Anda di halaman 1dari 30

ASKEP BAYI

BARU LAHIR
a. ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan produksi mucus yang berlebihan
b. ketidak efektifan pengaturan suhu yang berhubungan dengan transisi bayi baru lahir ke
lingkungan
c. resiko infeksi yang berhubungan dengan faktor sistem imun belum matang
d. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuhan
kalori tinggi akibat peningkatan laju metabilok.

Intervensi
a. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan produksi mucus yang
berlebihan

Rasional : membantu menghilangakan akumulasi cairan yang memudahkan


pernafasan dan membantu mencegah aspirasi
Intervensi : keringkan bayi dengan selimut tempatkan di lengan orang tua tau di
unit pemanas
Rasional : menurun efek-efek stress dingin dan berhubungan dengan hipoksia
yang selanjutnya dapat menekan upaya pernafasan.
Intervensi : berikan oksigen hangat melalui masker pada 4-7/mnt bila di
Ingginkan

b. Ketidak efektifan pengaturan suhu yang berhubungan dengan transisi bayi baru
lahir ke lingkungan

Intervensi :
- tempatkan bayi dalam lingkungan hangat atau pada lengan orang tua.
- gunakan tutup kepala karena 25 % panas hilang pada bayi baru lahir melalui kepala.
- - Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki seperti
kodok serta kepala menoleh ke satu sisi
- metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat
- Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang dewasa lainnya
Rasional : mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana panas
berpindah daribayike objek yang lebih dingin dari bayi
Intervensi : kaji suhu inti neonates
Rasional : suhu kulit harus dipertahankan mendekati 36,5˚Cdan suhu inti rectal
biasanya 0,5˚C

c. resiko infeksi yang berhubungan dengan faktor sistem imun belum matang

Intervensi : cuci tangan sebelum merawat tali pusat.


Rasional : mencucui tangan adalah faktor yang paling penting untuk melindungi
bayi baru lahir dari infeksi.
Intervensi : rawat tali dengan teknik asetik dan antiseptik.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kebutuh kalori tinggi akibat peningkatan laju metabolic.

Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap kemungkinan stressor yang berdampak pada
simpanan glukosa neonates, seperti diabetes, hipertensi karena kehamilan ( HKK ), atau
gangguan jantung atau ginjal.
2) Perhatikan APGAR skor, kondisi saat lahir, tipe/waktu pemberian obat, dan suhu awal
pada penerimaan di ruang perawatan bayi.
3) Turunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengarahan fisik, dan pemajanan berlebihan
pada pemancar panas.
4) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu setelah itu
setiap hari.
5) Auskultasi bising usus.
6) Anjurkan ibu segera memberi ASI.

Rasional : menegah terjadinya infeksi.


ASKEP BBLR
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul

- Resiko tinggi gawat pernafasan berhubungan dengan ketidakmatangan paru


karena kurang produksi surfactan
- Resiko tinggi hipotermiaatau hypertermi berhubungan dengan lemak subkutan
tipis,luas permukaan tubuh lebih luas dibanding dengan masa tubuh,termoregulasi
belum sempuna
- Nutisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek menelan lemah akibat
prematuritas
- Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
bayi terhadap sistem imun yang belum matang
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang disebabkan
imaturitas,pengeluaran kulit atau paru

. Intervensi
1. Resiko tinggi gawat pernafasan berhubungan dengan ketidakmatangan paru
karena kurang produksi surfactan
Tujuan : Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
Intervensi
1. Kumpulkan data yang berkaitan dengan kegawatan nafas
Rasional : Riwayat ibu atas penggunaan obat atau kondisi tidak
normal selama kehamilan dan proses persalinan
2. Waspada episode apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik
Rasional : deteksi dini dalam menentukan tindakan selanjutnya
3. Memberi bantuan pernafasan seperti oksigen
Rasional : membantu mencukupi supplai oksigen
4. Pantau kajian gas darah untuk mengetahui asidosis pernafasan metabolik
Rasional : deteksi dini untuk mencegah hipoksia
5. Persiapkan dalam pemberian terapi farmakologis,sperti teofilin IV

2 Resiko tinggi hipotermiaatau hypertermi berhubungan dengan lemak subkutan


tipis,luas permukaan tubuh lebih luas dibanding dengan masa tubuh,termoregulasi
belum sempuna

Tujuan : tidak terjadi hipotermia/hypertermia


Intervensi
1. Jaga temperatur ruang perawatan 25 C
Rasional : ruangan yang terlalu panas menyebabkan perpindahan panas
secara infeksi
2. Ukur suhu rektal terlebih dulu, kemudian suhu aksila setiap 2 jam/setiap
kali diperlukan
Rasional : deteksi dini dalam menentukan tindakan selanjutnya
3. Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir
Rasional : mencegah pengeluaran suhu lewat evaporasi.

3. Nutisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek menelan lemah akibat
prematuritas
Tujuan : Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan statusnya gizi bayi
Intervensi :
1. Awasi reflek menghisap bayi dan kemampuan menelan
Rasional : kemampuan menghisap dan menelan yang lemah dapat
menyebabkan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
2. Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
Rasional : mengetahui kebutuhan kalori yang dibutuhkan bayi.
3. Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam dengan kenaikan 30 cc/hari,
di pertahankan pada hari ke-7 sampai 1 bulan
Rasional : ASI mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh
4. Timbang bayi setiap hari,bandingkan berat badan dengan asupan kalori
yang diberikan.
Rasional : mengetahui perkembangan dan kemungkinan terjadinya
penurunan BB yang pathologis

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan


bayi terhadap sistem imun yang belum matang

Tujuan : tidak terjadi infeksi


Intervensi :
1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,letargi,apnea,malas minum,gelisah
dan ikterus.
Rasional : suhu tubuh meningkat dan nadi cepat mmerupakn awal
terjadinya infeksi
2. Kaji riwayat ibu,kondisi bayi selama kehamilan,dan epidemi infeksi
diruang perawatan
Rasional : mengetahui adanya riwayat infeksi selama kehamilan
3. Ambil sampel darah
Rasional : untuk sampel pemerisaan eritrosit,leukosit, diferensiasi,
imunoglobulin
4. Pantau ulang hasil peneletian eritrosit,luekosit, diferensiasi,imunoglobulin
Rasional : mengetahui terjadinya infeksi
5. Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan:cuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi
Rasional : mencegah berpindahnya mikroorganisme dari jari tangan ketubuh bayi

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang disebabkan


imaturitas,pengeluaran kulit atau paru

Tujuan : Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit


Intervensi
1. Awasi dan hitung kebutuhan cairan dan elektrolit,60 cc/kg BB/24 jam ,kenaikan 20 cc tiap
hari,dipertahankan pada hari ke-7
2. Pantau dan catat pengeluaran bayi tiap jam
3. Periksa berat jenis urine dan glikosuria
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang
tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh
Intervensi
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Ø Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Ø Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri: Ø Membantu dalam membedakan periode
Ø Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perputaran pernapasan normal dari
perhatikan adanya apnea dan perubahan serangan apnetik sejati, terutama sering
frekwensi jantung terjadi pad gestasi minggu ke-30
Ø Isap jalan napas sesuai kebutuhan Ø Menghilangkan mukus yang neyumbat
Ø Posisikanm bayi pada abdomen atau jalan napas
posisi telentang dengan gulungan popok Ø Posisi ini memudahkan pernapasan dan
dibawah bahu untuk menghasilkan menurunkan episode apnea, khususnya bila
hiperekstensi ditemukan adanya hipoksia, asidosis
Ø Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- metabolik atau hiperkapnea
obatan yang akan memperberat depresi Ø Magnesium sulfat dan narkotik
pernapasan pada bayi menekan pusat pernapasan dan aktifitas
Kolaborasi : SSP
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium Ø Hipoksia, asidosis netabolik,
sesuai indikasi hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia
Ø Berikan oksigen sesuai indikasi dan sepsis memperberat serangan apnetik
Ø Berikan obat-obatan yang sesuai Ø Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat meningkatkan funsi
pernapasan

