Anda di halaman 1dari 17

berpikir kreatif

KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF

Kita sekarang hidup di sebuah masyarakat media semakin beragam, mengglobal, dan

kompleks. Informasi semakin deras mengalir. Terkadang para siswa memiliki kecepatan yang

lebih tinggi daripada guru-gurunya dalam menyerap informasi apa pun. Persaingan hidup

semakin ketat, sangat sulitnya bertahan hidup, lapangan pekerjaan yang semakin menyempit,

sehingga akses untuk mendapatkan pekerjaan semakin sulit. Kondisi ini menuntut masyarakat

harus bersikap lebih dari yang biasanya untuk kelangsungan hidup mereka.

. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan untuk menjawab

tantangan hidup tersebut adalah kemampuan untuk berpikir kreatif. Kemampuan berfikir kreatif

akan mampu membentuk individu-individu kreatif yang dapat menjawab tantangan globalisasi

dunia. Individu yang kreatif akan mampu bersaing dalam kondisi apapun. Menurut Pehkonen

(Mahmudi, 2010), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra,

atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk matematika.

Sementara itu, Munandar (Huda, 2011) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada

diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan

dirinya (Self Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan

formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi

juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia

untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kreativitas

mempunyai peranan penting dalam kehidupan, sehingga kreativitas perlu dikembangkan

terutama pada generasi muda yang mengemban cita-cita sebagai penerus bangsa.
1. Pengertian Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif dan kreativitas tidaklah sama walaupun keduanya berelasi secara

konseptual. Sumarmo (2010) menyatakan kreativitas merupakan konstruk payung sebagai

produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berfikir kreatif dan lingkungan

yang kondusif untuk berlangsungnya berfikir kreatif. Sriraman (Sumarmo, 2009) mendefinisikan

kreativitas matematik sebagai kemampuan pemecahan masalah dan berfikir matematik secara

deduktif dan logik. Santoso (2012) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik

dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif

berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Musbikin (Sumarmo, 2010) mendefinisikan

kreativitas sebagai kemampuan menyusun ide, mencari hubungan baru, menciptakan jawaban

baru atau tak terduga, merumuskan konsep yang tidak mudah diingat, menghasilkan jawaban

baru dari masalah asal, dan mengajukan pertanyaan baru.

Munandar (1999) menjelaskan ada 4 aspek yang berbeda dalam mengkaji kreativitas,

yaitu; produk kreatif, proses kreatif, pengembangan alat ukur kreatif, serta karakteristik

personalitas dan motivasi orang kreatif. Selain itu, beberapa ahli membedakan 4 pendekatan

dalam membahas kreativitas, yaitu produk yang diciptakan, proses penciptaan, orang yang

melakukan penciptaan, dan lingkungan tempat terjadinya penciptaan (Risnanosanti, 2010).

Sedangkan berfikir kreatif melibatkan kognitif dan memuat aspek kemampuan kognitif,

afektif dan metakognitif. Kemampuan berfikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk

melihat atau melakukan sesuatu dengan berbagai cara yang menghasilkan sesuatu yang baru

dalam konsep, pengertian, dan penemuan. Alvino (Sumarmo, 2010) menyatakan bahwa berfikir
kreatif adalah cara melihat atau melakukan sesuatu. Siswono (2009) menyatakan bahwa berfikir

kreatif adalah berfikir originalitas, reflektif dan hasilnya kompleks.

Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen)

ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan

dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain. Coleman dan Hammen (Lamoma,

2014) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan

kemurnian (originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan

sesuatu (generating).

Kemudian Balka (Mann, 2005) mengemukakan bahwa berfikir kreatif memuat

kemampuan berfikir konvergen dan devergen yang meliputi kemampuan sebagai berikut: 1)

merumuskan hipotesis matematik berdasarkan hubungan sebab akibat terhadap situasi

matematik, 2) menentukan pola matematik, 3) mengajukan solusi baru ketika menghadapi

kebuntuan berfikir, 4) mengajukan ide yang tidak biasa dan menilai konsekuensinya, 5)

mengidentifikasi informasi yang hilang, 6) merinci masalah umum ke dalam masalah yang lebih

rinci.

