Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Reproduksi menurut World Health Organizations (WHO)
adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas
dari kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi proses
reproduksinya secara sehat dan aman (Nugroho, 2010).
Menurut CIA World Factbook tahun 2016 jumlah penduduk Dunia di
tempati 195 negara dengan populasi sejumlah 7.323.187.457 jiwa. Republik
Rakyat China menempati urutan pertama dengan jumlah penduduk
1.373.541.278 jiwa angka tersebut merupakan 18,8% dari keseluruhan jumlah
penduduk dunia. Diurutan kedua dengan jumlah penduduk 1.266.883.598 jiwa
atau sekitar 17,3%, Amerika serikat berada di posisi ketiga dengan jumlah
penduduk sebesar 323.995.528 jiwa atau sekitar 4,4% dari populasi dunia.
Indonesia menduduki posisi ke empat dengan jumlah penduduk 258.316.051
jiwa atau sekitar 3,5% dari keseluruhan populasi dunia (BKKBN, 2017).
World Health Organization (WHO), ditahun 2010 mengatakan bahwa
setiap tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil diseluruh dunia. Dari angka
tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi diakibatkan karena nafsu yang
tak terkontrol selama pacaran. Akibatnya terdapat 70.000 kematian remaja
akibat tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan
kecacatan.
Hasil SDKI (2012) KRR menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat hanya 35,3% remaja
perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun tidak mengetahui
bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Begitu
pula gejala PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang Hiv kurang
di terima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10, 6
persen laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS.
Tempat pelayanan remaja belum banyak diketahui oleh remaja (Kemenkes RI,
2015).
Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan
reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga sangat penting dalam upaya
mengendalikan jumlah kelahiran dan menurunkan resiko kematian Ibu
melahirkan. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain : (1) Angka
kelahiran pada remaja 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48 per 1.000
perempuan usia 15-19 tahun (SDKI, 2012), dan remaja perempuan 15-19
tahun yang telah menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama meningkat
sebesar 8,5 persen menjadi sebesar 9,5 persen (SDKI 2007 dan SDKI 2012),
(2) masih banyaknya perkawinan usia muda, ditandai dengan median usia
kawin pertama perempuan yang rendah yaitu 20,1 tahun (usia ideal
pernikahan untuk kesehatan reproduksi remaja adalah 21 tahun untuk
perempuan dan 25 tahun untuk pria), (3) terdapat kesenjangan dalam

