KAJIAN PUSTAKA
A. Siklus Hidrologi
Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan tahapan yang dilalui air
dari atmosfer ke bumi dan kembali lap ke atmosfer: evaporasi dari tanah atau laut
di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali (Ersin Syehan,
1977 : 7).
tersebut, maka dari seluruh permukaan di bumi akan dapat terjadi penguapan, baik
Sebagai akibat terjadinya penguapan. maka akan dapat terbentuk awan vang apabila
terbentuk meniadi awan pembawa hujan (rain cloud). Hujan baru akan terjadi
apabila berat butir-butir air hujan tersebut telah lebih besar dari gaya tekan udara ke
atas. Dalam keadaan klimatologi tertentu, maka air hujan yang masih melayang
tersebut dapat teruapkan kembali menjadi awan. Air hujan yang sampai ke
permukaan tanah disebut hujan dan dapat diukur. Hujan yang terjadi tersebut
sebagian juga akan tertahan oleh mahkota pohon-pohonan dan bangunan yang
selanjutnya akan diuapkan kembali. Bagian air ini tidak dapat diukur dan merupakan
Air yang jatuh di permukaan tanah terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian
,flow) dan dapat menjadi limpasan (run-off), seterusnya merupakan aliran sungai dan
ke taut. Aliran limpasan sebelum mencapai saluran dan sungai, mengalir dan tertahan
merupakan bagian air yang hilang karena proses infiltrasi, yang disebut sebagai
terjadi aliran mendatar yang disebut aliran antara (interflow, Subsurface flow).
Bagian lain dari air yang terinfiltrasi dapat diteruskan sebagai air perkolasi yang
mencapai akuifer (aquifer, ground water storage). Air ini selanjutnya juga mengalir
sebagai aliran air tanah mencapai sungai atau laut (Sri Hartono Br, 1993 : 8-10).
Menurut Chow (1988) dalam Tri Budi Utama (1996 : 6), meskipun siklus
hidrologi seperti yang diilustrasikan di atas cukup sederhana, namun fenomena yang
terjadi sesungguhnya di alam sangat rumit dan komplek. DI dalam wilayah yang
cukup luas tidak hanya terjadi satu siklus. saja melainkan terdiri dari beberapa siklus
yang berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Meskipun pada
prinsipnya volume keseluruhan air dalam siklus hidrologi secara global adalah tetap,
namun distribusi air tersebut senantiasa berubah baik di dalam suatu pulau
(kepulauan), dalam suatu wilayah, maupun di daerah pengaliran sungainya (DPS).
B. Sistem Jaringan
(banyak) saluran/anak sungai yang saling berhubungan. Contoh suatu sistem j aringan
lp = 2
lp = 1 lp = LPA
‘link' = bagian dari jaringan sungai yang dibatasi oleh dua 'looped nodes',
'looped nodes' = titik pada jaringan, yang merupakan Pertemuan/ perpisahan sungai/
anak sungai,
‘inline nodes' = titik dalam suatu `link', yang secara alam merupakan titik pergantian
Ip = anak sungai,,
titih hitung (I) = titik dimana akan dicari y (elevasi muka air) dan q (debit), dengan
saluran ditentukan oleh dua titik batas, yaitu batas hulu dan batas hilir. Sedangkan
pada sistem jaringan, kondisi hidraulik setiap titik hitungan sepanjang `link'
ditentukan oleh dua `looped nodes' pada ujung `link', sehingga pada simulasi
antar 'link' (Holly, 1980, dalam Sri Amini YA, 1996 : 6). Metode tersebut biasa
debit di titik paling hulu suatu 'link' merupakan fungsi dari perubahan elevasi muka
air di titik paling hulu 'link' tersebut dan di suatu titik di hilirnya. Demikian juga
perubahan debit di suatu titik hilir suatu `link', juga merupakan suatu fungsi
perubahan elevasi muka air di titik paling hulu 'link' dan suatu titik hilir tersebut.
