Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikososial merupakan suatu prilaku dimana seseorang dapat menemukan
identitas dirinya dan bersosialisasi sesuai dengan tahap kembangnya, psikososial juga
dapat memicu terjadinya prilaku kekerasan, jika seseorang itu tidak bisa menemukan
identitas dirinya dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
Perilaku kekerasan biasa disebut juga dengan prilaku yang bersifat agresif yang
menimbulkan suatau prilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan prilaku
permusuhan, mengamuk dan potensi untuk merusak secara fisik yang dapat
menimbulkan kerusakan dan membahayakan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan.
Masalah yang dapat ditimbulkan dari prilaku kekerasan ini selain merusak dirinya
sendiri, juga merusak orang lain dan lingkungan, contoh merusak orang lain, misalnya,
memukul orang lain, menciderai orang lain dan memandang tajam orang tersebut
seperti memandang orang tersebut sebagai musuh terbesarnya, kemudian contoh dari
lingkungan, misalnya merusak dan mengotori lingkungan tersebut juga termasuk dalam
prilaku kekerasan.
Klien yang bisa datang keunit psikiatri, biasanya datang dalam keadaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Selama masa-masa stress klien, sering terjadi
prilaku agresif dan melukai. Oleh karena itu, peran perawat sangatlah penting dalam
melakukan pencegahan dan penanganan prilaku kekersan, karena perawat lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama klien dibanding dengan profesi lain. Namun hal ini
lebih beresiko pula pada perawat untuk menjadi korban dari prilaku klien. Karena
alasan tersebut, maka kita sebagai calon perawat, harus dapat mengkaji klien dengan
beresiko prilaku kekerasan dan mengintervensinya secara efektif.
Perawat perlu menjalin hubungan terapeutik kepada klien agar terjalin hubungan
saling percaya antara klien dan perawat. Sehingga memudahkan perawat untuk
mendapatkan data tentang apa yang dirasakan klien sehingga membuat klien marah.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa marah merupakan salah satu respon yang
memicu terjadinya perilaku kekerasan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
2. Mengetahui tahap-tahap Resiko Perilaku Kekerasan
3. Mengetahui proses terjainya masalah Resiko Perilaku Kekerasan
4. Mengetahui tanda, gejala dan penyebab Resiko Perilaku Kekerasan
5. Mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan

C.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian resiko perilaku kekerasan


Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik secara
fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016). Resiko perilaku kekerasan
terbagi menjadi dua,yaitu resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-
directed violence) dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-
directed violence). NANDA (2016) menyatakan bahwa resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seseorang individu bisa
menunjukkan atau mendemostrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk resiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditujukkan langsung kepada orang
lain.
Berbeda dengan resiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan memiliki definisi
sendiri. Perilaku kekerasan di definisikan sebagai suatu keadaan hilangnya kendali
perilaku seseorang yang di arahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelataran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca,
genting, dan semua yang ada dilingkungan. klien yang dibawa kerumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus jeli dalam
melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang di lakukan
selama dirumah.

B. Rentan Respon

a. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social
2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).

C. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu:

a. Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi
perilaku kekerasan meliputi:
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan meningkatkan citra diri (Nuraenah,
2012: 30).
2) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhioleh peran
eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo,
2014: hal 142).
c. Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola
konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
3. Faktor resiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor dari resiko dari resiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan resiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
1) Usia ≥ 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih,menyatakan
pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak
individu tersebut,dll)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status perkawinan (sendiri,menjanda,bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi,psikosis,gangguan kepribadian,
penyalah gunaan zat)
11) Pekerjaan (propesional,eksekutif,administrator atau pemilik
bisnis,dll).
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri,sesuatu yang
bersifat kekerasan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Gangguan psikologis
15) Isolasi sosial
16) Ide bunuh diri
17) Rencana bunuh diri
18) Riwayat upacara bunuh diri berulang
19) Isyarat verbal (membicarakan kematian,menanyakan tentang dosis
mematikan suatu obat,dll)
b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed
violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun
seksual
5) Riwayat penyalah gunaan zat
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7) Impulsif
8) Pelangaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti pelanggaran
lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan
amarah)
9) Bahasa tubuh negatif (seperti, kekakuan, mengepalkan tinju/pukulan,
hiperaktivitas, dll)
10) Gangguan neorologis (trauma kepala, gangguan seranjang, kejang,
dll)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencingdi lantai,
menyobek objek di dinding, melempar barang, memecahkan
kaca,membanting pintu,dll)
13) Pola prilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, mencakar,upaya perkosaan, memperkosa, pelecahan
seksual, mengencingi orang, dll)
14) Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal terhadap objek atau
orang lain, menyumpah serapah, gestur atau catatan mengancam,
ancaman seksual, dll)
15) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri,meminjam dengan
memaksa,penolakan terhadap medikasi,dll)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalakan api
19) Gangguan psikosis
20) Perilaku bunuh diri

D. Tahapan
Tahapan perilaku agresif atau resiko perilaku kekerasan: (Fontaine, 2009)
a. Tahap 1 : Tahap memicu
Perasaan : Kecemasan
Perilaku :Agitasi, mondar-mandir, menghindari kontak
Tindakan perawat : Mengidentifikasi factor pemicu, mengurangi kecemasan,
memecahkan masalah bila memungkinkan.

b. Tahap 2 : Tahap Transisi


Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi meningkat
Tindakan perawat : Jangan tangani marah dengan amarah, menjaga pembicaraan,
menetapkan batas dan memberikan pengarahan, mengajak kompromi, mencari
dampak agitasi; meminta bantuan.

c. Tahap 3 : Krisis
Perasaan : Peningkatan kemarahan dan agresi
Perilaku : Agitasi, gerakan mengancam, menyerang orang disekitar,
berkata kotor; berteriak
Tindakan perawat : Lanjutkan intervensi tahap 2, dalam menjaga jarak
pribadi, hangat (tidak mengancam) konsekuensi, cobalah untuk menjaga
komunikasi

d. Tahap 4 : Perilaku merusak


Perasaan : Marah
Perilaku : Menyerang; merusak
Tindakan perawat : Lindungi klien lain, menghindar, melakukan
pengekangan fisik

e. Tahap 5 : Tahap lanjut


Perasaan : Agresi
Perilaku : Menghentikan perilaku terang-terangan destruktif,
pengurangan tingkat gairah
Tindakan perawat : Tetap waspada karena perilaku kekerasan baru masih
memungkinkan, hindari pembalasan atau balas dendam

f. Tahap 6 : Tahap peralihan


Perasaan : Marah
Perilaku : Agitasi, mondar-mandir
Tindakan perawat : Lanjutkan fokus mengatasi masalah utama
E. Penyebab
Penyebab prilaku kekerasan menurut setearen, kemarahan adalah kombinasi dari
segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang dendam sakit hati dan peristitasi,
beberapa faktor yang mempengaruhi kemarahan yaitu frustasi, kehilangan harga diri,
kebutuhan akan status dan

F. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejela perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi.
1. Data subjektif
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/melukai
2. Data objektif
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Bicara kasar
f. Suara tinggi,menjerit atau berteriak
g. Mondar mandir
h. Melempar atau memukul benda/orang lain

G. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia (2005, hal :69), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain :
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremes adonan kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orangtuanya yang
tidak disukainya akan tetapi menurut ajaran dan didikannya sejak kecil bahwa
membenci orangtua adalah hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan ahirnya ia dapat melupakannya.
4. Relaksasi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement, yaitu meleaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru
saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

H. Sumber Koping
Menurut Stuart & Laraia (2005, hal : 68), sumber koping dapat berupa aset
ekonomi, kemampuan dan keterampilan, tekhnik defensif, dukungan sosial, dan
motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat
berperan peran penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan
energi, dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan
sosial, sumber daya sosial dan materia, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan
dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling buruk.
Keterampilan memecahkan masalah termasuk kemampuan untuk mencari informasi,
mengidentifikasi masalah, menimbang alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan.
Keterampilan sosial memfasilitasi penyelesaian masalah yang melibatkan orang lain,
meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama dan dukungan dari orang
lain dan memberikan kontrol sosial individu yang lebih besar, ahirnya aset materi
berupa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang.
Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang mengatasi di hampir
semua situasi stres. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam menghadapi sumber
daya yang memungkinkan orang untuk melihat cara yang berbeda dalam menghadapi
stres. Akhirnya, sumber koping juga termasuk kekuatan ego untuk mengidentifikasi
jaringan sosial, stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan dan konstitusional.

I. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Seorang perawat harus berjaga-jaga terhadap adanya peningkatan agistasi pada klien,
hirarki perilaku agresif dan kekerasan. Disamping itu, perawat harus mengkaji pula
efek klien berhubungan dengan perilaku agresif.
Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat :
a. Membangun hubungan yang terapeutik dengan klien
b. Mengkaji perilaku klien yang berpotensial kekerasan
c. Mengembangkan suatu perencanaan
d. Mengimplementasikan perencanaan
e. Mencegah perilaku agresif dan kekerasan dengan terapi milleu

Dan bila klien dianggap hendak melakukan kekerasan, maka perawat harus :
a. Melaksanakan prosedur klinik yang sesuai untuk melindungi klien dan tenaga
kesehatan
b. Beritahu ketua tim
c. Bila perlu, minta bantuan keamanan
d. Kaji lingkungan dan perubahan yang perlu
e. Beritahu dokter dan kaji PRN untuk pemberian obat

Perilaku yang berhubungan dengan agresif:


Agitasi motorik : bergerak cepat, tidak mampu duduk diam, memukul dengan tinju
kuat, mengapit kuat, respirasi meningkat, membentuk aktivitas motorik tiba-tiba.
Verbal : mengancam pada objek yang tidak nyata, mengacau minta perhatian, bicara
keras-keras, menunjukan adanya delusi atau pikiran paranoid
Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, mudah terangsang, tidak sesuai
atau berlebihan, tidak labil
Tingkat Kesadaran : bingung, status mental berubah tiba-tibda, disorentasi, kerusakan
memori, tidak mampu diahlikan.
Perawat dapat mengimplementasikan bebagai intervensi untuk mencegah dan
memenej prilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi.

Strategi preventif Strategi antisipatif Stareti


Pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen Krisis

Pendidikan Klien Perubahan Lingkungan Seclusion

Latihan asertif Tindakan prilaku Restrains


Psikofarmakologi

a. Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa stres yang dihadapinya dapat
mempengaruhi komunikasinya dengan klien. Bila perawat tersebut mearasa lebih,
cemas, marah, arau apatis maka akan sulit baginya untuk membuat klien tertarik.
Oleh karenanya, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi
yang dimilikinya bagi klien menjadi berkurang. Untuk mecegah semua itu, maka
perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan
supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien
b. Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat. Banyak klien yang mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaanya, kebutuhan, hasrat dan bahkan kesulitan
mengkomunikasikan semua ini kepada orang lain.jadi dengan perawat
berkomunikasi diharapkan agar klien mau mengekspresikan perasaannya, lalu
perawat menilai apakah respon yang diberiakn klien adaptif atau maladaptif
c. Latihan asertif
Kemampuan berasal interpresonal yang harus dimiliki perawat:
1) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
2) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
3) Sanggup melakukan komplain
4) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
d. Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan perilaku agresif :
1. Bersikap tenang
2. Bicara lembut
3. Bicara tidak dengan cara menghakimi
4. Bicara netral dengan cara yang konkrit
5. Tunjukan respek pada klien
6. Hindari intensitas kontak mata langsung
7. Demontrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan
8. Fasilitas pembicara klien
9. Dengarkan klien
10. Jangan terburu-buru menginterprestasikan
11. Jangan buat janji yang tidak dapat perawat tepati
e. Perubahan lingkungan
Unit perawatan sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca,
grip program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai dan
meningkatkan adaptasi sosialnya.
f. Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuensinya yang didapat bila kontrak
dilanggar dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
g. Psikofarmakologi
Antianxiety dan srdative-Hipnitic. Obat-oabatan ini dapat mengendaikan
agistasi yang akut. Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonaxepam, sering
digunakan ini tidak direkomwndasikan untuk penggunaan dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantunan , juga bisa
memperburuk simptom depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami
disinhibiting effect dari benzodiazepines, dapat mengakibatkan peningkatan
prilaku agresif. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukan dengan
menurunnya perilaku agresif dan agitasi dengan cidera kepala, demensia dan
develop mental disability.
Pemberian obat Carbamazepines dapat mengendalikan perilaku agresif pada
klien dnegan kelainan EEGs (electroencephalograms). Antipsychotic obat-obatan
ini biasanya dipergunakan untuk perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi
karena delusi, halusinasi, atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini
dapat membantu namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya
dirasakan.
Medikasi lainnya: banyak kasus menunjukan bahwa pemberian Naltrexone
(antagonis opiat), dapat menurunkan perilaku mencederai diri. Betablockers
seperti propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan pada anak dan pada
klien dengan gangguan mental organik.
h. Managemen Krisis
Bila pda waktu intervensi awal tidak berhasil maka diperlukan intervensi yang
lebih aktif. Prosedur penanganan kedaruratan psikiatrik:
1. Identifikasi pemimpin tim krisis. Sebaiknya dari perawat karena yang
bertanggung jawab selama 24 jam
2. Bentuk tim krisi meliputi dokter, perawat, dan konselor
3. Beritahu petugas kemanan jika perlu. Ketua tim harus menjelaskan apa saja
yang menjadi petugasnya selama penanganan klien
4. Jauhkan klien dari lingkungan
5. Lakukan penegakan jika memungkinkan
6. Pikirkan suatu rencana penanganan krisi dan beritahu tim
7. Tugas anggota tim untuk mengamankan anggota tubuh klien
8. Jelaskan perlunya intervensi tersebut kepad aklien dan upaya untuk kerja
sama
9. Pengekangan klien jika diminta oleh ketua tim krisi. Ketua tim harus segera
mengkaji situasi lingkungan sekitar untuk tetap melindungi keselamatan
klien dan timnya
10. Berikan obat jika di intruksikan
11. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten terhadap klien
12. Tinjau kembali intervensi penanganan krisi dengan tim krisis
13. Proses terjadinya dengan klien lain dna staf harus tepat
14. Secara bertahap mengintegrasikan kembali klien dnegan lingkungan
i. Seclusion
Pengekangan Fisik
Merupakan tidnakan keperawatan yang terakhir. Ada dua macam
pengekangan fisik secara secara mekanik ( menggunakan manset, sprei
pengekang) atau isolasi (menempatkan klien dalam satu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri )
Jenis pengekangan mekanik :
1. Camisoles (jaket pengekang)
2. Manset untuk pergelangan tangan
3. Manset untuk pergelangan kaki
4. Menggunaan sprei
Indikasi pengekangan :

1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain


2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
3. Ancaman terhadap inegritas fisik yang berhubungan dengan penolakan
klien untuk beristirahat, makan dan minum
4. Permintaan klien untuk pengendalian perilaku eskternal. Pastikan tindakan
ini telah dikaji dan berindikasi terapeutik.

Pengekangan dengan spreibasah atau dingin

Klien dapat diimobilisasi dengan membalutnya seperti mummi dalam


lapisan sprei dan selimut. Lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah
direndam dalam air es. Walupun muIa-mula terasa dingin, balutan segera menjadi
hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada perilaku amuk atau agitasi yang
tidak dapat dikendalikan dengan obat.

Intervensi Keperawatan:

1. Baringkan klien dengan pakaian rumah sakit di atas tempat tidur yang tahan
air.
2. Balutkan sprei pada tubuh klien dengan rapi dan pastikan bahwa permukaan
kulit tidak saling bersentuhan.
3. Tutupi sprei basah dengan selapis selimut.
4. Amati klien dengan konstan.
5. Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Jika tampak sesuatu yang bermakna,
buka pengekangan.
6. Berikan cairan sesering mungkin.
7. Pertahankan suasana lingkungan yang tenang.
8. Kontak verbal dengan suara yang menenangkan.
9. Lepaskan balutan setelah Iebih kurang 2 jam.
10. Lakukan perawatan kulit sebelum membantu klien berpakaian.

Restrains

Tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor alat restrain mekanik atau


restrain manual terhadap pergerakan klien. Dapatkan ijin dokter bila diharuskan
karena kebijakan insitusi.

lsolasi

Adalah menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat
keluar atas kemauannya sendiri.Tingkatan pengisolasian dapat berkisar dari
penempatan dalam ruangan yang tertutup tapi tidak terkunci sampai pada
penempatan dalam ruang terkunci dengan kasur tanpa sprei di Iantai, kesem patan
berkomunikasi yang dibatasi, dan klien memakai pakaian RS atau kain terpal
yang berat.

Indikasi penggunaan:

1. Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan klien atau


orang Iain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi
pengendalian yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh klien

Evaluasi

Mengukur apakah tujuan dan kriteria sudah tercapai. Perawat dapat


mengobservasi perilaku klien. Dibawah ini beberapa perilaku yang dapat
mengidikasikan evaluasi yang postif:

1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan klien


2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3. Sudah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pad yang lain
4. Buat komentar yang kritikal
5. Apakah klien sudah mamou mengekpresikan sesuatu yang berbeda
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi
perasaan marahnya
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya
8. Konsep diri klien sudah meningkat
9. Kemandirian dalam berpikir dan aktivitas meningkat

J. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan resiko perilaku kekerasan dirumuskan jika klien saat ini
tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan
belum mampu mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Pohon masalah diagnosis resiko perilaku kekerasan.

Resiko mencederai diri sendiri,orang lain,dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

Diagnosa PENGERTIAN
keperawatan Tujuan Kriteria evalusi Intervensi rasional
(tuk/tum)
Resiko TUM: Klien menunjukan 1.1 Bina hubungan saling Kepercayaan
perilaku Klien dan tanda-tanda percaya dengan dari klien
kekerasan keluarga percaya kepada mengemukakan prinsip merupakan hal
mampu perawat melalui: komunikasi terapeutik: yang akan
mengatasi a. Ekspresi a. Mengucapkan memudahkan
atau wajah salam terapeutik. perawat dalam
mengendalik cerah, Sapa klien dengan melakukan
an risisko tersenyum ramah, baik verbal pendekatan atau
perilaku b. Mau ataupun non intervensi
kekerasan. berkenalan verbal. selanjutnya
c. Ada kontak b. Berjabat tangan terhadap klien.
TUK1: mata dengan klien
1. Klien d. Bersedia c. Perkenalan diri
dapat menceritak dengan sopan
mem an d. Tanyakan nama
bina perasaanny lengkap klien dan
hubu a nama panggilan
ngan e. Bersedia yang disukai klien
saling mengungka e. Jelaskan tujuan
perca pkan pertemuan
ya masalah f. Membuat kontrak
topik, waktu dan
tempat setiap kali
bertemu klien
g. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
TUK2: Kriteria evaluasi: 2.1 Bantu klien Menentukan
Klien dapat Setelah 3x mengungkapkan mekanisme
mengidentifi intervensi klien perasaan marahnya: koping yang
kasi dapat: a. Diskusikan dimiliki oleh
penyebab 1. Menceritak bersama klien klien dalam
perilaku an untuk menghadapi
kekerasan penyebab menceritakan masalah. Selain
yang perilaku penyebab rasa itu juga sebagai
dilakukannya kekerasan kesal atau rasa langkah awal
yang jengkelnya. dalam
dilakukann b. Dengarkan menyusun
ya. penjelasan klien strategi
2. Menceritak tanpa menyela atau berikutnya.
an memberi penilaian
penyebab pada setiap
perasaan ungkapan perasaan
jengkel/kes klien.
al, baik dari
diri sendiri
maupun
lingkungan
nya.
TUK3: Kriteria evaluasi: Membantu klien .deteksi dini
Klien dapat Setelah 3x mengungkapkan tanda- dapat mencegah
mengidentifi intervensi klien tnda perilaku kekerasan tindakan yang
kasi tanda- dapat menceritakan yang dialaminya: bisa
tanda tanda-tanda Diskusikan dan motivasi mmbahayakan
perilaku perilaku kekerasan klien untuk menceritakan klien dan
kekerasan. secara: kondisi fisik saat perilaku lingkungan
a. Fisik: mata kekerasan terjadi. sekitar.
merah, 3.1 diskusikan dan
tangan motivasi klien untuk
mengepal,e menceritakan kondisi
kspresi fisik saat perilaku
tegang, dan kekerasan terjadi
lain lain. 3.2 diskusikan dan
b. Emosional: motivasi klien untuk
perasaan menceritakan kondisi
marah, emosinya saat terjadi
jengkel, perilaku kekerasan
bcara kasar. 3.3 diskusikan dan
c. Sosial: mootivasi klien untuk
bermusuha menceritakan kondisi
n yang psikologis saat erjadi
dialami saat kekerasan
terjadi 3,4 diskusikan dan
perlakuan motivasi klien untuk
kekerasan. menceritakan kondisi
hubungan dengan
orang lain saat terjadi
perilaku kekerasan.

