PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab kematian ibu yaitu terjadinya eklampsia
dalam persalinan, eklampsia diawali dengan pre-eklampsia pada
kehamilan lanjut terutama pada trimester III. Kehamilan dengan pre-
eklampsia adalah keadaan dimana hipertensi dengan protein urine, edema
atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah 20 minggu atau
kadang timbul lebih awal. Meskipun secara tradisional diagnosis pre-
eklampsia memerlukan adanya hipertensi karena kehamilan disertai
protein urine atau edema, ada yang mengatakan bahwa edema pada tangan
dan muka sangat sering ditemukan pada wanita hamil sehingga diagnosa
pre-eklampsia tidak dapat disingkirkan dengan tidak adanya edema.
Insiden pre-eklampsia pada wanita dengan hipertensi kronik bervariasi
karena belum ada definisi yang pasti.
Karena dampak pre-eklampsia ringan sangat signifikan untuk itu
ibu harus mampu mengenali dan mengobati pre-eklampsia ringan agar
tidak berlanjut pada pre-eklampsia berat lalu ke eklamsi, pemeriksaan
antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, serta melakukan diet
makanan tinggi protein, karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Untuk itu dalam mengurangi kejadian dan menurunkan angka kejadian
pre-eklampsia ringan dapat menyebabkan kematian. Mengingat kejadian
komplikasi pada ibu dan BBL sebagian besar terjadi pada masa sekitar
persalinan, pemeriksaan kesehatan saat hamil dan kehadiran tenaga
kesehatan yang terampil pada masa kehamilan menjadi sangat penting.
Pengetahuan masyarakat tentang gejala komplikasi dan tindakan cepat
untuk segera meminta pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat menjadi
kunci utama dalam menurunkan AKI dan AKB.
Secara umum tingginya kematian ibu dan bayi berkaitan erat
dengan 3 terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan
1
mengambil keputusan, terlambat sampai ke fasilitas kesehatan serta
terlambat mendpatkan pelayanan yang optimal (Depkes : 2004 : 24).
Untuk mengetahui permasalahan tersebut di perlukan upaya bagi seluruh
pihak yang mau bersama-sama menyelamatkan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Pre-eklampsia !
2. Sebutkan etiologi Pre-eklampsia !
3. Sebutkan patofisiologi Pre-eklampsia !
4. Sebutkan manifestasi klinis Pre-eklampsia!
5. Sebutkan komplikasi Pre-eklampsia !
6. Jelaskan pencegahan Pre-eklampsia !
7. Sebutkan pemeriksaan diagnostiknya !
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian pre-eklampsia.
2. Menjelaskan etiologi pre-eklampsia.
3. Menjelaskan patofisiologi pre-eklampsia.
4. Menjelaskan manifestasi klinis pre-eklampsia.
5. Menjelaskan komplikasi pre-eklampsia.
6. Menjelaskan pencegahan pre-eklampsia.
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostiknya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Pengertian Pre-eklampsia
Pre-eklampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan postpartum (ilmu kebidanan, sarwono
prawirohardjo, 2008, 542)
Pre-eklampsia adalah gangguan multisistem yang bersifat
spesifik terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit
ini merupakan penyakit plasenta karena juga terjadi pada kehamilan
dimana terdapat trofoblas tapi tidak ada jaringan janin (kehamilan
mola komplet). (obstetri dan ginekologi, errol norwits, 2007, 88)
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri,
2007).
Pre-eklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel,
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria
(Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Pre-eklampsia
terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul
kapan saja pertengahan kehamilan. Pre-eklampsia dapat berkembang
dari Pre-eklampsia yang ringan sampai Pre-eklampsia yang berat
(geogre, 2007).
2. Pengertian Pre-eklampsia Berat
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai protinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. (Sujiyatini dkk, 2009)
3
Pre-eklampsia berat adalah pre-eklampsia yang ditandai
tekanan sistolik 160 atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 pada
pemeriksaan invalitatif, oliguria air kencing 400 ml atau kurang dalam
24 jam, keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrum, edema paru-paru atau sianosis. (Maryunani, 2009)
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori
yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada
memberikan jawaban yang memuaskan. Di Indonesia, setelah perdarahan
dan infeksi pre-eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan
sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-
eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsi, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
Penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre-eklampsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari
kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases
of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
b. Peran faktor imunologis.
4
c. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsia/eklampsia.
d. Peran faktor genetik.
e. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsia/
eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita pre-
eklampsia/eklampsia.
f. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsia/eklampsia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsia/eklampsia.
C. Patofisiologi
Pada pre-eklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan
troboplastik yaitu akibat dari hiperoksidase lemak dan pelepasan rennin
uterus. Bahan troboplastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan
mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi agegrasi trombosit
deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasopasme sedangkan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah
menurun dan konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Rennin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai
organ hati dan bersama sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan
selanjutnya menjadi angiotensi II. Angiotensin II bersama tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasopasme. Vasopasme menyebabkan
lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan
lumen hanya bisa dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan
meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi.
5
Selain menyebabkan vasopasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasopasme bersama
dengan koagulasi intravascular akan menyebabkan gangguan perfusi darah
dan gangguan multiorgan. Gangguan multiorgan terjadi pada organ-organ
tubuh diantaranya otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta.
Pada otak akan menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan
terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnose keperawatan risiko
cedera.
Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah
dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan
terjadinya perdarahan, sedangkan sela darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan
cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema
paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan
reabsorbsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selain itu, vasopasme arteriol pada
ginjal akan menyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terhadap
protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan
peningkatan reabsorbsi oleh tubulus sehingga menyebabkan dieresis
menurun sehingga menyebabkan oliguri dan anuri. Oliguri dan anuri akan
memunculkan diagnose keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak
protein lolos dari filtrasi glomerulus dan menyebabkan proteinuria.
6
Hipertensi akan merangsang medulla oblongata dan system saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi
traktus gastrointestinal dan ekstremitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
sehingga HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual
dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnose keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada ekstremitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan
ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan
asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang
diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah, sehingga
muncul diagnose keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi
akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan
memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan. (Bothamley
dkk, 2013)
D. Manifestasi Klinis
Pre-eklampsia dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala
berikut :
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada
pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria, urine 400 ml/24 jam atau kurang
d. Edema paru-paru, sianosis
e. Tanda dan gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah
penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada
funduskopi, nyeri epigastrum, mual atau muntah serta emosi mudah
marah
f. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis Liver Enzim Low Platelet
Count). (Lauren ; 2012)
7
E. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan pre-eklampsia : abrupsio placenta,
keterbatasan pertumbuhan intrauteri, sindrom HELP (Haemolysis,
Elevated Liver enzymes, Low Platelet count), koagulasi intravaskuler
diseminata, gagal ginjal, kelahiran premature, kegagalan multiorgan,
eklampsia, dan kematian. (Elizabeth, 2011)
F. Pencegahan pre-eklampsia
1. Hindari stres, karena stres dapat mengacaukan metabolisme tubuh,
menurunkan sistem imune dan bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
2. Perbanyak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, brokoli, wortel,
kacang-kacangan dan juga buah-buahan.
3. Minum air putih sebanyak 8 gelas/hari
4. Hindari minum susu, kafein, soft drink dan junk food.
5. Ganti garam meja dengan garam laut.
6. Mengkonsumsi suplemen dan vitamin.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tambahan ynag diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap dengan
hapusan darah, penurunan hemoglobin( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ),
hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ), trombosit
menurun( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3). Hematokrit merupakan
volume eritrosit per 100 mL dinyatakan dalam %. Peningkatan
hematokrit biasanya terjadi pada :
Hemokonsentrasi
a. PPOK
b. Gagal jantung kongesif
c. Perokok
d. Preeklampsia
8
Penurunan hematokrit biasanya terjadi pada :
a. Anemia
b. Leukimia
c. Hipertiroid
d. Penyakit Hati Kronis
e. Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar,
pacu jantung buatan)
f. Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis)
Trombosit dalam sirkulasi normalnya bertahan 1 minggu.
Trombosit membantu pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskular. Beberapa kelainan morfologi trombosit antara lain giant
platelet (trombosit raksasa) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol). Trombosit yang tinggi disebut trombositosis, pada
sebagian orang tidak muncul keluhan, namun pada sebagian orang
yang lain menimbulkan myeloproliferative disorder. Trombosit rendah
(trombositopenia) dapat ditemukan pada sindrom HELLP, demam
berdarah, koagulasi intravaskular diseminata (KID/DIC), supresi
sumsum tulang, idiopatik trombositopenia purpura (ITP) dll.
9
3. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31
u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. X
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Registrasi : 1276
Tanggal masuk Rumah Sakit : 20 Agustus 2017
Tanggal Pengkajian : 21 Agustus 2017
Alamat : Adisara Rt 02 Rw 03, Jatilawang,
Banyumas
11
2. Keluhan utama
Pasien mengatakan Mual Muntah
5. Riwayat kehamilan
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah mengalami mola hidatidosa.
12
d. Hidung
Simetris, tampak bersih, tidak ada benjolan, penciuman normal, tidak
ada sekret, tidak ada luka, ada bulu hidung, tidak ada perdarahan.
e. Mulut
Simetris, gigi lengkap, tidak bau mulut, tidak kotor, warna bibir
sedikit pucat.
f. Leher
Simetris, kuduk terasa berat.
g. Dada (kardiovaskuler)
Simetris, Hipertensi, mudah terkejut.
h. Perut
Simetris, nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah
i. Genito urinaria
Oliguria, proteinuria.
j. Ekstermitas atas
Simetris, ada odem pada tangan dan jari.
k. Ekstermitas bawah
Simetris, ada odem pada kaki dan jari.
l. Pemeriksaan janin
Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah
13
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : BJA 142 x/1’ regular
c. Eliminasi
Gejala : proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
d. Makanan / cairan
Gejala : peningkatan/penurunan berat badan, muntah-muntah
Tanda : nyeri epigastrium,
e. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas
f. Neurosensori
Gejala : hipertensi
Tanda : kejang atau koma
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda : gelisah,
h. Pernafasan
Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor
Tanda : irama teratur, bising tidak ada
i. Keamanan
Gejala : jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan.
j. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
14
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
e. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium:
Pemeriksaan darah lengkap denagn hapusan darah, penurunan
hemoglobin( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr% ), hematokrit meningkat ( nilai
rujukan 37 – 43 vol% ), trombosit menurun( nilai rujukan 150 – 450
ribu/mm3). Hematokrit merupakan volume eritrosit per 100 mL
dinyatakan dalam %. Peningkatan hematokrit biasanya terjadi pada :
Hemokonsentrasi
PPOK
Gagal jantung kongesif
Perokok
Preeklampsia
Penurunan hematokrit biasanya terjadi pada :
Anemia
15
Leukimia
Hipertiroid
Penyakit Hati Kronis
Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar,
pacu jantung buatan)
Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis)
16
Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-
45)
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N=
<31 u/l )
Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
TD : 160/110 mmHg
N : 90 x / menit
RR : 30 x / menit
S : 38,7 0C
2. Ds : Pasien mengatakan nyeri Perubahan pada Resiko tinggi
perut, tegang di perut plasenta. terjadinya foetal
Do : tonus otot perut tampak distress pada janin
tegang, DJJ bayi cepat > 160,
aktivitas janinn menurun.
3. Ds : pasien mengatakan kontraksi uterus Gangguan rasa
nyeri. dan pembukaan nyaman ( nyeri )
Do : pasien tampak meringis jalan lahir
kesakitan.
17
4. Ds : pasien mengeluh mual Ketidakmampuan Gangguan
muntah, nasfsu makan dalam pemenuhan nutrisi
kurang. memasukkan/me kurang dari
Do : pasien tampak kurus, ncerna makanan kebutuhan tubuh.
tampak lemah, konjungtiva karena faktor
anemis. biologi.
18
Senin, Setelah Monitor Tekanan
21 dilakukan tekanan darah diastole > 110
Agust tindakan tiap 4 jam mmHg dan
us keperawatan Catat tingkat ke sistole 160 atau
2017 selama 3 x sadaran pasien lebih merupkan
24 jam Kaji adanya indikasi dari
diharapkan tanda-tanda PIH.
resiko tinggi eklampsia ( Penurunan
terjadinya hiperaktif, kesadaran
kejang pada reflek patella sebagai
ibu teratasi dalam, indikasi
dengan penurunan penurunan
krtiteria nadi,dan aliran darah
hasil : respirasi, nyeri otak
- Tidak epigastrium dan Gejala tersebut
1 terjadi oliguria ) merupakan
kejang Monitor adanya manifestasi dari
pada ibu. tanda-tanda dan perubahan pada
- Tanda- gejala otak, ginjal,
tanda persalinan atau jantung dan
vital : adanya paru yang
TD : kontraksi mendahului
100- uterus. status kejang.
120/70- Kolaborasi Kejang akan
80 dengan tim meningkatkan
mmHg, medis dalam kepekaan
Suhu: pemberian anti uterus yang
36-37 C, hipertensi dan akan
Nadi : SM memungkinkan
60-80 terjadinya
x/mnt,
19
RR : 16- persalinan.
20 Anti hipertensi
x/mnt. untuk
menurunkan
tekanan darah
dan SM untuk
mencegah
terjadinya
kejang
Senin, Setelah Monitor DJJ Peningkatan
21 dilakukan sesuai indikasi DJJ sebagai
Agust tindakan Kaji tentang indikasi
us keperawatan pertumbuhan terjadinya
2017 selama 3 x janin hipoxia,
24 jam Jelaskan adanya prematur dan
diharapkan tanda-tanda solusio plasenta
resiko tinggi solutio plasenta Penurunan
terjadinya ( nyeri fungsi plasenta
fetal distress perut, perdaraha mungkin
2 pada janin n, rahim tegang, diakibatkan
teratasi aktifitas janin karena
dengan turun ) hipertensi
krtiteria Kaji respon sehingga
hasil: janin pada ibu timbul IUGR
Tidak yang diberi anti Ibu dapat
terjadi hipertensi dan mengetahui
fetal SM tanda dan
distress. Kolaborasi gejala solutio
DJJ (+) : dengan medis plasenta dan
12-12-12 dalam tahu akibat
20
Hasil pemeriksaan hipoxia bagi
NST : USG dan NST janin
Normal Reaksi terapi
Hasil dapat
USG : menurunkan
Normal pernafasan
janin dan
fungsi jantung
serta aktifitas
janin
USG dan NST
untuk
mengetahui
keadaan/keseja
hteraan janin
21
Tidak dengan terhadap
terjadi mengusap/m nyerinya.
nyeri assage pada Ibu dapat
atau ibu bagian yang memahami
dapat nyeri penyebab
menganti nyerinya
sipasi sehingga
nyerinya. bisa
Skala kooperatif
nyeri ibu Dengan
berkuran nafas dalam
g otot-otot
Ibu dapat
mengerti berelaksasi
penyeba , terjadi
b vasodilatasi
nyerinya pembuluh
Ibu darah,
mampu expansi
beradapt paru
asi optimal
terhadap sehingga
nyerinya kebutuhan
02 pada
jaringan
terpenuhi
untuk
mengalihka
n perhatian
pasien
22
Senin, Setelah Kaji adanya Untuk mengeta
21 dilakukan alergi makanan hui apakah
Agust tindakan Anjurkan pasien pasien ada
us keperawatan untuk alergi makanan
2017 selama 3 x meningkatkan intake fe dapat
24 jam intake Fe meningkatkan
diharapkan Berikan kekuatan tulang
gangguan substansi gula substansi gula
pemenuhan Berikan dapat
nutrisi makanan yang meningkatkan
kurang dari terpilih (sudah energi pasien
kebutuhan dikonsultasikan Untuk
tubuh dengan ahli memenuhi
teratasi gizi) status gizi
dengan Ajarkan pasien pasien
4
krtiteria bagaimana Catatan harian
hasil: membuat makanan dapat
nafsu catatan mengetahui
makan makanan harian asupan nutrisi
meningk pasien
at atu
normal
BB
meningk
at atau
normal
tidak ada
tanda-
tanda
mal
23
nutrisi
Setelah Kaji tingkat Tingkat
dilakukan kecemasan ibu kecemasan
tindakan Jelaskan ringan dan
keperawatan mekanisme sedang bisa
Senin, selama 3 x proses ditoleransi
21 24 jam persalinan dengan
Agust diharapkan Gali dan pemberian
us gangguan tingkatkan pengertian
2017 psikologis ( mekanisme sedangkan
cemas ) koping ibu yang yang berat
teratasi efektif diperlukan
dengan Beri support tindakan
krtiteria system pada ibu medikamentosa
hasil: Pengetahuan
Ibu terhadap proses
tampak persalinan
tenang diharapkan
5
Ibu dapat
kooperati mengurangi
f emosional ibu
terhadap yang
tindakan maladaptive.
perawata Kecemasan
n akan dapat
Ibu dapat teratasi jika
menerim mekanisme
a kondisi koping yang
yang dimiliki ibu
dialami efektif
24
sekarang Ibu dapat
mempunyai
motivasi untuk
menghadapi
keadaan yang
sekarang secara
lapang dada
asehingga
dapat
membawa
ketenangan hati
VI. Implementasi
25
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
- Mengobservasi respon janin pada ibu
yang diberi anti hipertensi dan SM
- Mengkolaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan USG dan NST
26
VII. Evaluasi
Hari, No. Tanda
Evaluasi
tanggal Dx Tangan
Senin, 21 S : pasien mengatakan masih merasakan
Agustus panas dan sakit kepala.
2017 O : klien kadang-kadang meringis
kesakitan. tanda- tanda vital klien meliputi:
TD : 150/100 mmHg
1 N : 80 x / menit
RR : 25 x / menit
S : 38 0C
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
27
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester III kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya.
Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre-
eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi.
B. Saran
Kami menyadari pembuatan makalah ini jauh dari kata
sempurna, kedepannya semoga kami dapat menuangkan sumber
yang jelas dan pendapat kita dengan tutur bahasa yang lebih baik.
Untuk mengoptimalkan makalah selanjutnya, krtitik dan saran
sangat kami harapkan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Lombo G.E, Wagey F.W, Mamengko L.S, 2017. Karakteristik Ibu Hamil dengan
Preeklamsia di RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Klinik
(JKK). Vol.1, No.3, April 2017
http://chiiviolet.blogspot.co.id/2013/12/makalah-preeklamsi.html
http://lppreeklamsia.blogspot.com/2016/11/lp-pre-eklamsi-keperawatan-
maternitas.html
http://pmkes.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-dengan-pre-
eklamsia.html
30