Kompre
Kompre
Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran
menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar
pada suatu KD.
Ketika merumuskan indikator, terdapat ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan, ketentuan
tersebut adalah:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2. keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi
4. rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan
materi pelajaran
5. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja
operasional yang sesuai.
6. rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup
ranak kognitif, afaktif, dan/atau psikomotor(Panduan Pengembangan Indikator, 2010:10).
Dengan mengamati contoh, siswa dapat membaca teks deskriptif tentang benda
condition audience behavior
hidup dan tak hidup dengan lancar.
degree
Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri benda padat dan cair
condition audience behavior
minimal tiga.
degree
Cara menyusun IPK
Specific (Spesifik / Khusus)
Target suatu Proyek harus ditetapkan secara Spesifik dan Jelas. Suatu Target yang ditentukan
dengan Special akan memiliki kesempatan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Target yang ditentukan secara umum dan luas.
Contoh :
Target yang Umum : IPQC harus lebih sering Audit Produksi
Target yang Spesifik : IPQC harus melakukan Audit Produksi sebanyak 4 kali sehari.
2. Measureable (Dapat diukur)
Target Proyek yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan indikator yang tepat
sehinggan dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi pencapaiannya serta dapat
melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai
kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya.
Contoh : Target Produktivitas Line 1 harus mencapai 120%
3. Attainable (Yang dapat dicapai )
Target Proyek yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha yang menantang dan
harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim harus mengetahui dimana letak
kemampuannya dan mempertimbangkan kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya
sempurna. Dari Kinerja Sekarang sampai ke Kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap
dan Target yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap pula. Pada versi SMART
Goal lainnya, Attainable juga disebut dengan Achievable.
Contoh : Cacat Produksi sekarang ini adalah 5%, maka Target yang disetting (ditentukan) akan
sangat sulit tercapai jika disetting ke 0.5% langsung. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
dengan baik sesuai dengan kemampuannya atau menetapkannya secara bertahap ke 3% pada
bulan ini, 1.5% bulan depan dan seterusnya.
4. Realistic (Realistis)
Target Proyek yang ditentukan harus bersifat Realistis, jangan menentukan Target yang terlalu
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus mengetahui batas kemampuan dari Tim untuk
mencapai Target Proyek yang ditentukan.
Contoh Target yang tidak Realistis : Maintenance (pemeliharaan) rutin Mesin Solder harus
diselesaikan dalam waktu 2 Jam, padahal kemampuan Teknisi yang berjumlah 2 orang hanya
bisa melakukannya dalam waktu 4 Jam. Jadi hampir dapat dipastikan Target tersebut tidak akan
tercapai karena tidak realistis.
5. Timebound (Batas Waktu)
Harus menetapkan Batas waktu dalam mencapai Target Proyek. Tanpa adanya batas waktu, Tim
akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk
mencapai Target yang diinginkan.
Contoh : Batas Waktu untuk menyelesaikan Modifikasi Jig Produksi adalah Tanggal
Pengukuran yaitu mengukur sesuatu atau dapat diartikan sebagai pemberian angka / deskripsi
numeric terhadap objek yang diukur sehingga dapat mengambarkan karakteristik dari objek
tersebut. Penilaian merupakan penafsiran dari hasil pengukuran Penilaian adalah cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu ataupun kelompok sesuai dengan kriteria tertentu
guna memperoleh informasi yang berguna sebagai alternatif dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan yang dilaksanakan sebagai alternatif untuk memperbaiki program atau
kegiatan yang sedang atau sudah dilaksanakan.
kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimuali dari proses pengukuran
kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. pengukuran, penilaian dan evaluasi, maka jelaslah
bahwa ke-3 hal ini saling terkait. Penilaian tidak bisa dilakukan tanpa adanya pengukuran
terlebih dahulu dan evaluasi juga tidak dapat dilakukan tanpa adanya pengukuran dan penilaian.