Anda di halaman 1dari 9

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontektual

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2003:5) menyatakan: “Pende- katan kontekstual


(Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pe- ngetahuan yang dimilikinya dengan pe- nerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection) dan
penilaian sebenar- nya (Authentic Assessment).” Jadi, pendekatan kontekstual adalah konsep
belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa dituntut menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru se-
suai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan demikian, siswa akan le- bih memahami
dan lebih memaknai pengetahuannya itu.

Komponen pembelajaran kontektual


tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenar- nya (Authentic
Assessment).Konstruktivisme. Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan
yang me- nekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri
(von Glasersfeld dalam Betten- court, 1989). Komponen ini merupakan landasan berpikir CTL
yaitu bahwa pe- ngetahuan dibangun oleh manusia se- dikit demi sedikit yang hasilnya di-
perluas melalui kontek yang terbatas. Dalam pandangan ini, strategi memperoleh lebih
diutamakan diban- dingkan seberapa banyak siswa mem- peroleh dan mengingat pengetahuan.
Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi
itu menjadi milik mereka sendiri. Selain itu, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan tersebut
dan memberi makna melalui pengalaman nyata. 2) Bertanya Bertanya adalah suatu strategi yang
digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan
(Nurhadi, 2003:45). Pada semua aktivitas belajar, bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan
siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya. 3) Menemukan Menemukan adalah salah satu cara dalam
mendapatkan sesuatu. Menemu- kan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan CTL. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk kegiatan menemukan, yaitu:
merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan me- nyajikan
hasil (berupa tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya) dan mengkomunikasikan
(pada pem- baca, teman sekelas, guru atau yang lainnya). 4) Masyarakat belajar Masyarakat
belajar adalah kegiatan belajar yang terjadi melalui kerjasama dengan orang lain. Masyarakat
belajar bisa terjadi apabila ada proses komuni- kasi dua arah dan tidak ada pihak yang dominan
dalam komunikasi tersebut. Prakteknya dalam pembelajaran ter- wujud dalam bentuk kelompok
kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja
kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat dan sebagainya. 5) Pemodelan
Model adalah contoh yang dapat ditiru. Dalam CTL, guru bukan satu- satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar. 6) Refleksi
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang hal-hal yang telah dilakukan pada masa lalu. Dengan metoda ini, siswa akan mampu
berpikir ulang dan menganalisa ilmu pengetahuan yang baru didapatnya. 7) Penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pe- ngumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Dengan cara ini, guru dapat me-
mastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari penilaian yang
sebenarnya adalah “Apa- kah siswa telah belajar” bukan apa yang telah diketahui siswa. Siswa
tidak hanya dinilai kemampuannya dari ulangan saja, namun penilaian dilakukan dengan ber-
bagai cara, misalnya PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, laporan dan lain-
lain.
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan dengan
berbagai macam strategi, yaitu: pengajaran berbasis masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran
ber- basis inkuiri, pengajaran berbasis pro- yek/tugas, pengajaran berbasis kerja dan pengajaran
berbasis jasa layanan (Nur- hadi, 2003:55).
Makna dari kontruktivisme adalah siswa mengkonstruksi/membangun pemahaman mereka
sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan
asimilasi-akomodasi. Implikasinya adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Inti dari inquiry atau menyelidiki adalah proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Oleh karena itu dalam kegiatan ini siswa
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis Bertanya atau questioning dalam pembelajaran
kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru bertanya dimaksudkan untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Sedangkan untuk siswa
bertanya meupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry. Masyarakat
belajar merupakan sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar 2
pengalaman, dan berbagi pengalaman. Sesuai dengan teori kontruktivisme, melalui interaksi
sosial dalam masyarakat belajar ini maka siswa akan mendapat kesempatan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan orang lain lebih
baik daripada belajar sendiri. Pemodelan merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang
lain (siswa) meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya. Menurut
Albert Bandura, belajar dapat dilakukan dengan cara pemodelan ini. Penilaian autentik
dimaksudkan untuk mengukur dan membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan
siswa yang autentik (senyatanya). Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik dilakukan
dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian kinerja (performance),
potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya.
Refleksi pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari, dengan
kata lain merupakan evaluasi dan instropeksi terhadap kegiatan belajar yang telah ia lakukan.
Beberapa model pembelajaran yang meruapakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain
model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran koperatif (cooperatif learning),
pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning).

Komponen utama dalam pembeajaran


Pengajaran adalah suatu sistem artinya keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara keseluruhan untuk mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem
yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan
sistem. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan (Slameto, 2010).

Macam Komponen Pembelajaran


Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses
pembelajaran, yaitu :
1. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti
sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna
mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata
pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu
yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses
belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya
adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya
merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang
peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga
masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan),
tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau
beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang
mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan
kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent
effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer
belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.
4. Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-
mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain :
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan
kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru
menjawab pertanyaan murid itu .
c. Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta
didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis.
d. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
e. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu
aksi.
5. Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari
materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
Adanya teks yang menarik.
Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
mereka miliki.
Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai
tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik
yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan
dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6. Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau
perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-
luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

Menurut Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, disebutkan.


Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan minimum yang harus dikuasai peserta didik
untuk standar kompetensi tertentu dan digunakan sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran, dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, mencakup pengetahuan, sikap, dan ketrampilan

Dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, Indikator


kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pengertian IPK dan Tujuan


Dalam Panduan Pengembangan Indikator (2010: 3) dan Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 juga menyatakan bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran.Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang
harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
(KD). Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian
suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan
penilaian mata pelajaran.

Menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tujuan pembelajaran
menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
mencakup kemampuan yang akan dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar
pada suatu KD.
Ketika merumuskan indikator, terdapat ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan, ketentuan
tersebut adalah:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2. keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi
4. rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan
materi pelajaran
5. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja
operasional yang sesuai.
6. rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup
ranak kognitif, afaktif, dan/atau psikomotor(Panduan Pengembangan Indikator, 2010:10).

Perbedaan dan IPK dan tujuan


indikator pencapaian kompetensi merupakan target kemampuan yang harus dikuasai siswa secara
individu atau dengan kata lain bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah target pencapaian
kemampuan individu siswa.
Merujuk pada pengertiannya, maka tujuan pembelajaran adalah gambaran dari proses dan hasil
belajar yang akan diraih selama pembelajaran berlangsung. Ini berarti tujuan pembelajaran
adalah target kemampuan yang akan dicapai oleh seluruh siswa. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran
adalah bahwa kemampuan yang dirumuskan pada indikator pencapaian kompetensi merupakan
target pencapaian kemampuan individu siswa sedangkan kemampuan yang dirumuskan pada
tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kemampuan siswa secara kolektif.
persamaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah pada fungsi
keduanya sebagai acuan arah proses dan hasil pembelajaran.
15. Terdapat empat unsur pokok dalam perumusan tujuan pembelajaran, diantaranya :
1. Audience
Secara bahasa audience berarti pendengar. Dalam konteks pembelajaran yang
dimaksud audience adalah siswa. Audience merupakan subjek sekaligus objek dalam
pembelajaran. Maka, dalam tujuan pembelajaran harus menempatkan siswa sebagai subjek
sekaligus objek dalam pembelajaran.
2. Behavior
Behavior adalah tingkah laku atau aktivitas suatu proses. Dalam konteks
pembelajaran, behavior nampak pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu,
pembelajaran tanpa adanya tingkah laku atau aktivitas dari siswa tidak mungkin dilakukan.
Dalam perumusan tujuan pembelajaran gambaran behavior aktivitas siswa ditulis menggunakan
kata kerja operasional seperti: menyimak, menyebutkan, membedakan, menjelaskan, dan masih
banyak lagi. Penggunaan kata kerja operasional dalam suatu tujuan pembelajaran tidak boleh
lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktivitas pembelajaran, siswa tidak boleh melakukan lebih
dari satu perbuatan. Maka, siswa harus fokus pada satu perbuatan agar pembelajaran lebih
optimal.
3. Condition
Condition atau kondisi diartikan sebagai suatu keadaan. Dalam konteks
pembelajaran,condition adalah keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai. Dalam perumusan tujuan pembelajaran, condition ditulis dalam bentuk kata kerja. Kata
kerja yang dimaksud adalah aktivitas yang harus dilakukan siswa agar tercapai suatu perubahan
perilaku yang diharapkan.
4. Degree
Dalam konteks ini degree berarti suatu perbandingan. Hal ini dimaksudkan untuk
membandingkan kondisi sebelum dan setelah belajar. Degree juga merupakan tingkat
penampilan yang dapat dilakukan oleh siswa setelah melalui suatu rangkaian proses
pembelajaran. Tingkat degree bergantung pada bobot materi yang akan disajikan, serta sejauh
mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan suatu tingkah laku.
Berikut merupakan contoh dari tujuan pembelajaran yang baik dan benar:

Dengan mengamati contoh, siswa dapat membaca teks deskriptif tentang benda
condition audience behavior
hidup dan tak hidup dengan lancar.
degree

Melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri benda padat dan cair
condition audience behavior
minimal tiga.
degree
Cara menyusun IPK
Specific (Spesifik / Khusus)
Target suatu Proyek harus ditetapkan secara Spesifik dan Jelas. Suatu Target yang ditentukan
dengan Special akan memiliki kesempatan pencapaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Target yang ditentukan secara umum dan luas.
Contoh :
Target yang Umum : IPQC harus lebih sering Audit Produksi
Target yang Spesifik : IPQC harus melakukan Audit Produksi sebanyak 4 kali sehari.
2. Measureable (Dapat diukur)
Target Proyek yang ditentukan harus dapat diukur dengan menggunakan indikator yang tepat
sehinggan dapat melakukan peninjauan ulang, mengevaluasi pencapaiannya serta dapat
melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang seperlunya. Pengukuran harus berupa nilai-nilai
kuantitatif yang berbentuk angka-angka berdasarkan fakta-faktanya.
Contoh : Target Produktivitas Line 1 harus mencapai 120%
3. Attainable (Yang dapat dicapai )
Target Proyek yang ditentukan harus dapat dicapai melalui usaha-usaha yang menantang dan
harus berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Tim harus mengetahui dimana letak
kemampuannya dan mempertimbangkan kinerja sekarang dengan kinerja yang sifatnya
sempurna. Dari Kinerja Sekarang sampai ke Kinerja sempurna harus dilakukan secara bertahap
dan Target yang ingin dicapainya juga harus ditetapkan secara bertahap pula. Pada versi SMART
Goal lainnya, Attainable juga disebut dengan Achievable.
Contoh : Cacat Produksi sekarang ini adalah 5%, maka Target yang disetting (ditentukan) akan
sangat sulit tercapai jika disetting ke 0.5% langsung. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
dengan baik sesuai dengan kemampuannya atau menetapkannya secara bertahap ke 3% pada
bulan ini, 1.5% bulan depan dan seterusnya.
4. Realistic (Realistis)
Target Proyek yang ditentukan harus bersifat Realistis, jangan menentukan Target yang terlalu
tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Harus mengetahui batas kemampuan dari Tim untuk
mencapai Target Proyek yang ditentukan.
Contoh Target yang tidak Realistis : Maintenance (pemeliharaan) rutin Mesin Solder harus
diselesaikan dalam waktu 2 Jam, padahal kemampuan Teknisi yang berjumlah 2 orang hanya
bisa melakukannya dalam waktu 4 Jam. Jadi hampir dapat dipastikan Target tersebut tidak akan
tercapai karena tidak realistis.
5. Timebound (Batas Waktu)
Harus menetapkan Batas waktu dalam mencapai Target Proyek. Tanpa adanya batas waktu, Tim
akan bekerja lambat dan tidak ada perasaan urgensi (mendesak) sehingga sangat sulit untuk
mencapai Target yang diinginkan.
Contoh : Batas Waktu untuk menyelesaikan Modifikasi Jig Produksi adalah Tanggal
Pengukuran yaitu mengukur sesuatu atau dapat diartikan sebagai pemberian angka / deskripsi
numeric terhadap objek yang diukur sehingga dapat mengambarkan karakteristik dari objek
tersebut. Penilaian merupakan penafsiran dari hasil pengukuran Penilaian adalah cara yang
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu ataupun kelompok sesuai dengan kriteria tertentu
guna memperoleh informasi yang berguna sebagai alternatif dalam pengambilan keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan yang dilaksanakan sebagai alternatif untuk memperbaiki program atau
kegiatan yang sedang atau sudah dilaksanakan.
kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimuali dari proses pengukuran
kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. pengukuran, penilaian dan evaluasi, maka jelaslah
bahwa ke-3 hal ini saling terkait. Penilaian tidak bisa dilakukan tanpa adanya pengukuran
terlebih dahulu dan evaluasi juga tidak dapat dilakukan tanpa adanya pengukuran dan penilaian.

Anda mungkin juga menyukai