Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)


Undangan Pelaksanaan Kegiatan Swakelola
Mitigasi Perubahan Iklim
Program ICCTF – UKCCU

Bagian 1 : Pendahuluan
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) didirikan sebagai lembaga wali amanat dana perwalian
perubahan iklim Indonesia (trust fund) yang akan bertindak sebagai penyalur dana untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penanganan perubahan iklim. Dana perwalian ini
dioperasikan dan dikelola oleh Lembaga Wali Amanat (Board of Trustee) yang didirikan oleh
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS). Tujuan utama dana perwalian ini adalah untuk mendukung pemerintah Indonesia dan
para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan membantu
Indonesia kearah “low carbon economy” serta dapat beradaptasi terhadap dampak negatif perubahan
iklim. Peran ICCTF adalah untuk menggalang, mengelola dan menyalurkan pendanaan yang berkaitan
dengan penanganan perubahan iklim serta mendukung program pemerintah untuk pengarus-
utamaan perubahan iklim ke dalam rencana pembangunan nasional, provinsi, dan daerah. ICCTF juga
mendukung pelaksanaan Rencana Aksi Nasional penurunan emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan
Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API).

Mulai Tahun 2018, ICCTF memiliki 4 (tiga) fokus program (windows) yang mempunyai prioritas tinggi
yang tanggap terhadap risiko perubahan iklim, yaitu mitigasi berbasis lahan, energi, adaptasi dan
mitigasi berbasis laut. Saat ini emisi dari sektor lahan (perubahan tata guna lahan dan kebakaran
lahan) masih mendominasi emisi GRK nasional sehingga banyak upaya pengurangan emisi berasal dari
sektor ini. Pada tanggal 5 April 2016, ICCTF dan UKCCU menandatangani perjanjian kerjasama senilai
£ 4.000.000 (empat juta pound sterling) untuk mendukung ICCTF dalam pelaksanaan program “Tata
Kelola Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia melalui Kegiatan Lokal
(TEGAK)”. Tujuan dari program ICCTF-UKCCU ini adalah untuk meningkatkan tata kelola hutan dan
lahan gambut melalui kerjasama langsung dengan pemerintah di tingkat pusat dan daerah, serta untuk
meningkatkan strategi penanggulangan kebakaran dan mempromosikan praktik-praktik terbaik (best
practices) di masyarakat.

Selama 2017, ICCTF melalui program TEGAK telah bekerja bersama 11 (sebelas) proponen yang berada
di 5 (lima) propinsi target yakni Propinsi Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah, dimana pelaksanaan kegiatan Program TEGAK ini secara nyata telah mampu
mendorong pengelolaan hutan dan lahan gambut dalam mengurangi Emisi CO2 di Indonesia melalui 4
(empat) output dan 6 (enam) sub output capaian. Ke-empat output tersebut yaitu (1) Mekanisme
untuk mengidentifikasi, seleksi, pemilihan proposal dan induction proponen dalam mendukung hutan
dan lahan gambut; (2) Proyek yang terpilih memberikan dampak positif untuk pengelolaan hutan dan
ekosistem gambut; (3) Proyek yang terpilih memberikan dampak positif dalam strategi pencegahan
kebakaran hutan; dan (4) Monitoring, Evaluation serta Pembelajaran.

1
Dalam integrasi ekosistem hidrologis kedalam map policy dalam rencana tata ruang Propinsi, Program
TEGAK telah mampu mendorong terbitnya Kebijakan tingkat Propinsi dan Kabupaten, yakni Peraturan
Gubernur (Pergub) mengenai Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut
di Propinsi Jambi dan di tingkat Kabupaten yaitu tersusunnya draft kebijakan mengenai Pengelolaan
kawasan gambut dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dan draft kebijakan mengenai hidrologi
ekosistem gambut di Kabupaten Meranti. Selain di tingkat Propinsi dan Kabupaten, kebijakan juga
didorong di tingkat tapak melalui kebijakan tingkat desa yakni tersusunnya 7 (tujuh) Peraturan Desa
(Perdes) mengenai pengelolaan kawasan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan serta mendorong tersusunnya 13 (tiga belas) rencana aksi daerah dalam pengelolaan kawasan
hutan dan lahan gambut.

