Anda di halaman 1dari 4

JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-4 1

Rubrasanton dari Ekstrak Etil Asetat pada Kulit


Batang Garcinia tetranda Pierre
Devy Aprilia Putri, dan Prof. Dr. Taslim Ersam
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: beckers@chem.its.ac.id

Abstrak—Hasil isolasi dari ekstrak etil asetat pada kulit batang 3"

OH O OH 2"
Garcinia tetranda Pierre diperoleh senyawa santon 8
O OH
1
1" O OH 5'
HO MeO
tergeranilasi yaitu rubrasanton (1). Senyawa (1) diperoleh 1'
2'
3'
4'
melalui proses isolasi dan identifikasi. Proses isolasi dilakukan HO 5
O
4
OH O OH HO O OH
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etil asetat dan (3) OH (4) OH (5)

fraksinasi dengan berbagai cara kromatografi. Pemurnian O OH


dilakukan dengan menggunakan metode rekristalisasi. OMe OH
Penentuan struktur senyawa dilakukan dengan memanfaatkan MeO
data spektroskopi (UV, IR, 1H dan 13C NMR). O OH
(6) HO OH
(7)
1'
2'
Kata Kunci— G. tetranda, Santon, Ekstraksi, dan Maserasi 3'
4'
10'

5'
6'
O OH
I. PENDAHULUAN 7'
MeO
9' 8'

G arcinia merupakan genus yang tersebar luas dikawasan


Asia khususnya Indonesia. Adapun kegunaan dari HO O
(8)
O

Garcinia yang tersebar di Indonesia antara lain, sebagai bahan


bangunan (21 spesies), buahnya berguna untuk konsumsi (22 Berdasarkan hasil pemetaan senyawa-senyawa santon yang
spesies), sebagai tanaman peneduh di pinggir jalan, pencegah telah dilaporkan dari G.tetranda, dapat ditemukan
erosi, tanaman hias serta untuk mengobati berbagai penyakit. kemungkinan adanya senyawa-senyawa baru atau senyawa-
Selain itu, tumbuhan dari genus Garcinia telah dikenal sebagai senyawa yang sudah ditemukan berdasarkan laporan terdahulu
sumber senyawa santon dan biflavonoid [12]. sebagaimana yang telah dilaporkan sebelumnya.
Salah satu spesies dari genus Garcinia adalah G. tetranda,
dimasyarakat dikenal dengan nama wadung. Tumbuhan ini II. METODOLOGI PENELITIAN
termasuk dalam tumbuhan yang langka dan belum banyak
diteliti. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 2.1 Alat dan Bahan
spesies ini menunjukkan adanya senyawa santon yang 2.1.1 Alat
tersubtitusi oleh gugus tri, tetra, pentaoksigenasi, gugus prenil,
gugus geranil maupun adanya kromanosanton dari kulit Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
batang, kayu batang, kulit akar dan kayu akar. Beberapa peralatan ekstraksi maserasi, peralatan distilasi, gelas beker,
senyawa santon yang telah dilaporkan dari genus G.tetranda corong pisah, erlemeyer, kaca arloji, gelas ukur, spatula, pipet
antara lain : santon teroksigenasi yaitu 1,3,6,7-tertrahidroksi tetes, pipet kapiler, neraca, cawan porselen, pinset, oven,
santon (3) [2] dan 1,3,4,5,8-pentahidroksi santon (4) [7], santon botolS vial, lampu ultraviolet (UV) dengan λ 254 dan 366 nm,
terprenilasi yaitu α-mangostin (5) [19], 1,3-dihidroksi-7- gelas pengembang, rotary evaporator BUCHI Rotavapor R-
metoksi-4,5,6-triprenil santon (6) [6], santon tergeranilasi yaitu 114, peralatan kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi
1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-8-prenil-4- geranil santon (7) [11] lapis tipis (KLT), peralatan spektrofotometer UV-Visible UV-
1700 Pharmaspec SHIMADZU, spektrofotometer IR BUCK
dan santon tersiklisasi yaitu 3-isomangostin (8).
Sientific, dan 1H-NMR HITACHI FTNMR R-1900 2,138
Tesla/500 MHz.
JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4 2

Kristal kuning yang diperoleh (3,56 gr) dimonitoring


2.1.2 Bahan menggunakan KLT dengan eluen n-heksan:etil asetat 30%
(7:1), diuji titik leleh dan kelarutannya serta dianalisa dengan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan instrument UV dan IR, berbentuk padatan
G.tetranda, silika gel 60 G untuk kromatografi kolom, silika berwarna kuning yang disebut sebagai Senyawa 1.
gel 60 G untuk KLT, plat silika gel Merck 60 GF254 0,25 mm
ukuran 20 x 20 cm dengan aluminium sebagai penyangga,
larutan Aseton d6 dan CD3OD sebagai TMS (standar dalam), III. HASIL DAN PEMBAHASAN
penampak noda KLT 1,5 % Serium Sulfat, aluminium foil, dan
kertas saring Whatman 40, pelarut-pelarut teknis seperti n- 3.1 Isolasi Senyawa
heksana, metilen klorida, etil asetat, aseton, metanol,
kloroform dan aquades. Serbuk halus kulit buah G. tetranda sebanyak 4 kg
dimaserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat dalam
2.2.3. Hasil Maserasi maserator sampai seluruh bahan terendam selama 6x24 jam.
Pelarut yang digunakan pada metode ini adalah etil asetat
Serbuk kering halus yang berasal dari kulit batang G. karena etil asetat dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
tetranda (Wadung) seberat 4 Kg diektraksi dengan cara bersifat non polar sampai polar. Estrak etil asetat yang
maserasi menggunakan larutan etil asetat pada suhu kamar diperoleh berwarna kuning. Proses maserasi dihentikan setelah
selama 6 x 24 jam. Setiap ektraksi, ekstrak yang diperoleh warna ekstrak etil asetat memudar. Keseluruhan ekstrak etil
dimonitoring dengan menggunakan KLT dengan eluen asetat kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary vacum
klorofom 100 %, noda dideteksi dengan lampu UV dan evaporator sehingga diperoleh ekstrak pekat etil asetat
disemprot dengan pereaksi penampakan noda 1,5 % serium sebanyak 154,2 gr. Ekstak etil asetat dimonitoring diatas plat
sulfat dan dipanaskan didalam oven. Gabungan ektrak etil KLT menggunakan eluen n-heksan, metilen klorida, etil asetat
asetat diuapkan dengan tekanan rendah menggunakan alat dan metanol. Monitoring dengan ke empat palarut ini menjadi
rotary evaporator vakum, dihasilkan ektrak etil asetat seberat acuan untuk memilih pelarut atau campuran pelarut yang tepat
154,2 gram. dalam proses fraksinasi selanjutnya.
Ekstrak pekat etil asetat sebanyak 154,2 gr diambil
2.2.4 Fraksinasi Ekstrak Etil asetat sebanyak 30 gr dan difraksinasi dengan menggunakan metode
Kromatografi Cair Vakum (KCV) untuk memisahkan
Ekstrak pekat etil asetat (30 gram) difraksinasi dengan senyawa-senyawa target dalam fraksi yang lebih sederhana.
menggunakan metode kromatografi cair vakum (KCV). Pelarut Pelarut yang digunakan dalam KCV ekstrak pekat etil asetat
yang digunakan adalah n-heksan, n-heksan:etil asetat yang adalah n-heksan:etil asetat yang ditingkatkan kepolarannya
ditingkatkan kepolarannya (3, 10, 30, 60 %) dan metanol. (3,10,30,60%), dan metanol. Eluen hasil KCV ditampung
Hasil KCV sebanyak 26 vial, kemudian dimonitoring dengan dalam 26 vial, kemudian dimonitoring diatas plat KLT dengan
plat KLT menggunakan eluen kloroform 100 %. Kelompok eluen kloroform 100%. Vial yang mengandung senyawa
senyawa yang memiliki nilai Rf yang sama dengan Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi, sehingga
digabung/dikelompokkan, sehingga menghasilkan 6 fraksi, diperoleh 6 fraksi gabungan, yaitu Fraksi A (vial 1-7; 1,18 gr),
yaitu Fraksi A (vial 1-7; 1,18 gr), fraksi B (vial 8-10; 680 mg), fraksi B (vial 8-10; 680 mg), fraksi C (vial 11-13; 850 mg),
fraksi C (vial 11-13; 850 mg), fraksi D (vial 14-15; 7,15 gr), fraksi D (vial 14-15; 7,15 gr), fraksi E (vial 16-21; 9,34 gr)
fraksi E (vial 16-21; 9,34 gr) dan fraksi F (vial 22-26; 4,86 gr). dan fraksi F (vial 22-26; 4,86 gr).
Fraksi E (vial 16-21; 9,34 gr) difraksinasi lebih lanjut
2.2.7 Fraksinasi Fraksi E menggunakan metode KCV dengan pelarut yang digunakan n-
heksan,heksan:etil asetat 10%, etil asetat dan metanol. Hasil
fraksi E (vial 16-21; 9,34 gr) difraksinasi dengan KCV sebanyak 31 vial kemudian dimonitoring dengan
menggunakan metode KCV, dengan pelarut yang digunakan menggunakan plat KLT dengan eluen n-heksan:etil asetat 20%
adalah n-heksan, n-heksan;etil asetat 10% (9:1), etil asetat dan (8:1), sehingga dapat diketahui pola pemisahan yang
metanol. Hasil KCV yang didapat 31 vial. Dimana dari 31 vial didapatkan dari hasil KCV pada fraksi E. Kelompok senyawa
tersebut dimonitoring dengan plat KLT menggunakan eluen yang memiliki nilai Rf yang sama kemudian digabung,
heksan:etil asetat 30% (7:1). Kelompok senyawa yang sehingga menghasilkan 3 fraksi gabungan, yaitu Fraksi E1
memiliki nilai Rf yang sama kemudian digabung, sehingga (vial 1-5; 2,4 gr), E2 (vial 6-26; 3,80 gr), fraksi E3 (vial 27-31;
menghasilkan 3 fraksi gabungan, yaitu Fraksi E1 (vial 1-5; 2,4 1,25 gr).
gr), E2 (vial 6-26; 3,80 gr), fraksi E3 (vial 27-31; 1,25 gr). Fraksi E2 (vial 6-26; 3,80 gr) direkristalisasi dengan
Selanjutnya fraksi E2 (vial 6-26; 3,80 gr) direkristalisasi menggunakan metilen klorida dan heksan. Padatan yang
dengan menggunakan metilen klorida panas dan ditambah berupa kristal berwarna kuning yang terbentuk pada larutan
dengan n-heksan dingin, kemudian disaring dalam keadaan disaring dengan menggunakan pompa vakum. Kemudian
panas dan didiamkan didalam lemari es. Kristal yang diperoleh kristal dicuci dengan pelarut yang tidak melarutkan kristal
disaring dengan cara vakum dan dicuci dengan n-heksan tersebut yaitu n-heksan. Kristal selanjutnya dikeringkan dalam
panas, kemudian dikeringkan dalam desikator dan ditimbang.
JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4 3

