Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam yang
disebabkan oleh faktor alam salah satunya letusan atau erupsi gunung berapi. (Undang-Undang
RI Nomor 24 Tahun 2007).

Indonesia memiliki lebih dari 500 Gunung api dengan 127 di antaranya berstatus aktif.
Gunung-gunung api aktif yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi
Utara dan Kepulauan Maluku merupakan sekitar 17% dari sebaran gunung api aktif dunia.
Sebaran gunung api meliputi wilayah Sumatera (30 gunung api), Jawa (35), Bali dan Nusa
Tenggara (30), Maluku (16), dan Sulawesi (18). Sedangkan jenis gunung api ada 3 macam, yaitu
Tipe A (Meletus 400 Tahun Terakhir) ada 78, Tipe B (Solfatar dan Fumarol) ada 29, dan Tipe C
(Lapangan Solfatar dan Fumarol) ada 21 gunung api (Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
2014).

Gunung Agung merupakan salah satu gunung api tertinggi di Bali dengan ketinggian
3.142 mdpl dan masih aktif sampai saat ini. Gunung Agung merupakan salah satu gunung api
aktif tipe A. Dalam catatan sejarah Gunung Agung pernah mengalami erupsi sebanyak 6 kali
sejak 200 tahun yang lalu. Gunung Agung terakhir erupsi pada tahun 1963 dan merupakan erupsi
terbesarnya dengan mengakibatkan sekitar 1.600 penduduk meninggal dunia (Liputan6, 2017).

Gunung Agung kembali erupsi pada tahun 2017. Aktifitas vulkanis sudah ada sejak bulan
Juli sampai sekarang. Pada tanggal 22 September 2017, status gunung agung dinaikan dari
“Siaga” menjadi “Awas”. Setelah sempat diturunkan menjadi Siaga, status tersebut kembali
dinaikan menjadi awas pada 27 November 2017. Radius bahaya pun berubah dari 6 km menjadi
8 km dengan zona perluasan dari 7,5 km menjadi 10 km ke arah utara-timur laut, tenggara-
selatan dan barat daya. Dalam radius dan zona sektoral itu, ada 17 desa yang terkena dampak
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017).
Salah satu desa yang terkena dampak erupsi Gunung Agung dan termasuk dalam
perluasan zona sektoral atau zona awas adalah Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, kabupaten
Karangasem. Dalam makalah ini kami ingin mengetahui gambaran umum dari desa ini dan
bagaimana manajemen bencana sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana, beserta pengendalian
risiko bencana yang ada di Desa Duda Utara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum Desa Duda Utara yang termasuk zona rawan bencana erupsi
Gunung Agung?
2. Bagaimana manajemen pra bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana di
Desa Duda Utara?
3. Apa saja risiko bencana dan penilaian risiko bencana di Desa Duda Utara?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui gambaran umum Desa Duda Utara yang termasuk zona rawan
bencana erupsi Gunung Agung.
2. Untuk mengetahui manajemen pra bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi
bencana di Desa Duda Utara.
3. Untuk mengetahui risiko bencana dan penilaian risiko bencana di Desa Duda Utara.

1.4 Manfaat

1. Manfaat bagi pembaca


Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai
gambaran umum Desa Duda Utara yang terletak di Kabupaten Karangasem sebagai salah
satu desa yang termasuk dalam kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung beserta
manajemen tanggap bencana di desa tersebut yang dimulai dari manajemen pra bencana,
saat bencana, dan sesudah terjadi bencana beserta penilaian bencana di desa tersebut.
2. Manfaat bagi penulis
Makalah ini dibuat sebagai tugas akhir mata kuliah manajemen bencana serta sebagai
sumber informasi manajemen tanggap bencana dan penilaian risiko bencana di Desa
Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Duda Utara

