Berpikir Kreatif
Berpikir Kreatif
Kita sekarang hidup di sebuah masyarakat media semakin beragam, mengglobal, dan
kompleks. Informasi semakin deras mengalir. Terkadang para siswa memiliki kecepatan yang
lebih tinggi daripada guru-gurunya dalam menyerap informasi apa pun. Persaingan hidup
semakin ketat, sangat sulitnya bertahan hidup, lapangan pekerjaan yang semakin menyempit,
sehingga akses untuk mendapatkan pekerjaan semakin sulit. Kondisi ini menuntut masyarakat
harus bersikap lebih dari yang biasanya untuk kelangsungan hidup mereka.
. Salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu dikembangkan untuk menjawab
tantangan hidup tersebut adalah kemampuan untuk berpikir kreatif. Kemampuan berfikir kreatif
akan mampu membentuk individu-individu kreatif yang dapat menjawab tantangan globalisasi
dunia. Individu yang kreatif akan mampu bersaing dalam kondisi apapun. Menurut Pehkonen
(Mahmudi, 2010), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-bidang tertentu, seperti seni, sastra,
atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk matematika.
Sementara itu, Munandar (Huda, 2011) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada
diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan
formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kreativitas
terutama pada generasi muda yang mengemban cita-cita sebagai penerus bangsa.
1. Pengertian Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif dan kreativitas tidaklah sama walaupun keduanya berelasi secara
produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berfikir kreatif dan lingkungan
yang kondusif untuk berlangsungnya berfikir kreatif. Sriraman (Sumarmo, 2009) mendefinisikan
kreativitas matematik sebagai kemampuan pemecahan masalah dan berfikir matematik secara
deduktif dan logik. Santoso (2012) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik
dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Musbikin (Sumarmo, 2010) mendefinisikan
kreativitas sebagai kemampuan menyusun ide, mencari hubungan baru, menciptakan jawaban
baru atau tak terduga, merumuskan konsep yang tidak mudah diingat, menghasilkan jawaban
Munandar (1999) menjelaskan ada 4 aspek yang berbeda dalam mengkaji kreativitas,
yaitu; produk kreatif, proses kreatif, pengembangan alat ukur kreatif, serta karakteristik
personalitas dan motivasi orang kreatif. Selain itu, beberapa ahli membedakan 4 pendekatan
dalam membahas kreativitas, yaitu produk yang diciptakan, proses penciptaan, orang yang
Sedangkan berfikir kreatif melibatkan kognitif dan memuat aspek kemampuan kognitif,
afektif dan metakognitif. Kemampuan berfikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk
melihat atau melakukan sesuatu dengan berbagai cara yang menghasilkan sesuatu yang baru
dalam konsep, pengertian, dan penemuan. Alvino (Sumarmo, 2010) menyatakan bahwa berfikir
kreatif adalah cara melihat atau melakukan sesuatu. Siswono (2009) menyatakan bahwa berfikir
Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen)
dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuain. Coleman dan Hammen (Lamoma,
2014) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
sesuatu (generating).
kemampuan berfikir konvergen dan devergen yang meliputi kemampuan sebagai berikut: 1)
kebuntuan berfikir, 4) mengajukan ide yang tidak biasa dan menilai konsekuensinya, 5)
mengidentifikasi informasi yang hilang, 6) merinci masalah umum ke dalam masalah yang lebih
rinci.
Di samping itu, Sumarmo (2010) merinci keterampilan yang terlibat dalam berfikir
kreatif antara lain keterampilan kognitif: mengidentifikasi masalah dan peluang, menyusun
masalah yang baik dan berbeda, mengidentifikasi data yang relevan dan yang tidak relevan,
masalah dan peluang yang produktif; menghasilkan banyak ide (fluency), ide yang berbeda
(flexybility) dan produk atau ide yang baru (originality), memeriksa dan menilai hubungan antara
pilihan dan alternatif, mengubah pola pikir dan kebiasaan lama, menyusun hubungan baru,
memperluas dan memperbaharui rencana atau ide. Keterampilan afektif yang termuat dalam
berfikir kreatif antara lain: merasakan masalah dan peluang, toleran terhadap ketidakpastian,
memahami lingkungan dan kekreatifan orang lain, bersifat terbuka, berani mengambil resiko,
membangun rasa percaya diri, mengontrol diri, rasa ingin tahu, menyatakan dan merespon
perasaan dan emosi dan mengantisipasi sesuatu yang tidak diketahui. Sedangkan keterampilan
metakognitif yang termuat dalam berfikir kreatif antara lain: merancang strategi, menetapkan
tujuan dan keputusan, memprediksi dari data yang tidak lengkap, memahami kekereatifan dan
sesuatu yang tidak dipahami orang lain, mendiagnosa informasi yang tidak lengkap, membuat
pertimbangan multipel, mengatur emosi dan memajukan elaborasi solusi masalah dan rencana.
Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang. Kemampuan
tersebut akan dapat diidentifikasi kalau kemampuan tersebut tercermin melalui prilaku
seseorang. Ciri-ciri prilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan
kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai berikut: berani dalam
bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, dan bersedia menerima pendapat dari
Alvino, Zizaho, and Keisswetter (Sumarmo, 2010) mengidentifikasi individu yang kreatif
sebagi individu yang memiliki rasa percaya diri (self confident), mampu mengatur diri sendiri
(self-regulated), menghasilkan sesuatu yang asli (originality), dan berfikir secara fleksibel
(flkesibelity think). Senada dengan yang diungkapkan Lamoma (2014), ciri-ciri pribadi yang
kreatif antara lain selalu memiliki rasa ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
sebagai beriku: 1) bekerja dengan kemampuan yang tinggi, rasa percaya diri yang kuat, dan
tertantang menyelesaikan masalah meskipun belum menguasainya dengan baik, 2) mengevaluasi
ide sendiri dari sudut pandang yang lain sehingga ditemukan ide yang lebih baik, 3) mengerjakan
tugas berdasarkan internal motif dan bukan karena eksternal motif, bersifat proaktif dan tidak
menjadi individu yang reaktif, 4) berfikir divergen, mampu melihat sesuatu dari sudut pandang
yang berbeda, mengajukan berbagai alternatif solusi, bersifat terbuka dan fleksibel, 5) berfikir
lateral, imajinatif, tidak hanya dari yang tampak tetapi juga dari yang tidak tampak dan berfikir
vertikal.
Menurut Evans, Guilford dan Torraance (Jazuli, 2009) menyebutkan ciri berfikir kreatif
antara lain: fluency, flexibility, elaboration, dan sensitivity. Adapun penjelasan adalah sebagai
berikut.
a. Fluency (kelancaran) adalah kemampuan membangun banyak ide. Semakin banyak peluang
yang didapat, maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan ide-ide yang bagus.
b. Flexibility (keluwesan) adalah kemampuan membangun ide yang beragam yaitu kemampuan
c. Originality (keaslian) adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luar biasa yang tidak
umum.
d. Problem sensitivity (kepekaan masalah) adalah kemampuan mengenal adanya suatu masalah atau
mengabaikan fakta yang kurang sesuai untuk mengenal masalah yang sebenarnya.
Williem (dalam Killen, 1998) menambahkan prilaku terkait dengan berfikir kreatif siswa
antara lain:
a. Risk taking yakni mempunyai keberanian untuk menyatakan sendiri kesalahan atau kritikan,
b. Complexity yakni mencari berbagai alternatif, membawa keluar dari kekacauan dan menyelidiki
c. Curiosity yakni keinginan untuk tahu dan kagum, bermain dengan suatu ide, membuka suatu
d. Imagination yakni mempunyai kekuatan untuk visualisasi dan membangun mental image dan
Dari pendapat di atas, secara umum dapat dikelompokkan ciri-ciri seseorang yang
memiliki kemampuan berfikir kreatif adalah orisinalitas, elaborasi, kelancaran, dan fleksibilitas.
