DAN PROSES
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
DEFINISI
3. Analisa
• Data struktur umumnya jumlahnya puluhan bahkan ratusan, data tersebut harus
dianalisa dengan metode-metode geometri dan statistik untuk mendapatkan pola
ataupun kedudukan umumnya.
• Hasil analisa kemudian disajikan dalam peta-peta, diagram atau maket.
Analisis yang umum dilakukan dalam geologi :
1. Analisis deskriptif (descriptive analysis)
• mengenali dan menggambarkan struktur dan mengukur kedudukan atau orientasinya.
• observasi/pengamatan langsung di lapangan, pengujian eksperimental batuan di
laboratorium, pengeboran atau monitoring geofisika, mempelajari stratigrafi dan
petrografi batuan dimana suatu struktur berada.
• didasari pada pemetaan geologi batuan dan struktur geologi, mengukur dimensi
(ukuran) dan orientasi struktur dengan bantuan alat-alat seperti : pita ukur (meteran),
instrumen survei (theodolite) dan kompas geologi.
2. surface forces
beraksi pada permukaan suatu massa.
Contohnya adalah gaya yang bekerja di
sepanjang sesar (atau patahan) atau batas
lempeng tektonik.
TEGASAN
• Di bumi gaya beraksi pada tubuh batuan dan menyebabkan terjadinya
deformasi, namun gaya menjadi kurang berarti dibandingkan tegasan
(stress).
• Jaeger and Cook (1976, dalam Davies 1984) mendefinisikan tegasan
sebagai aksi yang cenderung mendeformasi suatu tubuh material.
• Besarnya tegasan tidak hanya merupakan fungsi gayanya, namun
juga berhubungan dengan luas dimana gaya itu bekerja.
σ =F/A
dimana σ : tegasan (stress)
F : gaya (force)
A : luas (area)
• satuan tegasan
1. “pounds per square inch” (psi)
2. kilogram per cm persegi (kg/cm²).
• Tegasan menurut arah atau posisinya terhadap suatu bidang referensi yang
dikenai tegasan:
1. tegasan normal (σN) atau normal stress.
σN adalah tegasan yang bekerja tegak lurus bidang referensi
2. tegasan gerus (σS) atau shear stress.
σS adalah tegasan yang bekerja sejajar bidang referensi.
KETERAKAN (STRAIN)
• displacement atau translasi dan rotasi dari suatu massa batuan tanpa mengalami
distorsi dianggap bukan merupakan strain.
• cara untuk lebih mendalami struktur tektonik dan kondisi yang membentuknya
membandingkan keadaannya sekarang yang terdeformasi (deformed) atau
berketerakan (strained) dengan yang aslinya yang tidak terdeformasi (undeformed)
atau tak berketerakan (unstrained).
• umumnya sulit karena kita membutuhkan suatu model asli yang “undeformed” dari
setiap struktur yang kadangkala tidak mungkin kita kenali lagi.
www.petrology.com
Gambar 1. Bowen’s Reaction Series
STRUKTUR GEOLOGI
• Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada
di suatu daerah sebagai akibat dari terjadinya perubahan-
perubahan pada batuan oleh proses tektonik atau proses lainnya.
• Dengan terjadinya proses tektonik, maka batuan (batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf) maupun kerak bumi akan
berubah susunannya dari keadaannya semula.
• Struktur geologi (makro) yang penting untuk diketahui antara lain ;
bidang perlapisan, sistem sesar, sistem perlipatan, sistem kekar,
dan bidang ketidakselarasan.
GEOMETRI UNSUR STRUKTUR
• Unsur- unsur struktur secara geometris :
1. geometris bidang
(struktur bidang : bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, sumbu lipatan dll),
2. geometris garis
(struktur garis : gores garis, perpotongan 2 bidang, liniasi dll).
1. Struktur Bidang
• Struktur bidang riil
Bentuk dan kedudukannya dapat diamati secara langsung di lapangan.