∆ Qhu = EI ∆Yhu + FI + H I ∆Y I
Dengan:
suatu 'link'
∆ Yhi = perubahan elevasi muka air di titik paling hilir suatu 'link'
C. Model Hidrologi
hidrologi terdapat beberapa macam klasifikasi model yang dapat digunakan, yang
diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut di bawah ini (Dooge, 1968; Clarke,
menirukan prototipenya Model in] mempunyai tiga bagian terpenting yaitu rain
simulator, runoff surface, dan alat-alat ukur. Apabila runoff surface merupakan
ditemukan cara yang balk untuk memodelkan proses limpasan secara fisik
Demikian pula hasil yang diperoleh hampir belum pernah dapat diekstrapolasikan
ke prototipenya.
2. Model analog (analog model), dengan menggunakan rangkaian resistorkapasitor
a. Model stokastik (stocastic model), yaitu model yang terdiri dari satu atau lebih
a) Model stokastik-konseptual.
b) Model stokastik-empirik.
c) Model deterministik-konseptual.
d) Model deterministik-empirik.
1. Linier dalam pengertian sistem, yaitu model dimana prinsip superposisi masih
selanjutnya perlu pula diperhatikan bahwa dalam model, variabel dan parameter
distributed. Variabel atau parameter disebut sebagai lumped apabila besaran yang
ini diabaikan. Masukan berupa hujan rata-rata DPS misalnya merupakan masukan
mengandung variabilitas ruang dan waktu (Sri Harto dan Sudjarwadi, 1988. dalam
asumsi bahwa pada setiap bagian penggal atau sub DAS mempunyai karakteristik
yang unik tergantung pada keadaan muka air aliran (Smith, 1979, dalam Suyitno
1996:5).
berikut :
1. Metode Reservoir
suatu DAS. Pendekatan proses hidrologi yang digunakan adalah dengan asumsi
2. Model Muskingum
Model Muskingum dikembangkan oleh Mc. Carthv pada tahun 1938 dan
merupakan cara penelusuran banjir yang populer di Amerika Serikat dan sekitarnya.
Cara Muskingum ini memiliki keterbatasan antara lain tidak cocok untuk kenaikan
3. Model Brakensiek
Model Brakensiek merupakan model perembesan air ke dalam tanah. Model ini
Di dalam suatu analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang sering
tertentu. Besar dan frekuensi debit puncak banjir pada suatu kawasan dapat
(intensitas presipitasi, lama hujan, frekuensi terjadinya hujan dan luasan daerah
Prakiraan debit aliran maksimum yang akan terjadi pada waktu tertentu
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai data yang telah ada antara lain data
hujan. karakteristik DAS, data aliran dan banjir. Dari penyiapan data yang ada,
salah satu penentuan debit aliran sungai yang paling baik adaiah dengan memakai
data hujan dikurangi dengan kehilangan air yang disebabkan oleh infiltrasi,
evaporasi dan sebagainva seperti pada siklus hidrologi (Sri Harto Br, 199 ,3 : 10).
curah hujan
berfungsi sebagai masukan untuk satu sistem, akan tetapi pada analisis sistem sang
lain dapat berfungsi sebagai keluaran (Sri Harto Br. 1993, dalam Handung Sri
0 Aliran permukaan
Bagian limpasan yang melintas di atas sungai dan atau Iaut (Ersp Sevhan, -1977 :
l82). Besarnya aliran permukaan dipengaruhi oleh keadaan tanah sebelum hutan,
1 Aliran antara
Aliran ini merupakan bagian dari limpasan permukaan vang disebabkan oleh
bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral
melalui horizon-horizon tengah bagian atas menuju sungai (Chow, 1964. Handung Sri
Merupakan bagian dari infiltrasi yang bergerak secara vertikal sampai muka
3 Aliran Dasar
Aliran dasar adaiah aliran yang berasal dari tanah vang mengalir menuju sungai
dan laut. Aliran ini tidak dipengaruhi oleh musim dan akan mengalir secara konstan
dan dalam jumlah yang tetap (Handung Sri Wasana, 2000 : 9).
4 Evapotranspirasi
model di atas didasarkan pada persamaan kontinuitas dan asumsi bahwa pada
setiap bagian penggal atau sub DAS mempunyai karakteristik yang unik
tergantung pada keadaan muka air aliran (Smith, 1979, dalam Suyitno 1996:5).
sebagai berikut :
Metode Reservoir
sungai pada suatu DAS. Pendekatan proses hidrologi yang digunakan adalah
Model Muskingum
Model Muskingum dikembangkan oleh Mc. Carthv pada tahun 1938 dan
sekitarnya. Cara Muskingum ini memiliki keterbatasan antara lain tidak cocok
untuk kenaikan yang tiba-tiba dan hidrografnya, misal pada kasus bendungan
jebol.
Model Brakensiek
Model Brakensiek merupakan model perembesan air ke dalam tanah. Model ini
Di dalam suatu analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang sering
tertentu. Besar dan frekuensi debit puncak banjir pada suatu kawasan dapat
(intensitas presipitasi, lama hujan, frekuensi terjadinya hujan dan luasan daerah
Prakiraan debit aliran maksimum yang akan terjadi pada waktu tertentu
dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai data yang telah ada antara lain
data hujan. karakteristik DAS, data aliran dan banjir. Dari penyiapan data yang
ada, salah satu penentuan debit aliran sungai yang paling baik adaiah dengan
memakai data hujan dikurangi dengan kehilangan air yang disebabkan oleh
infiltrasi, evaporasi dan sebagainva seperti pada siklus hidrologi (Sri Harto Br,
199,3 : 10).
berfungsi sebagai masukan untuk satu sistem, akan tetapi pada analisis sistem
sang lain dapat berfungsi sebagai keluaran (Sri Harto Br. 1993, dalam Handung
Kehilangan air adalah besarnya keluaran pada tampungan. Kehil angan air
Aliran permukaan
Bagian limpasan yang melintas di atas sungai dan atau Iaut (Ersp Sevhan, -1 977 :
l82). Besarnya aliran permukaan dipengaruhi oleh keadaan tanah sebelum hutan,
Aliran antara
Aliran ini merupakan bagian dari limpasan permukaan vang disebabkan oleh
lateral melalui horizon-horizon tengah bagian atas menuju sungai (Chow, 19 64.
Aliran Dasar
Aliran dasar adaiah aliran yang berasal dari tanah vang mengalir menuju
sungai dan laut. Aliran ini tidak dipengaruhi oleh musim dan akan mengalir secara
konstan dan dalam jumlah yang tetap (Handung Sri Wasana, 2000 : 9).
Evapotranspirasi
Ia = 0,2 S …………………………………………………………….. ( 2 )
air melalui jumlah kurva CN (Curve Number). CN memiliki jarak wilayah dari 30
S = ( 1000 / CN ) – 10 .................................................................. ( 4 )
anteseden.
Model ini membagi kelompok tanah berdasarkan kondisi hidrologinya menjadi
empat yaitu :.
Dalam proses pengalihragaman data hujan menjadi data debit, model yang
1. Curah Hujan
(WMO) adalah 100 - 250 Km 2 untuk setiap stasiun hujan dengan keadaan normal
da n 250 - 1000 km 2 untuk keadaan vang sulit di jangkau (Sri Harto, 1993) : 36)
data curah hujan merupakan variabel masukan utama yang bersifat lump, artinya
variabilitas ruang. Dengan kata lain hujan dianggap merata pada seluruh DAS.
