Bab 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Retaradasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau

tuna mental.1 Retaradasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau

tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan, selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasaan secara menyeluruh, misalnya

kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.3

Retaradasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fiasik

lainnya. Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan sosial terlindung dimana

sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tiadak tampak sama sekali pada

penyandang retaradasi mental ringan.3

Referensi lain mengatakan retaradasi mental merupakan suatu kondisi gangguan

perkembangan mental yang ditandai oleh terhenti atau tidak lengkapnya perkembangan

seseorang. Umumnya kondisi ini ditunjukkan oleh adanya hendaya keterampilan pada masa awal

perkembangan (sebelum usia 18 tahun) sehingga mempengaruhi perkembangan tingkat

intelegensi pasien.4

Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan jiwa
retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya
berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam
penyesuaian diri.5
B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi retaradasi mental pada suatu waktu diperkirakan adalah kira-kira 1 persen dari

populasi. Insidensi retaradasi mental sulit untuk dihitung kerena kesuilitan mengelani

onsetnya. Pada banyak kasus, retaradasi mungkin laten selama waktu yang panjang sebelum

keterbatasan seseorang diketahui, atau karena adaptasi yang baik, diagnosis resmi tidak dapat

dibuat pada saat tertentu dalam kehidupan seseorang. Insidensi tertinggi terakhir adalah pada

anak usia sekolah, dengan puncak usia 10 sampai 14 tahun. Retaradasi mental kira-kira 11/2

kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita. Pada usia lanjut, prevalensi lebih

sedikit, karena mereka dengan retaradasi mental yang berat atau sangat berat memiliki angka

mortalitas yang tinggi yang disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai.6

Prevalensi retardasi mental ringan adalah yang terbanyak, yaitu 85% dari keseluruhan kasus,

retardasi mental sedang sebanyak 10% dari keseluruhan kasus, retardasi mental berat 4% dari

keseluruhan kasus, dan hanya sekitar 1-2% yang mengalami retardasi mental sangat berat.7

C. ETIOLOGI

Etiologi retradasi mental dapat dibedakkan menjadi tiga klasifikasi

1. Gangguan morfologi saat pembentukkan system saraf pusat (malformasi congenital,

deformasi embrio akibat abnormalitas bentuk rahim sehingga menekan SSP,

konsusmi zat teratogenik, infeksi virus pada ibu hamil,gangguan sirkulasi plasenta).

2. Abnormalitas intrinsik dalam perkembangan janin (misalnya kelainan kromosom).


3. Efek dari gangguan ekstrinsik pada janin (hipoksia janin sehingga menimbulkan fetal

distress,trauma selama masa kehamilan, keracunan).4

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan jiwa ke-1 (PPDGJ-1) memberikan subkategori-

kategori klinis atau keadaan-keadaan yang sering disertai retaradasi mental sebagai berikut :

 Akibat infeksi dan atau intoxikasi

Dalam kelompok ini termasuk keadaan retaradasi mental karena kerusakan jaringan

otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau toxik lainnya.

 Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain

Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar-X, bahan kontrasepsi

dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retaradasi

mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retaradasi

mental.

 Akibat gangguan metabolism, pertubuhan atau gizi

Semua gangguan retaradasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan

metabolism (misalnya gangguan metabolism zat lipida, karbohidrat dan protein),

pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.

 Akibat penyakit otak yang nyata

Dalam kelompok ini termasuk retaradasi mental akibat neoplasma dan beberapa

reaksi sel-sel yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya.

 Akibat penykit atau pengaruh Pranatal yang tidak jelas


Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir,tetapi tidak diketahui

etiologinya,termasuk anomali cranial primer dan defek congenital yang tidak

diketahui penyebabnya.

 Akibat kelainan kromosom

Kelainan kromosom mungkin teradapat dalam jumlahnya atau dalam bentuknya.

 Akibat prematuritas

Dalam kelompok ini termasuk retaradasi mental yang berhubunga dengan keadaan

bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan atau dengan

masa kehamilan kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti

dalam subkategori sebelum ini.

 Akibat gangguan jiwa yang berat

Retaradasi mental mungkin juga suatu gangguan jiwa yang berat dalam masa anak-

anak. Untuk membuat diagnosis ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat

dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.

 Akibat Deprivasi psikososial

Retaradasi mental dapat disebabkan oleh faktor-faktor biomedis ataupun sosiobudaya

(yang berhubungan dengan deprivasi psikososial dan penyesuain diri). Untuk

membuat diagnosis ini harus terdapat riwayat deprivasi psikososial dan tidak terdapat

tanda-tanda patologis susunan saraf. 1,4

D. GAMBARAN KLINIS

Manifestasi klinis dari retardasi mental dapat bervariasi,utamanya berdasarkan tingkat retardasi
mental. Pada retardasi mental ringan, gejala biasanya belum nampak hingga anak memasuki usia
sekolah dasar, dimana anak mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan berhitung
sehingga hanya mampu bersekolah hingga kelas 4,5, atau 6. Anak sulit berkonsentrasi dan kurang
dewasa dalam hal adaptasi sosial dan kemandirian.