Berfikir kreatif merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang bukan serta
merta ada atau melekat sejak lahir. Namun kemampuan tersebut ada karena adanya proses
latihan. Untuk melihat seseorang telah memiliki kemampuan berfikir kreatif, tentunya
dibutuhkan suatu indikator yang dapat dijadikan sebagai patokan dalam menilai kemampuan
tersebut.
Ada empat karakteristik berfikir kreatif, sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-
unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas dan elaborasi. Keempat dari karakteristik tersebut
a. Orisinalitas
Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Orisinalitas
yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi. Berfikir tentang
masa depan bisa juga memberikan stimulasi ide-ide orisinil. Jenis pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan untuk menguji kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang
menarik dari objek-objek umum. Misalnya: (1) desainlah sebuah komputer impian masa depan;
b. Elaborasi
Elaborasi merupakan kemampuan untuk menguraikan sebuah objek tertentu. Elaborasi adalah
jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide “kreatifnya” kepada
masyarakat. Faktor inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang
lain di luar dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat
untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks, tambahan-tambahan tersebut bisa
c. Kelancaran
Kelancaran merupakan kemampuan untuk menciptakan banyak ide atau gagasan. Ini merupakan
salah satu indikator yang paling kuat dari berfikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka
semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan.
d. Fleksibilitas
ketika keadaan memerlukan itu, atau kecendrungan untuk memandang sebuah masalah secara
instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintangan-
rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah, tidak terjebak dengan
mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah
masalah.
Menurut Guilford (Setiawati, 2014), aspek keorisinilan dalam berfikir kreatif termasuk
pada aspek adaptive flexibility. Nilai keorisinilan adalah kemampuan dalam membuat dan
menyusun keterhubungan atau keterkaitan baru, perspektif baru dan merupakan aspek tersendiri
dalam berfikir kreatif. Menurut Setiawati, aspek orisinilitas sangat tepat ditempatkan sebagai
aspek tersendiri dalam berfikir kritis, hal ini disebabkan karena nilai originalitas bukan hanya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (adaptive fleksibility), namun harus memiliki nilai
kebaruan. Nilai originalitas dapat bersifat benar-benar baru atau mengadaptasi sesuatu menjadi
lebih baru.
Nilai originalitas ini akan berdampak pada sudut pandang siswa. Siswa memandang
permasalahan matematis dari sudut pandang yang lebih komprehensip, sehingga jawaban benar
yang diberikan siswa dapat berbeda-beda dengan siswa yang lainnya hal ini seperti yang
diungkapkan Setiawati (2014) Originalitas dalam berfikir kreatif matematis berkaitan dengan
nilai koneksitas yang beragam dengan konsep-konsep matematis yang dimiliki oleh siswa. Oleh
karena itu, originalitas pada berfikir kreatif matematis berbeda dengan pengertian originalitas
secara umum.
Ennis (1996) mendefinisikan sebuah disposisi berpikir sebagai sebuah kecenderungan untuk
melakukan sesuatu dalam kondisi tertentu. Ritchhart dalam Sumarmo (2010) menyatakan
pengertian disposisi itu sendiri merupakan “perkawinan” antara kesadaran, motivasi, inklinasi,
dan kemampuan yang diamati. Sementara itu Salomon (Herlina, 2013) mendefinisikan disposisi
pilihan tadi muncul dengan cara tertentu yang dapat mengidentifikasi prilaku dan pola pikir.
kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa atau mahasiswa untuk berpikir dan
berbuat secara matematis. Sedangkan NCTM (2000) mengemukakan bahwa disposisi matematis
menunjukkan: rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam
belajar matematika, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu
Dari pengertian disposisi berfikir dan disposisi matematis, dapat disimpulkan pengertian
disposisi berfikir keatif Matematis yakni kecendrungan atau perilaku seseorang untuk berfikir
melaksanakan tugas-tugas berfikir kreatif antara lain: a) terbuka terhadap pengalaman baru,
fleksibel dalam berfikir dan merespon; b) toleran terhadap perbedaan pendapat; situasi yang
tidak pasti; c) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan; senang mengajukan pertanyaan
yang baik; d) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; e)
mempunyai pendapat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain; f) memiliki citra diri dan
stabilitas emosional yang baik; percaya diri dan mandiri; g) mempunyai rasa ingin tahu yang
besar; tertarik kepada hal-hal yang abstrak; kompleks, holistik dan mengandung teka-teki;
mempunyai minat yang luas; h) berani mengambil resiko yang diperhitungkan; memiliki
tanggung jawab dan komitmen kepada tugas; i) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan
akal dalam memecahkan masalah; k) peka terhadap situasi lingkungan; lebih berorientasi ke
masa kini dan masa depan daripada masa lalu; m) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan
Skala disposisi berpikir kreatif disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku kreativitas yang
dikemukakan oleh Munandar (1999). Menurut Munandar, aspek kreativitas terdiri dari :
d. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lainnya.
e. Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi.
a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.
masalah.
d. Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain.
e. Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang bebeda atau
f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk
menyelesaikannya.
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan oleh orang lain.
yang baru.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan
c. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.
d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau
sederhana.
dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang merepresentasikan proses berpikir
kreatifnya. Sementara menurut McGregor (2007), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa
dapat pula dilakukan dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal
maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait
tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa terhadap pertanyaan guru.
kreatif matematis, seperti Balka dan Torrance (Silver, 1997). Balka mengembangkan
instrumen Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). Kedua instrumen ini berupa tugas
membuat soal matematika berdasarkan informasi yang terdapat pada soal terkait situasi sehari-
hari yang diberikan. Jensen (Park, 2004) mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis
dengan memberikan tugas membuat sejumlah pertanyaan atau pernyataan berdasarkan informasi
pada soal-soal yang diberikan. Soal-soal yang diberikan tersebut disajikan dalam bentuk narasi,
Cara atau metode pengukuran kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan
Balka, Torrance, dan Jensen di atas sering disebut tugas problem posingatau problem
finding atau production divergen (Mahmudi, 2010). Tes ini mengukur tiga aspek kemampuan
berpikir kreatif matematis, yaitu kelancaran, keluwesan, dan kebaruan. Aspek kelancaran
berkaitan dengan banyaknya pertanyaan relevan. Aspek keluwesan berkaitan dengan banyaknya
ragam atau jenis pertanyaan. Sedangkan aspek kebaruan berkaitan dengan keunikan atau
Getzles dan Jackson (Silver, 1997) mengemukakan cara lain untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis, yakni dengan soal terbuka (open-ended problem).
Menurut Becker dan Shimada (Livne, 2008), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal
yang memiliki beragam jawab. Dalam hal ini, aspek-aspek yang diukur adalah kelancaran,
keluwesan, dan kebaruan, dan keterincian. Kelancaran berkaitan dengan banyaknya solusi.
Keluwesan berkaitan dengan ragam ide. Kebaruan berkaitan dengan keunikan jawaban siswa.
1. Pak Andi memiliki dua mesin penjahit yaitu A dan B. Mesin jahit A menghasilkan 10 baju setiap
harinya dan dan mesin B menghasilkan 12 baju setiap harinya. Setiap jam 12.00, kedua mesin
jahit diistirahatkan. Jika mesin A dioperasikan lagi pukul 13.00 dan mesin B dioperasikan lagi
pukul 14.00. Pada hari keberapakah kedua mesin jahit tersebut akan memproduksi baju dalam
Dari soal di atas dapat dikembangkan beberapa hal yang terkait berfikir kreatif karena
soal di atas menstimulasi untuk berfikir kreatif. Siswa diminta untuk membuat suatu keputusan
2. Ayu dan Mala berencana melakukan perjalanan dari kota A ke kota B. Karena jarak kota A ke
kota B lumayan jauh sehingga Ayu dan Mala harus melakukan istirahat sebelum melanjutkan
perjalanan ke kota B. Mereka berangkat pada waktu yang sama. Ayu menempuh separuh jarak
pertamanya dengan P1 dan separuh jarak berikutnya dengan kecepatan P2. Sedangkan Mala
menempuh separuh jarak pertamanya dengan P1 dan menempuh separuh jarak keduanya dengan
P2. Sipakah yang lebih dulu sampai ke kota B? Gunakan beberapa cara untuk menjelaskan
Soal ini merupakan soal terbuka, baik jawabannya maupun strategi penyelesaiannya.
