Anda di halaman 1dari 6

S i k a p i l a h R a m a d h a n S e b a g a i m a n a M e s t i n ya

Amma ba’du, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada AllâhSubhanahu wa
Ta’ala dan hendaklah kita senantiasa ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita diwajibkan selama
masih hidup untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh berfirman,

Sebagian ulama salaf mengatakan, “Tiada tujuan lain amalan seorang muslim, kecuali untuk
menghadapi kematian.”

Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim untuk lebih serius memperhatikan
dan mengerahkan segala kemampuannya pada mawâsimil khair (waktu-waktu yang utama untuk
melakukan kebaikan). Di antara bentuk rahmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yaitu Dia menyediakan bagi
para hamba-Nya waktu-waktu utama yang pada saat itu semua kebaikan dilipat gandakan balasannya
dibandingkan waktu-waktu lainnya. Di antara waktu itu adalah bulan Ramadhân yang penuh berkah.
Pada bulan ini, AllâhSubhanahu wa Ta’ala menurunkan Alqurân yang merupakan petunjuk bagi umat
manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh

Sungguh akan datang kepada kalian tamu yang membawa keberkahan dan lagi mulia. Maka, hendaklah
kita menyambutnya dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hendaklah kalian bersyukurlah kepada
Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena AllâhSubhanahu wa Ta’ala masih memberi kita kesempatan untuk
berjumpa dengan Ramadhân! Hendaklah kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar
ditolong dalam melakukan berbagai amal shalih, serta mohonlah kepada-Nya agar AllâhSubhanahu wa
Ta’ala menerima seluruh amal kita. Karena bulan Ramadhân sebagaimana telah kita ketahui memiliki
banyak keistimewaan.

Di antara keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan puasa pada bulan Ramadhân
sebagai salah satu rukun Islam. Orang yang telah memenuhi persyaratan tidak diperkenankan
meninggalkan berpuasa pada bulan itu, kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, seperti
bepergian jauh atau sakit. Itupun dia tetap dikenai beban untuk menggantinya di bulan-bulan yang lain.
Allâh Subhanahu wa Ta’alaberfirman,

Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. (Q.S.
al-Baqarah/2: 185).

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keringanan kepada orang yang sudah berusia lanjut dan
tidak mampu lagi untuk berpuasa. Orang seperti ini tidak dikenai kewajiban mengganti pada bulan yang
lain. Dia hanya dikenai kewajiban membayar fidyah sesuai dengan ketentuan syariat.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh

Di antara keistimewaan Ramadhân yaitu shalat tarawih yang disyariatkan khusus pada bulan ini. Shalat
sunat disyariatkan dikerjakan secara berjamaah di masjid. RasûlullâhShallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Barangsiapa yang shalat bersama imam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat untuknya pahala
shalat semalam penuh.

Para ulama mengatakan bahwa shalat ini hukumnya sunat mukkad, sehingga seharusnya bagi seluruh
kaum muslimin memperhatikannya dengan baik. Hendaknya kita memperhatikan cara pelaksanaanya
agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak hanya sekadar mengikuti
adat atau kebiasaan. Sangat disayangkan fenomena di tengah masyarakat, banyak di antara mereka
yang melaksanakannya, namun seakan sebagai adat saja. Sehingga, apa yang mereka lakukan tidak
berbekas sama sekali dalam jiwa. Nas’alullah ‘afiyah.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh

Keistimewaan lain dari Ramadhân yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai waktu untuk
menurunkan Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. AllâhSubhanahu wa Ta’ala berfirman,

Bulan
Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqurân sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Qs
al-Baqarah/2:185)

Ibnu Abbâs mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan seluruh Alquran sekaligus dari Lauhul
Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhân. Lalu di sana, diturunkan secara
berangsur-angsur sesuai dengan berbagai kejadian.”

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh

Keistimewaan ramadhan yang selalu ditunggu-tunggu dan diharap-harap yaitu dia memilki Lailatul Qadr
yang dijelaskan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’alakeistimewaannya yaitu lebih baik dari seribu
bulan. Barangsiapa yang diberi taufik oleh untuk beramal malam itu, berarti sama dengan beramal
selama delapan puluh tiga tahun. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi taufik oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk beramal shalih pada malam itu.

Dan masih banyak lagi keistimewaan bulan Ramadhân, bulan yang ditunggu kehadirannya oleh seluruh
kaum muslimin yang memiliki kepedulian terhadap hari akhiratnya. Bulan yang penuh berkah ini akan
segera datang. Mestinya, sejak sekarang sudah bertekad akan bersungguh-sungguh dalam melakukan
amal shalih pada bulan Ramadhân, sebagaimana anjuran Rasûlullâh. Bersungguh-sungguh melaksanakan
berbagai amalan shalih, baik yang wajib, ataupun sunnah, seperti shalat, shadaqah, dan sabar dalam
melaksanakan ketaatan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Maka, janganlah kita sia-siakan bulan ini
dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, sebagaimana kelakuan orang-orang celaka. Yaitu
orang-orang yang lupa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allâh pun melupakan mereka.
Mereka tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang penuh kebaikan yang akan menjelang ini.
Mereka tidak mengetahui kehormatan bulan ini dan tidak mengetahui nilainya.

Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh

Pada bulan Ramadhân, pintu-pintu surga dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup. Setan yang
senantiasa menggoda dan menjebak manusia agar berbuat maksiat pun dibelenggu. Dalam sebuah
riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

Apabila bulan Ramadhân telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-
setan dibelenggu. (H.R. Muslim).

Dengan demikian, kesempatan untuk melakukan kebaikan itu terbuka lebar. Kita juga bisa menyaksikan
pada bulan Ramadhân, banyak orang yang berubah drastis. Dari yang tidak pernah ke masjid jadi gemar
ke masjid; dari yang bakhil berubah menjadi pemurah dan lain sebagainya.

Namun sangat disayangkan, banyak orang yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini, yang
mereka tahu adalah bulan ini merupakan kesempatan untuk menghidangkan dan menyantap makanan
dan minuman yang bervariasi. Asumsi ini mendorong berusaha keras untuk memenuhi apapun yang
diinginkan oleh hawa nafsunya. Mereka mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli barang-barang
yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mereka berfoya-foya. Padahal sudah dimaklumi bersama, bahwa
terlalu banyak makan menyebabkan seseorang malas melaksanakan perbuatan taat. Sementara pada
bulan yang mulia ini, seorang muslim diharapkan mengurangi makan sehingga bisa bersungguh-sungguh
dalam beribadah.

Kaum Muslimin, rahimakumullâh

Sebagian lagi memahaminya sebagai kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan. Dia pun
“memanfaatkan” sebagian besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai tertinggal shalat jamaah
di masjid. Mereka berdalil dengan hadits lemah,
‫صائِ ِم ِعبَادَة‬
َّ ‫ن َْو ُم ال‬

Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. (Hadits ini dinyatakan dhaif oleh Syaikh al-
Albânirahimahullah dalam Silsilah Ahadits adh-Dhaifah, no. 4696).

Ini jelas sebuah kekeliruan.

Sebagian lagi memahaminya sebagai waktu untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi mereka habiskan waktu malam mereka dengan bercanda-ria dan
melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka di akhirat. Ketika badan
sudah terasa lelah akibat begadang, mereka segera sahur, selanjutnya tidur sampai melewati shalat
Shubuh. Na’udzubillah.

Sebagian lagi asik menyantap hidangan saat berbuka sampai lupa diri dan meninggalkan shalat Maghrib
berjama’ah di masjid. Inilah di antara fenomena meyedihkan yang sering kita temukan di tengah
masyarakat pada bulan Ramadhân. Mereka meninggalkan berbagai kewajiban dan melakukan aneka
perbuatan yang diharamkan. Rasa takut kepada adzab Allâh Subhanahu wa Ta’ala seakan sudah tidak
ada lagi di hati mereka. Kalau kelakuan mereka, masihkah Ramadhân memiliki keistimewaan di mata
mereka? Manfaat apa yang bisa mereka petik darinya?

Kaum Muslimin, rahimakumullâh

Ada lagi sebagian orang yang memahami bulan Ramadhân sebagai kesempatan emas untuk berbisnis.
Mereka mencurahkan segala kemampuan untuk menyusun strategi demi meraup untung sebanyak-
banyaknya di bulan ini. Waktu-waktu mereka dihabiskan di lokasi-lokasi bisnis, sampai-sampai tidak lagi
untuk ke masjid, kecuali sebentar saja dan itupun dalam suasana terburu-buru. Di kepala mereka,
Ramadhân merupakan kesempatan meraih dunia dan bukan akhirat. Mereka letihkan diri mereka pada
bulan Ramadhân demi mencari sesuatu yang fana dan meninggalkan sesuatu yang manfaatnya kekal
abadi.

Inilah beberapa contoh sikap yang keliru dalam menyikapi kemuliaan bulan Ramadhân. Tanpa disadari,
ini merupakan musibah besar bagi mereka. Mereka dari terhalang berbagai kebaikan yang
Allâh Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang memanfaatkan momen berharga ini dalam
rangka beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala semata. Semoga Allâh Subhanahu wa
Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang mengerti akan arti Ramadhân dan semoga
Allâh Subhanahu wa Ta’alasenantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa beramal
shaleh.
Kaum Muslimin, rahimakumullâh

Pada khutbah yang pertama, sudah kita sampaikan beberapa sikap sebagian kaum Muslimin yang keliru
dalam menyikapi Ramadhân. Keliru karena bertolak belakang dengan sikap Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena, pada bulan Ramadhân, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih giat lagi
beribadah dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggalkan
berbagai kesibukan demi beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Ini juga yang dilakukan oleh
para ulama salaf. Mereka benar-benar serius memperhatikan bulan ini. Mereka meluangkan waktunya
untuk beribadah kepada kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menunaikan berbagai amal shaleh.
Mereka memanfaatkan detik demi detik waktu dalam ketaatan kepada Rabb mereka dan bersungguh-
sungguh melaksanakan shalat tahajjud. Az-Zuhri rahimahullah mengatakan, “Apabila bulan Ramadhân
telah tiba, maka waktu itu hanya untuk membaca Alqurân dan memberi makan orang lain.” Para ulama
salaf juga senantiasa duduk di masjid dan mengatakan, “Kami menjaga puasa kami dan tidak
menggunjing seorangpun.” Mereka juga memiliki antusias tinggi untuk melaksanakan shalat tarawih dan
menyelesaikannya bersama imam. Maka dengan demikian bertakwalah kalian kepada Allâh wahai kaum
muslimin dan jagalah bulan Ramadhân ini, perbanyaklah di dalamnya ketaatan-ketaatan kepada Allâh
mudah-mudahan Allâh menggolongkan (menetapkan) bagi kita ke dalam orang-orang yang beruntung
dan memperoleh kemenangan di bulan ini.

Anda mungkin juga menyukai