Orang dengan retardasi mental berat hingga sangat berat biasanya didiagnosis pada usia lebih
dini, lebih sering dengan kondisi medis tertentu misalnya kelainan dismorfik, dan memiliki
gangguan mental dan perilaku. Sebaliknya, orang dengan retardasi mental ringan didiagnosis pada
usia yang lebih tua (biasanya saat tuntutan akademik lebih menonjol), jarang dengan kondisi
medis tertentu dan biasanya nampak seperti orang normal. Orang dengan retardasi mental sedang
memiliki gambaran keduanya .7

E. KRITERIA DIAGNOSTIK

Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua
dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin
dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya
gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.8

Tingkat kecerdasan (inteligensia) bukan satu-satunya karakteteristik, melainkan harus dinilai

berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Meskipun ada

kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini akan berkembang ketingkat yang sama

pada setiap individu, namun dapat terjadi suatu ketimpangan yang besar, khususnya pada

penyandang retaradasi mental. Penilaian diagnostik adalah kemampuan umum (global

ability) bukan terhadap suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya atau keterampilan.3

Kriteria diagnostic untuk retaradasi mental :

a) Fungsi intelektual yang secara bermakna dibawah rata-rata IQ kira-kira 70

atau kurang pada tes IQ yang dilakukan secara individual

b) Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang

pada sekurangnya dua bidang keterampilan.

c) Onset sebelum usia 18 tahun. 6

Dalam PPDGJ III,retaradasi mental terbagi dalam empat tingkatan beradasarkan IQ dan

tingkat adaktif :
 Retaradasi Mental Ringan

IQ berkisar anatara 50 - 69 menunjukkan retaradasi mental ringan,etiologi organic

hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita

 Retaradasi Mental Sedang

IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49,etiologi organic dapat di-identtifikasi pada

kebanyakan penyandang retaradasi mental sedang

 Retaradasi Mental Berat

IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34, pada umumnya mirip dengan retaradasi

mental sedang dalam hal gambaran klinis,etiologi organik,kondisi yang

menyertai,tingkat prestasi yang rendah. Kebanyakan retaradasi mental berat

menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya.

 Retaradasi Mental Sangat Berat

IQ biasanya dibawah 20,biasanya ada disabilitas neurologic dan fisik lain yang berat

yang pengaruh mobilitas,seperti epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar.

 Retaradasi Mental Lainnya

Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retaradasi mental dengan

memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakkukan karena adanya

gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta,bisu tuli, dan penderita yang perilakunya

terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

 Mental YYT(Yang Tidak Tergolongkan)

Jelas terdapat retaradasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk

menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.1,9


F. Diagnosis banding

Gangguan perkembangan tertentu, seperti disfasia, dapat menghambat kemampuan akademik,


tetapi disini tidak ditemukan adanya defisit secara umum seperti pada retardasi mental.
Autisme berat, terutama yang disertai mutisme, mungkin menyerupai retardasi mental dan
biasanya autisme disertai dengan retardasi mental. Skizofrenia masa kanak seringkali
menghambat kemampuan akademik dan menyerupai gejala retardasi mental. Deprivasi
psikososial, misalnya pada anak yatim piatu dan korban kekerasan, mungkin menyebabkan anak
nampak seperti penderita retardasi mental.7

G. Terapi

Terapi yang terbaik untuk retaradasi mental adalah pencegahan primer,sekunder dan tersier

a. Pencegahan primer

1. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum

tentang retaradasi mental

2. Usaha terus menerus dari bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbarui

kebijaksanaan kesehatan masyarakat.

3. Aturan untuk memberikan pelayanan maternal dan anak yang optimal

4. Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.

b. Pencegahn sekunder dan tersier

Jika suatu gangguan yang disertai dengan retaradasi mental yang telah dikenali,

gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan

sekunder) dan untuk menekan skala atau kecacatan yang terjadi setelahnya

(pencegahan tersier).

Intervensi farmakologis sering dipakai untuk sindrom perilaku berikut ini:

 Agresi dan perilaku melukai diri sendiri


Lithium(Eskalith) dan antagonis narkotik seperti naltrexone (trexan) berguna dalam

menurukan agresi dan perilaku melukai diri sendiri

 Gerakkan motorik stereotipik

Medikasi antipsikotik seperti haloperidol,chlorpromazine menurunkan perilaku

stimulasi diri yang berulang pada pasien retaradasi mental

 Perilaku kemarahan eksplosif

Penghambat –B seperti propanolol dan buspirone dapat menurunkan kemarahan

eksplosif diantara pasien dengan retaradasi mental dan gagguan autistik. 6

H. Prognosi

Gangguan kognitif yang timbul pada penderita retaradasi mental bersifat permanen dan tidak

dapat diperbaiki dengan apapun. Hal yang paling penting untuk dilakukan adalah

mengoptimalisasi dukungan dan lingkungan pasien. 4

Anda mungkin juga menyukai