Di samping itu, Sumarmo (2010) merinci keterampilan yang terlibat dalam berfikir

kreatif antara lain keterampilan kognitif: mengidentifikasi masalah dan peluang, menyusun

masalah yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang relevan dan yang tidak relevan,

masalah dan peluang yang produktif; menghasilkan banyak ide (fluency), ide yang berbeda

(flexybility) dan produk atau ide yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara

pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru,

memperluas dan memperbaharui rencana atau ide. Keterampilan afektif yang termuat dalam

berfikir kreatif antara lain: merasakan masalah dan peluang, toleran terhadap ketidakpastian,
memahami lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko,

membangun rasa percaya diri, mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan merespon

perasaan dan emosi dan mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui. Sedangkan keterampilan

metakognitif yang termuat dalam berfikir kreatif antara lain: merancang strategi, menetapkan

tujuan dan keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami kekereatifan dan

sesuatu yang tidak dipahami orang lain, mendiagnosa informasi yang tidak lengkap, membuat

pertimbangan multipel, mengatur emosi dan memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.

2. Ciri-Ciri Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan

tersebut akan dapat diidentifikasi kalau kemampuan tersebut tercermin melalui prilaku

seseorang. Ciri-ciri prilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan

kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai berikut: berani dalam

pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berfikir dan mempertimbangkan,

bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, dan bersedia menerima pendapat dari

otoritas begitu saja (Santoso, 2012).

Alvino, Zizaho, and Keisswetter (Sumarmo, 2010) mengidentifikasi individu yang kreatif

sebagi individu yang memiliki rasa percaya diri (self confident), mampu mengatur diri sendiri

(self-regulated), menghasilkan sesuatu yang asli (originality), dan berfikir secara fleksibel

(flkesibelity think). Senada dengan yang diungkapkan Lamoma (2014), ciri-ciri pribadi yang

kreatif antara lain selalu memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai

tantangan dan aktivitas yang kreatif.

Marzano (Lamoma, 2014) mengemukakan ciri-ciri untuk menjadi pemikir kreatif

sebagai beriku: 1) bekerja dengan kemampuan yang tinggi, rasa percaya diri yang kuat, dan
tertantang menyelesaikan masalah meskipun belum menguasainya dengan baik, 2) mengevaluasi

ide sendiri dari sudut pandang yang lain sehingga ditemukan ide yang lebih baik, 3) mengerjakan

tugas berdasarkan internal motif dan bukan karena eksternal motif, bersifat proaktif dan tidak

menjadi individu yang reaktif, 4) berfikir divergen, mampu melihat sesuatu dari sudut pandang

yang berbeda, mengajukan berbagai alternatif solusi, bersifat terbuka dan fleksibel, 5) berfikir

lateral, imajinatif, tidak hanya dari yang tampak tetapi juga dari yang tidak tampak dan berfikir

vertikal.

Menurut Evans, Guilford dan Torraance (Jazuli, 2009) menyebutkan ciri berfikir kreatif

antara lain: fluency, flexibility, elaboration, dan sensitivity. Adapun penjelasan adalah sebagai

berikut.

a. Fluency (kelancaran) adalah kemampuan membangun banyak ide. Semakin banyak peluang

yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan ide-ide yang bagus.

b. Flexibility (keluwesan) adalah kemampuan membangun ide yang beragam yaitu kemampuan

untuk mencoba berbagai pendekatan dalam memcahkan masalah.

c. Originality (keaslian) adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa yang tidak

umum.

d. Problem sensitivity (kepekaan masalah) adalah kemampuan mengenal adanya suatu masalah atau

mengabaikan fakta yang kurang sesuai untuk mengenal masalah yang sebenarnya.

e. Elaboration (elaborasi) adalah kemampuan untuk memotong, mengembangkan atau membubuhi

ide atau produk.

Williem (dalam Killen, 1998) menambahkan prilaku terkait dengan berfikir kreatif siswa

antara lain:
a. Risk taking yakni mempunyai keberanian untuk menyatakan sendiri kesalahan atau kritikan,

tebakan dan mempertahankan ide sendiri.

b. Complexity yakni mencari berbagai alternatif, membawa keluar dari kekacauan dan menyelidiki

kedalam masalah atau ide yang rumit.

c. Curiosity yakni keinginan untuk tahu dan kagum, bermain dengan suatu ide, membuka suatu

teka-teki dan mempertimbangkan sesuatu yang misteri.

d. Imagination yakni mempunyai kekuatan untuk visualisasi dan membangun mental image dan

meraih di lingkungan nyata.