TUK 4: Kriteria evaluasi: Diskusikan dengan klien Melihat


Klien dapat Stelah 3x seputar perilaku kekerasan mekanisme
mengidentifi intervensi, klien yang dilakukan selama ini. koping klien
kasi jenis menjelaskan: 4.1. diskusikan dengan dalam
perilaku a. Jenis-jenis klien seputar perilaku menyelesaikan
kekerasan ekspresi kekerasan yang masalah yang
yang pernah kemarahan dilakukannya selama dihadapi.
dilakukannya yang ini.
selama ini 4.2 motivasi klien
telah menceritakan jenis-
dilakukany jenis tindak kekerasan
a yang selama ini pernah
b. Perasaanya dilakukannya.
saat 4.3 motivasi klien
melakukan menceritakan perasaan
kekerasan klien etelah tindakan
c. Efektivitas kekerasan tersebut
cara yang terjadi.
dipakai 4.4diskusikan apakah
dalam dengan tindakan
menyelesai kekerasan yang
kan dilakukannya, masalah
masalah. yang dialami teratasi.
TUK 5: Kriteria evaluasi: Diskusikan dengan klien Membantu klien
Klien dapat Setelah 3x akibat negati atau kerugian melihat dampak
mengidentifi intervensi, klien dari cara atau tindakan yang
kasi akibat menjelaskan akibat kekerasan yang dilakukan ditimbulkan
dari perilaku yang timbul dari pada: akibat perilaku
kekerasan. tindakan kekerasan a. Diri sendiri kekerasan yang
yang b. Orang lain/ dilakukan klien
dilakukannya: keluarga
a. Diri c. lingkungan
sendiri:
luka dijauhi
teman, dll
b. Orang lain/
keluarga:
luka,tersing
gung,ketak
utan, dll
c. Lingkunga
n: barang
atau benda-
benda
rusak, dll.
TUK 6: Kriteria evaluasi: Diskusikan dngan klien Menurunkan
Klien dapat Setelah 3x seputar: perilaku yang
mengidentifi intervensi, klien 1.1 apakah klien mau destriktif yang
kasi cara dapat menjelaskan mempelajari cara baru berpotensi
konstruktif : cara-cara sehat mengungkapkan mencederai
atau cara- dalam marah yang sehat klien dan
cara sehat mengungkapkan 1.2 jelaskan berbgai lingkungan
dalam marah. alternatif pilihan untuk sekitar.
mengungkap mengungkapkan
kan kemarahan selain
kemarahan. perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
1.3 jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan:
a. cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal/ kasur,olah
raga
b. verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain
c. sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
d. Spritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi,dll.
TUK 7: Kriteria evaluasi: 7.1 diskusikan cara yang Keinginan
Klien dapat Setelah 3x mungkin dipilih serta unruk marah
mendemonstr intervensi, klien anjurkan klien memilih yang tidak bisa
asikan cara memperagakan cara yang mungkin diprediksi
mengontrol cara mengontrol diterapkan untuk waktunya serta
perilaku perilaku kekerasan mengungkapkan siapa yang akan
kekerasan. secara kemarahannya memicu
fisik,verbal,dan 7.2 latihan klien meningkatnya
spritual dengan memperagakan cara kepercayaan diri
cara berikut: yang dipilih dengan klien serta
a. Fisik : tarik melaksanakan cara asertifitas
nafas yang dipilih (ketegasan)
dalam, 7.3 jelaskan manfaat cara klien saat
memukul tersebut marah/jengkel
bantal/kasu 7.4 anjurkan klien
r menirukan peragaan
b. Verbal: yang dilakukan
mengungka 7.5 beri penguatan pada
pkan klien, perbaiki cara
perasaan yang masih belum
kesal/jengk sempurna
el 7.6 anjurkan klien
padaorang menggunakan cara
lain tanpa yang sudah dilatih saat
menyakiti marah/jengkel.
c. Spritual:
zikir/doa,
meditasi
sesuai
agamanya
TUK 8: Kriteria evaluasi: 8.1. diskusikan pentignya Keluarga
Klien Setelah 3x peran serta keluarga merupakan
mendapat intervensi. sebagai pendukung sistem
dukungan Keluarga mampu; klien dalam mengatasi pendukung
keluarga 1. Menjelaska risiko perilaku utama bagi klien
untuk n cara kekerasan dan mrupakan
mengontrol merawat 8.2 diskusikan potensi bagian penting
risiko klien keluarga untuk dari rehablitas
perilaku dengan membantu klien klien.
kekerasan. resiko mengatasi perilaku
perilaku kekerasan
kekerasan 8.3 jelaskan pengertian
2. Mengungka penyebab,akibat,dan
pkan rasa cara merawat klien
puas dalm resiko perilaku
merawat kekerasan yang dapat
klien dngan dilaksanakan keluarga
resiko 8.4 peragakan cara
perilaku merawat klien
kekerasan 8.5 beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
cara perawatan
terhadap klien
8.6 beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan
8.7 tayakan perasaan
keluarga setelah
mencba cara yang
dilatihlkan

