Anda di halaman 1dari 17

COVER

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke khadirat Alloh, SWT, atas disusunya modul
Pengelasan ini, dengan harapan dapat bermanfaat bagi siswa jurusan Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) SMKN 1 Cikarang Pusat.
Modul ini disusun berdasarkan kebutuhan pembelajaran sebagai
implementasi teori yang diajarkan di kelas dan digunakan untuk kalangan sendiri,
dengan materi yang sangat simpel modul ini merupakan pelengkap praktikum
yang diajarkan dengan menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki
siswa untuk dapat mengelas SMAW pada posisi 1F/1G dan 2F/2G. Sehingga
diharapkan setelah menyelasaikan praktikum ini siswa dapat mengelas sesuai
dengan Standard Operasional Procedur (SOP).
Semoga modul ini bermanfaat, “Tiada gading yang tak retak” begitu kata
pepatah, kiranya tegur sapa yang membangun amat dinantikan oleh penyusun
semoga kegiatan ini selalu diridhoi Alloh, SWT. Amiin.

Cikarang Pusat, 19 Agustus 2017

Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju dan


berekembang dengan pesat sehingga menimbulkan persaingan yang ketat. Secara
otomatis ada tuntutan agar selalu berkreatifitas dan terus mengikuti perkembangan
tersebut, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada disekelilingnya, hingga menjadi sesuatu
yang layak pakai dan memiliki guna serta nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu,
perlu diadakannya pelatihan/praktikum sebagai tindak lanjut dari teori yang telah
diberikan di dalam ruangan, salah satunya yaitu pekerjaan Las Busur Listrik.

B. Tujuan Pembuatan Modul Las

Modul ini dibuat untuk memberikan gambaran materi Las busur Listrik.
Dengan dibuatnyaa modul ini diharapkan peserta dapat:
1. Mengetahui peralatan dan perlengkapan las busur listrik.
2. Melatih keterampilan praktikan dibidang las busur listrik.
3. Peserta mampu mengerjakan penyambungan/penempelan logam besi
dengan las busur listrik.
4. Siswa dapat membuat produk yang bermanfaat bagi
workshop/bengkel laboratorium Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1
Cikarang Pusat.
5. Siswa mampu memasarkan produk hasil praktikum dengan
kemampuan pemasaran masing-masing.
BAB II
RINGKASAN MATERI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Las listrik


Las listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan
menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan las
Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Pada pengelasan dengan las listrik,
panas yang dihasikan berasal dari busur listrik yang timbul dari menempelnya
benda kerja dengan elektroda. Elekttroda pengisian dipanaskan mencapai titik cair
dan diendapkan pada sambungan, hingga terbentuk sambungan las. Panas yang
dihasilkan oleh busur listrik mencapai 5.5000 C.Pada saat pengelasan menggunakan
las listrik, dilepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas
dan cahaya ultraviolet.
1. Pembagian Las Listrik

Las listrik dapat digolongkan menjadi :

1. Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :


a. Las listrik submerged

Busur elektroda (listrik) diantara ujung elektroda dan bahan dasar berada
didalam timbunan fluksi serbuk yang digunakan sebagai pelindung dari pengaruh
luar (udara bebas) sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti pada las listrik
lainnya. Las ini umumnya otomatis atau semi otomatis. Las busur listrik
mempunyai 2 jenis yaitu :

1) Las listrik AC (menggunakan arus searah sebagai sumber listrik)


2) Las listrik DC (menggunakan arus listrik bolak-balik sebagai sumber
listrik)
2. Las listrik dengan elektroda berselaput
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan bahan dasar (plat) akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian dasar selaput elektroda yang turut
terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda
kawat las, dan daerah las disekitar busur listrik terhadap daerah udara luar.

3. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) atau MIG


Pada las TIG ini menggunakan elektroda wolfram. Busur yang terjadi antara
elektroda dan bahan dasar merupakan sumber panas bentuk pengelasan. Untuk
melindungi hasil pengelasan digunakan gas pelindung, seperti argon, helium atau
campuran gas tersebut.

4. Las Listrik MIG


Las listrik MIG adalah juga las busur listrik dimana panas yang ditimbulkan
oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena adanya Arus
Listrik. Elektrodanya adalah merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang
gerakannya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motorl listrik.
Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai Ias
dilengkapi dengan nosal logam untuk menyemburkan gas pelindung yang dialirkan
dari botol gas malalui selang gas.
Gas yang dipakai adalah C02 untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon
atau campuran argon dan helium untuk pengelasan Aluminium dan baja tahan
karat. Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatik atau otomatik. Semi
otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual sedangkan otomatik adalah
pengelasan di mana seluruh pekerjaan Ias dilaksanakan secara otomatis.
2. Macam – macam elektroda
a. Elektroda Hydrogen rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari
0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda inidipakai
untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas,misalnya untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
b. Elektroda untuk besi tuang
c. Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk
mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai mesin las AC atau DC
kutub terbalik.

d. Elektroda Nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih
dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam segala posisi
pengelasan. Las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus
bila dipakai pada mesin las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

e. Elektroda Perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga
panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor
dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.

f. Elektroda untuk aluminium


Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang
sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan
pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-
ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan mesin las.

g. Elektroda untuk pelapis keras


- Elektroda tahan kikisan
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi
denganserbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5
mmdipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat
dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis.
- Elektroda tahan pukulan
Elektroda ini dapat dipakai pada mesin las AC atau DC kutub terbalik.
Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.

Elektroda tahan keausan

Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung


Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan
katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi

3. Pengkutuban elektroda
- Pengkutuban langsung

Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang pada terminal negatif


dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban langsung sering disebut
sebagai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).

- Pengkutuban terbalik

Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif


dan kabel massa dipasang pada terminal negatif. Pengkutuban terbalik sering
disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+).
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya.
Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan
pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya. Pada arus bolak-balik
penembusan yang dihasilkan antara keduanya.

Macam-macam gerakan elektroda

- Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini


dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.
- Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur
lebar jalur las yang dikehendaki Gerakan elektroda
1) Melingkar

Gambar Ayunan melingkar


2) Zig-zag

Gambar Ayunan zig-zag


3) Tarpesium

Gambar Ayunan gipsum.


Arah pengelasan ( elektroda ) pada proses las busur manual adalah
arah mundur atau ditarik, sehingga bila operator las menggunakan tangan kanan,
maka arah pengelasan adalah dari kiri ke kanan. Demikian juga sebaliknya,
jika menggunakan tangan kanan, maka tarikan elektroda adalah dari kanan ke kiri.
Namun, pada kondisi tertentu dapat dilakukan dari depan mengarah ke tubuh
operator las. Dalam hal ini, yang terpenting adalah sudut elektroda terhadap garis
tarikan elektroda sesuai dengan ketentuan ( prosedur yang ditetapkan ) dan busur
serta cairan logam las dapat terlihat secara sempurna oleh operator las.

Pada pengelasan sambungan T maupun pada sambungan tumpul posisi di bawah


tangan secara umum untuk jalur pertama adalah ditarik tanpa ada ayunan elektroda,
tapi untuk jalur kedua dan selanjutnya sangat tergantung pada kondisi pengelasan
itu sendiri, sehingga dapat dilakukan ayunan atau tetap ditarik seperti jalur pertama.
Sedangkan pada posisi horizontal, baik untuk sambungan sudut / T atau sambungan
tumpul secara umum tidak dilakukan ayunan/ gerakan elektroda (hanya ditarik)
dengan sudut yang sesuai dengan prosedurnya.

Tanpa diayun

Diayun Zig-zag

Diayun ½ C

Gambar Arah dan Gerakan Elektroda posisi bawah tangan

1. Mengatur tegangan
Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60 – 80 Volt sebelum terjadi busur
nyala. Tegangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan atau tegangan
pembakar.Bila busur nyala telah terjadi (sedang mengelas) maka tegangan turun
menjadi 20 – 40 Volt. Ini dinamakan tegangan kerja. Tegangan kerja disesuikan
dengan diameter elektroda.Untuk elektroda: 1,5 – 5,5 mm tegangan kerja 20 – 30
Volt. Untuk elektroda: 4,5 – 6,4 mm tegangan kerja 30 – 40 Volt.
1. Mengatur Ampere
`Arus pengelasan ditentukan oleh: diameter elektroda, tebal bahan, jenis
elektroda dan posisi pengelasan.
Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop.
Arus pengelasan yang dipakai dapat dilihat/ dibaca pada skala arus, yang terdapat
pada mesin las.
Perkiraan arus yang dipakai untuk mengelas, dapat dilihat pada table yang tertera
pada setiap bungkus elektroda, misalnya sebagai berikut:
diameter (mm) x panjang daerah polaritas arus elektroda (A)
2,6 x 350 45 – 95 Ac atau Dc

Diameter
. Kuat arus
Tipe logam dan tebal (inchi) elektroda
No (ampere)
(inchi)
Pelat logam tipis 1/16 10 – 30
1. (Outer sheet metal, etc; 5/64 25 – 45
sampai tebal 7/64 inchi) 3/32 40 – 70
50 – 130
Baja lunak tipis 1/8
90 – 180
2. (Struktur bodi dalam, dsb. 5/32
130 – 230
tebal 7/64 sampai 3/16 inchi) 3/16

1/8 60 – 120
Baja lunak tebal
5/32 90 – 160
3. (Rangka, dsbnya, tebal 3/16
3/16 120 – 200
sampai 5/16 inchi)
¼ 190 – 300
Tabel. Kuat arus dan Tebal bahan dan dia electrode

Tabel diameter dan arus pengelasan

DIAMETER ELEKTRODA BESAR ARUS


1/16 Inchi 1,5 mm 20 – 40 Amper
5/64 Inchi 2,0 mm 30 – 60 Amper
3/32 Inchi 2,5 mm 40 – 80 Amper
1/8 Inchi 3,2 mm 70 – 120 Amper
5/32 Inchi 4,0 mm 120 – 170 Amper
2. Persiapan Sambungan dan Kampuh Las

Sebelum kita melakukan persiapan sambungan dan kampuh las kita bahas
terlebih dahulu macam – macam bentuk sambungan las.

Beragam bentuk pekerjaan las dan fabrikasi logam, menuntut agar suatu sambungan
yang dikerjakan dapat sesuai dengan desain dan kekuatan yang diharapkan. Karena
itu bentuk-bentuk sambungan harus dirancang sedemikian rupa supaya memenuhi
kebutuhan tersebut

a. Bentuk-bentuk Sambungan Las

Secara umum sambungan las ada dua macam, yaitu sambungan sudut (fillet)
dan sambungan tumpul (butt).
Adapun macam-macam bentuknya adalah sebagai berikut :
 Sambungan sudut dalam (T-joint atau L-joint)
 Sambungan sudut luar ( Corner joint)
 Sambungan tumpang (lap joint)

1. Bentuk-bentuk Kampuh Las.


Kampuh las adalah bentuk persiapan pada suatu sambungan. Umumnya
hanya ada pada sambungan tumpul, namun ada juga pada beberapa bentuk
sambungan sudut tertentu, yaitu untuk memenuhi persyaratan kekuatan suatu
sambungan sudut.
Bentuk kampuh las yang banyak dipergunakan pada pekerjaan las dan fabrikasi
logam adalah :
 Kampuh I (Open square butt)
 Kampuh V (Single Vee butt)
 Kampuh X (Duoble Vee butt)
 Kampuh U (Single U butt)
 Kampuh K/Sambungan T dengan penguatan pada kedua sisi
 Kampuh J/ Sambungan T dengan penguatan satu sisi ( Single J-butt weld )
Berikut ini adalah gambar bentuk-bentuk sambungan dan kampuh las.
Sambungan T ( T-Joint ) Sambungan Sudut ( Corner Joint )
Sambungan Tumpang ( Lap Joint )

Sambungan Slot( SlotJoint ) Sambungan Tumpul ( Butt Joint ) T- Butt Joint


Gambar Bentuk-bentuk Sambungan

Kampuh I Kampuh U

Kampuh V Kampuh K

Kampuh X Kampuh J
2. Posisi Pengelasan pada Pelat
 Posisi flat sambungan tumpul (1G)
 Posisi flat sambungan sudut/fillet (1F)
 Posisi horizontal sambungan tumpul (2G)
 Posisi horizontal sambungan sudut/fillet (2F)
 Posisi tegak sambungan tumpul (3G).
 Posisi tegak sambungan sudut/fillet (3F)
 Posisi di atas kepala sambungan tumpul (4G)
 Posisi di atas kepala sambungan sudut/fillet (4F)
3. Posisi Pengelasan pada Pipa
 Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter sama /sambungan
tumpul (1G
 Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter berbeda/sambungan
sudut /fillet (1F)
 Posisi sumbu tegak sambungan tumpul (2G)
 Posisi sumbu tegak sambungan sudut /fillet (2F)
 Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan
tumpul (5G)
 Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan
sudut/fillet (5F)
 Posisi sumbu miring 45 sambungan tumpul (6G)
 Posisi sumbu miring 45 sambungan pipa-pelat / sambungan sudut /fillet
(6F)
Berikut adalah gambar posisi pengelasan pada pelat dan pipa :

POSISI PENGELASAN PADA PIPA

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN TUGAS MANDIRI/KELOMPOK

A. Tugas Mandiri/Kelompok

B. Gambar Kerja

Anda mungkin juga menyukai