desikator dan ditimbang. Kristal yang didapatkan sebanyak 1433-1514 cm-1 menunjukkan adanya serapan khas untuk
(3,56 gr). ikatan rangkap pada sistem aromatik.
Proses fraksinasi menghasilkan 1 senyawa berupa kristal Berdasarkan dari analisa spektrum UV dan IR maka dapat
berwarna kuning dengan berat 3,56 gr (senyawa 1 dari fraksi diketahui bahwa senyawa 1 memiliki gugus hidroksi, karbonil
E2). Dari hasil perolehan senyawa 1 dapat disimpulkan bahwa terkhelat, C-H alifatik serta sistem aromatik sehingga diduga
senyawa 1 dari fraksi E2 merupakan senyawa yang bersifat senyawa 1 merupakan kerangka santon [4].
mayor (lebih dominan). Oleh karena itu untuk pengujian Spektrum UV dan IR untuk senyawa pembanding yaitu
struktur pada senyawa yang didapatkan lebih diutamakan pada rubrasanton ternyata juga memperlihatkan puncak-puncak pita
senyawa 1 dengan berat kristal yang diperoleh sebanyak 3,56 dan serapan bilangan gelombang yang relatif sama dengan
gr. senyawa 1, dimana pada spektrum UV diperoleh puncak pita 1
dalam MeOH berada pada (λmaks) 312 nm dan puncak pita 2
3.2 Identifikasi Struktur Senyawa 1 berada pada (λmaks) 238 nm, dalam NaOH puncak pita 1 pada
(λmaks) 363 dan puncak pita 2 berada pada (λmaks) 266 nm.
Senyawa 1 yang berupa kristal berwarna kuning (3,56 gr) Sedangkan untuk spektrum IR memperlihatkan serapan
dengan titik leleh 179-180 οC, dari hasil ekstraksi etil asetat bilangan gelombang dengan ῡ maks 3425 cm-1, 2924 cm-1,
pada kulit batang G. tetranda. Selanjutnya senyawa 1 yang 2852 cm-1, dan 11645 cm-1, 1579 cm-1, 1465 cm-1, 1298 cm-1 .
diperoleh diidentifikasi lebih lanjut strukturnya dengan Hasil dari perbandingan spektrum UV dan IR senyawa 1
menggunakan uji UV, IR, 1H-NMR, dengan senyawa pembanding yaitu rubrasanton ternyata
Spektrum UV senyawa 1 dalam MeOH menginformasikan menunjukkan pola serupa sehingga dapat disarankan bahwa
adanya 2 pita serapan dengan panjang gelombang (λmaks) senyawa 1 adalah senyawa rubrasanton.
sebesar 311 nm (pita serapan 1) dan 240,80 nm (pita serapan Selanjutnya senyawa 1 dengan pola senyawa santon
2). Pada pita serapan 1 dengan panjang gelombang (λmaks) 311 dijelaskan lebih lanjut dengan menggunkan data spektrum 1H-
nm menunjukkan adanya eksitasi elektron dari orbital n→π*, NMR yang memperlihatkan adanya beberapa kelompok sinyal
yang mengindikasikan adanya heteroatom yang berkonjugasi yang terdiri dari kurang lebih 24 proton. Adapun nilai
dengan ikatan π. Pada pita serapan 2 dengan panjang pergeseran kimia (δH ppm) dari spektrum 1H-NMR dengan
gelombang (λmaks) 240,80 nm menunjukkan adanya eksitasi pelarut CD3OD senyawa 2 adalah : 1,51 (3H,s) ; 1,54 (3H,s) ;
elektron dari orbital π→π*, dimana eksitasi elektron dari 1,81 (3H,s) ; 1,98 (2H,t) ; 2,06 (2H,t) ; 3,7 (3H,s) ; 4,05
π→π* tersebut merupakan kromofor yang khas untuk sistem (2H,d,J=2 Hz) ; 5,01 (1H,m,J=7 Hz) ; 5,2 (1H,t,J=6,5 Hz) ;
ikatan rangkap yang terkonjugasi (-C=C-C=C-).. 6,08 (1H,d,J=2 Hz) ; 6,17 (1H,d,J=6,45 Hz) ; 6,68 (1H,s).
Penambahan pereaksi geser NaOH bertujuan untuk Selain itu pengujian data 1H-NMR ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pergeseran kearah batokromik, hal ini memperkuat hipotesa mengenai hasil uji UV dan IR dengan