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan


Kriteria hasil :
Ø Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Hipotermia membuat bayi cenderung
Ø Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal merasa stres karena dingin, penggunaan
pada awalnya, selanjutnya periksa suhu simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
aksila atau gunakan alat termostat dengan bila ada dan penurunan sensivitas untuk
dasar terbuka dan penyebar hangat. meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
Ø tempatkan bayi pada inkubator atau kadar O2.
dalam keadaan hangat Ø Mempertahankan lingkungan
Ø pantau sistem pengatur suhu , penyebar termonetral, membantu mencegah stres
hangat (pertahankan batas atas pada karena dingin
98,6°F, bergantung pada ukuran dan usia Ø Hipertermi dengan peningkatan laju
bayi) metabolisme kebutuhan oksigen dan
Ø kaji haluaran dan berat jenis urine glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
Ø pantau penambahan berat badan bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
berturut-turut. Bila penambahan berat Ø Penurunan keluaran dan peningkatan
badan tidak adekuat, tingkatkan suhu berat jenis urine dihubungkan dengan
lingkungan sesuai indikasi. penurunan perfusi ginjal selama periode
Ø Perhatikan perkembangan takikardia, stres karena rasa dingin
warna kemerahan, diaforesis, letargi, apnea Ø Ketidakadekuatan penambahan berat
atau aktifitas kejang. badan meskipun masukan kalori adekuat
dapat menandakan bahwa kalori digunakan
untuk mempertahankan suhu lingkungan
tubuh, sehingga memerlukan peningkatan
suhu lingkungan.
Ø Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi.
Ø Stres dingin meningkatkan kebutuhan
terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
mengakibatkan masalah asam basa bila
Kolaborasi : bayi mengalami metabolisme anaerobik
Ø pantau pemeriksaan laboratorium sesuai bila kadar oksigen yang cukup tidak
indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
dan kadar bilirubin) indirek dapat terjadi karena pelepasan
Ø berikan obat-obat sesuai dengan indikasi asam lemak dari meta bolisme lemak
· fenobarbital coklat dengan asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada pada bagian ikatan di
albumin.
Ø Membantu mencegah kejang berkenaan
dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan hipertermi
Ø Memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hiportemia dan hipertermia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Ø Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Ø Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Menentukan metode pemberian makan
Ø Kaji maturitas refleks berkenaan dengan yang tepat untuk bayi
pemberian makan (misalnya : mengisap, Ø Pemberian makan pertama bayi stabil
menelan, dan batuk) memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
Ø Auskultasi adanya bising usus, kaji jam setelah kelahiran. Bila distres
status fisik dan statuys pernapasan pernapasan ada cairan parenteral di
Ø Kaji berat badan dengan menimbang indikasikan dan cairan peroral harus
berat badan setiap hari, kemudian ditunda
dokumentasikan pada grafik pertumbuhan Ø Mengidentifikasikan adanya resiko
bayi derajat dan resiko terhadap pola
Ø Pantau masukan dan dan pengeluaran. pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan
Hitung konsumsi kalori dan elektrolit cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan
setiap hari 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah
Ø Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, mengalami penurunan berat badan dealam
turgor kulit, berat jenis urine, kondisi uterus atau mengalami penurunan
membran mukosa, fruktuasi berat badan. simpanan lemak/glikogen.
Ø Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea Ø Memberikan informasi tentang masukan
dan pernapasan tidak teratur, apnea, aktual dalam hubungannya dengan
letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. perkiraan kebutuhan untuk digunakan
Pemberian makan buruk, gugup, menangis, dalam penyesuaian diet.
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan Ø Peningkatan kebutuhan metabolik dari
aktifitas kejang. bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan
cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
Kolaborasi : mengakibatkan diuresi pada bayi.
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Pemberian cairan intravena mungkin
indikasi diperlukan untuk memenuhi peningkatan
· Glukosa serum kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati
· Nitrogen urea darah, kreatin, ditangani untuk menghindari kelebihan
osmolalitas serum/urine, elektrolit urine cairan
Ø Berikan suplemen elektrolit sesuai Ø Karena glukosa adalah sumber utama
indikasi misalnya kalsium glukonat 10% dari bahan bakar untuk otak, kekurangan
dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna
meningkatkan mobilitas mortalitas serta
efek berat yang lama bergantung pada
durasi masing-masing episode.
Kolaborasi :
Ø Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3
jam lahir bayi SGA saat cadangan glikogen
dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
Ø Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi.
Ø Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
untuk mempertashankan homeostasis.

4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Ø Suhu 36,5-37,5C
Ø Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ø Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Untuk mengetahui lebih dini adanya
Ø Kaji adanya tanda – tanda infeksi tanda-tanda terjadinya infeksi
Ø Lakukan isolasi bayi lain yang Ø Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi meminimalkan terjadinya infeksi yang
Ø Sebelum dan setelah menangani bayi, lebih luas
lakukan pencucian tangan Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi
Ø Yakinkan semua peralatan yang kontak Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan bayi bersih dan steril Ø Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
Ø Cegah personal yang mengalami infeksi berlanjut pada bayi
menular untuk tidak kontak langsung
dengan bayi.

