Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
“Buletin” pertama ini dapat kami selesaikan dari rangkaian tahap yang cukup
panjang. Tersusunnya Buletin ini tentu tak lepas dari dukungan beberapa pihak,
terlebih kepada kerja kolektif tim Menyisir Hipmi Pare Komisariat Unhas yang
telah merealisasikan kegiatan ini. Menyisir merupakan salah satu program kerja
pengurus Hipmi Pare Komisariat Unhas Periode 2018-2019 yang pertama kalinya
menjadi program kerja berfokus kepada riset. Menyisir adalah kegiatan
menganalisi masyarakat pesisir yang tentunya di lakukan di Kota Parepare yaitu
di Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki Barat. Tujuan dari kegiatan menyisir
ini, sebagai langkah awal untuk mewadahi kader Hipmi Pare Komisariat Unhas
dalam menganalisis fenomena yang terjadi dalam masyarakat, sekaligus
mengetahui secara pasti fenomena terkait masyarakat pesisir Kota Parepare.
3
Apakah Cukup Hanya Dengan Mengandalkan Laut?
4
Meski demikian, para nelayan harus melakukan sesuatu selain berlayar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pembagian peran antar
suami dan istri sudah terjadi di kehidupan mereka, tuntutan ekonomi
mengharuskan keluarga nelayan untuk tidak hanya mengandalkan lautan
sebagai sumber penghasilan satu-satunya. Dari hasil lapangan yang saya
temukan, benar adanya keluarga nelayan kebanyakan memiliki pekerjaan
sampingan, seperti usaha menjual es balok atau membuka jualan barang
campuran yang sepenuhnya dilakukan oleh kaum perempuan dalam hal ini istri
nelayan. Mereka yang kebetulan bermukim di sekitar lokasi wisata pantai
lumpue, juga menjadikan hal itu sebagai peluang untuk menjual jajanan di
kawasan wisata. Sedangkan seorang suami, jika tidak sedang melaut mereka
akan menjadi buruh harian dengan pekerjaan menjadi tukang batu.
5
Peran Istri Nelayan
Di kelurahan lumpue kecamatan
bacukiki barat kota parepare saya
melanjutkan riset masyarakat pesisir.
Penelitian kedua saya kali ini lebih fokus ke
Dalam beberapa potret kehidupan
berbagai kendala yang dihadapi oleh
rumah tangga nelayan, seperti contohnya
para istri nelayan Kelurahan Lumpue.
di daerah mandar, peran serta istri di
Misalnya saja, adanya kendala untuk
dalam peningkatan ekonomi keluarga
meningkatkan peran sosial ekonomi
disebut “Sibaliq parriq” yang berarti saling
keluarganya. Dari pendapat para istri
berbagi kesulitan. Keluarga nelayan di
nelayan, hampir semua memiliki
Mandar membagi peran suami dan istri
permasalahan.
yang cukup adil. Seorang suami pergi
Berdasarkan hasil wawancara dengan melaut, lalu hasil tangkapan suami
istri nelayan, permasalahan pendidikan sepenuhnya akan diserahkan kepada istri
yang rendah serta keterampilan yang untuk dijual atau dikonsumsi.
minim menjadikan para istri memiliki ruang
Narasumber saya bernama Hasna
gerak yang terbatas. Rendahnya
(52) dengan pekerjaan sebagai ibu rumah
pendidikan dan keterampilan ini
tangga, tanpa melakukan aktifitas khusus
menyebabkan istri nelayang tak mampu
dalam peningkatan ekonomi keluarga,
melakukan banyak hal, terutama dalam
hanya sebatas menjalankan kewaiban
peningkatan ekonomi keluarga.
sebagai ibu rumah tangga. Meski demikian,
pembagian peran tetap terjadi antara
suami dan istri, dimana seorang suami
bertugas sebagai pencari nafkah.
Sedangkan istri bertugas sebagai ibu rumah
tangga.
6
Di Kelurahan Lumpue, para istri nelayan
mempunyai tugas utama mengatur dan
mengelola urusan rumah tangga. Tugas yang
dilakukan oleh istri nelayan dalam urusan
kerumah tanggaan diantaranya :
(c)Membersihkan rumah.
7
Mappande Sasi
Setiap daerah memiliki adat dan kepercayaan sendiri terkait dengan hajat
hidup masyarakat tertentu yang berbeda adat satu sama lain dengan daerah
lainnya. Perbedaan adat itulah yang menjadi pembeda serta identitas suatu
kelompok masyarakat. Segala perbedaan adat tersebut terjabarkan melalui
kepercayaan, perilaku ekonomi, teknologi dan kehidupan sehari-hari yang
keseluruhan merupakan warisan turun temurun dari pendahulu mereka.
8
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat di Kelurahan
Lumpue adalah ritual “Mappande sasi” yang berarti memberikan sesaji kepada
lautan sebagai bentuk doa memohon keselamatan dan terhindar dari cuaca
buruk atau celaka lainnya. Ritual ini telah dilakukan oleh nenek moyang mereka
dari kesukuan Mandar tempat para leluhur mereka berasal dan diturunkan
secara turun temurun hingga detik ini.
Proses ritual mapande sasi dipimpin oleh seorang sandro yang berasal dari
suku mandar. Sandro (dukun) dalam kehidupan sehari-harinya hidup bersama
dengan masyarakat dan mempunyai mata pencaharian sama seperti
masyarakat lainnya, yakni seorang nelayan. Akan tetapi, seorang sandro
biasanya ada hal-hal tertentu yang membedakannya dengan masyarakat
pada umumnya. Seorang sandro dapat berhubungan dengan roh-roh para
leluhur yang dianggap membantu dan melindungi keselamatan nelayan
dalam tiap pelayarannya ke laut.