ditunjukkan pada pita 1 dari (λmaks) 311 nm ke 366 nm dan senyawa pembanding.
adanya efek hiperkromik yang ditandai dengan adanya Spektrum 1H-NMR senyawa 1 memperlihatkan bahwa
kenaikan dalam intensitas serapan. Pergeseran batokromik sinyal pada pergeseran (δH ppm) 13,38 ppm (1H,s)
adalah pergeseran serapan ke arah panjang gelombang yang menunjukkan suatu pergeseran yang khas untuk proton dari
lebih panjang (pergeseran merah) [10] Hal ini menunjukkan gugus hidroksi terkhelat dengan gugus karbonil, namun dalam
adanya gugus hidroksi yang mengalami kesetimbangan keto pengujian ini pergeseran yang mengindikasikan adanya gugus
enol dengan gugus karbonil [3] hidroksi terkhelat dengan gugus karbonil tidak terbaca karena
Spektrum UV senyawa 1 dengan penambahan pereaksi pengaruh dari penggunaan pelarut CD3OD. Oleh karena itu
geser AlCl3 bertujuan untuk menunjukkan adanya pergeseran untuk memperkuat adanya pergeseran yang khas untuk proton
batokromik pada pita 1 dengan panjang gelombang (λmaks) 311 dari gugus hidroksi terkhelat dengan gugus karbonil dapat
nm ke 339,40 nm dan pita 2 dengan panjang gelombang (λmaks) dilihat dari hasil pergeseran pada spektrum UV saat ditambah
240,80 nm ke 262,60 nm. Sedangakan dengan adanya dengan pereaksi geser AlCl3, yang mana pita bergeser ke arah
penambahan HCl tidak menunjukkan adanya pergeseran pita batokromik.
kembali ke posisi semula. Hal ini menunjukkan bahwa struktur Berdasarkan data hasil analisa spektrum 1H-NMR dapat
senyawa 2 tidak memiliki gugus hidroksi pada posisi orto. diketahui bahwa senyawa 1 merupakan kerangka dasar santon
Sehingga dari analisis UV dapat disimpulkan bahwa yang tersubtitusi pada 1 gugus geranil, 3 gugus hidroksi dan 1
senyawa 2 memiliki gugus fenol, gugus karbonil dan tidak gugus metoksi dan adanya proton aromatik yang terikat pada
memiliki gugus hidroksi pada posisi orto. C-2 dan C-4 yang terletak pada posisi meta dikarenakan
Spektrum IR senyawa 1 memperlihatkan adanya serapan- adanya kopling konstan J=2 [5]
serapan bilangan gelombang yang khas untuk beberapa gugus Dari hasil analisa data UV, IR, 1H-NMR dan data senyawa
fungsi yaitu bilangan gelombang dengan ῡ maks 3232-3427 pembanding maka dapat disarankan senyawa 1 adalah senyawa
cm-1, 1579-1606 cm-1, 2841-2968 cm-1, dan 1433-1514 cm-1. turunan dari santon yang tersubtitusi oleh satu gugus geranil,
Serapan pada bilangan gelombang dengan ῡ maks 1579- dua gugus hidroksi, satu gugus metoksi dan 2 gugus proton
1606 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil yang terkhelat aromatik pada posisi meta. Sehingga dapat disarankan bahwa
oleh gugus hidroksi pada serapan 3427 cm-1. Serapan dengan ῡ senyawa 1 yang telah diisolasi dari fraksi E2 pada ektrak etil
maks 2968 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H alifatik yang asetat pada kulit batang G.tetranda adalah rubrasanton.
berasal dari gugus metoksi atau prenil [3], sedangkan ῡ maks
JURNAL SAINS POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4 4

