Sifilis
Sifilis
Sifilis telah dikenal sebagai kelainan yang berbeda sejak akhir abad kelima belas.
Ia termasuk dalam satu dari lima penyakit pertama yang dikenal sebagai penyakit
kelamin, bersama dengan gonorhea, limfogranuloma venereu, chancroid, dan
donovanosis (granuloma inguinalis). Sifilis ditandai dengan riwayat alamiah
kompleks yang sebagian besar ditentukan dengan katakter yang unik dari
spirocheta penyebabnya, Treponema pallidum, dan respon imunologi
terhadapnya. Patogenensisnya mirip dengan yang terjadi pada tuberkulosis.
Infeksi keduanya disebabkan oleh patogen intraselular yang bereplikasi perlahan
dimana penahanannya bergantung pada imunitas cell-mediated, keduanya ditandai
dengan penampakkan infeksi primer yang ringan bersama dengan bakteremia
yang tak terdeteksi dengan penyebaran dari organisme patogen ke berbagai organ
dan dengan hasil infeksi granulomatosa destruktif jika terjadi reaktivasi infeksi,
sering terjadi beberapa tahun kemudian, karena kegagalan pertahanan tubuh atau
imunodefisiensi yang nyata.
Sifilis memiliki tingkat primer, sekunder, tersier yang saling tumpang
tindih selama bertahun-tahun bahkan dekade, diselingi dengan periode infeksi
inaktif (laten). Secara umum, dampak paling serius dari penyakit ini berasal dari
infeksi kongenital, tetapi manifestasi serius yang paling sering terjadi pada dewasa
adalah neurosifilis. Meskipun sering dianggap manifestasi dari infeksi tersier
beberapa tahun hingga dekade dari infeksi awal, baik keterlibatan neurologis
subklinis atau overt sering pada sifilis dengan durasi kurang dari satu tahun.
Seorang penderita HIV yang menderita sifilis mungkin memiliki hasil yang
menyimpang dari tes serologis sifilis, respon yang buruk terhadap antibiotik terapi
sifilis, dan kemungkinan peningkatan risiko neurosifilis, tetapi efek ini jarang
terjadi. Dalam pandangan ini, alur infeksi sifilis pada penderita AIDS berbeda
secara substansial dibandingkan dengan tuberkulosis, meskipun paralel dalam
patogenesisnya.
Insiden infeksi sifilis (infeksi primer, sekunder, dan laten selama durasi
satu tahun) berfluktuasi secara besar di Amerika Serikat dan Eropa sepanjang abad
kedua puluh, karena peningkatan dalam pengenalan kasus, pelaporan, dan
mungkin peningkatan insidensi yang sesungguhnya pada setengah abad tersebut,
diikuti dengan peningkatan dan penurunan insidensi pada setengah abad sisanya
karena berbagai kelompok risiko muncul dan menunjukkan variabilitas besar
dalam frekuensi perilaku berisiko. Yang paling dramatis terjadi pada 25 tahun
yang lalu, tingkat sifilis pada negara industri secara besar-besaran terjadi akibat
pergeseran dari perilaku seksual dari laki-laki yang berhubungan seks dengan
laki-laki (LSL) sebagai respon terhadap penyebaran HIV dan perbaikan dari terapi
dan ketahanan hidup pada orang dengan HIV. Pada pertengahan 1990an, insidensi
sifilis di Amerika Serikat dan banyak negara industri lain telah menurun hingga ke
tingkat terendahnya sejak saat dibuatnya statistik nasional, dan pada 1999 Center
for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan rencana untuk
mengeliminasi sifilis di berbagai area geografis Amerika Serikat, meskipun,
kebangkitan yang bermakna dimulai sekitar tahun 2000 dan terus berlanjut hingga
saat ini, dengan lebih dari dua kali lipat kasus yang dilaporkan sepanjang tahun
2009, terutama diantara LSL, banyak dari mereka yang juga terinfeksi HIV.