Dari pendapat di atas, secara umum dapat dikelompokkan ciri-ciri seseorang yang

memiliki kemampuan berfikir kreatif adalah orisinalitas, elaborasi, kelancaran, dan fleksibilitas.

3. Indikator Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang bukan serta

merta ada atau melekat sejak lahir. Namun kemampuan tersebut ada karena adanya proses

latihan. Untuk melihat seseorang telah memiliki kemampuan berfikir kreatif, tentunya

dibutuhkan suatu indikator yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam menilai kemampuan

tersebut.

Ada empat karakteristik berfikir kreatif, sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-

unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas dan elaborasi. Keempat dari karakteristik tersebut

didefinisikan sebagai berikut.

a. Orisinalitas

Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Orisinalitas

yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi. Berfikir tentang

masa depan bisa juga memberikan stimulasi ide-ide orisinil. Jenis pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan untuk menguji kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang

menarik dari objek-objek umum. Misalnya: (1) desainlah sebuah komputer impian masa depan;

(2) pikirkan berapa banyak kabel yang anda gunakan?

b. Elaborasi

Elaborasi merupakan kemampuan untuk menguraikan sebuah objek tertentu. Elaborasi adalah

jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide “kreatifnya” kepada

masyarakat. Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang

lain di luar dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat

untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks, tambahan-tambahan tersebut bisa

dalam bentuk dekorasi, warna, bayangan, atau desain.

c. Kelancaran

Kelancaran merupakan kemampuan untuk menciptakan banyak ide atau gagasan. Ini merupakan

salah satu indikator yang paling kuat dari berfikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka

semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan.

d. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan kemampuan seorang individu untuk mengubah perangkat mentalnya

ketika keadaan memerlukan itu, atau kecendrungan untuk memandang sebuah masalah secara

instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-

rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah, tidak terjebak dengan

mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah

masalah.

Menurut Guilford (Setiawati, 2014), aspek keorisinilan dalam berfikir kreatif termasuk

pada aspek adaptive flexibility. Nilai keorisinilan adalah kemampuan dalam membuat dan
menyusun keterhubungan atau keterkaitan baru, perspektif baru dan merupakan aspek tersendiri

dalam berfikir kreatif. Menurut Setiawati, aspek orisinilitas sangat tepat ditempatkan sebagai

aspek tersendiri dalam berfikir kritis, hal ini disebabkan karena nilai originalitas bukan hanya

kemampuan untuk menyesuaikan diri (adaptive fleksibility), namun harus memiliki nilai

kebaruan. Nilai originalitas dapat bersifat benar-benar baru atau mengadaptasi sesuatu menjadi

lebih baru.

Nilai originalitas ini akan berdampak pada sudut pandang siswa. Siswa memandang

permasalahan matematis dari sudut pandang yang lebih komprehensip, sehingga jawaban benar

yang diberikan siswa dapat berbeda-beda dengan siswa yang lainnya hal ini seperti yang

diungkapkan Setiawati (2014) Originalitas dalam berfikir kreatif matematis berkaitan dengan

nilai koneksitas yang beragam dengan konsep-konsep matematis yang dimiliki oleh siswa. Oleh

karena itu, originalitas pada berfikir kreatif matematis berbeda dengan pengertian originalitas

secara umum.

4. Disposisi Berfikir Kreatif

Menurut KBBI, disposisi diartikan sebagai kecendrungan untuk melakukan sesuatu.

Ennis (1996) mendefinisikan sebuah disposisi berpikir sebagai sebuah kecenderungan untuk

melakukan sesuatu dalam kondisi tertentu. Ritchhart dalam Sumarmo (2010) menyatakan

pengertian disposisi itu sendiri merupakan “perkawinan” antara kesadaran, motivasi, inklinasi,

dan kemampuan yang diamati. Sementara itu Salomon (Herlina, 2013) mendefinisikan disposisi

sebagai kumpulan sikap-sikap pilihan dengan kemampuan yang memungkinkan sikap-sikap

pilihan tadi muncul dengan cara tertentu yang dapat mengidentifikasi prilaku dan pola pikir.

Sedangkan disposisi matematis menurut Sumarmo (2010) yaitu keinginan, kesadaran,

kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan
berbuat secara matematis. Sedangkan NCTM (2000) mengemukakan bahwa disposisi matematis

menunjukkan: rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam

belajar matematika, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu

yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain.

Dari pengertian disposisi berfikir dan disposisi matematis, dapat disimpulkan pengertian

disposisi berfikir keatif Matematis yakni kecendrungan atau perilaku seseorang untuk berfikir

dan berbuat kreatif.

Sumarmo (2012), mengidentifikasi disposisi kreatif yang diperlukan ketika individu

melaksanakan tugas-tugas berfikir kreatif antara lain: a) terbuka terhadap pengalaman baru,

fleksibel dalam berfikir dan merespon; b) toleran terhadap perbedaan pendapat; situasi yang

tidak pasti; c) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan; senang mengajukan pertanyaan

yang baik; d) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; e)

mempunyai pendapat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; f) memiliki citra diri dan

stabilitas emosional yang baik; percaya diri dan mandiri; g) mempunyai rasa ingin tahu yang

besar; tertarik kepada hal-hal yang abstrak; kompleks, holistik dan mengandung teka-teki;

mempunyai minat yang luas; h) berani mengambil resiko yang diperhitungkan; memiliki

tanggung jawab dan komitmen kepada tugas; i) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan

akal dalam memecahkan masalah; k) peka terhadap situasi lingkungan; lebih berorientasi ke

masa kini dan masa depan daripada masa lalu; m) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan

pendapat dan situasi yang tidak pasti.

Skala disposisi berpikir kreatif disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku kreativitas yang

dikemukakan oleh Munandar (1999). Menurut Munandar, aspek kreativitas terdiri dari :

1) Keterampilan berfikir lancar (fluency), indikatornya:


a. Mengajukan banyak pertanyaan

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

c. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

d. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lainnya.

e. Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi.

2) Keterampilan berfikir luwes (Fleksibility), indikatornya:

a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.

b. Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau

masalah.

c. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

d. Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain.

e. Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang bebeda atau

bertentangan dari mayoritas kelompok.

f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk

menyelesaikannya.

g. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori yang berbeda-beda)

h. Mampu mengubah arah pemikiran.

3) Keterampilan berfikir orisinal (Originality), indikatornya:

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.

c. Memilih a simetri dalam membuat gambar atau desain.

d. Memilih cara berfikir yang lain dari yang lain.

e. Mencari pendekatan yang baru dari stereotip.


f. Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian

yang baru.

g. Lebih senang mensintesa daripada menganalisis sesuatu.

4) Keterampilan memperinci (Elaboration), indikatornya:

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan

melakukan langkah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

c. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.

d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau

sederhana.

e. Menambahkan garis-garis, warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarannya

sendiri atau gambar orang lain.

5. Instrumen Berfikir Kreatif

Menurut Worthington (2006), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat

dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang merepresentasikan proses berpikir

kreatifnya. Sementara menurut McGregor (2007), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa

dapat pula dilakukan dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal

maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait

tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa terhadap pertanyaan guru.

Beberapa ahli telah mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir

kreatif matematis, seperti Balka dan Torrance (Silver, 1997). Balka mengembangkan

instrumen Creative Ability Mathematical Test (CAMT) dan Torrance mengembangkan

instrumen Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). Kedua instrumen ini berupa tugas
membuat soal matematika berdasarkan informasi yang terdapat pada soal terkait situasi sehari-

hari yang diberikan. Jensen (Park, 2004) mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis

dengan memberikan tugas membuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan berdasarkan informasi

pada soal-soal yang diberikan. Soal-soal yang diberikan tersebut disajikan dalam bentuk narasi,

grafik, atau diagram.

Cara atau metode pengukuran kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan

Balka, Torrance, dan Jensen di atas sering disebut tugas problem posingatau problem

finding atau production divergen (Mahmudi, 2010). Tes ini mengukur tiga aspek kemampuan

berpikir kreatif matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Aspek kelancaran

berkaitan dengan banyaknya pertanyaan relevan. Aspek keluwesan berkaitan dengan banyaknya

ragam atau jenis pertanyaan. Sedangkan aspek kebaruan berkaitan dengan keunikan atau

seberapa jarang suatu jenis pertanyaan.

Getzles dan Jackson (Silver, 1997) mengemukakan cara lain untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif matematis, yakni dengan soal terbuka (open-ended problem).

Menurut Becker dan Shimada (Livne, 2008), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal

yang memiliki beragam jawab. Dalam hal ini, aspek-aspek yang diukur adalah kelancaran,

keluwesan, dan kebaruan, dan keterincian. Kelancaran berkaitan dengan banyaknya solusi.

Keluwesan berkaitan dengan ragam ide. Kebaruan berkaitan dengan keunikan jawaban siswa.

Sedangkan aspek keterincian berkaitan keterincian dan keruntutan jawaban.

Berikut contoh soal untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif matematis.

1. Pak Andi memiliki dua mesin penjahit yaitu A dan B. Mesin jahit A menghasilkan 10 baju setiap

harinya dan dan mesin B menghasilkan 12 baju setiap harinya. Setiap jam 12.00, kedua mesin

jahit diistirahatkan. Jika mesin A dioperasikan lagi pukul 13.00 dan mesin B dioperasikan lagi
pukul 14.00. Pada hari keberapakah kedua mesin jahit tersebut akan memproduksi baju dalam

jumlah yang sama.

Dari soal di atas dapat dikembangkan beberapa hal yang terkait berfikir kreatif karena

soal di atas menstimulasi untuk berfikir kreatif. Siswa diminta untuk membuat suatu keputusan

berdasarkan analisis dari pengalaman siswa.

2. Ayu dan Mala berencana melakukan perjalanan dari kota A ke kota B. Karena jarak kota A ke

kota B lumayan jauh sehingga Ayu dan Mala harus melakukan istirahat sebelum melanjutkan

perjalanan ke kota B. Mereka berangkat pada waktu yang sama. Ayu menempuh separuh jarak

pertamanya dengan P1 dan separuh jarak berikutnya dengan kecepatan P2. Sedangkan Mala

menempuh separuh jarak pertamanya dengan P1 dan menempuh separuh jarak keduanya dengan

P2. Sipakah yang lebih dulu sampai ke kota B? Gunakan beberapa cara untuk menjelaskan

jawabanmu. (Modifikasi Mahmudi, 2010)

Soal ini merupakan soal terbuka, baik jawabannya maupun strategi penyelesaiannya.

Strategi pertama adalah dengan penalaran. Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan nilai P1 dan

P2. Kemungkinan pertama adalah P1< P2, dan kemungkinan yang kedua adalah P1>P2. Di

samping itu juga, strategi penyelesaian soal ini juga bermacam-macam, diantaranya dengan

skema dan grafik.

Soal tersebut mengukur aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan keterincian. Aspek

kelancaran ditunjukkan dengan kemampuan menemukan solusi masalah tersebut dengan suatu

strategi tertentu. Aspek keluwesan ditunjukkan oleh kemampuan mengidentifikasi dua

kemungkinan hubungan dua kecepatan yaitu P1 < P2 dan P1 > P2. Aspek kebaruan ditunjukkan

oleh kemampuan menggunakan strategi baru, unik atau berbeda. Sedangkan aspek keterincian
ditunjukkan oleh kemampuan memberikan penjelasan secara rinci terhadap jawaban yang

diberikan misalkan dengan menggunakan konsep-konsep terkait.

3. Diagram berikut menunjukkan acara TV favorit dari seluruh siswa MTs Lombok Tengah.

Berdasarkan diagram di atas, buatlah 3 pertanyaan berbeda yang berkaitan dengan topik pecahan.

Beberapa soal yang mungkin disusun siswa antara lain sebagai berikut.

a. Berapakah perbandingan banyaknya siswa yang menyukai kartun dan berita?

b. Berapa persenkah perbandingan bayaknya siswa yang menyukai kartun dan olah raga dengan

berita dan sinetron?

Soal ini mengukur aspek-aspek kelancaran, keluwesan dan kebaruan. Kelancaran dan

keluwesan berturut-turut ditunjukkan oleh banyak dan ragam pertanyaan. Sedangkan kebaruan

ditunjukkan oleh seberapa jarang suatu pertanyaan disusun.

4. Gambar di bawah ini menunjukkan serambi belakang sekolah. Sebuah jalan khusus bagi

pengguna kursi roda akan dibangun untuk memudahkan mereka. Berapakah panjang jalan yang

harus dibangun mulai bibir beranda supaya memenuhi syarat keamanan untuk pengguna kursi

roda?
soal ini hampir sama tujuannya dengan soal no 1), soal ini bertujuan

menstimulasi berfikir kreatif siswa. Siswa diminta untuk membuat suatu

keputusan berdasarkan analisis dari pengalaman siswa.

5. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar telur dan wadahnya

Dari gambar di samping, buatlah contoh fungsi

dan bukan fungsi. Sertakan alasanmu.

6. Pembelajaran Berfikir Kreatif

Pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian sehingga berpotensi mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam melaksanakan pembelajaran untuk mengembangkan


kemampuan berfikir kreatif, sebaiknya guru memperhatikan tindakan yang dapat membuat siswa

melakukan kebiasaan kreatif. Pada dasarnya pendekatan pmbelajaran yang digunakan untuk

mengembangkan berfikir dan disposisi kreatif matematik mengacu pada pandangan

konstruktivisme, yang mana siswa belajar aktif, siswa diberikan untuk berkomunikasi antar

sesama, siswa dengan guru, mengembangkan diri, saling memberi dan menerima dan berempati

kepada orang lain.

Setiawati (2014) merekomendasikan setting pembelajaran yang di dalamnya terjadi diskusi

kelompok yang memungkinkan siswa saling berbagi manfaat dan ide dengan temannya.

Aktivitas ini akan mampu meningkatkan kemampuan kreatif khususnya pada aspek kelancaran

(fluency). Di samping itu, Lamoma (2014) juga mengatakan bahwa orientasi masalah diperlukan

untuk meningkatkan kemampuan kreatif. Siswa diberikan masalah yang kompleks sehingga

nantinya memiliki kemampuan elaborasi.

Hal senada diungkapkan Sumarmo (2010), bahwa pembelajaran yang memperhatikan tugas

yang relevan, berpandangan pada konstruktivisme, siswa belajar aktif, memberi peluang siswa

banyak diskusi dan berkomunikasi, dan siswa mengembangkan dirinya, memberikan hasil

belajar berfikir dan disposisi matematik yang lebih baik dari hasil belajar dengan pembelajaran

ekspositori biasa.

Beberapa pembelajaran yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan

disposisi kreatif matematis antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan APOS (Herlina, 2013), dalam pendekatan ini, fokus utamanya adalah pembentukan

mental siswa dengan bantuan media komputer, selanjutnya siswa dikondisikan untuk berinteraksi

dengan sesama teman dan guru untuk membentuk suatu pengetahuan.


2. Pembelajaran berbasis masalah (Setiawati, 2014), dalam pembelajaran yang menggunakan

pembelajaran berbasis masalah, diawal pembelajaran diawali dengan pemberian masalah

kemudian siswa dibimbing untuk menemukan konsep dasar secara bermakna.

3. Pendekatan IMPROVE (Rochaeti, 2003), dalam pendekatan ini siswa diberikan pertanyaan yang

bukan sekedar hafalan namun menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang berbeda-beda

yang disertai dengan alasan.

4. Pembelajaran generatif (Lamoma, 2014), dlam pendekatan pembelajaran ini,pertama-tama siswa

disuruh untuk mengaitkan pengetahuan yang akan dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya,

kemudian dilanjutkan dengan pengungkapan masing-masing ide dari siswa. Selanjutnya siswa

difasilitasi untuk saling berinteraksi yang nantinya di akhir diharapkan siswa menemukan suatu

konsep yang sedang dipelajari.

5. Pendekatan deduktif-induktif (Mulyana, T, Sabandar, J, 2005), pendekatan ini dirancang untuk

mengembangkan kemampuan pembuktian.

Anda mungkin juga menyukai