TUK9: Kriteria evaluasi: 9.1 jelaskan manfaat Menyukseskan


Klien Setelah 3x menggunakan obat program
menggunaka intervensi klien scara teratur dan pengobatan
n obat sesuai bisa menjelaskan: kerugian jika tidak klien
program a. Manfaat menggunakan obat.
yang telah minum 9.2 jelaskan pada klien : Obat dpaat
ditetapkan obat 1) Jenis obat mengontrol
b. Kerugian (nama,warna dan risiko perilaku
tidak bentuknya) kekerasan klien
minum 2) Dosis yang tepat untuk dan dapat
obat klien membantu
c. Nama obat 3) Waktu pemakaian penyembuhan
d. Bentuk dan 4) Cara pemakaian lien
warna obat 5) Efek yang akan
e. Dosis yang dirasakan klien Mengontrol
diberikan 9.3 anjurkan klien untuk: kegiatan klien
kepadany 1. Minta dan minum obat dan
f. Waktu menggunakan obat mencegah klien
pemakaian tepat waktu putus obat.
g. Cara 2. Lapor ke
pemakaian perawat/dokter jika
h. Efek yang mengalami efek
dirasakan yang tidak biasa
i. Klien
menggunak
an obat
program 9.4 beri pujian terhadap
klien untuk
kedisiplinan
menggunakan obat
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H DI RUANG MERPATI DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH BAYANG

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial Klien : Tn.J
Umur : 38 Tahun
No. Rekam Medik : 03.05.87
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017
Informan : Klien, Status dan Perawat Ruangan
Alamat Lengkap : Kampung tangah, Bayang, Pesisir Selatan

2. ALASAN MASUK
Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang Pada tanggal 15
Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang kedua kalinya. Pasien sudah pernah
dirawat terakhir 5 tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau
meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum dirawat pasien
mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab,
bicara-bicara sendiri, banyak bermenung, kurang tidur, dan menghancurkan
barang-barang yang ada didalam rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi
alkohol.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan
alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang
dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya,
sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah tidak tau
dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang
yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ Prof. HB
Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan yang hampir sama.
b. Pengobatan Sebelumnya
Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu bulan di RSJ.
Prof. HB Saanin Padang sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah keluar dari RSJ
Prof. HB Saanin Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol
diawasi oleh keluarga`
c. Trauma
Aniaya Fisik
Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik
Aniaya Seksual
Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya
Penolakan
Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya
Kekerasan Dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mengalami kekerasan dalam
keluarga
Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sebelumnya.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sering putus dari pekerjaan nya dan bingung bagaimana
harus membiayai keluarganya.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
b. Tanda vital :
TD : 130/80mmHg
N : 83x/menit
S : 36 c
RR : 20x/menit
c. Antropometri : TB : 167cm, BB : 63kg
d. Tidak ada keluhan fisik : klien mengatan pendengaran kurang baik.
e. Pemeriksaan fisik:
1) Kepala
Inspeksi : terdapat ketombe rambut pendek,warna hitam,rambut tidak
rapi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi: konjungtiva merah muda, ,penglihatan normal,tidak
kabur,tidak ada peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan,
tidak ada polip (bersih)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Mulut
Inspeksi : bau mulut tidak sedap, tidak ada karies gigi, mukosa bibir
lembab, tidak ada luka, tidak ada pembesaran tonsil
5) Telinga
Inspeksi : simetris, telinga tampak kotor, pendengaran terganggu.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak kaku kuduk
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7) Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
auskultasi : RH (-), WZ (-)
8) Abdomen
Inspeksi : bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultsasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
9) Genetalia:
Bersih
Tidak ada hemoroid
Tidak ada gangguan pola eliminasi
10) Ekstrimitas
kekuatan otot 5 5
5 5
Rentang gerak maksimal
Tidak ada luka
11) Integumen
kulit kotor
tidak ada lesi
masalah kepetrawatan : Defisit perawatan diri

5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Penjelasan

 Pasien tinggal bersama keluarganya.


 Klien jarang bersosialisasi berbicara dengan ayah nya dengan
masyarakat,pengambil keputusan dalam keluarga ayah nya,
 Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah ibu kandung
nya
Masalah kepetrawatan : Koping keluarga inefekti

b. Konsep Diri
Citra Tubuh
Klien menyatakan menyukai semua anggota tubuhnya
Identitas Diri
Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai kepala keluarga
dan anak dari kedua orang tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna
setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan orang tuanya, pasien ingin
segera berubah dari masa lalu nya dan segera bertemu keluarganya
Peran Diri
Klien mengatakan ia bekerja sebagai petani, ia berperan sebagai seorang
ayah dan kepala keluarga.
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera berubah untuk bertemu
keluarganya.
Harga Diri
Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan orang lain
jika ada hal yang penting-penting saja.

c. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
Klien mengatakan dekat dengan anak pertamanya. Ia ingin segera
bertemu dengan anaknya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat
Klien mengatakan jarang atau tidak pernah berinteraksi atau ikut
daam kegiatan kelompok/masyarakat disekitar rumahnya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan
orang lain jika ada hal yang penting-penting saja

d. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama islam
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit tapi
masih ada sholatnya yang bolong atau tidak dilakukan 5 waktu.

6. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti
bajunya 2x sehari dan mandi 2x sehari.
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang diberikan
c. Aktivitas motorik
Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan
beribadah. Klien jarang bersosialisasi dengan teman-teman nya selama
diruangan.
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan perasaannya sangat tenang saat ini dan tidak ada yang
ditakutkan.
e. Afek
Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu menjawab
semua pertanyaan yang diberikan.
g. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa ada
dirinya yang lain. Klien mengira mungkin karna pengaruh alkohol dan
stress yang dialaminya.
h. Proses pikir
Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala
peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya.
i. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang
untuk bertemu keluarganya.
j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.
k. Memori
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
terganggu dari memori klien.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.
m. Kemampuan penilaian
klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana.
n. Daya tilik diri
klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan
siapapun atas penyakit yang dideritanya.

7. KEBUTUHAN PASIEN PULANG


a. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat
alergi makanan.
b. BAB/BAK
Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah
BAB/BAK.
c. Mandi
Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan.
d. Berpakaian/Berhias
Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut acak-acakan.
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah susah tidur, selama dirawat klien
mengaku tidur cukup dan teratur.
f. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah
pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis
akan melanjutkannya.
h. Kegiatan didalam rumah
Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan,
merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya’
sehari-hari sendiri.
i. Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien mampu berbelanja sendiri.

8. MEKANISME KOPING
a. Koping adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan.
b. Koping maldaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan adalah
sublimasi.

9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang yang dikenal nya saja.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien tidak ada masalah dengan pendidikan.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan sering putus dari pekerjaannya, oleh karna itu klien
sering merasa bingung dan stress.
e. Masalah dengan perumahan
Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama
keluarganya.
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan saat putus bekerja klien merasa bingung untuk
membiayai keluarganya. Klien bekerja sebagai petani.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengaku tidak mau dirawat dirumah sakit.
10. PENGETAHUAN
Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui
kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang
dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.

11. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia Ytt.
Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM)
Risperidon 2x1 mg
Merlopam 1x1 mg.