Sebagai tambahan pada LSL, tingkat sifilis di seluruh dunia paling tinggi
pada populasi yang sangat tidak menguntungkan. Kekebalan tingkat populasi
telah diusulkan sebagai penjelasan parsial untuk tingkat sifilis yang bervariasi,
tetapi kebanyakan ahli percaya bahwa variasi ini disebabkan hanya karena
penjelasan perilaku dan pengaruh sosial pada perilaku dan akses terhadap
perawatan kesehatan. Lebih dari IMS lainnya, kecuali mungkin HIV/AIDS, sifilis
tumbuh subur dalam lingkungan seksualitas yang belum diketahui atau secara
sembunyi-sembunyi dan pada kondisi ekonomi dan sosial, termasuk akses yang
buruk ke perawatan kesehatan, yang paling bermasalah. Di Amerika Serikat, sifilis
yang ditransmisikan dari hubungan heteroseksual terus berlanjut tinggi pada
kelompok minoritas, terutama di tenggara dan sepanjang perbatasan Amerika
Serikat dengan Meksiko, dimana sifilis kongenital terus muncul dalam tingkat
yang sangat tinggi. Oleh karena tren ini, eliminasi sifilis di Amerika Serikat tetap
menjadi harapan yang sulit dicapai untuk kedepannya. Usaha internasional untuk
mengendalikan sifilis secara besar-besaran dikendalikan oleh tingginya infeksi
kongenital pada banyak negara berkembang yang berlangsung terus-menerus.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi
Di Amerika Serikat, 13.997 kasus sifilis sekunder dan primer (P&S) dilaporkan
pada tahun 2009, termasuk kasus laten dini (durasi <1 tahun), insidensi di
Amerika Serikat sekitar 31.000 kasus per tahunnya.
Insidensi yang dilaporkan dari sifilis P&S meningkat 119% dari 2000 (2,1
kasus per 100.000) menjadi 2009 (4,6 per 100.000)
Variabilitas geografis sangat besar; 70% dari daerah di A.S melaporkan tidak
adanya kasus pada 2009.
Uni Eropa memiliki 17.603 kasus yang dilaporkan (semua fase) pada 2007 (4,4
per 100.000); kebanyakan negara memiliki tingkat sekitar 1 sampai 8 per
100.000; di banyak negara, peningkatan tingkat terbaru pada tren A.S LSL
paralel
Tingkat tertinggi ada di Afrika Selatan dan beberapa bagia Asia
Transmisi
Transmisi seksual hanya terjadi selama fase primer, sekunder, dan awal fase
laten
Membutuhkan paparan terhadap lesi mukokutaneus yang lembab (chancre,
bercak mukoid, kondiloma lata) dan mengandung koloni spirocheta
Sifilis kongenital berasal dari infeksi transplasenta
Kasus transmisi non-seksual yang jarang terjadi, biasanya akibat kontak
langsung dengan penderita dengan lesi non-genital (mis. perawatan dan
premastikasi dari makanan bayi pada beberapa kebudayaan)
Usia
Semua usia dapat terinfeksi
Tingkat tertinggi pada usia lebih tua dibanding IMS lain; di Amerika Serikat.
57% dari kasus P&S yang dilaporkan pada 2009 berusia ≥30 tahun (vs 12%
kasus chlamydia dan 20% kasus gonorhea)
Sifilis yang terlambat biasa didiagnosa pada pasien dengan usia ≥50 tahun
Ras/Etnis
Ras dan etnis merupakan penanda status sosioekonomi, akses terhadap
pelayanan kesehatan, edukasi, dan pola hubungan seksual (Bab.1)
Kasus sifilis P&S yang dilaporkan, di Amerika Serikat, 2009
o Kulit putih 4.256 kasus (2,1 per 100.000)
o Keturunan Afrika-Amerika 7.335 kasus (19,2 per 100.000)
o Hispanik 2.112 kasus (4,5 per 100.000)
o Keturunan Kepulauan Pasifik/ Asia 225 kasus (1,6 per 100.000)
o Penduduk asli Amerika 61 kasus (2,4 per 100.000)
MANIFESTASI KLINIS
Epidemiologi dan Riwayat Paparan
Hampir semua orang yang menderita infeksi sifilis mengakui memiliki
pasangan seks baru atau pasangan yang memiliki pasangan seksual lain.