1
pembinaan pemahaman remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
yang tergambar pada tingkat kelahiran remaja (angka kelahiran remaja
kelompok usia 15-19 tahun), (4) tingginya perilaku seks pra nikah di sebagian
kalangan remaja berkibat kehamilan yang tidak di inginkan masih tinggi, (5)
pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko
masih rendah : serta (6) Cakupan dan Peran Pusat Informasi dan konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK/PIM) belum optimal (RENSTRA, 2015).
Berdasarkan data Susenas 2008-2012 rata-rata pernikahan wanita usia
sebelum 18 tahun di Jawa Timur sebesar 27,8%. Prevalensi pernikahan remaja
15-19 tahun di Jawa Timur menempati peringkat ke tiga dengan prevalensi
16,7 % hal ini berarti 236.404 wanita menikah sebelum usia 18 tahun (Badan
Pusat Statistik, 2015).
Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Kota Kediri 2017 menyebutkan
bahwa pada tahun 2016 di Kecamatan Pesantren terdapat pernikahan dini
sebesar 62 pasangan kemudian di tahun 2017 terdapat 54 Pasangan,
sedangkan di Kecamatan Mojoroto pada tahun 2016 terdapat 58 pasangan
menikah dini dan 54 pasangan di tahun 2017 serta di Kecamatan Kota terdapat
29 Pasangan menikah usia dini di tahun 2016 dan pada tahun 2017 sebanyak
54 Pasangan menikah usia dini. Berdasarkan Informasi tersebut Kecamatan
Pesantren memiliki angka pernikahan tertinggi dibanding dengan kecamatan
yang lain dimana terdapat pernikahan dini di Kelurahan Pesantren terdapat 2
pasangan, Burengan 7 pasangan, Ngletih 2 pasangan, Tempurejo 6 pasangan,
Ketami 5 Pasangan, Blabak 3 pasangan, Betet 3 Pasangan, Singonegaran 2
Pasangan, Tinalan 2 pasangan, Pakunden 11 Pasangan, Tosaren 7 Pasangan,
Bangsal 2 Pasangan, Jamsaren 2 Pasangan dan Bawang 3 pasangan (KUA
Kecamatan Pesantren, 2018). Maraknya pernikahan dini yang terjadi di
Kota Kediri salah satu penyebabnya akibat kasus "kecelakaan". Anak-anak
yang pacaran hamil duluan sehingga terpaksa dinikahkan orangtuanya, adapun
penyebab terjadinya pernikahan dini di Kota Kediri disebabkan oleh
ketidaktahuan dan faktor agama. Dalam hal pengetahuan yang sering terjadi
adalah karena wanita dibohongi saat penis tidak dimasukkan kedalam vagina
serta hubungan seksual yang dilakukan hanya sekali saja tidak menyebabkan
terjadinya kehamilan padahal saat sperma masuk ke dalam vagina maka akan
menyebabkan terjadinya kehamilan. Untuk itu anak-anak harus mendapatkan
penyuluhan dan membekali dengan ilmu. Hal itu diungkapkan Mutakalim,
Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak Kantor Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Kediri pada diskusi akhir tahun,
Rabu (30/12/2015) dalam Surya Malang edisi 30 Desember 2017.
Akibat terjadinya pernikahan karena kehamilan tidak diinginkan
berdampak pada tingginya angka perceraian. Bahkan dalam beberapa kasus,
dari data yang disebutkan diatas memiliki usia perkawinan yang tidak lama
(Radar Kediri, 2017)
Dampak kehamilan Remaja Pra nikah antara lain masalah (1) kesehatan
reproduksi : meningkatkan resiko terjadinya IMS, (2) masalah psikologis pada
kehamilan (karena belum adanya kesiapan dan didukung oleh tekanan,
kekecewaan, penyesalan dll), (3) masalah sosial ekonomi: masih belum

2
memiliki pekerjaan yang memadai/masih bergantung kepada orang tua, (4)
masalah kebidanan: abortus, terjadi berbagai komplikasi dalam kehamilan dll.
Kejadian Pernikahan Dini menjadi beban berat ketika seorang perempuan
harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya mengalami kehamilan sebelum
waktunya. Bagaimana ia harus berusaha menyembunyikan kehamilannya dari
orang lain, belum lagi ketika nanti bayinya telah lahir, akan menjadi beban
baru baginya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan
diluar nikah : Memberikan banyak informasi seputar permasalahan seksualitas
kepada remaja, diharapkan dapat mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan. Jelaskan akibat yang akan terjadi jika melakukan hubungan
seksual pranikah. Sebaiknya berikan juga penjelasan sejelas-jelasnya seputar
mitos-mitos yang banyak berkembang di masyarakat dan fakta-fakta yang
harus diketahui, dengan harapan mereka mengetahui apa yang selama ini
diyakini sebenarnya belum tentu benar, Juga sangat diperlukan adanya suatu
kontrol diri dari remaja, dengan memunculkan self esteem dalam diri remaja,
melatih asertif terhadap apa yang diinginkan, membekali diri remaja dengan
kemampuan komunikasi, Peran orang tua untuk menjadi teman diskusi bukan
sebagai polisi bagi remaja (PKBI, 2016).
Pasal 47 ayat (1) Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga disebutkan bahwa
pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Selanjutnya, pada pasal 48 disebutkan kebijakan pembangunan keluarga
melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dilaksanakan salah
satunya melalui peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses
informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan
berkeluarga. Melalui tujuan strategis meningkatkan pemahaman remaja
mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN ingin agar
remaja di Indonesia memiliki pengetahuan tentang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi agar terhindar dari kehamilan dan melahirkan di usia
remaja (BKKBN, 2016).
Selain itu Undang-Undang No 23 tahun 2014 menyebutkan bahwa peran
BKKBN dalam upaya mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, berkualitas
dan berdaya saing salah satu dari 4 subbab, Salah satu arah kebijakan dan
strategi BKKBN dalam menyelenggarakan pembangunan subbidang
kependudukan dan keluarga berencana dalam lima tahun kedapan adalah
dengan meningkatkan pemahaman remaja mengenai kesehatan Reproduksi
dan penyiapan kehidupan keluarga (RENSTRA, 2015).
Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau melakukan suatu anjuran yang ada
hubungan dengan kesehatan. (Azrul Azwar dalam Sinta Fitriani, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suprianto Zainuddin yang
berjudul pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual di SMPN 5 Bangkala Kabupaten Jeneponto Hasil

3
penelitian menunjukkan dari 61 responden diperoleh 55 siswa (90.2%)
mempunyai pengetahuan kurang sebelum diberikan Penyuluhan Kesehatan
dan setelah diberikan Penyuluhan Kesehatan terdapat 60 siswa (98.4%)
mempunyai pengetahuan baik, dan terdapat 1 siswa (1.6%) yang mempunyai
pengetahuan cukup. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test setelah diberikan
Penyuluhan Kesehatan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, nilai P
Value yang didapatkan pada penelitian adalah 0,000 yang menunjukan 61
siswa (100%) responden mengalami peningkatan pengetahuan tentang
penyakit menular seksual yang berarti (P value= 0,000 atau P<0,05).
Kesimpulan, bahwa Penyuluhan kesehatan memberikan pengaruh yang
signifikan pada pengetahuan remaja tetang penyakit menular seksual di SMPN
5 Bangkala Kabupaten Jeneponto Tentang Penyakit Menular Seksual.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah suatu proses mengingat
kembali hal-hal yang telah dipelajari lewat panca indera mengenai
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal berkaitan
dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi. Oleh karena itu, baik laki-laki
maupun perempuan harus tau dan mengerti mengenai berbagai aspek
kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak
menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi lahi (Husni (2005)
dalam Rita, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui
Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
pada Remaja di Kelurahan Pakunden Kecamatan Pesantren Kota Kediri.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Pakunden Kecamatan
Pesantren Kota Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Pakunden Kecamatan
Pesantren Kota Kediri?
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja sebelum dilakukan Penyuluhan
tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Pakunden
Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja setelah dilakukan Penyuluhan
tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Kelurahan Pakunden
Kecamatan Pesantren Kota Kediri.
c. Menganalisis pengaruh Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
pada Remaja Di Kelurahan Pakunden Kecamatan Pesantren Kota
Kediri.

4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai implementasi pengetahuan dan wadah untuk aplikatif
ilmu yang diperoleh di kampus guna berperan aktif dalam upaya rencana
strategis BKKBN untuk pembangunan keluarga.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengetahuan serta pengalaman untuk
menganalisis pengaruh Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi
pada Remaja di Kelurahan Pakunden Kecamatan Pesantren Kota
Kediri.
b. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan refrensi untuk pembelajaran tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi Tenaga Kesehatan dalam
Promosi kesehatan pada kesehatan Reproduksi Remaja dan
meningkatkan peran serta Tenaga Kesehatan dalam upaya
pembangunan kesehatan keluarga melalui Promosi kesehatan pada
remaja.
d. Bagi Siswa/Siswi
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja yang nantinya berguna untuk dirinya sendiri, keluarga, teman
dan masyarakat.
e. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi Masyarakat untuk
berperan.

Anda mungkin juga menyukai