kebawah kearah fosa
iliaka
4) Pemeriksaan hati
Hati merupakan organ terbesar pada bayi
Pada anak umur 2-3 tahun, normal teraba 1-2 cm dibawah batas kosta
sebelah kanan.
Pembesaran hati mudah dipalpasi pada bayi dan anak, bagian tepi
biasanya lunak dan bergerak waktu bernafas. Mengukur besar hati
dengan ukuran sentimeter, bukan jari.
20
Palpasi dilakukan didaerah kwadran kanan atas dari abdomen.
Pada penderita dengan bronchiolitis, hati akan tertekan kebawah oleh
karena diafragme mendatar.
5) Pemeriksaan telinga, hidung, mulut, tenggorokan
Telinga :
Yang diperiksa adalah daun telinga, lubang telinga serta membran
timpani
Adakah kelainan kongenital misalnya adanya low set ear, down
sindrom, infeksi
Pemeriksaan mempergunakan otoskopi
Hidung :
Adakah pernafasan cuping hidung, nasolabial, keluar masuk udara
lubang hidung, sekret dan benda asing
Mulut :
Meliputi bibir, gigi, mukosa, lidah, tonsil dan faring
6) Pemeriksaan neurologis
a) Tanda rangsang meningeal kaku kuduk
- Pasien berbaring terlentang
- Singkirkan penyangga kepala
- Lakukan gerakan anteroflexi leher secara pasif sampai dagu
menyentuh dada
- Positif bila ada tekanan
21
- Gerakan anteroflexi leher secara pasif
- Positif bila disusul secara reflektorik oleh gerakan flexi pada kedua
tungkai sendi lutut dan panggul
c) Tanda rangsang meningeal brudzinski sign, tanda tungkai kontra lateral
- Pasien berbaring terlentang
- Salah satu tungkai diangkat dalam sikap lurus di sendi lutut, dan
flexi di sendi panggul
- Positif bila tungkai kontra lateral timbul gerakan reflektorik flexi di
sendi lutut dan panggul
22
2.3 Pemeriksaan diagnostic dan kolaborasi
Pemeriksaan diagnostic diperlukan untuk melengkapi proses pengkajian gawat
darurat pada pasien anak, meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT scan, USG, dll.
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan untuk mendiagnosis kelainan-
kelainan organ di dalam tubuh, antara lain : saluran cerna, saluran
perkemihan, rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-lain.
2. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah prosedur kesehatan yang dilakukan dengan memasukkan
alat bernama bronkoskop melalui tenggorokan, laring, trakea ke dalam
bronkus untuk melihat bagian toraks (dada). Tindakan ini dapat dilakukan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit serta mengambil sampel
jaringan atau mukus melalui tindakan yang disebut biopsi.
3. CT scan
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Tujuan
penggunaan CT Scan adalah menemukan patologi otak dan medulla spinalis
dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope.
4. USG
Pemeriksaan USG perut dilakukan untuk mengevaluasi beberapa organ,
seperti ginjal, hati, kantong empedu, pancreas, limpa, aorta abdominal dan
pembuluh darah lainnya yang terdapat di dalam perut. Selain itu, pemeriksaan
USG seringkali dilakukan untuk mendiagnosa beberapa gangguan kesehatan
seperti : nyeri perut atau perut kembung, gangguan fungsi hati, pembesaran
organ perut, dan adanya batu pada kantong empedu atau ginjal.
5. Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi (EEG) adalah sebuah pemeriksaan penunjang yang
berbentuk rekaman gelombang elektrik sel saraf yang berada di otak yang
memiliki tujuan untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi fungsi otak.
23
EEG biasanya digunakan terutama untuk meneliti epilepsy dan penyakit
Alzheimer, juga mengidentifikasi individu yang harus dirujuk untuk melayani
pemeriksaan lebih lanjut jika penyakit otak adalah penyebab dari epilepsinya.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pemeriksaan tanda kegawatdaruratan pediatric terdiri dari 2 tahap, yaitu
Tahap 1: Periksa jalan napas dan pernapasan, bila terdapat masalah segera berikan
tindakan untuk memperbaiki jalan napas dan berikan napas bantuan, dan Tahap
2: Segera tentukan apakah anak dalam keadaan syok, tidak sadar, kejang, atau
diare dengan dehidrasi berat. Metode yang digunakan pada kegawatdaruratan
anak, yaitu metoda segitiga penilaian pediatrik (PAT= Paediatric Assessment
Triangle) dan penilaian tanda vital yang dikenal dengan metoda ABCDE.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu :
pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Tahapan pengkajian primer
meliputi : A: Airway, B: Breathing, C: Circulation, D: Disability, dan E:
Exposure. Pengkajian sekunder membahas mengenai proses anamnesis riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan
pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera
yang dialami pasien anak.
Pemeriksaan diagnostic diperlukan untuk melengkapi proses pengkajian
gawat darurat pada pasien anak, meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT scan,
USG, dll.
3.2 SARAN
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka diharapkan untuk petugas
kesehatan dapat melakukan penatalaksanaan dan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada anak dengan baik dan benar.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan
maupun pelaksanaan asuhan keperawatan gawat darurat pada anak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Astika, Nelly. 2013. Pediatri Pemeriksaan fisik pdf.
https://www.scribd.com/doc/178667004/Pediatri-Pemeriksaan-fisik-pdf.
Diakses tanggal 30 Agustus 2018
Hospital Care For Children. 2016.BAB. 1 TRIASE & KONDISI GAWAT
DARURAT (PEDIATRI GAWAT DARURAT). http://www.ichrc.org/bab-
1-triase-kondisi-gawat-darurat-pediatri-gawat-darurat. Diakses tanggal
29 Agustus 2018
Hospital Care For Children. 2016.1.2. Catatan untuk penilaian tanda
kegawatdaruratan dan prioritas. http://www.ichrc.org/12-catatan-untuk-
penilaian-tanda-kegawatdaruratan-dan-prioritas. Diakses tanggal 29
Agustus 2018
26
LAMPIRAN 1
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Identitas Pasien :
Nama : ..........................................
Umur : ..........................................
Jenis Kelamin : ..........................................
Pekerjaan : ..........................................
Alamat : ..........................................
Agama : ..........................................
Tanggal Masuk RS : ..........................................
Diagnosa Medis : ..........................................
No. RM : ..........................................
Alasan Masuk : ..........................................
Initial survey:
A (alertness) : ……………………………………………………………………...
V (verbal) : ……………………………………………………………………...
P (pain) : ……………………………………………………………………...
U (unserpons) : ……………………………………………………………………...
27
SURVEY PRIMER dan RESUSITASI
AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
1. Keadaan jalan nafas
Tingkat kesadaran : ………………………………………
Pernafasan : ………………………………………
Upaya bernafas : ………………………………………
Benda asing di jalan nafas :………………………………………
Bunyi nafas : ………………………………………
Hembusan nafas : ………………………………………
2. Diagnosa Keperawatan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Intervensi / Implementasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Evaluasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Jenis Pernafasan : …………………………………...
Frekwensi Pernafasan : …………………………………...
Retraksi Otot bantu nafas : …………………………………...
Kelainan dinding thoraks : (simetris, perlukaan, jejas trauma)
Bunyi nafas : …………………………………...
Hembusan nafas : ……………………………………
28
2. Diagnosa Keperawatan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Intervensi / Implementasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Evaluasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : .........................................................
Perdarahan (internal/eksternal) : .........................................................
Kapilari Refill : ..........................................................
Nadi radial/carotis : ..........................................................
Akral perifer : .........................................................
2. Diagnosa Keperawatan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Intervensi / Implementasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Evaluasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
29
DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis:
GCS : E….V…M….. : ……………………………..
Reflex fisiologis : ……………………………..
Reflex patologis : ……………………………..
Kekuatan otot : ……………………………..
2. Diagnosa Keperawatan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
3. Intervensi / Implementasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
4. Evaluasi
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
30
2. RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA
……………………………………………………..
…………………………………………..
……………………………………………………………………
3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Kepala
Kulit kepala : ……………………………………………………..
Mata : ……………………………………………………..
Telinga : ……………………………………………………..
Hidung : …………………………………………………….
Mulut dan gigi : ……………………………………………………
Wajah : ……………………………………………………
b. Leher : ……………………………………………………
c. Dada/ thoraks
Paru-paru : ……………………………………………………
Inspeksi : ……………………………………………………
Palpasi : ……………………………………………………
Perkusi : ……………………………………………………
Auskultasi : ……………………………………………………
Jantung
Inspeksi : ……………………………………………………
Palpasi : ……………………………………………………
Perkusi : ……………………………………………………
Auskultasi : ……………………………………………………
d. Abdomen
Inspeksi : ……………………………………………………
Palpasi : ……………………………………………………..
Perkusi : ……………………………………………………..
Auskultasi : ……………………………………………………..
e. Pelvis
31
Inspeksi : …………………………………………………….
Palpasi : ……………………………………………………
f. Perineum dan rektum : ……………………………………………………
g. Genitalia : ……………………………………………………
h. Ekstremitas
Status sirkulasi : ……………………………………………………
Keadaan injury : ……………………………………………………
i. Neurologis
Fungsi sensorik : ……………………………………………………
Fungsi motorik : ……………………………………………………
4. HASIL LABORATORIUM
…………………………………………………………………..
……………………………..
……………………………………………………………………
6. TERAPI DOKTER
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
32