Desa Duda Utara termasuk dalam wilayah Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem,
Provinsi Bali. Desa Duda Utara merupakan hasil dari pemekaran Desa Duda pada tanggal 21
September 1981. Desa Duda Utara memiliki tiga desa adat yaitu: Desa Adat Karangsari, Desa
Adat Geriana Kangin, dan Desa Adat Geriana Kauh. Secara administratif, Desa Duda Utara
terdiri dari 6 Banjar, yaitu: Banjar Perangsari Kaja, Banjar Perangsari Tengah, Banjar Perangsari
Kelod, Banjar Tukad Sabuh, Banjar Geriana Kangin, dan Banjar Geriana Kauh. Dimana Banjar
Dinas Tukad Sabuh dan Banjar Dinas Geriana Kangin masuk ke dalam Desa Adat Geriana
Kangin. Sedangkan Banjar Dinas Geriana Kauh masuk ke dalam Desa Adat Geriana Kauh.
Kepala desa di Duda Utara sendiri dijabat oleh I Wayan Darmadi, SP untuk periode ke-2 (2014-
2019).
Jumlah penduduk Desa Duda Utara tahun 2017 sebesar 7.513 jiwa yang terdiri dari 3.846
laki-laki, dan 3.667 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2.221 KK. Dari jumlah penduduk
tersebut terdapat jumlah bayi yang lahir sebanyak 52 jiwa, balita usia 0-12 tahun sebanyak 191
jiwa, balita usia 1-5 tahun sebanyak 183 jiwa, ibu hamil sebanyak 67 jiwa, ibu menyusui
sebanyak 162 jiwa, dan lansia usia 60 sampai diatas 75 tahun sebanyak 1.284.
Penduduk di Desa Duda Utara mayoritas beragama Hindu dan menggunakan Bahasa
Bali sebagai Bahasa sehari-hari. Dalam segi mata pencaharian, sebagian besar mata pencaharian
penduduk Desa Duda Utara adalah dari hasil bertani dan berkebun salak. Selain itu, ada juga
beberapa masyarakat yang membuat kerajinan. Desa Duda Utara juga memiliki berbagai seni
budaya berupa seni tari yang di sakralkan, yaitu: ada tari Sang Hyang Dedari, Sang Hyang Jaran,
tari Rejang dan lain-lain. Tarian sakral ini bukan dari masyarakat umum melainkan dari desa adat
yang ada di Desa Duda Utara.
Letak topografis Desa Duda Utara sebagian besar merupakan daerah perkebunan dan
keseluruhannya merupakan tanah dataran tinggi. Pemukiman penduduk terletak di ketinggian
600-700 m dari permukaan air laut dengan curah hujan 1.250 mm/bulan dan suhu udarah rata-
rata 23-300C yang membuat suasana di daerah ini menjadi sejuk. Secara geografis, Desa Duda
Utara dengan luas wilayah 5,82 km2 berbatasan dengan wilayah lain yaitu: batas wilayah sebelah
utara dengan Desa Jungutan, sebelah selatan dengan Desa Duda dan Duda Timur, sebelah barat
dengan Desa Selat dan Amerta Bhuana, dan sebelah timur dengan Desa Sebetan.
Desa Duda Utara juga terletak tepat di bawah lereng Gunung Agung. Dimana
berdasarkan peta, salah satu dusun dalam desa ini yaitu Dusun Tukad Sabuh terkena dampak
Kawasan Rawan Bencana (KRB) I karena jaraknya 7,5 km dari Gunung Agung, dan sebagian
wilayahnya masuk dalam radius lontaran Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Agung
dengan radius 7,5-9 km, jadi secara umum Desa Duda Utara masuk zona awas. Untuk lebih
jelasnya, wilayah Desa Duda Utara dapat dilihat pada peta berikut:

Gambar 1. Desa-Desa yang berada pada Wilayah Rawan Bencana


(Sumber: PVMBG dan BNPB)
Pada wilayah Desa Duda Utara juga berdiri berbagai fasilitas yang menunjang kehidupan
masyarakat warga Desa Duda Utara, beberapa diantaranya adalah fasilitas perkantoran
pemerintahan dimana terdapat Kantor Desa Duda Utara yang terletak di Banjar Geriana Kangin
dan lokasinya tidak terlalu jauh setelah memasuki wilaya Desa Duda Utara, fasilitas peribadahan
seperti Pura (Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem), fasilitas pendidikan yaitu adanya empat
Sekolah Dasar yaitu SDN 1 Duda Utara, SDN 2 Duda Utara, SDN 3 Duda Utara, dan SDN 4
Duda Utara dan satu Sekolah Menengah Pertama yaitu SMPN 3 Selat. Selain itu, terdapat juga
fasilitas kesehatan dimana hanya ada satu Pustu Kesehatan di desa dengan satu orang dokter,
bidan, serta tenaga kesehatan masyarakat dari lulusan peminatan gizi dan kesehatan lingkungan.

Gambar 2. Peta Desa Duda utara (sumber: Kantor Desa Duda Utara)
2.2 Pra Bencana

Pada saat sebelum terjadi bencana, masyarakat di desa Duda Utara selalu dihimbau oleh
kepala desa dan perangkat desa lainnya untuk selalu waspada dan berhati-hati. Selain itu,
masyarakat juga dihimbau agar menjauhi zona yang dianggap rentan atau beresiko terhadap
bencana. Menurut informasi dari kepala desa Duda Utara, pengumuman atau himbauan tersebut
biasanya disampaikan pada saat acara persembahyangan bersama, selain itu warga juga
dikumpulkan oleh para kepala wilayah masing-masing banjar untuk diberikan pengarahan nanti
ketika terjadi bencana sewaktu-waktu. Perangkat desa yang memberikan himbauan adalah
Kepala Desa yang kemudian diteruskan oleh masing-masing kepala wilayah dan selanjutnya
diteruskan oleh Bandesa bersama seluruh prajuru banjar. Pada saat sebelum bencana, sebelum
mengungsi masyarakat di desa Duda Utara dihimbau untuk mempersiapkan barang-barang yang
dianggap penting, seperti sertifikat-sertifikat tanah, rumah, akta kelahiran, ijazah, dan lain
sebagainya.

Menurut keterangan dari Kepala Desa Duda Utara, pada tanggal 14 September perbekel
dipanggil untuk mengikuti rapat bersama Bupati, rapat tersebut membahas mengenai status
Gunung Agung. Selanjutnya pada tanggal 18 September 2017 terjadi kenaikan status Gunung
Agung yaitu dari Waspada menjadi Siaga. Banyaknya isu-isu dan berita hoax mengenai keadaan
Gunung Agung yang belum pasti membuat warga di desa Duda Utara sangat panik. Masyarakat
yang panik tersebut banyak yang menjual hewan ternaknya dengan harga yang sangat murah
bahkan tidak ada setengahnya dari harga normal, ini diakibatkan oleh ketakutan masyarakat
karena adanya berita bahwa Gunung Agung akan segera meletus. Menurut keterangan dari salah
satu warga, Jero Mangku Gede Puja, warga menjual hewan ternak dengan harga murah
dikarenakan banyaknya isu hoax yang sangat meresahkan warga, beliau sendiri menjual 1 sapi
dan 4 babi tenaknya dengan harga jauh di bawah harga normal, yaitu ketika beliau dulunya
membeli sapi seharga 5.300.000 kemudian dijual seharga 3.500.000. Hewan-hewan ternak
tersebut dijual kepada pengepul di Karangasem atau Klungkung. Masyarakat yang sudah
terlanjur sangat panik tersebut tidak menghargai hewan ternaknya, mereka hanya berpikir yang
penting hewan ternak mereka laku dan bisa terjual. Kemudian pada tanggal 22 September 2017
status Gunung Agung naik dari Siaga menjadi Awas. Pada saat itu masyarakat desa Duda Utara
sangat panik dikarenakan banyaknya berita yang mereka dapatkan dari sosial media yang
mengatakan bahwa telah terjadi kebakaran di sekitar Gunung Agung, selain itu ada berita hoax
yang mengatakan akan ada hujan abu yang sangat lebat disertai gempa. Para wargapun banyak
yang memanen hasil perkebunan mereka sebelum waktunya panen, hal ini juga dikarenakan
kepanikan warga mengenai berita Gunung Agung.

Berdasarkan keterangan dari para Kepala Wilayah di desa Duda Utara untuk persiapan
tanggap bencara, maka sebelum terjadi bencana para Kawil ini telah mempersiapkan jalur
evakuasi terhadap kejadian bencana meletusnya Gunung Agung yang bisa saja terjadi sewaktu-
waktu. Dikarenakan status Gunung Agung bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah setiap
waktu. Para Kawil dan pemerintah daerah tersebut membuat dua jalur evakuasi. Jalur evakuasi
yang yang pertama adalah melalui Putung yang kemudian turunnya di Kecamatan Manggis
(tanah Apuan). Kemudian jalur evakuasi yang kedua adalah melalui jalan Sidemen yang
kemudian dilanjutkan ke Gor Sweca Pura, Kabupaten Klungkung.

Sedangkan aktivitas warga sendiri selama menunggu berita status Gunung Agung
tersebut mereka sudah mengurangi aktivitas normal yang biasanya, dikarenakan mereka juga
masih was-was jika akan ada berita mengenai Gunung Agung yang dapat meletus secara tiba-
tiba. Warga sudah mengurangi aktivitasnya ketika status Gunung Agung telah diberitakan dalam
status Waspada. Berdasarkan keterangan dari salah satu warga, yaitu Bu Wayan yang bertempat
tinggal di Desa Duda Utara. Beliau biasanya bekerja sebagai pedagang, akan tetapi ketika status
Gunung Agung diberitakan menjadi Waspada, Bu Wayan tidak lagi membuka warungnya
dikarenakan rasa takut dan panik jika status Gunung Agung berubah secara tiba-tiba yang
mengakibatkan beliau harus mengungsi secara tiba-tiba.

2.3 Saat Bencana

Pada tanggal 22 September 2017, status Gunung Agung berubah dari Siaga menjadi
Awas, pada saat itu para warga desa Duda Utara mulai mengungsi. Pada saat para warga
berbondong-bondong untuk pergi ke pengungsian yang telah disediakan oleh pemerintah yang
berlokasi di kecamatan Manggis dan ada yang mengungsi di Gor Sweca Pura. Masyarakat desa
Duda Utara pergi ke pengungsian menggunakan kendaraan pribadi. Pada saat itu, masyarakat
dibuat resah dan panik karena adanya isu-isu yang hoax mengenai Gunung Agung sehingga
warga yang mengungsi tersebut ada yang mengalami kecelakaan selama perjalanan menuju
pengungsian. Akan tetapi kecelakaan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan korban hanya
mengalami luka ringan. Masyarakat desa Duda Utara mengungsi selama hampir 4 minggu.
Berdasarkan keterangan salah satu warga, pada minggu pertama berada di pengungsian mereka
tidak ada atau tidak melakukan kegiatan apapun. Kemudian ketika memasuki minggu kedua,
ketiga, dan keempat, ada kegiatan antara lain menganyam, menenun, kerja serabutan, ada juga
yang mendapat pekerjaan baru selama di pengungsian, membuka usaha batu cadas, dan anak-
anak bersekolah di pengungsian masing-masing.

Selama di pengungsian, masyarakat banyak menerima donasi atau bantuan baik itu dari
pemerintah maupun dari relawan lainnya. Akan tetapi mereka kekurangan makanan yang bergizi,
kurangnya asupan vitamin serta kebutuhan sayuran karena bantuan makanan yang mereka
dapatkan hanya berupa beras, dan kebutuhan pokok lainnya dengan lauk mie instan. Selain itu
para pengungsi tidurnya di lantai dengan beralaskan seadanya. Sehingga banyak masyarakat
yang daya tahan tubuhnya turun yang mengakibatkan banyak masyarakat yang sakit. Para
pengungsi ini sebagian besar mengalami sakit batuk pilek. Hal ini juga dipengaruhi oleh
perubahan cuaca. Para pengungsi yang sakit langsung dibawa ke tenaga kesehatan yang berada
di pengungsian masing-masing. Para pengungsi yang berobat di posko kesehatan tersebut tidak
dikenai biaya pengobatan.

Selain banyaknya masyarakat yang sakit selama di pengungsian, ada juga beberapa warga
desa Duda Utara yang melahirkan ketika berada di pengungsian, antara lain di dusun Perangsari
Kaja yaitu 2 warga melahirkan di pengungsian, di dusun Perangsari Tengah 1 warga yang
melahirkan di pengungsian, di dusun Perangsari Kelod ada 1 warga melahirkan di pengungsian,
dan di dusun Geriana Kauh sebanyak 3 warga melahirkan di pengungsian. Dikarenakan
dilahirkan ketika di pengungsian, ada salah satu warga yang memberikan nama bayinya dengan
nama Ngungsi.

Selain itu, ada beberapa warga lansia yang meninggal dunia ketika berada di
pengungsian. Beliau meninggal dikarenakan memang sudah lanjut usia dan ada juga yang
dikarenakan memang mempunyai riwayat penyakit kronis. Warga yang meninggal tersebut
antara lain berasal dari dusun Perangsari Kelod sebanyak 5 orang dan berasal dari dusun
Perangsari Kangin 1 orang.
2.4 Post Bencana

Setelah kembali dari pengungsian, warga desa Duda Utara belum memulai aktivitas
seperti biasanya. Warga desa Duda Utara kembali dari pengungsian sekitar tanggal 29 Oktober
2017 setelah status Gunung Agung diberitakan menurun. Warga kembali dari pengungsian
menggunakan kendaraan pribadi. Setelah kembali ke rumah masing-masing, warga masih belum
berani memulai aktivitas seperti biasanya. Sekolah-sekolah pun baru kembali beraktivitas pada
tanggal 13 November 2017. Menurut keterangan dari salah satu warga, beliau juga merayakan
hari Raya Galungan dan Kuningan dengan sesederhana mungkin dikarenakan mereka juga masih
was-was terhadap status Gunung Agung yang belum pasti.

Pada saat kelompok kami ke desa Duda Utara pada tanggal 18 November dan 20
November 2017, warga desa Duda Utara yang telah kembali dari pengungsian ke masing-masing
rumah sudah sekitar 93%. Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa dan Kawil-kawil desa Duda
Utara 93% warganya telah kembali ke rumah masing-masing dan sisanya ada yang menetap
untuk mencari nafkah di daerah pengungsian ataupun di daerah lainnya. Akan tetapi ada satu
dusun di desa Duda Utara yaitu Dusun Tukad Sabuh yang terletak di KRB 1 yaitu terletak pada
radius 7,5 km dari Gunung Agung yang masih dikosongkan dikarenakan daerah tersebut sangat
rawan terhadap bencana Gunung Agung. Setelah status Gunung Agung diturunkan pada tanggal
29 Oktober 2017 para warga telah kembali dari pengungsian, para staff desa dan keamanan desa
masih tetap berjaga di daerah-daerah yang dianggap rawan terhadap bencana.

Kerugian yang diakibatkan oleh bencana Gunung Agung tersebut meliputi kerugian
sosial, ekonomi, dan psikologis, Berdasarkan keterangan dari Kawil-kawil desa Duda Utara,
kerugian material di desa Duda Utara mencapai 2 Milyar. Sedangkan berdasarkan keterangan
dari warga yang sempat kami wawancara, mereka mengalami trauma yang mengakibatkan
mereka masih ketakutan dalam memulai aktivitas normal seperti sebelum terjadinya bencana.
Rasa takut dan kepanikan akan berubahnya status Gunung Agung yang bisa terjadi sewaktu-
waktu membuat para warga desa Duda Utara tidak nyaman untuk beraktivitas senormal mungkin
seperti biasanya. Selain itu, warga juga mengalami kerugian berupa materi dikarenakan hewan-
hewan ternak yang mereka miliki terjual dengan harga yang sangat murah, selain itu adanya hasil
bumi mereka yang dipanen sebelum waktu panen, ada juga yang gagal panen. Hal ini
mengakibatkan warga Desa Duda Utara mengalami stres yang bertubi-tubi.
Berdasarkan keterangan yang kami dapatkan dari kawil-kawil desa Duda Utara, setelah
para warga kembali ke rumah masing-masing, para relawan dan pemerintah daerah membangun
jalur evakuasi baru untuk mengatasi jika ada ancaman bencana yang terjadi secara tiba-tiba.

2.5 Penilaian Bencana

No Variabel Gunung Meletus/erupsi gunung api


1 Bahaya
4. Frekuensi 3
5. Intensitas 2
6. Dampak 2
7. Keluasan 3
8. Uluran waktu 3
Total 13
2 Kerentanan
9. Fisik 3
10. Sosial 3
11. Ekonomi 2
Total 8
3 Manajemen
12. Kebijakan 1
13. Kesiapsiagaan 1
14. Peran Serta masyarakat 1
Total 3
Sub Total 24
(bahaya+kerentanan+manajemen)

A. Analisis skor:
Total dari penjumlahan penilaian risiko bahaya, kerentanan dan manajemen berjumlah
24. Ini membuktikan bahwa Desa Duda Utara sangat memiliki risiko terkena dampak erupsi
yang sangat besar. Hal tersebut juga terlihat bahwa desa ini sudah memasuki zona bahaya
dengan 7,5- 9 km dari kaki gunung agung. Besaran kemungkinan terkena dampak bencana
sangat besar mengingat desa Duda Utara sebagian wilayahnya termasuk zona radius lontaran
Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Agung dengan radius 7,5-9 km, dan salah satu
dusunnya terkena KRB I dan masih dikosongkan sampai saat ini. Dengan jarak tersebut
menyebabkan masyarakat agar selalu waspada dan sigap menghadapi risiko yang terjadi
apabila gunung agung mengalami erupsi.

B. Definisi Operasional Variabel Penilaian Risiko Bencana


1) Karakteristik Bahaya
a. Frekuensi
Secara umum berdasarkan info dari BNBP dan magma Indonesia sejak
bulan Juli sampai September terhitung 2.111 gempa vulkanik dan 719 gempa
tektonik. Menurut keterangan kepala desa Duda Utara, dalam sehari selama bulan
September gempa terasa lebih dari 10 kali di wilayah tersebut.
b. Intensitas
Intensitas gempa bervariasi mulai dari gempa vulkanik dengan amplitudo
2-19 mm, dan lama gempa 22-47 detik dan untuk gempa dengan ampiltudo 8 mm
sampai dengan lamanya 66 detik. Berdasarkan keterangan kepala desa Duda
Utara, intensitas gempa paling sering dirasakan penduduk pada bulan September
dan di atas 2 skala Richter.
c. Dampak
Dampak dari gempa dan erupsi Gunung Agung adalah kerusakan ringan
pada zona rawan serta menimbulkan trauma psikologis pada masyarakat
pengungsi, kerugian sosial-ekonomi seperti ternak yang dijual murah, gagal
menanam padi dan gagal panen salak di Desa Duda Utara.
d. Keluasan
Radius bahaya di daerang Gunung Agung pun berubah dari 6 km menjadi
8 km dengan zona perluasan dari 7,5 km menjadi 10 km ke arah utara-timur laut,
tenggara-selatan dan barat daya wilayah Kabupaten Karangasem dan sekitarnya.
Radius ini termasuk Desa Duda Utara karena Duda Utara masuk dalam radius
7,5-9 km. Dusun Tukad Sabuh terkena dampak Kawasan Rawan Bencana (KRB)
I karena jaraknya 7,5 km dari Gunung Agung, dan sebagian wilayah Duda Utara
masuk dalam radius lontaran Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Agung
dengan radius 7,5-9 km. Secara umum Desa Duda Utara masuk dalam zona awas
Gunung Agung.
e. Komponen uluran waktu
Gempa vulkanik dan tektonik terjadi sejak bulan juli sampai dengan
September, gempa paling banyak dan kuat terjadi pada bulan September setelah
itu aktivitas gempa menurun. Pada tanggal 14 September para perbekel termasuk
perbekel Desa Duda Utara dipanggil untuk rapat oleh Bupati Karangasem, tentang
status gunung agung yang naik dari normal ke waspada. Kemudian pada tanggal
18 September terjadi kenaikan status dari waspada ke awas. Pada tanggal 22
September Status gunung agung naik kembali menjadi awas, kemudian
masyarakat diumumkan untuk segera mengungsi. Masyarakat mulai kembali ke
rumahnya ketika status diturunkan pada tanggal 29 Oktober 2017.