Data curah hujan vang tercatat pada stasiun epengamat adalah hujan titik (point
rainfall). Selanjutnya dirubah menjadi hujan rata-rata daerah aliran sungai (areal
rainfall)
Intersepsi
Intersepsi merupakan bagian air hujan yang membasahi dan tertahan pada
berikut :
Nilai intersepsi dasar merupakan nilai rata-rata dari batas atas dan
dengan :
Dengan:
Hutan 0,90-1,00
Sawah I 0.50-0.60
Tegal 0,20-0,40
Desa/pemukiman 0,07-0,20
Lain-lain 0,03-0,10
Sumber : Sudjarwadi, 1984, dalam Zulkarnaen, 2000 :27
C. Hujan Permukaan
Air huian yang sampai ke permukaan tanah adalah air hujan yang
permukaan tanah dapat dihitung dengan persamaan berikut (Tri Budi Utama,
1996 : 16) :
Dengan:
D. Aliran Permukaan
Aliran permukaan merupakan aliran pada permukaan anah akibat limpasan air
(11)
Dengan:
Dengan:
E. Infiltrasi
terjadi di permukaan tanah, yang ditulis dengan persamaan berikut (Tri Budi
Dengan:
berikut :
Dengan:
Kc = koefisien tanaman
G. Aliran Dasar
Perhitungan aiiran dasar dan air tanatl mengunakan metode SCS dengan
Dengan :
hujan (mm)
rapatBLjelek66778589BLbaik58728185GTielek64758385GTbaik55697883GT
&Tjelek63738083GT&Tbaik51677680 Alang-alang
jelek68798689Sedang49697984Baik39617480GTJelek47678188GTsedang
25597583GT
baik
35
70
79
Hutan
jelek
45
66
77
83
sedang
36
60
73
79
balk
25
55
70
77
Desa
59
74
82
86
Tanah padat/jalan
74
84
90
92
Keterangan :
BL = baris lurus
GT = garis tinggi
T = Teras
H. Aliran Sungai
dan aliran dasar. Persamaan yang digunakan sebagai perhitungan debit Aliran
sungai didasarkan pada Model mock (Sri Harto dan Sujarwadi 1989. dalam
Zulkarnaen.2000: 35).
(20)
(21)
B5F = AL1MP
……………………………………………………… (22)
dengan.
F. Kerangka Berpikir
aliran sungai sangat penting dalam pengelolaan dan pemanfaatan air yang
melalui sungai.
Brakensiek diperlukan beberapa data yang menjadi variabel masukan dalam analisis
debit aliran sungai dengan Model Brakensiek tersebut. Data-data yang diperlukan
antara lain data curah huian, data hidrometri berupa debit aliran, data klimatologi,
data wilayah, dan data geologi. Data tersebut merupakan data dokumentasi atau
data sekunder yang dianaiisis menggunakan teknik analisis multivarian baik dengan
konsep dasar pembuatan model ini didasarkan pada siklus hidrologi yang
Hujan yang jatuh ke permukaan bumi sebagian akan tertahan pada permukaan
Hossain (1996). Air hujan yang sampai ke permukaan tanah yang telah dikurangi
(10). Hujan permukaan akan tertampung pada tanah permukaan yang selanjutnya
mengalir yang disebut dengan aliran permukaan dan bagian terinfiltrasi ke dalam
(11). Besarnya nilai infiltrasi dihitung berdasar persamaan imbangan air yang terjadi
metode panci evaporasi. Air yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) akan menuju
tampungan air tanah. Pada tampungan ini akan terjadi aliran dasar dan terjadi
kehilangan air akibat evaporasi/evapotranspirasi. Aliran dasar dan air tanah dihitung
aliran dasar secara bersama-sama akan menjadi aliran sungai yang dihitung
menggunakan Persamaan(20) .
G. Pertanvaan Peneiitian
Berapa besar debit air tersedia di Sungai Oyo pada Stasiun Bunder dan Kedung
Berapa besar perbedaan antara debit AWLR? (Amommic Water I,evel Recorder)