25. Orang tua pasien kemudian minta surat rujukan ke rumah sakit dan mengancam dokter akan
dituntut jika anaknya tidak tertolong
26. Dokter Fulan terdiam dan memberi surat rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada dokter
obsgyn
27. Sampai rumah sakit pasien diperiksa di poli umum dan kemudian dirujuk ke dokter obsgyn dan
oleh dokter obsgyn diminta mondok untuk memperbaiki kondisi pasien dan untuk dilakukan
pemeriksaan lainnya
28. Dari dokter obsgyn orang tua pasien tahu kalau anaknya mengalami keguguran dan harus
dilakukan kuretase.
SOAL
1. Terangkan aspek etika yang berkembang dari tindakan dokter pada kasus tersebut
a. Pada kalimat mana kaidah dasar bioetik (KDB) benificent terdapat
b. Pada kalimat mana kaidah dasar bioetik/ KDB non malificent terdapat
c. Pada kalimat mana kaidah dasar bioetik/KDB autonom terdapat
d. Pada kalimat mana kaidah dasar bioetik/KDB justice terdapat
e. Terdapat konsep primafacie dari KDB apa ke KDB apa saja dalam kasus tersebut
3. Setujukah anda jika pada kasus tersebut dilakukan saja tindakan terminasi kehamilan karena
pasien masih berumur 15 tahun dan menstruasi baru terlambat 2 minggu. Terangkan jawaban
anda dari :
a. Aspek etika
b. Aspek hukum
NAMA : SUNU RACHMAT WASLAN
PRODI : ILMU KESEHATAN ANAK
JAWABAN :
1. a. Kaidah dasar bioetik/KDB beneficence pada kasus tersebut terdapat pada kalimat nomor
26.
Alasan : salah satu kriteria KDB beneficence adalah : Menjamin nilai pokok harkat dan
martabat manusia, mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya, paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang, Maksimalisasi
pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien, minimalisasi akibat buruk, kewajiban
menolong pasien gawat-darurat, menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
Pada kalimat no 26 tersebut dokter menyadari betul untuk melakukan penjaminan harkat
dan martabat pasien dalam usaha dokter yang wajib menolong pasien gawat darurat untuk
mencapai manfaat yang lebih banyak sebagai bentuk tanggung jawab dan rasa kasih sayang
kepada pasien yang akhirnya adalah pemuasan pada kebahagiaan pasien dan minimalisasi
akibat buruk.
b.Kaidah dasar bioetik/KDB non maleficence pada kasus tersebut terdapat pada kalimat
nomor 26, 27 dan 28.
Alasan : dalam salah satu kriteria KDB non maleficence disebutkan menolong pasien
emergensi, belum sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut , tindakan tenaga
kesehatan tadi terbukti efektif dan manfaat bagi pasien lebih besar.
Dalam kalimat tersebut dokter memberi surat rujukan kepada dokter obsgyn (kalimat no26)
, dokter yang lebih kompeten menangani kasus ini. Kemudian dokter obsgyn meminta
pasien mondok untuk perbaikan kondisi dan dilakukan pemeriksaan lain (kalimat no27) dan
dokter obsgyn putuskan untuk dilakukan kuretase (kalimat no 28), sebagai tindakan
menolong jiwa dari ancaman kematian
c. Kaidah dasar bioetik/KDB autonomi pada kasus tersebut terdapat pada kalimat nomor 6,
15, 17,dan 24.
Alasan : Salah satu kriteria KDB autonomi adalah : menghargai hak menentukan nasib
sendiri, menghargai martabat pasien, menjaga rahasia pasien, menghargai rasionalitas
pasien, melaksanakan informed consent .
Dokter menerima pasien yang masih berumur 15 tahun walaupun datang sendiri (kalimat
no 6). Dokter meminta ijin pasien untuk memeriksa pasien (kalimat no15). Dokter memberi
saran agar pasien datang lagi bersama orangtuanya (17) . Dokter menjaga kerahasiaan
pasien dengan tidak memberitahu keadaan sesungguhnya pada orangtuanya walaupun
pasien masih berumur 15 tahun( kalimat no 24)
d. Kaidah dasar bioetik/KDB justice pada kasus tersebut terdapat pada kalimat nomor 6, 26.
Alasan : salah satu kriteria KDB justice adalah : Memberlakukan segala sesuatu secara
universal, , memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama,
menghargai hak sehat pasien, menghargai hak hukum pasien, menghargai hak orang lain,
NAMA : SUNU RACHMAT WASLAN
PRODI : ILMU KESEHATAN ANAK
mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten ,t idak
membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll
Dokter tidak membeda-bedakan pasien dalam haknya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dan hak sehat pasien walaupun pasien berumur 15 tahun dan datang sendiri
(kalimat no 6). Dan kemudian dokter memberi surat rujukan dalam usahanya untuk
memberi kesempatan yang sama dan mengembalikan hak pasien pada saat yang tepat dan
merupakan perlakukan yang bersifat universal (kalimat no26)
e. Pemilihan KDB yang sesuai merupakan dasar cara pengambilan keputusan etik,
berubahnya pemilihan KDB merupakan strategi yang disebut ‘teknik PRIMA FACIE’, hal mana
perubahan pilihan KDB terjadi karena sudah adanya perubahan kondisi (holistik) dari pasien.
Jadi pada kasus tersebut terjadi prima facie atau perubahan pemilihan KDB dari KDB
autonomi dan justice ke KDB non maleficence dan beneficence karena prinsip kegawat
daruratan perdarahan pervaginam yang apabila tidak dilakukan tindakan medis yang tepat
akan dapat mengancam jiwa pasien.
2. a. Kontrak terapetik terjadi dimulai dari pihak pasien pada kalimat 6 , 7, 8 yang menunjukan
pasien datang dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dan menyatakan keluhannya yang
secara eksplisit menandakan memberikan hak kepada dokter untuk melakukan pelayanan
kesehatan pada pasien. Kemudian hak itu diterima dokter sebagai pihak kedua ( pemberi
pelayanan kesehatan) terlihat pada kalimat nomor 9. Dimana dokter setuju untuk memberi
pelayanan kepada pasien dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dan
terjadilah interaksi antara dokter dan pasien seperti ditunjukan pada kalimat nomor 10 dan
11. Ada 4 syarat untuk terjadinya kontrak terapetik : saling setuju, cakap, hal tertentu dan
hal halal. Oleh karena perjanjian medis mempunyai sifat khusus maka tidak semua
ketentuan hukum perdata di atas dapat diterapkan. Sehingga walaupun pada kasus ini
pasien baru berumur 15 tahun yang dipandang dari sisi hukum normatif belum dewasa,
tetapi dari sisi hukum syariat/agama pasien ini sudah mengalami menstruasi yang artinya
adalah sudah mendapat beban hukum maka sudah dapat dikatakan dewasa dari umur
biologisnya.
b. Inform consent dimulai sejak pasien datang ke praktek dokter (kalimat nomor 6), dan
terjadi saling setuju dan dimulai dari dokter melakukan anamnesa dan mendapatkan
informasi ( interaksi yang terlihat pada kalimat nomor 7,8, 9, 10 dan 11), dokter minta ijin
untuk dilakukan pemeriksaan(kalimat nomor 15) hingga kemudian pasien diberi resep
(kalimat nomor 16) dan kemudian mendapat advice (pada kalimat nomor 17)
Inform refusal terjadi pada kalimat nomor 13 dimana dokter menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan urin namun pasien menolak dan minta diberi obat saja.
c. Analisa adanya malpraktek dari adanya 4 D (Duty, Derilection of duty, Damage, Direct
causation)
NAMA : SUNU RACHMAT WASLAN
PRODI : ILMU KESEHATAN ANAK
d. Ada 4 syarat untuk terjadinya kontrak terapetik : saling setuju, cakap, hal tertentu dan
hal halal. Walaupun pada kasus ini pasien baru berumur 15 tahun yang dipandang dari
sisi hukum normatif belum dewasa, tetapi dari sisi hukum positif lainnya yaitu hukum
agama/syariat pasien ini sudah mengalami menstruasi yang artinya adalah sudah
mendapat beban hukum maka sudah dapat dikatakan dewasa dari umur biologisnya
walaupun umur kronologisnya baru 15 tahun. Juga terjadi kesepakatan saling setuju
antara 2 pihak tidak ada paksaan maupun penipuan didalam interaksi ke 2 belah pihak
tersebut dan halal dari sisi hukum karena tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh
hukum seperti aborsi dll. Maka dari konsep kontrak terapetik tidak terjadi tindakan
malpraktek
pengguguran terutama dirumuskan dalam “Pernyataan Oslo” pada tahun 1970, yang
terutama menyoroti hal pengguguran berdasarkan indikasi medis.
Pada kasus ini diawal kedatangan pasien belum ada tanda-tanda bahaya yang
mengancam jiwa sehingga secara etik tidak dibenarkan untuk melakukan terminasi
kehamilan di sini. Alasan :Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup insani (KODEKI pasal 10).
Ketika pasien datang ke 2 kalinya dengan orangtuanya terdapat tanda-tanda yang
mengancam jiwa berupa perdarahan yang masih berlangsung disertai pucat dan
lemah di sini indikasi medis dapat sebagai alasan untuk melakukan terminasi
kehamilan. Alasan : Penjelasan Pasal 7c KODEKI : Abortus Provokatus dapat
dibenarkan dalam tindakan pengobatan/medis.
b. Aspek Hukum
Republik Indonesia yang berdasarkan hukum telah membuat hukum yang mengatur
aborsi, dalam KUHP dan UU Kesehatan. KUHP menyatakan segala macam bentuk aborsi
dilarang, bahkan dengan tujuan menyelamatkan nyawa Ibu. Sementara UU Kesehatan
no.23 tahun 1992 menyatakan pembolehan aborsi apabila nyawa Ibu dapat terancam
apabila kehamilan diteruskan lebih lanjut, sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medik tertentu dan ini dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian, dengan persetujuan ibu hamil yang
bersangkutan atau suami atau keluarganya dan dilakukan pada sarana kesehatan
tertentu.
Maka dari kasus tersebut tidak dibenarkan untuk melakukan aborsi dengan alasan
apapun sepanjang alasan medis yang mengancam jiwa belum terjadi atau dengan
kata lain abortus terapetik belum dapat diusulkan.