Strategi pertama adalah dengan penalaran. Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan nilai P1 dan
P2. Kemungkinan pertama adalah P1< P2, dan kemungkinan yang kedua adalah P1>P2. Di
samping itu juga, strategi penyelesaian soal ini juga bermacam-macam, diantaranya dengan
Soal tersebut mengukur aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan keterincian. Aspek
kelancaran ditunjukkan dengan kemampuan menemukan solusi masalah tersebut dengan suatu
kemungkinan hubungan dua kecepatan yaitu P1 < P2 dan P1 > P2. Aspek kebaruan ditunjukkan
oleh kemampuan menggunakan strategi baru, unik atau berbeda. Sedangkan aspek keterincian
ditunjukkan oleh kemampuan memberikan penjelasan secara rinci terhadap jawaban yang
3. Diagram berikut menunjukkan acara TV favorit dari seluruh siswa MTs Lombok Tengah.
Berdasarkan diagram di atas, buatlah 3 pertanyaan berbeda yang berkaitan dengan topik pecahan.
Beberapa soal yang mungkin disusun siswa antara lain sebagai berikut.
b. Berapa persenkah perbandingan bayaknya siswa yang menyukai kartun dan olah raga dengan
Soal ini mengukur aspek-aspek kelancaran, keluwesan dan kebaruan. Kelancaran dan
keluwesan berturut-turut ditunjukkan oleh banyak dan ragam pertanyaan. Sedangkan kebaruan
4. Gambar di bawah ini menunjukkan serambi belakang sekolah. Sebuah jalan khusus bagi
pengguna kursi roda akan dibangun untuk memudahkan mereka. Berapakah panjang jalan yang
harus dibangun mulai bibir beranda supaya memenuhi syarat keamanan untuk pengguna kursi
roda?
soal ini hampir sama tujuannya dengan soal no 1), soal ini bertujuan
melakukan kebiasaan kreatif. Pada dasarnya pendekatan pmbelajaran yang digunakan untuk
konstruktivisme, yang mana siswa belajar aktif, siswa diberikan untuk berkomunikasi antar
sesama, siswa dengan guru, mengembangkan diri, saling memberi dan menerima dan berempati
kelompok yang memungkinkan siswa saling berbagi manfaat dan ide dengan temannya.
Aktivitas ini akan mampu meningkatkan kemampuan kreatif khususnya pada aspek kelancaran
(fluency). Di samping itu, Lamoma (2014) juga mengatakan bahwa orientasi masalah diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan kreatif. Siswa diberikan masalah yang kompleks sehingga
Hal senada diungkapkan Sumarmo (2010), bahwa pembelajaran yang memperhatikan tugas
yang relevan, berpandangan pada konstruktivisme, siswa belajar aktif, memberi peluang siswa
banyak diskusi dan berkomunikasi, dan siswa mengembangkan dirinya, memberikan hasil
belajar berfikir dan disposisi matematik yang lebih baik dari hasil belajar dengan pembelajaran
ekspositori biasa.
Beberapa pembelajaran yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan
1. Pendekatan APOS (Herlina, 2013), dalam pendekatan ini, fokus utamanya adalah pembentukan
mental siswa dengan bantuan media komputer, selanjutnya siswa dikondisikan untuk berinteraksi
3. Pendekatan IMPROVE (Rochaeti, 2003), dalam pendekatan ini siswa diberikan pertanyaan yang
bukan sekedar hafalan namun menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang berbeda-beda
disuruh untuk mengaitkan pengetahuan yang akan dipelajari dengan pengetahuan sebelumnya,
kemudian dilanjutkan dengan pengungkapan masing-masing ide dari siswa. Selanjutnya siswa
difasilitasi untuk saling berinteraksi yang nantinya di akhir diharapkan siswa menemukan suatu