• Struktur bidang semu
Bentuk dan kedudukan dari struktur bidang semu hanya bisa diketahui atau didapatkan
dari hasil analisa struktur bidang riil yang lain, contohnya struktur bidang poros lipatan.
1. Jurus/ Kemiringan
– Sistem Azimuth
hanya mengenal satu tulisan yaitu N X°E/Y° besarnya X° antara
0° - 360° dan besarnya Y° antara 0° - 90°.
– Sistem Kwadran
penulisan tergantung kepada posisi kwadran yang diinginkan sehingga
mempunyai beberapa cara penulisan.
1. Pengukuran Jurus
• Bagian sisi kompas (sisi "E") ditempel pada bidang yang diukur.
• Kedudukan kompas dihorizontalkan, ditunjukkan oleh posisi level dari nivo
"mata sapi" (Bull's Eye Level) dimana gelembung udara terletak pada tengah-
tengah lingkaran.
• Buatlah garis horizontal pada sisi kompas yang menempel.
• Harga yang ditunjuk oleh jarum utara kompas adalah harga jurus bidang yang
diukur.
• Berilah tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya.
(Gambar 10. a)
2. Pengukuran Kemiringan
• Kompas pada posisi tegak.
• Tempelkan sisi "W" kompas pada bidang yang diukur dengan posisi yang tegak
lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat pada pengukuran jurus.
• Clinometer (berbentuk tabung) diatur sehingga gelembung udaranya tepat
berada di tengah (posisi level).
• Harga yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala clinometer adalah besarnya
sudut kemiringan dari bidang yang diukur. (Gambar 10. b)
Keterangan:
A–L : Struktur garis pada bidang ABCD
A–K : Arah penunjuaman (trend)
A–K/K–A : Arah kelurusan (bearing) = azimuth NAK
β : Penunjaman (plunge)
γ : Rake (pitch)
PENGGOLONGAN STRUKTUR GEOLOGI
A. Struktur Primer
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuannya.
Contoh : Struktur sedimen : perlapisan, silang siur.
Foliasi (pada batuan metamorf)
Kekar kolom (pada batuan ekstrusif, lava)
B. Struktur Sekunder
Struktur yang terbentuk setelah pembentukan batuannya. Struktur ini berupa
deformasi yang berasal dari dalam bumi yg menimpa batuan, sehingga batuan
menjadi retak, terlipat, bergeser dari kedudukan semula. Hal itu dipengaruhi oleh :
1. Arah dan kekuatan gaya yang bekerja pada batuan
2. Sifat-sifat batuan (kekompakan, kekerasan, plastisitas)
3. Perubahan batuan oleh pengaruh kimia
Gambar 4. Graded bedding (a), cross bedding (b), ripple mark (c)
1. Struktur Sedimen
• Klasifikasi Kekar
a. Berdasarkan bentuknya :
- Kekar sistematik
- Kekar tak sistematik
b. Berdasarkan cara terjadinya :
- Shear joint
- Tension joint
Data Lapangan :
Breksiasi (N…°E) :
180 184 186 176 184 160 193 184 160 141 184 176 215 192
210 184 170
Proyeksi Stereografis
Hasil analisa :
Rake : 05°
Data Lapangan :
Breksiasi (N…°E) :
136 136 147 136 152 132 134 136 124 136 162 176
Proyeksi Stereografis
Hasil analisa :
Rake : 82°
σ1 : 16°, N 233°E σ1’ : 14°, N 052°E
• Buckling/melipat
- Gaya penyebab adalah gaya tekan yang arahnya sejajar
permukaan lempeng.
- besarnya gaya tekan masih di bawah titik elastisitas
batuan, sehingga batuan hanya terlipat dan ridak hancur.
• Bending/pelengkungan
- Gaya penyebab adalah gaya tekan yang arahnya tegak
lurus permukaan lempeng.