Program TEGAK juga telah mendorong 55 (lima puluh lima) desa yang ada di 5 (lima) propinsi untuk
menggunakan aturan dan prosedur restorasi re-wetting dengan pembangunan 181 (seratus delapan
puluh satu) sekat kanal dan pembangunan 628 (enam ratus dua puluh delapan) sumur bor. Selain itu
juga dilakukan penanaman pada 1.280 ha dengan 192.720 tanaman lokal. Program ini juga mendorong
pengelolaan lahan gambut melalui pengelolaan agroforestry di 28 (dua puluh delapan) desa. Kegiatan
pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada program ini juga telah dilakukan antara lain dengan
Pembentukan dan Fasilitasi MPA (Masyarakat Peduli Api) sebanyak 59 (lima puluh sembilan) MPA
yang ada di 5 (lima) propinsi target.

Pada tahun 2018, ke sebelas proponen Program TEGAK akan berakhir semua antara Bulan Februari –
Juni 2018. Untuk tetap dapat mendukung program nasional dalam pengurangan emisi CO2 sampai
dengan 41 % pada tahun 2030 dengan bantuan internasional, terutama di dalam pengelolaan hutan
dan lahan gambut, ICCTF memandang perlu adanya keberlanjutan proyek melalui program ini. Untuk
itu ICCTF melalui dukungan UKCCU akan melakukan Call For Institutional Program TEGAK pada tahun
2018.

Bagian 2 : Prioritas Program

Program ICCTF-UKCCU pada tahun 2018 akan dilaksanakan pada 2 (dua) lokasi yaitu Semenanjung
Kampar di Provinsi Riau (KHG Sungai Siak – Sungai Kampar) serta bekas Pembangunan Lahan Sejuta
Gambut Blok A dan E, Kalimantan Tengah (KHG Sungai Kapuas – Sungai Barito). Propinsi Riau dipilih
karena merupakan propinsi dengan lahan gambut terbesar di Indonesia yang mencapai 4.827.972 Ha,
dan merupakan 51,06% dari luas lahan Propinsi Riau ( BPS, Kantor Statistik Propinsi Riau, Bappeda
Propinsi Riau, 1995 ), sedangkan Propinsi Kalimantan Tengah dipilih karena kawasan bergambut di
Kalimantan Tengah melingkupi hamparan areal yang cukup luas, yakni diperkirakan mencakup areal
seluas 3,472 Juta Ha, atau sekitar 21,98 % dari total luas wilayah Propinsi Kalimantan Tengah yang
mencapai 15,798 Juta Ha. Intervensi di Propinsi Kalimantan Tengah juga perlu dilakukan mengingat
pada tahun 2015 terjadi kebakaran yang paling luas di Indonesia, Setidaknya 26.664 Ha hutan dan
lahan gambut terbakar di Kalimantan tengah (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).

Dari keempat fokus program ICCTF, prioritas program yang akan didanai melalui hibah UKCCU ini akan
difokuskan pada mitigasi berbasis lahan (land-based mitigation). Fokus program pendanaan ini
didesain untuk mendukung usaha Pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi yang berasal dari
kebakaran hutan, kebun dan lahan di lahan gambut.

Kegiatan program ini harus selaras dengan konsep program restorasi gambut yang diterapkan oleh
Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dikenal dengan 3R, yaitu Rewetting (pembangunan infrastruktur
pembasahan gambut melalui teknik sekat kanal (canal blocking), penimbunan kanal (canal backfiling),

2
sumur bor (deep wells), dan teknik lainnya); Revegetation (revegetasi melalui penanaman
pohon/tanaman endemik gambut); dan Revitalization of Local Livelihood (revitalisasi mata
pencaharian masyarakat lokal) sesuai dalam dokumen Rencana Kontinjensi Restorasi Gambut 2017.

Prioritas akan diberikan kepada program-program yang berorientasi pada pencapaian impact,
outcome dan output sebagai berikut :

Impact :
Hasil keseluruhan dari kegiatan ini adalah manajemen lahan gambut dan hutan yang akuntabel dan
responsif terhadap kebakaran hutan di dua provinsi.
Indikator keberhasilan adalah tercapainya upaya restorasi lahan gambut bekas terbakar minimal
pada 10.000 ha. Selain itu, keseluruhan kegiatan pembangunan sekat kanal dan sumur bor akan
meningkatkan potensi stok karbon minimal 8,4 juta ton.

Outcome :
Meningkatnya pengelolaan hutan dan lahan gambut melalui kolaborasi langsung dengan
pemerintah di tingkat nasional dan daerah
Indikator :
Jumlah rencana aksi yang disusun di tiap provinsi target, termasuk Surat Pernyataan dari Gubernur
dan Pemangku Kepentingan.

Output :
Project yang terpilih memberikan dampak positif untuk pengelolaan hutan dan ekosistem gambut
Sub-output :
2.1 Meningkatnya Integrasi ekosistem hidrologis gambut kedalam one map policy dalam rencana
tata ruang provinsi
Indikator :
Tersusunnya 2 (dua) dokumen rencana aksi yang disusun di 2 (dua) provinsi target, termasuk
Surat Pernyataan dari Gubernur dan Pemangku Kepentingan.

2.2 Terlaksananya restorasi dan re-wetting pada lahan bekas kebakaran pada pilot sites
menggunakan aturan dan prosedur yang baku
Indikator :
Terdapat 10 (sepuluh) pilot sites/desa yang menggunakan aturan dan prosedur mengenai
restorasi dan re-wetting di lahan bekas kebakaran melalui SOP dan EWS; Terbangunnya 60
(enam puluh) sekat kanal; 4 (empat) km penimbunan kanal tersier; Terbangunnya 220 (dua
ratus dua puluh) sumur bor; dan 2 (dua) tower pemantauan kebakaran hutan dan lahan di
masing-masing propinsi target.

2.3 Terbangunnya agroforestry di ekosistem gambut dan promosi agroforestry di ekosistem


gambut
Indikator :
Terbangunnya 2 (dua) peat ecosystem agroforest yang dibangun melalui pembangunan minimal
5 (lima) demplot di 5 (lima) pilot sites/desa; pengkayaan tanaman 100 (seratus) Ha di tiap target
provinsi/KHG dengan menggunakan model-model agroforest.

3
Bagian 3 : Pendanaan
Proposal dana selain melalui satu lembaga atau institusi, dapat melalui konsorsium (gabungan
beberapa lembaga) dalam satu. Dalam mengusulkan pendanaan, pengusul kegiatan harus
memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
1. Periode pelaksanaan kegiatan maksimum 10 (sepuluh) bulan, mulai bulan Juni 2018 sampai
dengan Maret 2019.
2. Pendanaan tidak diperkenankan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan selain kegiatan yang
diusulkan dalam rencana kerja proyek.
3. Pengelolaan kegiatan dan keuangan mengikuti mekanisme pendanaan APBN (swakelola),
termasuk pelaporannya. Sekretariat ICCTF akan memfasilitasi dan mendampingi staf pelaksana
kegiatan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi. Bagi konsorsium, pertanggungjawaban
keuangan dan administrasi dilaksanakan oleh ketua/koordinator konsorsium yang
menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama.

Bagian 4 : Bagaimana dan Kapan Bisa Mengajukan Usulan Program

Setelah pengumuman ditayangkan, pengusul dapat menyampaikan usulan program dan rencana
anggaran biaya (RAB) detail kegiatan ke Sekretariat ICCTF. Usulan program harus dibuat dengan
menggunakan formulir usulan program ICCTF yang bisa diunduh dari website ICCTF
(https://www.icctf.or.id/page/call-for-proposals).

Satu pengusul program dapat menyerahkan lebih dari satu usulan program. Usulan program harus
dibuat dan diserahkan dalam bentuk format elektronik (MS Word 2003 compatible atau versi yang
lebih baru) ke email: hibah_gambut@icctf.or.id paling lambat tanggal 7 Mei 2018 jam 12.00 WIB.

Usulan program yang akan disampaikan harus memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Proposal tidak melebihi 20 (dua puluh) halaman yang tertera di dalam formulir/template.
2. Rencana Anggaran Biaya sudah mencantumkan jadwal kegiatan dan perkiraan biaya yang sesuai
dengan Mata Anggaran Kegiatan (MAK) dan harga satuan yang sesuai standar Pemerintah
Indonesia Tahun 2018.
3. Usulan proposal dibuat dalam Bahasa Indonesia.
4. Dokumen yang disampaikan tidak melebihi 20 MB.

Bagian 5 : Siapa yang Dapat Mengajukan Usulan Program

1. Undangan untuk memasukkan usulan kegiatan ini ditujukan kepada organisasi masyarakat sipil
dengan pengalaman kerja di bidang pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat.
2. Organisasi masyarakat sipil yang dapat mengajukan usulan kegiatan ini adalah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan Universitas.
3. Pengusul kegiatan harus mempunyai status badan hukum dan sistem pengelolaan kerja dan
sistem keuangan yang mapan.
4. Pengusul kegiatan harus berasal dari provinsi tempat lokasi kegiatan akan dilaksanakan.