[5] Linuma, M., Tosa, H., Tanaka, T., Asai, F., Shimano, R., (1995),”Three
Xanthone from Root Bark of Garcinia subelliptica”, Phytochemistry,
38: 247-249
[6] Meilani, A., (2006),”Santon Terprenilasi dan Tersiklisasi Baru Fraksi
Non-polar dari Ekstrk n-heksan pada Akar Garcinia tetranda
Pierre”,Skripsi., ITS, Surabaya
[7] Purwaningsih, Y., (2006),”Dua Senyawa Santon sebagai Antioksidan
dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre”, Tesis., ITS, Surabaya
[8] Rianto, A. (2006), “Isolasi dan Uji Antibakterial Senyawa Santon dari
O OH
Kayu Akar Garcinia tetandra Pierre”. Tesis. Kimia. ITS. Surabaya.
MeO
[9] Rizani, N., (2006), “Dua Senyawa Santon Diprenilasi dari Ekstrak
Diklorometana Kulit Akar Garcinia tetandra Pierre”. Skripsi. Kimia.
HO O OH ITS. Surabaya.
[10] Sastrohamidjojo, H., (2001), “Kimia Dasar”, UGM Press, Yogyakarta.
(1) [11] Wahjuni, T., (2008),”Dua Santon Terprenilasi dan Uji Antioksidan pada
Ekstrak n-heksan dari Kulit Batang Garcinia tetranda Pierre”,Skripsi.
Kimia. ITS. Surabaya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN [12] Waterman, P. G., Crichton, E. G. (1980),“Xanthones and Biflavonoids
From G. Densivenia Stem Bark”, Phytochemistry. 19: 2723-2724.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kulit
batang G. tetranda yang berasal dari Taman Nasional Meru
Betiri didapatkan senyawa santon tergeranilasi yaitu
rubrasanton (1). Senyawa (1) merupakan temuan senyawa
santon baru dari penelitian yang pernah dilakukan pada spesies
G. tetranda.

Saran
Penelitian ini masih memiliki potensi untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan memanfaatkan fraksi-fraksi lain
yang belum dikerjakan. Disamping itu bagian-bagian
tumbuhan seperti batang, buah dan biji perlu diteliti agar
kandungan kimia dan sifat bioaktivitasnya secara lengkap
dapat diketahui. Sehingga hasil dari penelitian akan
bermanfaat untuk kehidupan masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Bapak Prof. Dr. Taslim Ersam selaku dosen pembimbing atas


segala diskusi, bimbingan, arahan dan semua ilmu yang
bermanfaat.
2. Papa, Mama dan Kakak saya atas segala doa, dorongan dan
dukungannya secara materiil dan spiritualnya.
3. My Best Friends Gazza Ayu dan Grace Yuhaneka atas
semangatnya
4. Teman-teman seperjuangan di lab Kimia Organik Bahan Alam
dan teman-teman angkatan 2008 Kimia-ITS atas do’a dan
dukungannya
5. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ernawati, M., (2006),“Santon Diprenilasi dan Triprenilasi dari Fraksi


Kloroform Kulit Batang Garcinia tetandra Pierre (Wadung)”. Skripsi.
Kimia. ITS. Surabaya.
[2] Hati, I., (2009),”Isolasi dan Uji Bioaktivitas Senyawa 1,3,6,7-
tetrahidroksisanton dari Kayu Batang Garcinia tetandra Pierre
(Wadung)”. Skripsi. Kimia. ITS. Surabaya.
[3] Ito, C., Miyamoto, Y., Nakayama, M., Kawai, Y. (1997), “A Novel
Depsidone and Some New Xanthones from Gacinia Species”, Chemical
and Pharmaceutical Bulletin. 45 (9): 1403–1413.
[4] Linuma, M., Tosa, H., Tanaka, T., Riswan, S., (1996),”Three New
Xanthone from the bark of Garcinia dioica”,Chemical and
Pharmaceutical Bulletin., 44(1), 232-234.

Anda mungkin juga menyukai