- Gerak vertikal yang merubah lapisan horisontal menjadi
melengkung dan menghasilkan kubah(dome) dan basin.
a b
Gambar 26. Buckling (a) dan (b) bending yang membentuk lipatan
b
Data Pengukuran :
Hasil analisa :
σ2 : 07°, N 284°E
σ3 : 06°, N 079°E
Hasil analisa :
Arah Umum Sayap Utara : N 286°E/50°
σ1 : 03°, N 018°E
σ2 : 02°, N 288°E
σ3 : 88°, N 164°E
A B
Gambar 35. Peta Lintasan daerah Penawangan dan sekitarnya
Gambar 34. Penampang sayatan dengan analisis lipatan yang
dibuat berdasarkan data peta lintasan
DASAR – DASAR STRATIGRAFI
Macam-macam Ketidakselarasan :
1. Ketidakselarasan sejajar (Disconformity)
Ketidakselarasan yang diakibatkan oleh adanya bidang erosi. Lapisan batuan yang
berada diatas maupun dibawah bidang ketidakselarasan saling sejajar satu dengan
lainnya tetapi tetap tampak adanya suatu bidang erosi.
Gambar . Disconformity
2. Ketidakselarasan menyudut (Angular unconformity)
Gambar . Nonconformity
I
H
G
F
C
E
B
A D
• Bagaimanakah urutan pembentukan
batuannya dari yg tua ke yang muda
• Ada struktur apa saja
• Adakah ketidakselarasan pada gambar
tersebut
PUSTAKA
Adhe Syaiful .R.P., 2003, Pemetaan Daerah Penawangan dan sekitarnya, Kecamatan Klepu Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah, teknik Geologi, UPN “Veteran”, Yogyakarta
Anonimous, 1989, Bahan Galian C dan Air Bawah Tanah di Jawa Tengah, Semarang :
Dinas Pertambangan Pemprop Dati I Jateng.
……… 1983, Sumberdaya Alam untuk Pembangunan Nasional, Ghalia Indonesia ,
Jakarta
Anonimous, 1981,Metode Geometri Geologi Struktur, direktorat Jenderal Pertambangan
Umum, Bandung
Bateman, A.M. 1971. Economic Mineral Deposits, John Willey & Son, New York.
Bemmelen, R.W. van. 1970. The Geology of Indonesia. Vol. II. Netherland : Martinus
Nijhoff, The Hague, Introduction.
Billings, 1982, Structural Geology, Prentice-Hall, Singapore
Davis H.G., 1984, Structural Geology of Rock and Regions, John Willey and Sons
Dhadar, J. Rainir. (tanpa tahun). Eksplorasi Endapan Bahan Galian, GSB, Bandung.
Gilluly, James, 1950, Principle of Geology, Freeman & Co.Handoyo, San Francisco
Katili, J.A. (tanpa tahun). Geologi, Kilat Maju, Bandung.
Koesoemadinata, RP. 1980. Geologi Minyak dan Gasbumi, ITB, Bandung.
Lange m., Ivanova m., labedeva., 1991, Geologi Umum, Gaya Media Pratama, Jakarta
Noor, Djauhari, 2006, Geologi Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta
Porter S. J., Skinner B.C., 1987, Physical Geology, John Willey and Sons
Pratistho,dkk, 2000, Petunjuk Praktikum Geologi Struktur, Jurusan teknik Geologi, UPN
“Veteran”, Yogyakarta
Sanusi, Bachrawi, 1984, Mengenal Hasil Tambang Indonesia, Bina Aksara, Jakarta
Setyaningsih, Wahyu, 2002, Pemetaan Daerah Kedungglatik dan sekitarnya, Kecamatan Klepu Kabupaten Semarang,
teknik Geologi, UPN “Veteran”, Yogyakarta
Sukandarrumidi,1999,Bahan Galian Industri,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Sukendar Asikin, 1979, Dasar-dasar Geologi Struktur, ITB, Bandung
Sukendar Asikin, 2002, Materi Kuliah Geotektonik, Program Studi Teknik Geologi,
Universitas Pakuan, Bogor
Weiss and More, 1993, Sructural Geology
Zen, M.T dan Skinner, B.J., 1982, Industri Mineral dan Sumber Daya Bumi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta