Anda di halaman 1dari 9

5.

Tujuan Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Abdul bari saifuddin, 2009).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal) dengan pendekatan seperti
ini, berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat
tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan (Depkes RI, 2008).
6. Mekanisme Persalinan
a. Engagement: Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian
janin (biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement
telah terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station nol
atau lebih rendah. Pada nulipara, engagement sering terjadi sebelum
awal persalinan. Namun, pada multipara dan beberapa nulipara,
engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai
(Cunningham et. al, 2013; McKinney, 2013).
b. Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati
panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan
dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan
kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan,
dengan sumbu jalan lahir:
1) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu
jalan lahir
2) Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah
promontorium sehingga os parietalis lebih rendah.
3) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis
dan tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2013;
McKinney, 2013).
Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan
Asinklitismus posterior), Sumber: Cunningham et. al. William
Obstetrics 23rd Edition
c. Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun
tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam
keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin.
Fleksi ini disebabkan oleh:
1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah
ke dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga
dagu lebih menempel pada tulang dada janin.
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi
fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).
d. Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai
pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi,
kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala berputar
saat mencapai otot panggul (Cunningham dkk, 2013; McKinney,
2013).
e. Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala
akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput
melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar
mengikuti sumbu jalan lahir akibat ekstensi.
f. Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika
kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara
internal sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul.
Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal bahu bayi.
g. Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang
pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke
arah simfisis pubis (Cunningham et. al. William Obstetrics 23rd)
7. Lima Benang Merah
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai
aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik yang normal maupun
patologis. Lima benang merah akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan
persalinan mulai dari Kala I hingga kala empat, termasuk penatalaksanaan
bayi baru lahir.
Adapun lima benang merah tersebut adalah :
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
c. Pencegahan Infeksi
d. Pencatatan (rekam medik) asukan persalinan
e. Rujukan
(JNPK-KR, 2014).
Penjelasan singkat yang dapat membuat anda sedikit mengerti
tentang 5 benang merah antara lain sebagai berikut:
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusann klinik merupakan proses yang menentukan
untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan
oleh klien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik
bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan
pertolongan. Semua keputusan akan bermuara pada bagaimana kinerja
dan perilaku yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam
menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya kepada pasien atau klien
(JNPK-KR, 2014).
Langkah membuat keputusan klinik:
1) Pengumpulan data: subjektif dan objektif
2) Intepretasi data untuk mendukung Diagnosis kerja atau identifikasi
masalah
3) Membuat diagnosis kerja atau merumuskan masalah.
4) Menialai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk
mengatasi masalah
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi
masalah
6) Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.
(JNPK-KR, 2014).

b. Asuhan Sayang Ibu


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
keepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah
membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakaan
kepada diri sendiri: “Seperti ini kah asuhan yang saya dapatkan?” atau
apakah “asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga
saya yang sedang hamil?”
Konsep dari asuhan sayang ibu adalah:
1) Pangguil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya
2) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarganya.
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga lainnya.
7) Anjurkan ibu untuk di temani suami dan anggota keluarga lainnya.
8) Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara
bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya.
9) Lakukan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik dan
konsisten.
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelainan bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan-makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisonal ysng tidak
memberi pengaruh merugikan.
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti
episotomi, pencukuran dan klisma.
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16) Membantu Ibu memberikan ASI Ekslusif pada satu jam pertama
kelahiran bayinya
17) Menyiapkan persalinan dan kelahiran bayi
(Abdul bari saifuddin, 2009).

c. Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru
lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk
mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.
Yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi:
1) Kewaspadaan Standar
2) Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit
3) Proses Pencegahan Infeksi Instrumen dan Aplikasinya dalam
Pelayanan
4) Barier Protektif
5) Budaya Bersih dan Lingkungan yang Aman
(Abdul bari saifuddin, 2009).

d. Pencatatan
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau
bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut
tidak dilakukan.
Yang diperhatikan dalam pencatatan adalah:
1) Kelengkapan status klien
2) Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan
uji atau penapisan tambahan lainnya
3) Partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi
klien
4) Kesesuaian kelaikan kondisi klien dan prosedur klinik terpilih
5) Upaya dan Tatalaksana Rujukan yang diperlukan
(Abdul bari saifuddin, 2009).

e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan
atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normal namun sekitar 10-15%
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Yang diperhatikan dalam rujukan adalah:
1) Alasan keperluan rujukan
2) Jenis rujukan (darurat atau optimal)
3) Tatalaksana Rujukan
4) Upaya yang dilakukan selama merujuk
5) Jaringan pelayanan dan pendidikan
6) Menggunakan Sistem Umum atau Sistem Internal Rujukan
Kesehatan.
(Abdul bari saifuddin, 2009).

8. Kebijakan PMTCT (Prevention of Mother To Child Transmission)


Dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional 2010-2014 dari
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Rencana Aksi Kegiatan
Pengendalian AIDS dari Kementerian Kesehatan, menegaskan
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau dikenal dengan
Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian
dari rangkaian upaya pengendalian HIV-AIDS (Kemenkes RI, 2011).
Dalam rangka meningkatkan cakupan Program Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak di Indonesia perlu adanya kerja sama
antara berbagai sektor terkait, organisasi profesi dan organisasi masyarakat
sipil termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Kebijakan umum Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
sejalan dengan kebijakan umum Kesehatan Ibu dan Anak serta kebijakan
pengendalian HIV-AIDS di Indonesia. Salah satunya adalah tes HIV
merupakan pemeriksaan rutin yang ditawarkan kepada ibu hamil. Pada ibu
hamil dengan hasil pemeriksaan HIV reaktif, ditawarkan untuk melakukan
pemeriksaan infeksi menular seksual lainnya terutama sifilis (Kemenkes
RI, 2011).
Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
diintegrasikan dengan paket pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta
layanan Keluarga Berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan. Semua
perempuan yang datang ke pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dan
layanan Keluarga Berencana mendapatkan informasi pencegahan
penularan HIV selama masa kehamilan dan menyusui. Untuk mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak, dilaksanakan program
pencegahan secara komprehensif meliputi empat prong, yaitu:
Prong 1 : Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia
reproduksi
Prong 2 : Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada
perempuan HIV positif
Prong 3 : Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif
ke bayi yang dikandungnya.
Prong 4 : Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV positif beserta anak dan keluarganya.
Keempat Prong secara nasional dikoordinir dan dijalankan oleh
pemerintah, serta dapat dilaksanakan oleh institusi kesehatan swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat. Terkait dengan upaya pencapaian MDG
4, 5 dan 6 dalam pencegahan infeksi HIV pada anak, disebutkan bahwa
dengan akses layanan ARV yang mudah, persediaan ARV yang lebih
baik, pemberian ARV yang tepat, maka upaya untuk mengeliminasi
penularan HIV dari ibu ke anak dapat dicapai pada tahun 2015
(Kemenkes RI, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham et. al. William Obstetrics 23rd Edition

Depkes RI. (2008), Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

JNPK-KR, 2014. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi,
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI) dan
IDAI dengan dukungan dari USAID Indonesia.
Kemenkes RI, 2011. Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Jakarta : Kemenkes RI.

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai