Anda di halaman 1dari 6

DENUDASIONAL

MATA KULIAH GEOMORFOLOGI DASAR

DOSEN PENGAMPU :

1) Dra. Erni Suharini, M.Si


2) Andi Irwan Benardi, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Nur Alfiyah Ade Susyani (3201417003)


2. Lu’luun Nafisah (3201417006)
3. Endah Waluyowati (3201417015)
4. Ummu Nabilah (3201417026)
5. Kho

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari tenaga
dan proses geomorfologi, baik yang berasal dari luar bumi (eksogen) yang bersifat
degradasi dan agradasi, maupun berasal dari dalam bumi (endogen) mencakup
diastropisme dan vulkanisme. Dalam membicarakan permukaan bumi yang bersifat
degradasi (destruktif) dan agradasi (konstruktif), terlebih dahulu dikemukakan mengenai
pengertian tenaga dan proses geomorfologi. Tenaga geomorfologi merupakan kekuatan
yang menyebabkan permukaan bumi mengalami perubahan. Sedangkan proses
geomorfologi yang dimaksud adalah kelangsungan perubahan sebagai akibat dari tenaga
geomorfologi.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya denudasional.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk lahan denudasional.
3. Mahasiswa dapat mengetahui persebaran denudasional di Indonesia dan dunia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi bentuk lahan denudasional bagi kehidupan
manusia.

C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya denudasional.
2. Mahasisswa mengetahui bentuk lahan denudasional.
3. Mahasiswa mengetahui persebaran denudasional di Indonesia dan dunia.
4. Mahasiswa mengetahui fungsi bentuk lahan denudasional bagi kehidupan manusia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Geomorfologi
Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman
muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi
(Geomorphology) berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos
(earth/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan).
Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan
pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai deskripsi dan tafsiran
dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu
pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk
pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan
lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk
struktur yang lebih kecil dari yang disebut di atas, seperti plain, plateau, mountain
dan sebagainya. Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to
the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentangalam
alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk
bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam
mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut
merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Para ahli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang
dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga
untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping
memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui
suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan
numerik. Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti fisiografi,
meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi. Kajian mengenai
geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari
dua cabang dalam ilmu tanah. Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasi
antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan
tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui erosi dan mass wasting.
Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber bahan sedimen yang kemudian
diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan. Bentangalam dapat juga
mengalami penurunan melalui peristiwa amblesan yang disebabkan oleh proses
tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah endapan sedimen.
Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan dipengaruhi oleh perbedaan iklim,
ekologi, dan aktivitas manusia.
Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan adalah model tentang
siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884–
1899). Siklus geomorfik terinspirasi dari teori uniformitarianisme yang pertama
kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797). Berkaitan dengan bentuk-bentuk
lembah yang terdapat dimuka bumi, siklus geomorfik mampu menjelaskan urut-
urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yang mengakibatkan kedalaman suatu
lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses erosi yang terjadi pada kedua sisi
lembah yang terjadi secara teratur akan membuat lembah menjadi landai kembali dan
elevasinya menjadi semakin lebih pula. Siklus ini akan bekerja kembali ketika terjadi
pengangkatan dari daratan.

2. Pengertian Bentuk Lahan


Landscape / lansekap secara umum memiliki maknay ang hampir sama
dengan istilah ‘bentang lahan’ atau ‘fisiografis’ dan ‘lingkungan’. Perbedaan diantara
ketiganya terletak pada aspek interpretasinya. Bentang lahan yang didalamnya
terdapat unit –unit bentuk lahan (landforms) merupakan dasar lingkungan manusia
dengan berbagai keseragaman (similaritas) maupun perbedaan (diversitas) unsur
-unsurnya. Kondisi bentang lahan seperti ini memberikan gambaran fisiografis atas
suatu wilayah. Wilayah yang mempunyai karakteristik dalam hal bentuk lahan, tanah
vegetasi dana rebut (sifat) pengaruh manusia, yang secara kolektif ditunjukkan
melalui kondisi fisiografi dikenal sebagai suatu lansekap. (Vink1983).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka bentang lahan atau landscape adalah
panorama atas suatu hamparan daratan yang terdiri atas berbagai keadaan alam baik
alami maupun buatan manusia . Bentuk alam dipermukaan bumi yang terjadi karena
proses tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Marsoedi,1996).
Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentuk lahan merupakan suatu kenampakan
medan yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan
karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuk
lahan tersebut terdapat.
3. Pengertian Bentuk Lahan Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga
denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal
denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat
proses proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wasting) dan proses
pengendapan yang terjadi karena agradasi. Proses degradasi cenderung
meneyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan
keniakan permukaan bumi.

BAB III

METODE PENGUMPULAN DATA

Adapun beberapa metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini,


antara lain sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data - data atau
sumber-sumber yang berhubungan dengan topic yang diangkat dalam suatu makalah.
Studi literature bisa didapat dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, buku
dokumentasi, internet dan pustaka.
2. Doumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau data-data
yang dianggap penting melalui artikel koran/majalah, jurnal, pustaka, brosur, buku
dokumentasi serta melalui media elektronik yaitu internet, yang ada kaitannya dengan
diterapannya makalh ini.
3. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Kami melakukan observasi di
Pantai Sanur Denpasar Bali.

BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai