BIDANG STUDI :
Prinsip Stratigrafi
Disusun Oleh :
Aldo Lutfi Fariza
270110150021
270110150065
Naba Al Rasyid
270110150142
Kelas E
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai Transgresi dan Regresi ini dengan baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai salah satu konsep dan hukum dalam
ilmu Geologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
KATA
PENGANTAR ..........................................................................................................
...i
DAFTAR
ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................
....1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................................................
......1
1.2 Rumusan
Masalah ...................................................................................................
1
BAB II ISI
PEMBAHASAN ...................................................................................................2
2.1 Definisi Transgresi dan
Regresi ............................................................................2
2.2
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................
...
3.1 Kesimpulan
...............................................................................................................
3.2
Saran .......................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Transgresi dan Regresi.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sedimen supply) lebih
kecil dari pada tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global
dan relatif sea level.
jelas,
sebagai
lapisan
atas
mereka
sering
ditandai
oleh
ketidakselarasan erosi.
semuanya
berumur
Kambrium
Tengah
(gambar
1).
sediment)
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
tempat
akomodasi
(accommodation space).
Progradation: Perkembangan pola pengendapan yang maju mengisi tempat
akomodasi yang berada di depannya. Pola pengendapan maju ini salah
satunya disebabkan oleh turunnya muka air atau garis pantai menuju ke arah
laut identik dengan regresi. Hal ini terjadi dimana pasokan sedimen (supply
sediment)
lebih
besar
dibandingkan
dengan
tempat
akomodasi
(accommodation space).
Agradation: Perkembangan pola yang tetap dimana volume pasokan sedimen
(supply sediment) seimbang dengan tempat akomodasi (accommodation
space) (keseimbangan antara sediment supply dan kenaikan muka air laut).
Dalam istilah ini mebahas mengenai perkembangan dari pola pengendapan
yang terjadi pada lingkungan laut akibat dari perubahan muka air laut.
Finning Up vs Coarsening Up
Thinning Up vs Thickening Up
Thinning-Up: Suksesi menipis keatas yang menunjukkan adanya penurunan
ketebalan lapisan batuan sedimen kearah atas. Penipisan lapisan batuan ini
menandakan adanya perubahan energi yang berkurang pada lingkungan
pengendapan
(Batiat,
1996).
perubahan
lingkungan
pengendapan,
serta
perubahanproduk
naik
dan
turunnya
muka
air
laut sangat
waktu
khusus
yang
merepresentasikan
waktu
penggenangan
maksimum oleh laut, yakni waktu pada saat mana kedalaman di setiap tempat
mencapai nilai maksimum. Batuan-batuan yang secara stratigrafi terletak di
bawah bidang waktu itu diendapkan selama berlangsungnya transgresi,
sedangkan batuan-batuan yang terletak diatasnya diendapkan selama
berlangsungnya regresi. Seperti terlukis pada, posisi bidang waktu itu dapat
diketahui dari data fosil yang digunakan untuk menentukan zonasi kedalaman
dan kedalam-an maksimum pada berbagai tempat. Posisi bidang waktu itu
dapat juga ditentukan dari bukti-bukti litologi dengan cara menentukan posisi
dimana batuan-batuan yang ada dalam sejumlah penampang memiliki
penyebaran simetris, relatif terhadap fasies yang diendapkan paling jauh dari
daratan. Bidang yang menghubungkan batuan-batuan yang diendapkan paling
jauh dari daratan merupakan bidang pendekatan untuk bidang waktu tersebut
di atas dan, oleh karenanya, merupa-kan garis korelasi kronostratigrafi
diantara penampang-penampang tersebut. melukiskan lebih jauh mengenai
metoda korelasi tersebut. Perhatikan cara titik-titik ekivalen-waktu pada daur
itu dihubungkan sedemikian lupa sehingga lempung glaukonitik pada ujung
timur disamakan dengan lapisan berlaminasi di ujung barat daur tersebut.
Korelasi dengan cara seperti ini dapat dianggap sebagai bagian dari sekuen
stratigrafi.
DEFINISI KORELASI
Meskipun konsep korelasi telah ada sejak awal perkembangan stratigrafi,
namun para ahli belum sepakat mengenai arti eksak dari istilah korelasi itu
sendiri. Dilihat dari kacamata sejarah, ada dua pendapat mengenai hal ini.
akan
dikemukakan
hubungan antara
litokorelasi
dengan
Kita mengetahui laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal ini
menjadi salah satu faktor penguapan dalam jumlah besar, pada saat air laut
menguap, yang menguap hanyalah air(H2O) sedangkan garam-garam mineral
tetap tinggal bersama air laut, begitulah sehingga air laut rasanya asin. Kadar
keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu, biasanya semakin panas
daerah tersebut, air lautnya semakin asin.
Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 % air
laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang Paling tawar adalah di
timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothania, keduanya bagian dari laut
Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, dimana suhu tinggi dan
sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari
sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.
Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral
yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
dan Kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa
garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam
yang terdapa pada batu-batuan. Lama kelamaan air laut menjadi asin karena
banyak mengandung garam.
C.JENIS-JENIS LAUT
a. Laut Transgresi
Laut Transgresi adalah laut yang terjadi karena adanya perubahan permukaan
laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena
naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagianbagian daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada
zaman es. Contoh laut jenis ini adalah Laut Jawa, Laut Arafuru, dan Laut
Utara.
b. Laut Ingresi
Laut Ingresi adalah laut yang terjadi karena adanya penurnan tanah di dasar
laut. Oleh karena itu laut ini sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah
di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau
basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk
Sulu, Lubuk Sulawesi, dan Lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog
adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya
Palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, Palung Sunda yang dalamnya
7.450 m, dan Palung Mariana yang dalamnya 10.683 (terdalam di dunia).
c. Laut Regresi
Laut Regresi adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya
pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur, dan lain-lain) yang dibawa oleh
sungai-sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi
di pantai utara pulau Jawa.
2. Menurut Letaknya
Berdasarkan letaknya, Laut dibedakan menjadi tiga, yaitu Laut Tepi, Laut
Pertengahan, dan Laut Pedalaman.
a. Laut Tepi
Laut Tepi adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah
terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya
Laut Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Kepulauan
Filipina
b. Laut Pertengahan
Laut Pertengahan adalah laut yang terletak diantara benua-benua. Lautnya
dalam dan mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya Laut tengah diantara
benua Afrika-Asia dan Eropa.
c. Laut Pedalaman
Laut pedalaman adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh
daratan. Contohnya Laut Hitam.
3. Menurut Kedalamannya
Dalam kategori ini laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu Zona
Lithoral, Zona Neritic, Zona Bathyal, dan Zona Abysal.
a. Zona Lithoral
Zona ini adalah wilayah pantai atau pesisir. Di wilayah ini pada saat air pasang
akan tergenang air, dan pada saat air surut berubah menjadi daratan. Oleh
karena itu wilayah ini sering juga disebut Wilayah Pasang-Surut.
b. Zona Neritic
Zona Neritic adalah baris batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150
m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada
wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jeni kehidupan baik hewan
maupun tumbuhan.
c. Zona Bathyal
Zona Bathyal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150
hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena
itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di Wilayah Neritic.
d. Zona Abysal
Zona Abysal adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m.
Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis
hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Dradloading
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat
dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan
hingga bandul menyentuh dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan
itulah kedalaman laut. Cari ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak
bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu kadang-kadang
bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga
memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu
mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu, dan juga mengetahui apakah di
dasar laut masih terdapat organisme yang bisa hidup.
dengan sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, paludal, delta
hingga continental.
Pada masa Neogen terjadi secara luas dan di bagian back deep. Regresi
dihipotesiskan terjadi karena adanya proses orogenesa dan adanya sedimentasi
yang lebih cepat dibandingkan penurunan basin sehingga garis pantai
bergerak. Berdasarkan hipotesis kedua ini, terbentuk adanya delta. Proses
sedimentasi terhenti memasuki masa Kuarter pada Pleistosen, dengan
dicirikan adanya endapan tuff.
Hal inilah yang menjadi dasar pembagian batubara ekonomis yang ada di
Indonesia. Batubara di Indonesia disebutkan sebagai endapan batubara Eosen
dan endapan batubara Miosen. Endapan batubara Eosen merupakan bagian
dari endapan Paleogen dan terbentuk di sepanjang tepian Paparan Sunda, di
sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera.
Batubara Eosen dicirikan sebagai batubara yang ketebalan bervariasi dan
banyak lapisan; berkadar sulfur dan abu tinggi; penyebaran terbatas;
pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektonik; berkaitan dengan busur
vulkanik dan hampir seluruhnya autochton. Cekungan Paleogen di Indonesia
terdiri dari intermontana basin dan continental margin. Endapan Paleogen
penting di Indonesia antara lain adalah di Ombilin (Sumatera Barat), Bayah
(Jawa Barat), Pasir (Kalimantan bagian Tenggara), Pulau Sebuku (Kalimantan
Tengah), Melawi (Kalimantan Barat).
Endapan Miosen merupakan endapan batubara yang terjadi setelah fase
regresi. Endapan ini memiliki ciri endapan batubara yang relatif tebal secara
lokal dengan kadar abu dan sulfur rendah. Batubara ini umumnya terdeposisi
pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai. Cekungan utama batubara
Eosen antara lain adalah Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur),
Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian
selatan.
Endapan
batubara
miosen
banyak
terjadi
pada
cekungan
BAB III
PENUTUP
Transgresi terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen
(sedimen supply) lebih kecil dari pada tempat akomodasi (accommodation
space), perubahan global dan relatif sea level. Sedangkan regresi terjadi
karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sediment supply) lebih besar
dari tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan relatif
sea level.Dalam sikuen stratigrafi terdapat istilah force regresi yang berarti
suatu kondisi regresi yang dipaksakan karena drop sea level. Jadi Transgresi
dan Regresi hanya mengenai perubahan garis pantai yang maju atau mundur
dari posisi awal. Kedua istilah ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan
pengendapan yang terjadi di dalamnya. Transgresi dan regresi ini
menghasilkan produk pengendapan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA