Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian ibu yaitu terjadinya eklampsia
dalam persalinan, eklampsia diawali dengan pre-eklampsia pada
kehamilan lanjut terutama pada trimester III. Kehamilan dengan pre-
eklampsia adalah keadaan dimana hipertensi dengan protein urine, edema
atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah 20 minggu atau
kadang timbul lebih awal. Meskipun secara tradisional diagnosis pre-
eklampsia memerlukan adanya hipertensi karena kehamilan disertai
protein urine atau edema, ada yang mengatakan bahwa edema pada tangan
dan muka sangat sering ditemukan pada wanita hamil sehingga diagnosa
pre-eklampsia tidak dapat disingkirkan dengan tidak adanya edema.
Insiden pre-eklampsia pada wanita dengan hipertensi kronik bervariasi
karena belum ada definisi yang pasti.
Karena dampak pre-eklampsia ringan sangat signifikan untuk itu
ibu harus mampu mengenali dan mengobati pre-eklampsia ringan agar
tidak berlanjut pada pre-eklampsia berat lalu ke eklamsi, pemeriksaan
antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, serta melakukan diet
makanan tinggi protein, karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Untuk itu dalam mengurangi kejadian dan menurunkan angka kejadian
pre-eklampsia ringan dapat menyebabkan kematian. Mengingat kejadian
komplikasi pada ibu dan BBL sebagian besar terjadi pada masa sekitar
persalinan, pemeriksaan kesehatan saat hamil dan kehadiran tenaga
kesehatan yang terampil pada masa kehamilan menjadi sangat penting.
Pengetahuan masyarakat tentang gejala komplikasi dan tindakan cepat
untuk segera meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi
kunci utama dalam menurunkan AKI dan AKB.
Secara umum tingginya kematian ibu dan bayi berkaitan erat
dengan 3 terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan

1
mengambil keputusan, terlambat sampai ke fasilitas kesehatan serta
terlambat mendpatkan pelayanan yang optimal (Depkes : 2004 : 24).
Untuk mengetahui permasalahan tersebut di perlukan upaya bagi seluruh
pihak yang mau bersama-sama menyelamatkan ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Pre-eklampsia !
2. Sebutkan etiologi Pre-eklampsia !
3. Sebutkan patofisiologi Pre-eklampsia !
4. Sebutkan manifestasi klinis Pre-eklampsia!
5. Sebutkan komplikasi Pre-eklampsia !
6. Jelaskan pencegahan Pre-eklampsia !
7. Sebutkan pemeriksaan diagnostiknya !

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pre-eklampsia.
2. Menjelaskan etiologi pre-eklampsia.
3. Menjelaskan patofisiologi pre-eklampsia.
4. Menjelaskan manifestasi klinis pre-eklampsia.
5. Menjelaskan komplikasi pre-eklampsia.
6. Menjelaskan pencegahan pre-eklampsia.
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostiknya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan postpartum (ilmu kebidanan, sarwono
prawirohardjo, 2008, 542)
Pre-eklampsia adalah gangguan multisistem yang bersifat
spesifik terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit
ini merupakan penyakit plasenta karena juga terjadi pada kehamilan
dimana terdapat trofoblas tapi tidak ada jaringan janin (kehamilan
mola komplet). (obstetri dan ginekologi, errol norwits, 2007, 88)
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri,
2007).
Pre-eklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel,
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria
(Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Pre-eklampsia
terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul
kapan saja pertengahan kehamilan. Pre-eklampsia dapat berkembang
dari Pre-eklampsia yang ringan sampai Pre-eklampsia yang berat
(geogre, 2007).
2. Pengertian Pre-eklampsia Berat
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai protinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. (Sujiyatini dkk, 2009)

3
Pre-eklampsia berat adalah pre-eklampsia yang ditandai
tekanan sistolik 160 atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 pada
pemeriksaan invalitatif, oliguria air kencing 400 ml atau kurang dalam
24 jam, keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrum, edema paru-paru atau sianosis. (Maryunani, 2009)

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori
yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Di Indonesia, setelah perdarahan
dan infeksi pre-eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan
sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-
eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsi, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
Penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre-eklampsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases
of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.

4
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsia/eklampsia.
d. Peran faktor genetik.
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsia/
eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita pre-
eklampsia/eklampsia.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsia/eklampsia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsia/eklampsia.

C. Patofisiologi
Pada pre-eklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
troboplastik yaitu akibat dari hiperoksidase lemak dan pelepasan rennin
uterus. Bahan troboplastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi agegrasi trombosit
deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasopasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Rennin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai
organ hati dan bersama sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensi II. Angiotensin II bersama tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasopasme. Vasopasme menyebabkan
lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan
lumen hanya bisa dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan
meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi.

5
Selain menyebabkan vasopasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasopasme bersama
dengan koagulasi intravascular akan menyebabkan gangguan perfusi darah
dan gangguan multiorgan. Gangguan multiorgan terjadi pada organ-organ
tubuh diantaranya otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta.
Pada otak akan menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan
terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnose keperawatan risiko
cedera.
Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah
dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan
terjadinya perdarahan, sedangkan sela darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan
cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema
paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan
reabsorbsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selain itu, vasopasme arteriol pada
ginjal akan menyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap
protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan
peningkatan reabsorbsi oleh tubulus sehingga menyebabkan dieresis
menurun sehingga menyebabkan oliguri dan anuri. Oliguri dan anuri akan
memunculkan diagnose keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak
protein lolos dari filtrasi glomerulus dan menyebabkan proteinuria.

6
Hipertensi akan merangsang medulla oblongata dan system saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstremitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
sehingga HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual
dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnose keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada ekstremitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan
ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan
asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang
diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah, sehingga
muncul diagnose keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi
akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan
memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. (Bothamley
dkk, 2013)

D. Manifestasi Klinis
Pre-eklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala
berikut :
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada
pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria, urine 400 ml/24 jam atau kurang
d. Edema paru-paru, sianosis
e. Tanda dan gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah
penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada
funduskopi, nyeri epigastrum, mual atau muntah serta emosi mudah
marah
f. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis Liver Enzim Low Platelet
Count). (Lauren ; 2012)

7
E. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan pre-eklampsia : abrupsio placenta,
keterbatasan pertumbuhan intrauteri, sindrom HELP (Haemolysis,
Elevated Liver enzymes, Low Platelet count), koagulasi intravaskuler
diseminata, gagal ginjal, kelahiran premature, kegagalan multiorgan,
eklampsia, dan kematian. (Elizabeth, 2011)

F. Pencegahan pre-eklampsia
1. Hindari stres, karena stres dapat mengacaukan metabolisme tubuh,
menurunkan sistem imune dan bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
2. Perbanyak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, brokoli, wortel,
kacang-kacangan dan juga buah-buahan.
3. Minum air putih sebanyak 8 gelas/hari
4. Hindari minum susu, kafein, soft drink dan junk food.
5. Ganti garam meja dengan garam laut.
6. Mengkonsumsi suplemen dan vitamin.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tambahan ynag diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap dengan
hapusan darah, penurunan hemoglobin( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ),
hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ), trombosit
menurun( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3). Hematokrit merupakan
volume eritrosit per 100 mL dinyatakan dalam %. Peningkatan
hematokrit biasanya terjadi pada :
Hemokonsentrasi
a. PPOK
b. Gagal jantung kongesif
c. Perokok
d. Preeklampsia

8
Penurunan hematokrit biasanya terjadi pada :
a. Anemia
b. Leukimia
c. Hipertiroid
d. Penyakit Hati Kronis
e. Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar,
pacu jantung buatan)
f. Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis)
Trombosit dalam sirkulasi normalnya bertahan 1 minggu.
Trombosit membantu pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskular. Beberapa kelainan morfologi trombosit antara lain giant
platelet (trombosit raksasa) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol). Trombosit yang tinggi disebut trombositosis, pada
sebagian orang tidak muncul keluhan, namun pada sebagian orang
yang lain menimbulkan myeloproliferative disorder. Trombosit rendah
(trombositopenia) dapat ditemukan pada sindrom HELLP, demam
berdarah, koagulasi intravaskular diseminata (KID/DIC), supresi
sumsum tulang, idiopatik trombositopenia purpura (ITP) dll.

2. Urinalisis: Ditemukan protein dalam urin


Kenaikan berat badan dan edema yng di sebabkan penimbunan
cairan yang berlebih dalam ruang instertisial belum diketahui
sebabnya. Pada pre eklamsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah
dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan
mengatur retensi garam dan natrium. Pada pre eklamsia permeabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat.

9
3. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31
u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Ny. X dengan PEB di Ruang Gardenia RSUD Ajibarang

I. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. X
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Registrasi : 1276
Tanggal masuk Rumah Sakit : 20 Agustus 2017
Tanggal Pengkajian : 21 Agustus 2017
Alamat : Adisara Rt 02 Rw 03, Jatilawang,
Banyumas

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. Y
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Adisara Rt 02 Rw 03, Jatilawang,
Banyumas

11
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan Mual Muntah

3. Riwayat kesehatan ibu sekarang


Pada hari Minggu, 20 Agustus 2017, pukul 15.00 WIB, pasien datang
kerumah sakit dengan mengeluh mual muntah, sakit kepala, terjadi
peningkatan tensi, penglihatan kabur, bengkak, nyeri di daerah
epigastrium.

4. Riwayat kesehatan ibu dahulu


Keluarga pasien mengatakan klien pernah menderita hipertensi.

5. Riwayat kehamilan
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami mola hidatidosa.

II. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 70
Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 36, 5 0C
4. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala / rambut
Simetris, sakit kepala, wajah edema.
b. Mata
Simetris, konjungtiva agak anemis, edema pada retina.
c. Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang tajam, tidak ada
perdarahan, tidak ada serumen.

12
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak
ada sekret, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir
sedikit pucat.
f. Leher
Simetris, kuduk terasa berat.
g. Dada (kardiovaskuler)
Simetris, Hipertensi, mudah terkejut.
h. Perut
Simetris, nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah
i. Genito urinaria
Oliguria, proteinuria.
j. Ekstermitas atas
Simetris, ada odem pada tangan dan jari.
k. Ekstermitas bawah
Simetris, ada odem pada kaki dan jari.
l. Pemeriksaan janin
Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah

5. Pola aktivitas sehari-hari


a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ ,
reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Abdomen
Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
sikatrik bekas operasi ( - ) Palpasi :

13
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : BJA 142 x/1’ regular
c. Eliminasi
Gejala : proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
d. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan/penurunan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
e. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas
f. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda : gelisah,
h. Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
i. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan.
j. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

14
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan tambahan ynag diperlukan untuk penegakan diagnosa


adalah:

1) Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah lengkap denagn hapusan darah, penurunan
hemoglobin( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% ), hematokrit meningkat ( nilai
rujukan 37 – 43 vol% ), trombosit menurun( nilai rujukan 150 – 450
ribu/mm3). Hematokrit merupakan volume eritrosit per 100 mL
dinyatakan dalam %. Peningkatan hematokrit biasanya terjadi pada :

 Hemokonsentrasi
 PPOK
 Gagal jantung kongesif
 Perokok
 Preeklampsia
Penurunan hematokrit biasanya terjadi pada :
 Anemia

15
 Leukimia
 Hipertiroid
 Penyakit Hati Kronis
 Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar,
pacu jantung buatan)
 Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis)

Trombosit dalam sirkulasi normalnya bertahan 1 minggu. Trombosit


membantu pembekuan darah dan menjaga integritas vaskular. Beberapa
kelainan morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit
raksasa) dan platelet clumping (trombosit bergerombol). Trombosit yang
tinggi disebut trombositosis, pada sebagian orang tidak muncul keluhan,
namun pada sebagian orang yang lain menimbulkan myeloproliferative
disorder. Trombosit rendah (trombositopenia) dapat ditemukan pada
sindrom HELLP, demam berdarah, koagulasi intravaskular diseminata
(KID/DIC), supresi sumsum tulang, idiopatik trombositopenia purpura
(ITP) dll.

2) Urinalisis: Ditemukan protein dalam urin

Kenaikan berat badan dan edema yng di sebabkan penimbunan


cairan yang berlebih dalam ruang instertisial belum diketahui
sebabnya. Pada pre eklamsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah
dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan
mengatur retensi garam dan natrium. Pada pre eklamsia
permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

3) Pemeriksaan fungsi hati

 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )


 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

16
 Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-
45)
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l )
 Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

III. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Pasien mengatakan penurunan fungsi Resiko tinggi


panas, sakit kepala. organ terjadinya kejang
Do : Pasien teraba panas, (vasospasme dan pada ibu
wajah ibu tampak meringis peningkatan
kesakitan, penglihatan ibu tekanan darah)
kabur

TD : 160/110 mmHg
N : 90 x / menit
RR : 30 x / menit
S : 38,7 0C
2. Ds : Pasien mengatakan nyeri Perubahan pada Resiko tinggi
perut, tegang di perut plasenta. terjadinya foetal
Do : tonus otot perut tampak distress pada janin
tegang, DJJ bayi cepat > 160,
aktivitas janinn menurun.
3. Ds : pasien mengatakan kontraksi uterus Gangguan rasa
nyeri. dan pembukaan nyaman ( nyeri )
Do : pasien tampak meringis jalan lahir
kesakitan.

17
4. Ds : pasien mengeluh mual Ketidakmampuan Gangguan
muntah, nasfsu makan dalam pemenuhan nutrisi
kurang. memasukkan/me kurang dari
Do : pasien tampak kurus, ncerna makanan kebutuhan tubuh.
tampak lemah, konjungtiva karena faktor
anemis. biologi.

5. Ds : pasien sering bertanya koping yang tidak Gangguan


tentang penyakitnya, sering efektif terhadap psikologis (cemas )
mengungkapkan kecemasan proses persalinan.
Do : klien tampak cemas dan
gelisah

IV. Diagnosa keperawatan


1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena
faktor biologi.
5. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan.
V. Intervensi

Hari, No Tujuan dan Tanda


tangga . Kriteria Rencana Rasional Tanga
l Dx Hasil n

18
Senin, Setelah  Monitor  Tekanan
21 dilakukan tekanan darah diastole > 110
Agust tindakan tiap 4 jam mmHg dan
us keperawatan  Catat tingkat ke sistole 160 atau
2017 selama 3 x sadaran pasien lebih merupkan
24 jam  Kaji adanya indikasi dari
diharapkan tanda-tanda PIH.
resiko tinggi eklampsia (  Penurunan
terjadinya hiperaktif, kesadaran
kejang pada reflek patella sebagai
ibu teratasi dalam, indikasi
dengan penurunan penurunan
krtiteria nadi,dan aliran darah
hasil : respirasi, nyeri otak
- Tidak epigastrium dan  Gejala tersebut
1 terjadi oliguria ) merupakan
kejang  Monitor adanya manifestasi dari
pada ibu. tanda-tanda dan perubahan pada
- Tanda- gejala otak, ginjal,
tanda persalinan atau jantung dan
vital : adanya paru yang
TD : kontraksi mendahului
100- uterus. status kejang.
120/70-  Kolaborasi  Kejang akan
80 dengan tim meningkatkan
mmHg, medis dalam kepekaan
Suhu: pemberian anti uterus yang
36-37 C, hipertensi dan akan
Nadi : SM memungkinkan
60-80 terjadinya
x/mnt,

19
RR : 16- persalinan.
20  Anti hipertensi
x/mnt. untuk
menurunkan
tekanan darah
dan SM untuk
mencegah
terjadinya
kejang
Senin, Setelah  Monitor DJJ  Peningkatan
21 dilakukan sesuai indikasi DJJ sebagai
Agust tindakan  Kaji tentang indikasi
us keperawatan pertumbuhan terjadinya
2017 selama 3 x janin hipoxia,
24 jam  Jelaskan adanya prematur dan
diharapkan tanda-tanda solusio plasenta
resiko tinggi solutio plasenta  Penurunan
terjadinya ( nyeri fungsi plasenta
fetal distress perut, perdaraha mungkin
2 pada janin n, rahim tegang, diakibatkan
teratasi aktifitas janin karena
dengan turun ) hipertensi
krtiteria  Kaji respon sehingga
hasil: janin pada ibu timbul IUGR
 Tidak yang diberi anti  Ibu dapat
terjadi hipertensi dan mengetahui
fetal SM tanda dan
distress.  Kolaborasi gejala solutio
 DJJ (+) : dengan medis plasenta dan
12-12-12 dalam tahu akibat

20
 Hasil pemeriksaan hipoxia bagi
NST : USG dan NST janin
Normal  Reaksi terapi
 Hasil dapat
USG : menurunkan
Normal pernafasan
janin dan
fungsi jantung
serta aktifitas
janin
 USG dan NST
untuk
mengetahui
keadaan/keseja
hteraan janin

Senin, Setelah  Kaji tingkat  Ambang


21 dilakukan intensitas nyeri setiap
Agust tindakan nyeri pasien orang
us keperawatan  Jelaskan berbeda
2017 selama 3 x penyebab ,dengan
24 jam nyerinya demikian
diharapkan  Ajarkan ibu akan dapat
3
gangguan mengantisip menentukan
rasa nyaman asi nyeri tindakan
( nyeri ) dengan perawatan
teratasi nafas dalam yang sesuai
dengan bila HIS dengan
krtiteria timbul respon
hasil:  Bantu ibu pasien

21
 Tidak dengan terhadap
terjadi mengusap/m nyerinya.
nyeri assage pada  Ibu dapat
atau ibu bagian yang memahami
dapat nyeri penyebab
menganti nyerinya
sipasi sehingga
nyerinya. bisa
 Skala kooperatif
nyeri ibu  Dengan
berkuran nafas dalam
g otot-otot
 Ibu dapat
mengerti berelaksasi
penyeba , terjadi
b vasodilatasi
nyerinya pembuluh
 Ibu darah,
mampu expansi
beradapt paru
asi optimal
terhadap sehingga
nyerinya kebutuhan
02 pada
jaringan
terpenuhi
 untuk
mengalihka
n perhatian
pasien

22
Senin, Setelah  Kaji adanya  Untuk mengeta
21 dilakukan alergi makanan hui apakah
Agust tindakan  Anjurkan pasien pasien ada
us keperawatan untuk alergi makanan
2017 selama 3 x meningkatkan  intake fe dapat
24 jam intake Fe meningkatkan
diharapkan  Berikan kekuatan tulang
gangguan substansi gula  substansi gula
pemenuhan  Berikan dapat
nutrisi makanan yang meningkatkan
kurang dari terpilih (sudah energi pasien
kebutuhan dikonsultasikan  Untuk
tubuh dengan ahli memenuhi
teratasi gizi) status gizi
dengan  Ajarkan pasien pasien
4
krtiteria bagaimana  Catatan harian
hasil: membuat makanan dapat
 nafsu catatan mengetahui
makan makanan harian asupan nutrisi
meningk pasien
at atu
normal
 BB
meningk
at atau
normal
 tidak ada
tanda-
tanda
mal

23
nutrisi
Setelah  Kaji tingkat  Tingkat
dilakukan kecemasan ibu kecemasan
tindakan  Jelaskan ringan dan
keperawatan mekanisme sedang bisa
Senin, selama 3 x proses ditoleransi
21 24 jam persalinan dengan
Agust diharapkan  Gali dan pemberian
us gangguan tingkatkan pengertian
2017 psikologis ( mekanisme sedangkan
cemas ) koping ibu yang yang berat
teratasi efektif diperlukan
dengan  Beri support tindakan
krtiteria system pada ibu medikamentosa
hasil:  Pengetahuan
 Ibu terhadap proses
tampak persalinan
tenang diharapkan
5
 Ibu dapat
kooperati mengurangi
f emosional ibu
terhadap yang
tindakan maladaptive.
perawata  Kecemasan
n akan dapat
 Ibu dapat teratasi jika
menerim mekanisme
a kondisi koping yang
yang dimiliki ibu
dialami efektif

24
sekarang  Ibu dapat
mempunyai
motivasi untuk
menghadapi
keadaan yang
sekarang secara
lapang dada
asehingga
dapat
membawa
ketenangan hati

VI. Implementasi

Hari, No. Tanda


Implementasi
tanggal Dx Tangan
Senin, 21  Memantau tekanan darah tiap 4 jam
Agustus  Mencatat tingkat kesadaran pasien
2017  Mengobservasi adanya tanda-tanda
eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi,
1
nyeri epigastrium dan oliguria )
 Memantau adanya tanda-tanda dan gejala
persalinan atau adanya kontraksi uterus.
 Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti hipertensi dan SM
- Memantau DJJ sesuai indikasi
Senin, 21
- Mengobservasi tentang pertumbuhan
Agustus 2
janin
2017
- Menjelaskan adanya tanda-tanda solutio

25
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
- Mengobservasi respon janin pada ibu
yang diberi anti hipertensi dan SM
- Mengkolaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan USG dan NST

Senin, 21 - Mengobservasi tingkat intensitas nyeri


Agustus pasien
2017 - Menjelaskan penyebab nyerinya
- Membimbing ibu mengantisipasi nyeri
3 dengan nafas dalam bila HIS timbul
- Membantu ibu dengan
mengusap/massage pada bagian yang
nyeri

Senin, 21 - Mengobservasi adanya alergi makanan


Agustus - meningkatkan intake Fe pasien
2017 - Memberikan substansi gula
4 - Memberikan makanan yang terpilih
(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Mengajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
Senin, 21 - Mengobservasi tingkat kecemasan ibu
Agustus - Menjelaskan mekanisme proses
2017 persalinan
5 - Meniingkatkan mekanisme koping ibu
yang efektif
- Memberi support system pada ibu

26
VII. Evaluasi
Hari, No. Tanda
Evaluasi
tanggal Dx Tangan
Senin, 21 S : pasien mengatakan masih merasakan
Agustus panas dan sakit kepala.
2017 O : klien kadang-kadang meringis
kesakitan. tanda- tanda vital klien meliputi:
TD : 150/100 mmHg
1 N : 80 x / menit
RR : 25 x / menit
S : 38 0C
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

Senin, 21 S : Pasien mengatakan nyeri perut, tegang


Agustus di perut kadang-kadang masih muncul
2017 O : tonus otot perut tampak masih tegang,
DJJ bayi cepat > 160, aktivitas janinn
2
menurun.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

Senin, 21 S : Pasien mengatakan masih nyeri.


Agustus O : Pasien tampak meringis kesakitan
2017 3 A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

Senin, 21 S : Pasien masih mengeluh mual muntah,


Agustus 4 nafsu makan lebih baik.
2017 O : Pasien masih tampak lemas.

27
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.

Senin, 21 S : Pasien mengatakan sudah agak tenang.


Agustus O : Pasien tidak menanyakan tentang
2017 penyakitnmya dan terlihat lebih tenang.
5
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi.

28
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya.
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre-
eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi.
B. Saran
Kami menyadari pembuatan makalah ini jauh dari kata
sempurna, kedepannya semoga kami dapat menuangkan sumber
yang jelas dan pendapat kita dengan tutur bahasa yang lebih baik.
Untuk mengoptimalkan makalah selanjutnya, krtitik dan saran
sangat kami harapkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Lombo G.E, Wagey F.W, Mamengko L.S, 2017. Karakteristik Ibu Hamil dengan
Preeklamsia di RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Klinik
(JKK). Vol.1, No.3, April 2017

Situmorng T.H, Damantalm Y, Januarista A, Sukri. 2016. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di Poli Kia RSU
Anutapura Palu.Jurnal Kesehatan Tadulako. Vol.2 No.1, Januari 2016 : 1-75

Indawati R, Palupi D.D. 2014. Faktor Risiko Kematian Ibu dengan


Preeklamsia/Eklamsia dan Perdarahan di Provinsi Jawa Timur. Jurnal Biometrika
dan Kependudukan, Vol.3, No.2, Desember 2014 : 107-113

http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-preeklamsi.html

retrieved : 17 oktober 2017

http://lppreeklamsia.blogspot.com/2016/11/lp-pre-eklamsi-keperawatan-
maternitas.html

retrieved : 17 oktober 2017

http://pmkes.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-dengan-pre-
eklamsia.html

retrieved : 12 september 2017

30

Anda mungkin juga menyukai