5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Ø bebas dari tanda dehidrasi.
Ø Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Ø Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
Ø Bandingkan masukan dan pengeluaran sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira
urine setiap shift dan keseimbangan 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
kumulatif setiap periodik 24 jam meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari
Ø Pantau berat jenis urine setiap selesai pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
berkemih atau setiap 2-4 jam dengan darah untuk tes menyebabkan penurunan
menginspirasi urine dari popok bayi bila kadar Hb/Ht.
bayi tidak tahan dengan kantong Ø Meskipun imaturitas ginjal dan
penampung urine. ketidaknyamanan untuk
Ø Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, mengonsentrasikan urine biasanya
dan keadaan fontanel anterior. mengakibatkan berat jenis yang rendah
Ø Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan pada bayi preterm ( rentang normal1,006-
arterial rata-rata (TAR) 1,013). Kadar yang rendah menandakan
Kolaborasi : volume cairan berlebihan dan kadar lebih
Ø Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai besar dari 1,013 menandakan
dengan indikasi Ht ketidakmampuan masukan cairan dan
Ø Berikan infus parenteral dalam jumlah dehidrasi.
lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada Ø Kehialangan atau perpindahan cairan
PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), yang minimal dapat dengan cepat
atau entero coltis nekrotisan (NEC) menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor
Ø Berikan tranfusi darah. kulit yang buruk, membran mukosa kering,
dan fontanel cekung.
Ø Kehilangan 25% volume darah
mengakibatakan syok dengan TAR < 25
mmHg menandakan hipotensi.
Ø Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
normal 45-53% kalium serum
Ø Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.
Ø Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui
PDA dan telah membantu dalam
penurunan komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.
Ø Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.

6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi
sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan
dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Ø Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
Ø Kurangi rangsangan lingkungan Ø Respons stres, terutama peningkatan
Ø Organisasikan asuhan selama jamsibuk tekanan darah, dapat miningkatkan resiko
normal sebanyak mungkin peningkatan TIK
Ø Tutup dan buka kelambu dan lampu Ø Untuk meminimalkan gangguan tidur
tidur dan kebisingan intermiten yang sering
Ø Tutup inkubator dengan kain dan Ø Untuk memungkinkan jadwal siang dan
pasang tanda “jangan diganggu” malam
Ø Kaji dan tangani nyeri menggunakan Ø Untuk mengurangi cahaya dan tidak
metode farmakologis dan non- membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis Ø Nyeri meningkatkan tekanan darah
Ø Kenali tanda stres fisik dan stimulasi Ø Untuk segera memberi intervensi yang
berlebih memadai
Ø Hindari obat dan larutan hipertonis Ø Akan meningkatkan tekanan darah otak
Ø Pertahankan oksigenasi yang adekuat Ø Hipoksia akan meningkatkan aliran
Ø Hindari memutar kepala ke samping darah otak tekanan intrakranial
tiba-tiba Ø Akan mengurangi aliran arteri karotis
dan oksigenasi ke otak

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.


Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
Ø Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
Ø Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal
Intervensi Rasional
Ø Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri Ø Beberapa upaya (misalnya menggosok)
non farmakologis dapat meningkatkan distres bayi prematur
Ø Dorong orang tua untuk memberikan Ø Sebagai orang tua bayi, kenyamanan
upaya kenyamanan bila mungkin lebih efektif diberikan langsung oleh orang
Ø Tunjukkan sikap sensitif dan kasih tua kepada bayinya
sayang pada bayi Ø Seorang bayi sangat membutuhkan
kasih sayang, khususnya dari orang tua

8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan


kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi Rasional
Ø Berikan nutrisi yang maksimal Ø Untuk menjamin penambahan berat
Ø Berikan periode istrahat yang teratur badan dan pertunbuhan otak yang tetap
tanpa gangguan Ø Untuk mengurangi panggunaan O2 dan
Ø Kenali tanda stimulus yang berlebihan kalori yang tidak perlu
(terkejut, menguap, aversi aktif, menangis) Ø Untuk membiarkan istirahat bayi
Ø Tingkatkan interaksi orang tua-bayi denagn tenang
Ø Sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal

9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban


kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Ø Kulit tetap bersih dan utuh
Ø Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
Ø Observasi tekstur dan warna kulit. Ø Untuk mengetahui adanya kelainan pada
Ø Jaga kebersihan kulit bayi. kulit secara dini
Ø Ganti pakaian setiap basah. Ø Meminimalkan kontak kulit bayi dengan
Ø Jaga kebersihan tempat tidur. zat-zat yang dapat merusak kulit pada bayi
Ø Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Ø Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
Ø Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Ø Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis
serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi Rasional
Ø Kaji tingkat pemahaman klien berikan Ø Belajar tergantung pada emosi dan
instruksi /informasi pada klien maupun kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan
keluarga tentang penyakitnya, baik tertulis individu
atau lisan. Ø Menurunkan ansietas dan dapat
Ø Jelaskan proses penyakit individu. menimbulkan perbaikan partisipasi pada
Dorong orang terdekat menanyakan rencana pengobatan.
pertanyaan Ø Meningkatkan kerjasama dalam program
Ø Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, pengobatan dan mencegah penghentian
tujuan pengobatan dan alasan tentang obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
pemberian obat kepeda keluarga Ø Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
Ø Kaji potensial efek samping pengobatan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan
kerjasam dalam program
ASKEP
HIPERBILIRUBIN/
ICTERUS
NEONATORUM
Diagnosa
1. Kekuranagn volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, diare
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, hilang nafsu makan,
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
4. Resiko trauma berhubungan dengan efek fototerapi
5. Anisetas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi
6. Gangguan pelekatan berhubungan dengan perpisahan
7. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistem imun
8. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan warna kulit tidak normal
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

o Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil Perencanaan/ Intervensi


Keperawatan
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan1. Pantau warna, jumlah, dan
cairan berhubungan tindakan asuhan frekuensi kehilangan cairan
dengan tidak keperawatan selama 22. Observasi khususnya terhadap
adekuatnya intake x 24 jam, cairan tubuh pemberian cairan yang tinggi
cairan, diare anak adekuat dengan elektolit (diare)
kriteria hasil: 3. Identifikasi faktor-faktor yang
1. Keseimbangan air berkontribusi terhadap buruknya
dalam kompartemen dehidrasi
intrasel dan ekstrasel4. Pantau status hidrasi (kelembabam
tubuh (keseimbangan membran mukosa, kekuatan nadi,
cairan) tekanan darah osmotik)
2. Keseimbangan 5. Tentukan jumlah cairan yang
elektrolit dan non masuk selama 24 jam
elektrolit dalam
kompartemen intrasel
dan ekstrasel.
3. Jumlah air dalam
kompartemen intrasel
dan ekstrasel yang
adekuat.
2 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan1. Anjurkan ibu untuk memberikan
kebutuhan tubuh tindakan asuhan ASI atau formula dengan perlahan
berhubungan dengan keperawatan selama selama 10 menit dengan perlahan
mual, muntah, hilang 2 x 24 jam, asupan2. Identifikasi faktor pencetus mual
nafsu makan, kalori dan status gizi dan muntah
bayi mengalami3. Ajarkan keluarga tentang
peningkatan dengan makanan bergizi yang dan tidak
kriteria hasil : mahal
1. Keinginan untuk4. Beri makan sesering mungkin
makan ketika menjalani sesuai indikasi berdasarkan berat
pengobatan. badan dan perkiraan kapasitas
2. Keadekuatan pola lambung
asupan zat gizi.
3. Tingkat kesesuaian
berat badan, otot,
lemak dengan tinggi
badan, rangka tubuh,
jenis kelamin, dan usia
3. Resiko kerusakan Setelah dilakukan1. Pantau warna kulit dan suhu
integritas kulit tindakan asuhan ssetiap 8 jam
berhubungan dengan keperawatan selama 32. Bersihkan kulit saat terkena
perubahan x 24 jam, integritas kotoran
pigmentasi kulit dapat3. Minimalkan pajanan kulit
dipertahankan dengan terhadap kelembaban.
kriteria hasil:
1. Memiliki warna kulit
normal
2. Memiliki suhu tubuh
normal
3. Tidak mengalami nyeri
ekstermitas
4. Mengkonsumsi
makanan
secara adekuat untuk
meningkatkan
intergritas kulit.
4. Resiko trauma Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
berhubungan tindakan asuhan pasien berdasarkan tingkat fungsi
denganefek keperawatan selama 2 fisik, dan kognitif
fototerapi x 24 jam Bayi akan 2. Tempatkan neonatus pada jarak 45
berkembang tanpa cm dari sumber cahaya
disertai tanda-tanda 3. Biarkan neonatus dalam keadaan
gangguan akibat dari telanjang kecuali mata, daerah
fototerapi dengan pantat, dan alat genetalia ditutup
kriteria hasil: dengan kain yang dapat
1. Ketebalan dtruktur dan memantulkan cahaya
fungsi fisiologis normal4. Matikan lampu, buka tutup mata
kulit dan membran tiap 8 jam.
mukosa. 5. Lakukan pemeriksaan
terapi secara teratur
6. Buka penutup mata setiap akan
diberi susu
7. Ajak bicara, interaksi orang tua,
beri sentuhan pada bayi selama
perawatan

5. Anisetas Seteklah dilakukan 1. Evaluasi tingkat ansietas, catat


berhubungan dengan tindakan keperawatan nonverbal dan verbal
kebutuhan yang 1x 24jam Orang tua 2. Dorong keluarga mengungkapkan
tidak terpenuhi mengerti tentang perasaanya
perawatan dapat 3. Identifikasi persepsi pasien/
mengidentifikasi keluarga tentang situasi
gejala-gejala untuk 4. Evaluasi mekanisme koping yang
menyampaikannya digunakan
pada tim kesehatan; 5. Berikan informasi penyakit dan
memberikan respon antisipasi tindakan
yang kooperatif; 6. Berikan pendidikan tentang
keluarga tampak pentingnya perawatan dan
tenang. pengobatan, penjelasan tentang
pelayanan kesehatan yang harus
dihubungi, beri pendidikan
keshatan tentang perawatan bayi
dirumah.
7. Berikan reinforcement positif dan
motivasi pada keluarga

6. Gangguan pelekatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi kesiapan orang tua


berhubhungan intervensi keperawatan untuk belajar mengenai perawatan
dengan perpisahan selama 1x 24jam Orang bayi.
tua mengerti 2. Kaji kemampuan orang tua untuk
tentang tujuan terapi, mengenali kebutuhan fisiologis
cara perawatan, dapat bayi
mengungkapkan 3. Kaji faktor yang dapat
perasaannya sebagai menyebabkan munculnya masalah
orangtua perlekatan
4. Bantu orang tua untuk
bepartisipasi dalam perawatan bayi
5. Dorong orangtua untuk untuk
menyentuh dan berbicara dengan
bayi baru lahir.
7. Resiko infeksi Setelah dilakukan1. Pantau tanda dan gejala infeksi.
berhubungan dengan tindakan asuhan2. Kaji faktor yang dapat
penekanan sistem keperawatan selama 3 meningkatkan kerentanan terhadap
imun x 24 jam, resiko infeksi infeksi.
tidak terjadi dengan3. Anjurkan keluarga menjaga
kriteria hasil : kebrsihan (cuci tangan) sebelum
1. Terbebas dari tanda berinteraksi dengan bayi
dan gejala infeksi 4. Jelaskan rasional dan manfaat
2. Mengindikasikan serta efek samping imunisasi
status imun dalam
batas normal
8. Resiko gangguan Setelah dilakukan1. Kaji suara paru, frekuensi napas,
pertukaran gas tindakan asuhan kedalaman dan usaha napas.
berhubungan dengan keperawatan selama 22. Pantau saturasi oksigen
warna kulit tidak x 24 jam, pertukaran3. Observasi terhadap sianosis.
normal gas kembali adekuat 4. Jelaskan pengguanaan alat bantu
yang diperlukan kepada keluarga
5. Atur posisi untuk memaksimalkan
potensi ventilasi

9. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan1. Kaji pengetahuan keluarga beri


berhubungan dengan intervensi 1x 24jam pendidikan kesehatan tentang
kurangnya informasi keluarga mengerti penyebab dari ikhterus beserta
tentang perjalanan tanda gejalanya tanda-tandany.,
penyakit dan maksud 2. Beri pengetahuan
dari therapi ditandai tentang pentingnya perawatan dan
dengan pemahaman pengobatan,
keluarga yang baik dan3. Beri pengetahuan tentang terapi
terjadi yang diberikan pada bayi
perubahan perilaku 4. Berikan penjelasan tentang
pelayanan kesehatan yang harus
dihubungi ketika pada situasi
tertentu.
5. Beri pendidikan kesehatan tentang
perawatan bayi dirumah.
6. Beri pengetahuan tentang
petingnya menjaga kebersihan di
rumah dan pemenuhan nutrisi yang
optimal bagi bayi
7. Beri pengetahuan tentang
pentingnya menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan
bayi
ASKEP RDS
Diagnosa keperawatan dari RDS
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada atau kurangnya
jumlah cairan surfaktan.
2) Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau pemasangan intubasi
trakea yang kurang tepat dan adanya secret pada jalan napas.
3) Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan ventilator, dan
posisi bantuan bentilator yang kurang tepat.
4) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa disadari
(IWL).
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
motilitas gastrik menurun, dan penyerapan.

INTERVENSI

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan dinding dada atau
kurangnya jumlah cairan surfaktan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif.
Kriteria hasil:
a) Jalan nafas bersih
b) Frekuensi jantung 100-140 x/menit
c) Pernapasan 40-60 x/menit
d) Takipneu atau apneu tidak ada
e) Sianosis tidak
Intervensi:
a) Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada posisi telentang dengan leher
sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatap dalam posisi ’mengendus’.
Rasional: untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.
b) Hindari hiperekstensi leher.
Rasional: karena akan mengurangi diameter trakea.
c) Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan, kenali tanda-tanda distres
misalnya: mengorok, pernafasan cuping hidung, apnea.
Rasional: memastikan posisi sesuai dengan yang diinginkan dan mencegah terjadinya distres
pernafasan.
d) Lakukan penghisapan mukus.
Rasional: menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaring, trakea, dan selang
endotrakeal.
e) Penghisapan selang endotrakeal sebelum pemberian surfaktan.
Rasional: memastikan bahwa jalan napas bersih.
f) Hindari penghisapan sedikitnya 1 jam setelah pemberian surfaktan.
Rasional: meningkatkan absorpsi ke dalam alvelolar.
g) Observasi peningkatan pengembangan dada setelah pemberian surfaktan.
Rasional: menilai fungsi pemberian surfaktan.
h) Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi puncak dan oksigen.
Rasional: mencegah hipoksemia dan distensi paru yang berlebihan
.
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
nafas ditandai dengan: dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk
dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi (-
).
Kriteria hasil:
a) Pasien bebas dari dispneu
b) Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
c) Memperlihatkan tingkah laku dan mempertahankan jalan nafas.
Intervensi:
a) Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya.
Rasional: Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha dalam
bernafas.
b) Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitu.
Rasional: Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan
dapat meningkatkan fremitus.
c) Catat karakteristik dari suara nafas.
Rasional: Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan
juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas.
d) Catat karakteristik dari batuk
Rasional: Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari
jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal dan purulent.
e) Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu.
Rasional: Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten.
f) Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada
indikasi.
Rasional: Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis
dan infeksi paru.
g) Peningkatan oral intake jika memungkinkan.
Rasional: Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum Kolaboratif.
h) Berikan oksigen, cairan IV; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi.
Rasional: Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen.
i) Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi.
Rasional: Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret.
j) Berikan fisiotherapi dada misalnya: postural drainase, perkusi dada/ vibrasi jika ada indikasi.
Rasional: Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot
pernafasan.
k) Berikan bronchodilator misalnya: aminofilin, albuteal dan mukolitik.
Rasional: Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan
meningkatkan ventilasi.

3) Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan nafas bayi dan
ventilator, tidak berfungsinya ventilator dan posisi bantuan ventilator yang kurang tepat.
Tujuan: Pola nafas efektif
Kriteria Hasil: Mempertahankan pola pematasan efektif.
a) Irama nafas, kedalaman nafas normal.
b) Oksigenasi adekuat.
Intervensi:
a) Analisa Monitor serial gas darah sesuai program.
Rasional: Mempertahankan gas darah optimal dan mengetahui perjalanan penyakit.
b) Gunakan alat bantu nafas sesuai intruksi.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas.
c) Pantau ventilator setiap jam
Rasional: Mencegah turunnya konsentrasi mekanik dan kemungkinan terjadinya komplikasi.
d) Berikan lingkungan yang kondusif
Rasional: Supaya bayi dapat tidur dan memberikan rasa nyaman.
e) Auskultasi irama jantung, suara nafas dan lapor adanya penyimpangan.
Rasional: Mendeteksi dan mencegah adanya komplikasi.

4) Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa
disadari.
Tujuan: mempertahankan cairan dan elektrolit
Kriteria Hasil:
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Intervensi:
a) Pertahankan cairan infus 60- 10 ml /kg/hari atau sesuai protokol yang ada.
Rasional: Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah ketidakseimbangan.
b) Tingkatkan cairan infus 10 ml/ kg, tergantung dari urin output, penggunaan pemanas dan jumlah
fendings.
Rasional: mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien, penggunaan pemanas tubuh
akan meningkatkan kebutuhan cairan.

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


menelan, motilitas gerak menurun dan penyarapan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
a) Mencapai status nutrisi normal dengan berat hadan yang sesuai.
b) Mencapai kadar gula darah normal.
c) Mencapai keseimbangan intake dan output.
d) Bebas dari adanya komplikasi Gl.
e) Lingkar perut stabil.
f) Pola eliminasi nonnal
Intervensi:
a) Timbang helat badan tiap hari.
Rasional: Mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan berat badan.
b) Berikan glukosa 5-10% banyaknya sesuai umur dan berat badan.
Rasional: Diperlukan keseimbangan cairan dan kehutuhan kalori secara parsiasif.
c) Monitor adanya hipoglikemi.
Rasional: Masukkan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.
d) Monitor adanya komplikasi GI:
(1) Disstres
(2) Konstipasi / diare.
(3) Frekwensi muntah
Rasional: Mempertahankan nutrisi cukup energi dan keseimbangan intake dan output.

Diagnose keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan
dan ketidakstabilan alveolar)
2) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
4) Resiko infeksi

Rencana Keperawatan
No Diagnose Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Kerusakan Setelah dilakukan Monitor Respirasi (3350) :
pertukaran gas b.d asuhan keperawatan
1. Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha
perubahan mem- selama 5x 24 jam, untuk bernafas.
bran kapiler- pertukaran gas pasien
2. Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan,
alveoli menjadi efektif, penggunaan otot bantu dan retraksi dinding
dengan kriteria : dada.
Batasan 3. Monitor suara nafas, saturasi oksigen, sianosis
karakteristik : Status Respirasi 4.: Monitor kelemahan otot diafragma
- Takikardia Ventilasi (0403) : 5. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk
- Hiperkapnea - Pasien menunjukkan
6. Catat hasil foto rontgen
- Iritabilitas peningkatan ventilasai
- Dispnea dan oksigenasi Terapi Oksigen (3320) :
- Sianosis adequat berdasarkan
1. Kelola humidifikasi oksigen sesuai peralatan
- Hipoksemia nilai AGD sesuai
2. Siapkan peralatan oksigenasi
- Hiperkarbia parameter normel
3. Kelola O2 sesuai indikasi
- Abnormal frek, pasien 4. Monitor terapi O2 dan observasi tanda
irama, kedalaman
- Menunjukkan fungsi keracunan O2
nafas paru yang normal dan
- Nafas cuping bebas dari tanda- Manajemen Jalan Nafas (3140) :
hidung tanda distres
1. Bersihkan saluran nafas dan pastikan airway
pernafasan paten
2. Monitor perilaku dan status mental pasien,
kelemahan , agitasi dan konfusi
3. Posisikan klien dgn elevasi tempat tidur
4. Bila klien mengalami unilateral penyakit paru,
berikan posisi semi fowlers dengan posisi
lateral 10-15 derajat / sesuai tole-ransi
5. Monitor efek sedasi dan analgetik pada pola
nafas klien

Manajemen Asam Basa (1910) :


1. Kelola pemeriksaan laboratorium
2. Monitor nilai AGD dan saturasi
oksigen dalam batas normal

2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (3140) :


efektif b.d tindakan keperawatan
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher
imaturitas selama …..x 24 jam ektensi jika memungkinkan.
(defisiensi diharapkan pola nafas
2. Posisikan klien untuk memaksimalkan
surfaktan dan efektif denga kriteria ventilasi dan mengurangi dispnea
ketidak-stabilan hasil : 3. Auskultasi suara nafas
alveolar). 4. Monitor respirasi dan status oksigen
Status Respirasi :
Batasan Ventilasi (0403) : Monitor Respirasi (3350) :
karakteristik : - Pernapasan 1.
pasien Monitoring kecepatan, irama, kedalaman dan
- Bernafas 30-60X/menit. upaya nafas.
mengguna-kan - 2.
Pengembangan dada Monitor pergerakan, kesimetrisan dada,
otot pernafasan simetris. retraksi dada dan alat bantu pernafasan
tambahan 3. Monitor adanya cuping hidung
- Irama pernapasan
- Dispnea 4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea,
teratur
- Nafas pendek hiperventilasi, respirasi kusmaul, apnea
- Tidak adaretraksi
- Pernafasan rata- 5. Monitor adanya lelemahan otot diafragma
dada saat bernapas
rata < 25 atau > 6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan
- Inspirasi dalam tidak
60 kali permenit dan ketidak adanya ventilasi dan bunyi nafas
ditemukan
- Saat bernapas tidak
memakai otot napas
tambahan
- Bernapas mudah
- Tidak ada suara
napas tambahan

3 Hipotermia b.d Setelah dilakukan Pengobatan Hipotermi (3800) :


berada di tindakan keperawatan
1. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke
lingkungan yang selama …..x 24 jam dalam lingkungan / tempat yang hangat
dingin hipotermia tidak (didalam inkubator atau lampu sorot)
terjadi dengan kriteria
2. Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan
Batasan : basah dengan pakaian yang hangat dan kering,
karakteristik : berikan selimut.
- Penurunan suhu Termoregulasi 3. Monitor gejala dari hopotermia : fatigue,
tu-buh di bawah Neonatus (0801) : lemah, apatis, perubahan warna kulit
ren-tang normal - Suhu axila 36-37˚C 4. Monitor status pernafasan
- Pucat - RR : 30-60 X/menit 5. Monitor intake dan output
- Menggigil - Warna kulit merah
- Kulit dingin muda
- Dasar kuku
- Tidak ada distress
sianosis
respirasi
- Ppengisian
- Tidak menggigil
kapiler lambat
- Bayi tidak gelisah
- Bayi tidak letargi
12

Anda mungkin juga menyukai