12. ANALISA DATA


No Data Masalah
1 DS : Perilaku
- Klien mengatakan akan marah apabila diajak berobat oleh kekerasan
keluarganya.
- Klien mengatakan sering mengamuk apabila tidak ada
pekerjaan yang bisa dilakukan
- Klien merasa gelisah apabila tidak ada uang
- Klien suka berteriak apabila sedang pusing
DO :
- Pandangan mata klien tajam.
-Klien merusak barang-barang dirumahnya
-Klien marah-marah tanpa sebab sebelum dirawat
-Klien mengamuk dirumah apabila tidak ada pekerjaan

2 DS : Halusinasi
- Klien mengatakan ada dirinya yang lain
-Klien mengatakan merasa kehilangan dirinya saat
mabukmabuk
DO :
- Klien tampak lebih tenang dan banyak diam
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien tampak tertawa sendiri sebelum dirawat
- Klien berjalan tanpa tujuan
3 DS : Isolasi
- Klien mengatakan berinteraksi hanya dengan orang yang Sosial
dikenalnya saja
- Klien mengatakan berinteraksi jika ada hal yang penting
saja
- Klien mengatakan lebih senang sendiri
DO :
- Klien tampak hanya berdiam diri saja
-Klien tampak suka menyendiri
-Klien tampak jarang bicara dengan teman satu ruangan nya

13. DAFTAR MASALAH


a. Respon pasca trauma
b. Harga diri rendah
c. Hambatan komunikasi verbal
d. Intoleransi aktivitas
e. Hambatan interaksi sosial
f. Isolasi sosial
g. Gangguan persepsi sosial
h. Gangguan proses pikir
i. Gangguan pola tidur
j. Pola koping tidak efektif
k. Kurang pengetahuan

14. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Perilaku Kekerasan
b. Halusinasi
c. Isolasi Sosial

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Tn.J
No. MR : 03.05.87
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
1 Prilaku Pasien Setelah dilakukan SP Pasien
kekerasan mampu : pertemua 2 - 4 x klien SP1 Pasien :
Mengontrol mampu mengontro Mengidentifikasi
perilaku perilaku kekerasan Perilaku Kekerasan
Kekerasan dengan cara : dan Latihan Fisik 1dan
sesuai dengan 1. Mengontrol dengan 2
strategi cara latihan fisik 1 1. Membina hubungan
pelaksanaan dan 2 saling percaya
tindakan 2. Minum obat dengan 2. Menjelaskan dan
keperawatan prinsip 6 benar melatih cara mengontrol
minum obat perilaku kekerasan
3. Mengontrol dengan dengan cara fisik 1 &2
cara verbal 3. Tanyakan bagaimana
4. Mengontrol dengan perasaan klien setelah
cara spiritual melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik 1 & 2.
SP 2 Pasien : Melatih
cara mengontrol
Perilaku Kekerasan
dengan cara 6 benar
minum obat
1. Evaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2.
2. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
minum obat (6 benar)
3. Tanyakan bagaimana
perasaan klien setelah
melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan harian
minum obat (6 benar)
SP 3 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
Cara Verbal
1. Evaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2
dan minum obat (6
benar)
2. Menjelaskan dan
melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara verbal:
mengungkapkan,
meminta, dan menolak
dengan benar
3. Tanyakan bagaiaman
perasaan klien Setelah
melakukan kegiatan.
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan harian
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
verbal
SP 4 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
cara Spiritual
1. Evaluasi cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
latihan fisik 1 & 2,
minum obat 6 benar, dan
cara verbal
2. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan cara spiritual
(latih 2 kegiatan)
3. Tanya perasaan klien
setelah melakukan
kegiatan
4. Memasukkan pada
jadwal kegiatan harian
Untuk latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
spiritual
2 Halusinasi Pasien Setelah dilakukan SP Pasien
mampu : pertemuan 2–4 x klien SP 1 pasien :
Mengontrol mampu mengontrol pengkajian dan
halusinasi halusinasi dengan cara : mengenal halusinasi
sesuai strategi 1. Menghardik suara 1. Mengkajikesadaranp
pelaksanaan yang palsu asien akan
tindakan 2. Minum obat dengan halusinasinya dan
keperawatan prinsip 6 benar pengenalan akan
sehingga minum obat halusinasi : Isi,
klien merasa 3. Mengontrol frekuensi, waktu
nyaman halusinasi dengan terjadi,situasi
bercakap – cakap pencetus, perasaan,
4. Melakukan aktivitas responpasien, serta
yang terjadwal upaya yang telah
dilakukan pasien
untuk mengontrol
halusinasi
2. Menjelaskan cara
mengontrol
halusinasi dengan
mengahardik
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik
SP 2 pasien :
6 benar minum Obat
1. Evalusi tanda dan
gejala halusinasi
2. Validasi kemampuan
pasien mengenal
halusinasi yang dialami
dan kemampuan pasien
mengontrol halusinasi
dengan menghardik,
berikan pujian
3. Evalusi manfaat
mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
4. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan patuh
minum obat (jelaskan 6
benar : jenis, waktu,
dosis, frekuensi, cara,
Kontinuitas minum
obat)
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk minum obat
sesuai jadwal.
Berikut ini tindakan
keperawatan yang harus
dilakukan agar pasien
patuh minum obat :
a. Jelaskan pentingnya
penggunaan obat
pada gangguan jiwa
b. Jelaskan akibat bila
obat tidak digunakan
sesuai program
c. Jelaskan akibat bila
putus obat
d. Jelaskan cara
mendapatkan obat atau
berobat
e. Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 6 benar
(jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
SP 3pasien :
Bercakap cakap
1. Evaluasi gejala
halusinasi
2. Validasi kemampuan
pasien dalam
mengontrol alusiansi
dengan menghardik,
minum obat, Berikan
pujian
3. Evaluasi manfaat
emngontrol halusinasi
dengan menghardik,
minum obat sesuai
jadwal
4. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
bercakap cakap saat
terjadi halusinasi
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 4 pasien :
Melakukan aktifitas
sehari hari
Pada tindakan keempat
ini dapat diulang untuk
beberapa kegiatan
harian. Semakin banyak
kegiatan yang dilakukan
semakin sedikit
kemungkinan
berhalusinasi. Berikut
beberapa kegiatan yang
dapat dilatih
1. Membereskan kamar
a. Evalusi tanda dan
gejala halusinasi
b. Validasi kemampuan
pasien dalam
mengontrol halusiansi
dengan menghardik,
minumobat, dan
bercakap cakap dengan
orang lain, berikan
pujian
c. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
d. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
melakukan kegiatan
harian
2. Melakukan aktifitas
sehari hari :
Mencuci piring
3 Isolasi Sosial Pasien Setelah 2-4x SP 1 Pasien :
Mampu : pertemuan: Melatih Pasien
berinteraksi Klien mampu Bercakap -cakap
dengan berkenalan dan 1. Membina hubungan
orang lain berinteraksi dengan saling percaya
sehingga cara: 2. Membantu pasien
tidak terjadi 1. melatih pasien menyadari masalah
menarik isolasi social
diri dari 3. Melatih pasien
lingkungan bercakap-cakap secara
bertahap antara pasien
dan anggota keluarga
4. Masukkan dalam
jadwal kegiatan harian
bercakap-cakap secara
bertahap antara pasien
dan perawat atau satu
orang lain
2. melatih pasien
bercakap-cakap dengan
2-3 orang
3. melatih pasien
bercakap-cakap dengan
4-5 orang
4. melatih pasien
bercakap-cakap dengan
4-5 orang sambil
melakukan kegiatan
untuk latihan
SP 2 Pasien :
Berkenalan dengan 2-3
orang
1. Evaluasi tanda dan
gejala isolasi social
2. Validasi kemampuan
pasien dalam
berkenalan, beri pujian
3. Latih cara berbicara
saat melakukan kegiatan
harian (2-3 orang)
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan harian
SP 3 Pasien :
berkenalan dengan 4-5
orang
1. Evaluasi tanda dan
gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan
berkenalan dan bicara
saat melakukan kegiatan
harian, berikan pujian
3. Latih cara berbicara
saat melakukan kegiatan
(2 kegiatan baru dengan
4-5orang)
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan
SP 4 Pasien :
Berkenalan 4-5 orang
dan melakukan
kegiatan
1. Mengevaluasi tanda
dan gejala isolasi sosial
2. Validasi kemampuan
pasien dalam berkenalan
dan bicara saat
melakukan empat
kegiatan harian, berikan
pujian
3. Tanyakan perasaan
saat melakukan kegiatan
4. Latih cara berbicara
saat melakukan kegiatan
5. Masukkan pada
jadwal kegiatan harian

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Tn.J Ruangan : Merpati No. MR : 03.05.87
Hari / Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf
Tanggal
21 Mei Perilaku Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan S: Klien mengatakan
2017 Kekerasan fisik 1 dan 2) marah apabila tidak
a) Membina hubungan saling ada pekerjaan yang
percaya bisa dilakukan dan
b) Mengidentifikasi penyebab jika pasien terlalu
terjadinya perilaku kekerasan banyak
pada pasien mengkonsumsi
c) Menjelaskan dan melatih cara alkohol
mengontrol perilaku kekerasan O: Klien tampak
dengan cara latihan fisik tenang dan mampu
(memukul bantal) melakukan latihan
fisik (memukul)
A: Perilaku
kekerasan tidak
tampak. SP 1 Pasien
tercapai, pasien
mampu mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara latihan
fisik
P : Lanjutkan SP 2
Perilaku kekerasan
dan Evaluasi SP 1
22 Mei Perilaku Strategi Pelaksanaan 2 S: Klien mengatakan
2017 Kekerasan (mengontrol perilaku kekerasan merasa tenang
dengan 6 benar minum obat) dan nyaman setelah
1. Evaluasi pertemuan meminum obatnya.
sebelumnya dengan pasien SP1 Klien merasa lebih
mengontrol perilaku kekerasan mengantuk setelah
dengan latihan fisik minum obat.
2. Latih cara mengontrol O: Klien tampak
halusinasi dengan patuh minum tenang setelah
obat. (Jelaskan pentingnya minum obat dan
penggunan obat, akibat bila obat tidak ada perilaku
tidak digunakan sesuai program, gelisah dan bingung
akibat bila putus obat, cara tampak pada pasien.
mendapatkan obat/berobat. Klien tampak tidur
3. Menanyakan perasaan dan 15 menit setelah
pendapat klien setelah minum minum obat. prinsip
obat. 6 benar minum obat:
jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara dan
kontinuitas minum
obat.
A : Klien tidak bisa
minum obat
sendiri dan selalu
diawasi perawat.
SP 2 belum optimal
P : Lanjutkan SP 3
Perilaku kekerasan
dan evaluasi
kegiatan 1 dan 2
23 Mei Perilaku Strategi Pelaksanaan 3 S: Klien mengatakan
2017 Kekerasan (mengontrol perilaku kekerasan kurang pandai dalam
dengan cara verbal) mengungkapkan apa
1. Evaluasi cara mengontrol yang dirasakan nya.
perilaku kekerasan dengan cara Klien lebih memilih
latihan fisik dan 6 benar minum diam dan tidak
obat. mengungkapkan apa
2. Menjelaskan dan melatih cara yang ada dalam
mengontrol perilaku kekerasan fikiran nya. Oleh
dengan cara verbal yaitu meminta, sebab itu klien sering
mengungkapkan, dan menolak mengamuk jika
dengan benar. masalahnya
3. Berikan pujian dan tanya menumpuk.
bagaimana perasaan pasien O: Klien mampu
setelah melakukan latihan. menolak dan
meminta dengan
benar. Klien kurang
bisa dalam
mengungkapkan apa
yang dirasakan nya.
A: Latihan SP 3
belum optimal
P: Lanjutkan SP 4
dan evaluasi
Kegiatan 1 2 3
24 Mei Perilaku Strategi Pelaksanaan 4 S: Klien mengatakan
2017 Kekerasan (mengontrol perilaku kekerasan jarang melakukan
dengan cara spiritual) ibadah sholat selama
1. Evaluasi cara mengontrol dirumah.Klien sudah
perilaku kekerasan dengan cara mulai beribadah
latihan fisik, 6 benar minum obat, selama dirawat tetapi
dan cara verbal. tidak dilakukan
2. Menjelaskan cara mengontrol penuh.
perilaku kekerasan dengan O: Klien tampak
spiritual (beribadah, sholat, melakukan ibadah
berdoa, membaca kitab suci) sholat diruangan
Klien Strategi Pelaksanaan 1 S: Klien mengatakan
Gangguan (Menghardik halusinasi) melihat ada dirinya
Persepsi a) Membina hubungan saling yang lain saat
Sensori : percaya sebelum dirawat.
Halusinasi b) Mengidentifikasi jenis Klien mengatakan
pendengara halusinasi klien tidak pernah
n c) Mengidentifikasi isi halusinasi berbicara dan
Mengidentifikasi waktu terjadi tertawa sendiri.
halusinasi klien Klien mengatakan
e) Mengidentifikasi situasi tidak tau dengan
pencetus yang menimbulkan dirinya ketika selesai
halusinasi mengkonsumsi klien
f) Menjelaskan cara mengontrol O : Sebelum dirawat
halusinasi dengan menghardik klien berbicara
g) Melatih pasien mengontrol dan tertawa sendiri
halusinasi dengan menghardik saat dirumah nya.
alkohol. Saat dilakukan
latihan pasien tidak
tampak berbicara
dan tertawa sendiri.
A : SP 1 tercapai
klien mampu
membina hubungan
saling percaya, klien
dapat memperagakan
cara menghardik jika
terjadi halusinasi.
P : Lanjutkan SP 2
halusinasi, evaluasi
kegiatan SP 1
25 Mei Gangguan Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar S: Klien mengatakan
2017 Persepsi minum obat) tidak ada mendengar
Sensori : a. Evaluasi manfaat mengontrol suara-suara aneh,
Halusinasi halusinasi dengan cara melihat bayangan
pendengara menghardik dirinya. Klien
n b. Latih cara mengontrol mengaku sudah
halusinasi tenang. dengan patuh
minum obat.
(Jelaskan pentingnya
penggunan obat,
akibat bila obat tidak
digunakan sesuai
program, akibat
bila putus obat, cara
mendapatkan
obat/berobat.
Jelaskan prinsip 6
benar minum obat:
jenis, waktu, dosis,
frekuensi, cara dan