4
5. Pelaksana program dapat membentuk konsorsium agar dapat mencakup seluruh aspek dalam
pelaksanaan kegiatan.
6. Diutamakan mempunyai pengalaman dalam mekanisme pengelolaan keuangan negara/APBN,
terutama yang mempunyai pengalaman dengan institusi pendanaan Pemerintah Indonesia.
7. Pengusul kegiatan tidak masuk dalam daftar hitam LKPP dan tidak pernah terlibat tindak pidana/
terlibat konflik penanganan proyek.
8. Pengusul kegiatan harus menyiapkan informasi pendukung (legal documents) yang diserahkan
bersamaan dengan usulan meliputi :
a. Fotokopi akta notaris/Surat Pengukuhan dari Kementerian/Lembaga terkait
b. Fotokopi Standard Operating Procedure (SOP) sistem pengelolaan keuangan
c. Struktur organisasi
d. NPWP organisasi/institusi
e. Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT)
f. Surat dukungan dari pemerintah setempat
g. Laporan audit sebelumnya

Bagian 6 : Program ini TIDAK Dapat Mendanai


1. Management fee atau biaya pungutan lembaga/organisasi.
2. Membiayai gaji untuk Pegawai Negeri Sipil (kecuali cuti di luar tanggungan Negara).
3. Pembangunan infrastruktur skala besar dan permanen.
4. Kegiatan program yang menimbulkan dampak lingkungan dan dampak sosial negatif yang penting,
termasuk ancaman terhadap spesies flora dan fauna yang penting, dan program yang memerlukan
penggusuran penduduk secara paksa (involuntary resettlement).
5. Program yang bertentangan dengan prinsip Environmental and Social Safeguard (ESS) yang
meliputi aktivitas yang :
a. tidak menghargai pengetahuan tradisional dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat adat
maupun lokal dengan merujuk pada kewajiban hukum internasional termasuk Deklarasi PBB
tentang Hak-Hak Masyarakat Adat;
b. merusak kelestarian dan keanekaragaman hayati;
c. mengakuisisi lahan dan pemukiman kembali;
d. melanggar HAM dan diskriminasi gender;
e. memperkerjakan buruh anak;
f. memproduksi - menggunakan bahan/komoditas yang menganggu kesehatan masyarakat,
secara langsung ataupun tidak langsung seperti tembakau, minuman keras dan narkotika;
g. dukungan terhadap kegiatan politik praktis.
6. Program yang bertentangan dengan kebijakan Pemerintah baik pusat maupun daerah

Bagian 7 : Kriteria Evaluasi dan Penilaian Usulan Program

Usulan program akan dievaluasi berdasarkan kinerja yang diharapkan, dengan kriteria berikut :
1. Kapasitas dan pengalaman lembaga pelaksana dalam mengelola proyek

5
2. Usulan personil pelaksana program (agar dilampirkan daftar riwayat hidup, masing-masing tidak
melebihi 3 (tiga) lembar. Personil pengelola keuangan yang diajukan dalam proposal diutamakan
dari jurusan akuntansi/keuangan/pengalaman dalam bidang keuangan minimal 2 (dua) tahun dan
harus mengikuti Workshop Pembekalan Administrasi jika sudah ditetapkan sebagai pemenang.
3. Penilaian proposal, akan didasarkan pada :
a. Project Detail or Feasibility
b. Kapasitas Lembaga
c. Kapasitas Personil
d. Rencana Anggaran Biaya
Ketentuan mengenai penilaian proposal meliputi :

1. Penilaian proposal dilakukan melalui tahapan :


a. Penilaian kelengkapan administrasi
b. Penilaian program dan kapasitas kelembagaan
c. Persetujuan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) ICCTF
2. Hasil penilaian akhir proposal bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Bagian 8 : Alamat ICCTF


Pertanyaan-pertanyaan mengenai proses pembuatan usulan program agar ditujukan ke alamat
berikut ini :

ICCTF Secretariat
Wisma Bakrie 2 Building, 20th floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-2, Jakarta 12920, Indonesia
Tel: +62 21 57945760, Fax: +62 21 57945759
Email: hibah_gambut@icctf.or.id

Anda mungkin juga menyukai