Seks tanpa perlindungan, terutama dengan pasangan seks komersial atau
pasangan yang tidak diketahui
Diantara laki-laki, seks dengan laki-laki lain
Laki-laki dan perempuan heteroseksual yang dipengaruhi kondisi sosial
yangtelah disebutkan di atas
Sifilis sekunder
Bisa bertumpang tindih dengan sifilis primer, mis. chancre yang persisten pada
pasien dengan manifestasi sekunder
Kebanyakan gambaran klinis adalah lesi papuloskuamos generalisata, bercak
kemerahan kulit yang tidak gatal, sering pada telapak tangan dan kaki
Bercak merah atipikal, termasuk lesi pruritik dapat muncul
Manifestasi yang beragam (sifilis telah dikenal “the great imitator”): bercak
pada mukosa (lesi pada membran mukosa tidak nyeri), kondiloma lata (papul
berbongkol-bongkol pada genital atau perianal), alopesia bercak-bercak
(“mouth eaten”), limfadenopati generalisata, hepatosplenomegali, nyeri perut
akibat ulkus gaster, demam, malaise, nyeri kepala, poliartritis kompleks imun,
dan lain-lain.
Neurosifilis
Neurosifilis awal muncul selama infeksi fase sekunder dan fase laten awal
Manifestasi klinis yang utama dari neurosifilis menggambarkan keterlibatan
meningovaskular: kelemahan nervus kranialis, nyeri kepala, hilang
pendengaran, disfungsi vestibular (mis. vertigo), oklusi arteri (biasanya
melibatkan arteri berukuran sedang) menyebabkan stroke
Iritis dan uveitis sering terjadi; kelainan sifilis okular selalu ada pada
neurosifilis dan membutuhkan tatalaksana yang serupa
Sifilis laten
Secara definisi, infeksi asimptomatik kapanpun setelah sifilis primer
Hanya dapat dideteksi secara serologis
Laten awal (≤1 tahun, infeksius) dan laten lambat (>1 tahun, biasanya tidak
menular)
Perbedaan sifilis laten awal dan lambat masih sering menjadi perdebatan
karena sulit untuk membedakannya
Sifilis kongenital
Keparahan bervariasi dari mulai asimtomatis hingga fatal
Manifestasi awal yang sering yaitu abortus spontan, stillbirth¸ensefalitis,
kemerahan pada kulit secara general, rhinitis (“sengau”), gangguan hepar,
konsumsi koagulopati, kegagalan berbagai organ
Manifestasi selanjutnya, biasanya tidak muncul pada saat lahir, yaitu osteitis
pada tulang panjang, malformasi tulang maksilofasial atau gigi geligi, keratitis,
hilang pendengaran tipe neurosensoris, defisit neuropsikologikal kronik
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Identifikasi dari T.pallidum
T.pallidum tidak dapat ditumbuhkan secara in vitro, tidak ada uji kultur yang
tersedia
Deteksinya bergantung pada deteksi visualm antigen, dan genetik
Visualisasi membutuhkan mikroskop medan gelap atau fase, atau teknik
pengecatan khusus (mis. silver stain, imunofluoresensi)
Histopatologi
Pengecatan silver stain atau mikroskopik imunofluoresensi dari jaringan yang
terinfeksi
Tidak sensitif tetapi spesifik, terkadang manjadi alat diagnosis
Serologi
Uji antibodi serologis merupakan uji laobraorium diagnosis utama pada semua
fase sifilis selain sifilis primer
Uji non-treponema
Uji Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan variannya, termasuk
rapid plasma reagin (RPR) dan toluidine red unheated serum reagin test
(TRUST)
Merupakan turunan dari tes serologis terdahulu (mis. Wassermann)
Mendeteksi antibodi terhadap kardiolipin (difosfotidilkonin), sebuah
komponen membran normal dan tergabung dalam T.pallidum
Sensitif terhadap semua fase kecuali sifilis primer
Non-spesifik; hasil yang positif membutuhkan konfirmasi dengan uji
treponema
Titer bervariasi dengan aktivitas infeksi; berguna untuk menilai respon terapi
TATALAKSANA
Prinsip
Kadar antibiotik cukup untuk menghentikan T.pallidum harus dijaga dalam darah
dan jaringan yang terinfeksi setidaknya selama 10 hari pada sifilis awal dan 4
minggu pada sifilis lambat. Organisme tersebut sensitif terhadap penisilin, yang
secara cepat membunuh treponema, dan penisilin G tetap menjadi pilihan obat
utama untuk semua fase penyakit. Penisilin lain, seperti ampicilin dan amoxicilin,
aktif tetapi membutuhkan beberapa kali dosis per harinya untuk periode jangka
panjang, membuat kepatuhan minum obat sulit, dan beberapa studi klinis
menyatakan efikasi klinis. Doksisiklin dan tetrasiklin lain agak kurang aktif
terhadap T.pallidum, tetapi memiliki farmakokinetik dan frekuensi dosis yang
menguntungkan, biasanya digunakan ketika penicilin tidak dapat diberikan.
Ceftriakson sangat aktif terhadap T.pallidum dan terkadang digunakan penicilin
tidak dapat diberikan, tetapi bukti klinisnya masih terbatas. Azitromisin
merupakan terapi oral alternatif yang cukup menarik, yang telah terbukti efektif
melawan sifilis primer dengan dosis tunggal 2 gram. Sayangnya, frekuensi dari
strain T.pallidum resisten terhadap antibiotik makrolida, jarang, sedang meningkat
pada beberapa area geografis, termasuk beberapa area di Amerika Utara dan
Eropa. Aztromisin mungkin berguna dalam beberapa kondisi dimana resistensi
belum muncul, tetapi semua makrolida harus digunakan dengan kehati-hatian, jika
seluruh, pada kebanyakan kondisi klinis. Antibiotik kelas lain, termasuk
fluorokuinolon, silfonamida, dan aminoglikosida tidak memiliki aktivitas
antitreponema.
Banyak pasien dengan sifilis awal dan beberapa pada sifilis lambat
mengalami reaksi Jarisch-Herxheimer segera setelah onset terapi, dengan demam,
menggigil, malaise, nyeri kepala, dan terkadang peningkatan peninggian chancre,
kemerahan pada kulit, atau limfadenopati. Reaksi ini dipercaya berasal dari
pelepasan antigen treponema mengikuti pembunuhan cepat dari T.pallidum; secara
tipikal dimulai saat 6-12 jam setelah pengobatan dan membaik dalam kurun waktu
24 jam. Obat anti inflamasi non-steroid seperti ibuprofen mungkin akan
mempercepat perbaikan simtomatik.
Regimen Rekomendasi
Pilihan terapi infeksi primer, sekunder, dan laten awal
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM, dosis tunggal
Neurosifilis
Pilihan terapi
Aqueous penisilin G 3-4 juta unit IV setiap 4 jam selama 10-14 hari
Regimen Alternatif
Prokain penisilin G 2,4 juta unit IM sekali sehari, ditambah probenesid 500 mg
PO empat kali sehari selama 10-14 hari
Hanya pensilin yang diketahui efektif; pasien yang alergi penisilin harus
didesensitisasi dan diterapi dengan penisilin
Sifilis kongenital
Masalah terapi kompleks
Terapi dengan pensilin dan konsultasi dengan ahli
FOLLOW UP
Sifilis primer, sekunder, laten fase awal
Periksa ulang dan lakukan uji kuantitaif VDRL, RPR, atau TRUST pada bulan
ke 1,3,6, dan 12 setelah pengobatan atau hingga hasil negatif
Jika uji kuantitaif VDRL, RPR, atau TRUST masih reaktif pada titer
berapapun, ulangi dengan interval 6-12 bulan selama 1-2 tahum.
Neurosifilis
Ikuti terapi yang sesuai dengan fase klinis dan status HIV
Jika LCS abnormal sebelum pengobatan, ulangi pemeriksaan LCS dengan
interval 6 bulan hingga jumlah sel dalam batas normal dan hasil VDRL LCS
negatif
Tatalaksana untuk pasangan seks
Periksa dan lakukan uji serologis sifilis untuk semua pasangan seks yang
terpapar selama periode infeksi, biasanya dari awal paparan hingga awal
pengobatan.
Obati pasangan dengan hasil seronegatif yang berhubungan seks dengan kasus
infeksius selama 3 bulan dengan menggunakan benzatin penisilin atau regimen
lain yang efektif untuk sifilis tahap awal
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, badan kesehatan lokal maupun regional
biasanya akan membantu mengidentifikasi dan memberitahu pasangan-
pasangan tersebut
PENCEGAHAN
Uji saring
Serologi rutin untuk mereka yang berisiko, terutama mereka yang mencirikan
sebagai transmiter utama
Kebanyakan badan kesehatan negara bagian dan area merekomendasikan atau
melakukan uji pada semua wanita hamil
Pelaporan
Dibutuhkan secara hukum di seluruh bagian dari Amerika Serikat dan badan
kesehatan regional pada kebanyakan negara industri
Pelaporan dan analisis epidemiologi dibutuhkan untuk mengalokasi sumber,
progam pencegahan terbesar, dan fasilitas konseling serta pelayanan
tatalaksana pasangan
Gambar 5-1 Chancre penis pada sifilis primer
KASUS
Profil pasien : usia 25 tahun, LSL, programmer komputer
Riwayat : Luka lecet pada penis yang tidak nyeri dirasa selama 10 hari; belum
lama ini berhubungan seks dengan pasangan yang tidak diketahui; “biasanya”
menggunakan kondom saat anal seks tetapi tidak saat oral seks; hasil tes HIV 3
bulan lalu negatif
Pemeriksaan : Ulkus dengan indurasi, tidak nyeri pada penis, tanpa eksudat
purulen; limfadenopati inguinal bilateral dengan ukuran 2-3cm kenyal, sedikit
nyeri
Riwayat : dua luka pada penis sejak 3 minggu; “saya rasa herpes saya kambuh”;
diobati 5 tahun sebelumnya untuk sifilis sekunder; terkadang berhubungan seks
dengan pria lain yang tidak dikenal di bar atau taman
Pemeriksaan : dua buah lesi indurasi (+), sedikit nyeri, dengan eksudat keputihan
yang melekat kuat, limfadenopati inguinal bilateral, shotty, tidak nyeri
Komentar : Datang dengan klinis dua lesi, riwayat sebelumnya herpes genitalis,
dan eksudat purulen curiga herpes genitalis, tetapi herpes jarang bertahan > 2
minggu, dan chancre yang multipel biasanya terjadi pada sifilis. Tes antibodi
sifilis konfirmasi dilakukan, karena hasil positif diduga akibat sifilis sekunder
sebelumnya. Pasien dijadwalkan mengulang serologi HIV setelah 3 bulan dan,
dengan permintaannya, dirujuk untuk konsultasi dengan ahli berkaitan dengan
perilaku seks berisikonya yang berulang.
Riwayat : Luka pada genital yang nyeri selama 5 hari, pasangan seks terakhirnya
dalah pacarnya, yang juga menggunakan kokain
Pemeriksaan : ulkus vestibula superfisial dan nyeri, tidak ada limfadenopati dan
kemerahan pada kulit
Komentar : Presentasi klinis mengarah pada herpes atau chancroid, berdasar pada
ulkus genital non-indurasi yang nyeri, menggambarkan chancre yang non-
spesifik, Lebih dari 40% pasien sifilis primer datang sebelum memiliki hasil
serologi yang positif, terutama jika tes dilakukan 2 minggu sejak onset. Pasien
dianjurkan untuk kembali untuk follow-up tes serologi sifilis setelah bulan k-1,3,6
dan 12.
Gambar 5-4. Kondiloma lata pada sifilis sekunder, lesi seperti ini
mengandung banyak T.pallidum (biasanya mikroskopis
medan gelap positif) dan sangat menular
KASUS
Profil pasien : usia 19 tahun, single, pegawai kecantikan
Riwayat : Dirujuk untuk konsultasi karena didapatkan papul pada genital dan
perianal sejak 6 minggu lalu, tidak respon terhadap terapi podophyllin; memiliki 2
pasangan seks dalam 6 bulan terakhir; ada riwayat “reaksi parah” yang belum
terkonfirmasi terhadap penisilin pada saat anak-anak.
Gambar 5-5. Rash sifilis sekunder pada penis dan telapak tangan
KASUS
Profil pasien : Usia 36 tahun, tidak bekerja, pengguna obat IV
Riwayat : kemerahan yang tidak gatal, dan tidak nyeri pada telapak tangan,
badan, dan penis sejak 3 bulan; anoreksia dengan penurunan BB 10lb; mengaku
pernah mengalami luka pada penis “beberapa bulan lalu” yang kemudian
menghilang; “beberapa” pasangan seks wanita dalam 1 tahun belakangan
Pemeriksaan : Kurus, tampak sakit, erupsi papuloskuamus pada badan, genital,
ekstremitas, telapak tangan dan telapak kaki; limfadenopati generalisata tidak
nyeri (servikal, inguinal, supraclavular)
Diagnosis banding : Sifilis sekunder, ptyriasis rosea, sindrome infeksi virus, rash
alergi, infeksi HIV
Laboratorium : Stat RPR positif; VDRL reaktif titer 1:512; TPPA positif;
serologi HIV positif; viral load HIV 1,2 juta, limfosit CD4 sejumlah 320 sel per
mm3 , pernah mengalami lumbal pungsi untuk pemeriksaan LCS : protein dan sel
normal, VDRL-LCS negatif
a b
5-6. Treponema pallidum. a. Dilihat dengan mikroskop medan gelap.
b. Dilakukan pengecatan dengan fluorsens-antibodi monoklonal terkonjugasi
terhadap T.pallidum, dengan pengecatan pembanding Evans Blue, dilihat dengan
mikroskop fluoresensi. (dokumentasi oleh Sheila A. Lukehart, Ph.D.)
5-7. Tes kartu Rapid plasma reagin (RPR). Serum reaktif (kiri) menunjukan
aglutinasi dari partikel karbon; spesimen kontrol (kanan) tidak menunjukkan
tanda aglutinasi. Tes kartu RPR membutuhkan waktu 10 menit.
5-8. Sifilis primer: multipel chancre pada penis, dibawah dari kulit yang teretraksi.
Multipel chancre terkadang muncul,mungkin dengan peningkatan frekuensi pada
area yang lembab seperti kantung preputium. Papul bentuk seperti pear pada penis
juga muncul pada corona.
5-9. Sifilis sekunder : chancre hipertrofi atipikal pada serviks. Pasien datang
dengan keluhan perdarahan post coitus dan awalnya diperkirakan menderita ca
serviks, tetapi diagnosa sifilis ditegakkan dengan mikroskop medan gelap,
serologi, rapid tes dari lesi diikuti terapi Benzatin penisilin.
5-10. Chancre perianal sifilis primer dengan mikroskop medan gelap positif,
atipikal dan non-indurasi.
5-11. Sifilis primer: chancre pada bibir bawah. Meskipun lebih jarang
dibandingkan dengan lesi genital atau perianal, tetapi oral chancre tidak jarang
ditemukan
5-12. Sifilis primer dan sekunder pada laki-laki dengan HIV, tampak dua lesi
chancre yang positif pada pemeriksaan mikroskop medan gelap (panah putih) dan
lesi papular dati sifilis sekunder (panah hitam). Pasien juga mengalami
makulopapular rash generalisata yang konsisten dengan sifilis sekunder dan
VDRL reaktif dengan titer 1:64. Laporan anekdot mengatakan kemungkinan
progresifitas dari sifilis primer ke sekunder meningkat pada pasien dengan infeksi
HIV.
5-16.Sifilis sekunder: rash hiperkeratotik luas pada plantar pada pasien dengan
HIV dan infeksi sifilis sekunder. Perlu dicatat bahwa mirip dengan lesi
keratoderma blennorhargika dari artritis reaktif. (lihat gambar 17-3).
a
b c
5-17. Lesi di lidah pada pasien sifilis sekunder. A. Bercak pada mukosa. B bercak
mukosa multipel. C. Bercak pada mukosa dan ulserasi.
5-18. Sifilis sekunder : ekzema atipikal seperti rash pada bokong. Meskipun
dengan penampakan yang kering Lesi ini positif pada pemeriksaan medan gelap
dan membaik dengan pengobatan Benzatin penisilin G
5-19. Sifilis sekunder: papul hiperpigmentasi pada hidung dan lipatan nasolabial
5-25 sifilis sekunder: nodul kulit hidung. Nodul membaik setelah terapi penisilin