kontinuitas minum
obat.
O: Klien tidak
tampak berbicara
dan tertawa sendiro.
Klien tampak tenang
tetapi jarang
berinteraksi.
A: SP 2 belum
optimal, klien belum
mampu meminum
obat sendiri. Klien
hanya tau waktu
minum obat tidak
tau dosis dan jenis
obat nya.
P : Lanjutkan SP 3,
evaluasi kegiatan
SP 1 dan 2
26 Mei Gangguan Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap- S: Klien mengatakan
2017 Persepsi cakap dengan orang lain) tidak ada mendengar
Sensori : a. Evaluasi gejala halusinasi suara-suara aneh,
Halusinasi b. Validasi kemampuan pasien melihat bayangan
pendengara dalam mengontrol halusinasi dirinya. Klien
n dengan menghardik, minum mengaku sudah
obat, berikan pujian tenang.
c. Latih cara mengontrol O : klien tampak
halusinasi dengan cara menyerndiri, klien
bercakap-cakap saat tidak mau
bersosialisasi dengan
orang lain.
A : Halusinasi sudah
terkontrol, SP 3
belum optimal
P : Lanjutkan SP 4,
evaluasi kegiatan
SP 1, 2 dan 3
Gangguan Strategi Pelaksanaan 4 S: Klien mengatakan
Persepsi (melakukan aktivitas sehari-hari) tidak ada mendengar
Sensori : a. evaluasi kemampuan pasien suara-suara aneh,
Halusinasi dalam mengontrol halusinasi melihat bayangan
pendengara dengan menghardik, minum dirinya. Klien
n obat, dan bercakap-cakap mengaku sudah
terjadi dengan orang lain,berikan tenang.
halusinasi pujian O : Klien tampak
b. Latih cara mengontrol sudah berbicara
halusinasi dengan melakukan dengan orang lain
kegiatan harian tetapi jarang.
Klien melakukan
aktivitas harian
secara mandiri.
A : Klien dapat
mengontrol dengan
melakukan kegiatan
diruangan
P : Optimalkan SP 4
dan evaluasi
kegiatan SP 1 2 dan
3
27 Mei Isolasi Strategi Pelaksanaan 1 : bercakap S: Klien mengatakan
2017 Sosial – cakap dengan satu orang namanya Juprianto
a) Membina hubungan saling dan klien
percaya mengatakan malas
b) Membantu pasien menyadari untuk berinteraksi
masalah isolasi sosial jika tidak hal yang
c) Melatih pasien bercakap-cakap penting. Klien lebih
secara bertahap antara pasien dan senang sendiri.
anggota keluarga O: Klien tampak
banyak sendiri dan
bermenung, klien
mempraktikan cara
berkenalan.
A: SP 1 Isolasi
Sosial teratasi, klien
mampu berinteraksi
dengan orang lain
P : Evaluasi SP 1
dan lanjut SP 2
Isolasi sosial
28 Mei Isolasi Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap- S: Klien mengatakan
2017 Sosial cakap dengan 2-3 orang senang bisa
a) Evaluasi tanda dan gejala berkenalan dengan
isolasi social orang lain
b) Validasi kemampuan pasien O: Klien tampak
dalam berkenalan, beri pujian berkenalan dengan2
c) Latih cara berbicara saat orang teman lainnya
melakukan kegiatan harian (2-3 A : SP 2 isolasi
orang ) sosial teratasi, klien
mampu menjelaskan
kembali cara
berkenalan
P : Evaluasi SP 2
dan lanjut SP 3
29 Mei Isolasi Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap- S: Klien mengatakan
2017 Sosial cakap dengan 4-5 orang sudah berkenalan
a) Evaluasi tanda dan gejala dengan 2-3 orang
isolasi sosial didalam ruangan
b) Validasi kemampuan O : klien tampak ikut
berkenalan dan bicara saat dalam kegiatan
melakukan kegiatan harian, di dalam ruangan
berikan pujian dan mulai
c) Latih cara berbicara saat berbicara dengan
melakukan kegiatan (2 kegiatan orang lain
baru dengan 4-5 orang) A SP 3 Isolasi Sosial
teratasi
P : Evaluasi SP 3 dan
lanjut SP 4 Isolasi
Sosial
30 Mei Isolasi Strategi Pelaksanaan 4 : bercakap- S: Klien mengatakan
2017 Sosial cakap dengan 4-5 orang dan senang mengikuti
melakukan kegiatan kegiatan karena
a. Mengevaluasi tanda dan gejala banyak teman
isolasi sosial O: klien tampak
b. Validasi kemampuan pasien tidak menyendiri
dalam berkenalan dan bicara saat lagi, klien mengikuti
melakukan empat kegiatan harian, kegiatan diruangan
berikan pujian A : SP 4 Isolasi
c. Tanyakan perasaan saat Sosial teratasi
melakukan kegiatan P: Evaluasi Kegiatan
d. Latih cara berbicara saat SP 4 Isolasi Sosial
melakukan kegiatan sosial
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik secara
fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016).
Penyebab prilaku kekerasan menurut setearen, kemarahan adalah kombinasi dari
segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang dendam sakit hati dan peristitasi,
beberapa faktor yang mempengaruhi kemarahan yaitu frustasi, kehilangan harga diri,
kebutuhan akan status.
Resiko perilaku kekerasan juga memiliki tahap yaitu ada 6 tahap, Tanda dan
gejela perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung dengan hasil
observasi. Data subjektif:
a. Ungkapan berupa ancaman
b. Ungkapan kata-kata kasar
c. Ungkapan ingin memukul/melukai
Data objektif
a. Wajah memerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. rahang dengan kuat

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, Meskipun penulis
menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.

Anda mungkin juga menyukai