2) Kerentanan
a. Fisik
Menurut keterangan kepala desa Duda Utara kekuatan struktur bangunan
di desa tersebut dikatakan sudah cukup baik. Struktur bangunan di desa tersebut
dibatasi oleh beberapa pohon salak dan jangkauan menuju rumah warga lumayan
jauh. Akses jalan 1 jalur baik namun ada beberapa jalan menuju gang – gang yang
sempit dan rusak serta terdapat tanjakan dan tikungan-tikungan. Akses
transportasi menuju pengungsian sangat jauh dan memerlukan kehati-hatian
melihat kondisi jalan tanpa pembatas jalan. Jalur evakuasi yang yang pertama
adalah melalui Putung yang kemudian turunnya di Kecamatan Manggis (tanah
Apuan). Kemudian jalur evakuasi yang kedua adalah melalui jalan Sidemen yang
kemudian dilanjutkan ke Gor Sweca Pura, Kabupaten Klungkun Masyarakat
mengandalkan transportasi pribadi, kendaraan Basarnas dan angkutan umum.
Komunikasi dalam mitigasi bencana sudah cukup terkoordinasi dengan
menggunakan gelombang radio dan HT serta media telekomunikasi seluler
(handphone), meskpun sinyal komunikasi seluler disana tidak dapat diakses
dengan cepat mengingat desa tersebut berada pada dataran tinggi.
b. Sosial
Jumlah penduduk Desa Duda Utara tahun 2017 sebesar 7.513 jiwa yang
terdiri dari 3.846 laki-laki, dan 3.667 perempuan dengan jumlah kepala keluarga
2.221 KK. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat jumlah bayi yang lahir
sebanyak 52 jiwa, balita usia 0-12 tahun sebanyak 191 jiwa, balita usia 1-5 tahun
sebanyak 183 jiwa, ibu hamil sebanyak 67 jiwa, ibu menyusui sebanyak 162 jiwa,
dan lansia usia 60 sampai diatas 75 tahun sebanyak 1.284. Dari data tersebut kami
memperkirkan bahwa pada kelompok lansia merupakan yang paling rentan
terhadap bencana, diikuti dengan kelompok balita usia 1-5 tahun karena jumlah
mereka yang banyak dan usia mereka yang tentu membutuhkan waktu lama untuk
dievakuasi. Status kesehatan masyarakat secara umum baik karena selama di
tempat pengungsian mendapatkan pelayanan kesehatan, namun karena faktor
tempat yang tidak begitu luas dan jarak tidur yang berdekatan membuat penularan
penyakit ringan seperti flu menjadi lebih cepat.
c. Ekonomi
Masyarakat desa duda sebagian besar mendapat penghasilan sebagai
pekerja pekerbunan dan bertenak, dari hasil ternak tersebut dijual ke pengepul dan
selama ada berita gunung agung mengalami erupsi, masyarakat desa tersebut
menjual ternaknya dari harga normal 7 juta menjadi 2 juta jadi dampak primer
yang dialami masyarakat karena menjual ternaknya secara tergesa-gesa. Selain itu
masyarakat mengalami gagal panen karena sawah dan perkebunan tidak terurus
selama mengungsi. Sedangkan dampak langsung yang dialami warga yaitu tidak
bisa melanjutkan pekerjaan, meninggalkan rumah, namun ada masyarakat duda
utara yang mendapatkan pekerjaan baru di tempat pengungsian.

3) Manajemen
a. Kebijakan
Pemerintah Daerah Karangasem bersama Badan Nasional Penanggulangan
Bencana membentuk forum pengurangan risiko bencana untuk warga yang tinggal
di kawasan rawan bencana Gunung Agung, forum tersebut dinamakan
Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung yang beranggotakan para
perbekel desa KRB yang saling memberikan informasi antar desa melalui saluran
frekuensi radio. Forum ini telah dideklarasikan pada 17 November 2017 oleh
Bupati Karangasem. Desa Duda Utara merupakan salah satu desa yang masuk
dalam forum Pasebaya ini bersama 27 desa lainnya yang termasuk dalam KRB
Gunung Agung.
b. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dari Desa Duda Utara sudah cukup baik, sistem peringatan
dini yang dilakukan masyarakat desa duda utara sudah terkoordinasi dari pusat
yaitu dari Bupati Karangasem ke kepala kecamatan dan diteruskan ke seluruh
kepala desa, dan kepala desa memberikan pengarahan kepada warganya untuk
segera mengungsi ke daerah yang jauh dari kawasan bencana. Transportasi baik
umum dan pribadi serta jalur evakuasi sudah diarahkan oleh pemerintah setempat,
komunikasi sudah berjalan baik dengan bantuan gelombang radio (HT). Evakuasi
masyarakat yang kesulitan mengungsi seperti lansia dan kelompok usia lainnya
sudah dapat diiatasi dengan bantuan kepolisian, Basarnas dan relawan desa Duda
Utara.
c. Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat yang dilakukan desa duda utara dengan melibatkan
sistem menyama braya dan menjalin komunikasi dengan tetangga dan daerah
sekitar lingkungannya untuk saling memberi informasi ketika terjadi bencana.
Selain itu masyarakat di Desa Duda Utara membentuk relawan desa yang terdiri
dari relawan masing-masing banjar dan tergabung bersama pihak kemanan wajib
seperti polisi dan pecalang untuk memantau dan membantu proses evakuasi dan
keamanan desa agar masyarakat tidak ada yang tertinggal di desa dan tidak
kembali ke daerah rawan sebelum status diturunkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang ada, hasil wawancara beserta analisis penilaian risiko
bencana di Desa Duda Utara, kami menyimpulkan bahwa Desa Duda Utara masuk dalam
zona awas karena salah satu dusunnya terkena dampak Kawasan Rawan Bencana (KRB) I
dan sebagian wilayahnya masuk dalam radius lontaran Kawasan Rawan Bencana (KRB) II
(radius 7,5 – 9 km) dari Gunung Agung. Masyarakat dapat mengungsi dengan baik dan
terkoordinasi meskipun sempat dibuat panik oleh berita hoax. Dampak yang dialami
masyarakat pasca bencana dan mengungsi meliputi dampak secara psikologis dan sosial-
ekonomi. Secara umum manajemen bencana dari pra bencana, saat bencana, dan post
bencana di desa ini sudah berjalan dengan cukup baik. Koordinasi dari bupati, kepala
kecamatan, kepala desa, kepala wilayah, masyarakat dan pihak-pihak seperti kepolisian,
Basarnas sudah berjalan dengan baik. Kebijakan seperti pembentukan forum Pesebaya yang
melibatkan perbekel desa-desa Kawasan rawan bencana sudah sangat baik.
3.2 Saran

Kami mengharapkan bahwa agar kebijakan seperti Peraturan Daerah terkait mitigasi
bencana di Kabupaten Karangasem termasuk Desa Duda Utara segera dibuatkan mengingat
agar terbentuk struktur tim yang lebih jelas dan bertanggungjawab penuh dalam
mengadakan mitigasi dan evakuasi bencana di daerah tersebut. Selain itu, masyarakat
diharapkan untuk tidak panik dan sigap mempersiapkan diri dan melakukan evakuasi ketika
erupsi terjadi dan tidak cepat percaya dengan berita hoax.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2017 Awas Gunung Agung, Status Dinaikan dari
SIAGA ke AWAS. Diakses melalui laman http://www.bnpb.go.id/home/detail/3540/Awas-
Gunung-Agung,-Status-Dinaikan-Dari-SIAGA-Ke-AWAS/

Badan Nasional Penanggulangan Bencana . 2014. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana


2015-2019. Jakarta

Liputan 6.com . 2017. Seperti ini Penampakan Erupsi Gunung Agung 1963. Diakses melalui
laman http://googleweblight.com/?lite_url=http://m.liputan6.com/global/read/3176852/seperti-
ini-penampakan-erupsi-gunung-agung-1963&ei=L9LICN6W&lc=id-
ID&s=1&m=220&host=www.google.co.id&ts=1512094731&sig=ANTY_L3_ZshEWcR9Fecq5
EMWqSHV8_MBBA

MAGMA Indonesia. 2017. Pengamatan Aktivitas Gunung Agung. Diakses melalui laman
https://magma.vsi.esdm.go.id

Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai