Anda di halaman 1dari 10

RUMAH SAKIT SENTOSA

Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310


Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RS SENTOSA


Nomor: 03/957/RSS/III/2017

tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN


Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Sentosa,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan bermutu tinggi yang sesuai di rumah
sakit;
b. Bahwa untuk menyediakan pelayanan yang baik di rumah sakit diperlukan
perencanaan dan koordinasi oleh setiap disiplin klinis yang terlibat dalam
pelayanan;
c. Bahwa untuk mencapai tujuan pada butir (a) dan (b), perlu ditetapkan melalui
Surat Peraturan Direktur.

Mengingat :
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT SENTOSA TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN;

KEDUA : Peraturan tentang kebijakan pelayanan pasien Rumah Sakit Sentosa


diberlakukan secara konsisten;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan pasien Rumah


Sakit Sentosa dilaksanakan oleh Manajemen Rumah Sakit;

KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Dikeluarkan di : Bogor
Pada tanggal : 21 Maret 2017
Direktur Rumah Sakit Sentosa

Dr. Alodia Aurora, Y.F


RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Sentosa
Nomor : 03/957/RSS/III/2017
Tanggal : 30 Maret 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RS SENTOSA BOGOR

1. Para pimpinan rumah sakit bersepakat untuk memberikan proses pelayanan yang
seragam. Setiap pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit ( dokter, perawat,
bidan, apoteker, fisioterapis dan praktisi kesehatan lain) memberikan pelayanan
yang bersifat dasar bagi pelayanan pasien meliputi perencanaan dan pemberian
asuhan kepada setiap pasien, pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan
pasien, modifikasi asuhan pasien bila perlu, penuntasan asuhan pasien dan
perencanaan tindak lanjut. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan
pelayanan yang sama berhak mendapat kualitas asuhan yang sama di rumah sakit.
Secara khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada
berbagai unit kerja, dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan
pelayanan yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa
rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap hari dalam
seminggu dan pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur memandu pemberian
pelayanan yang seragam sesuai dengan undang-undang dan peraturan terkait yang
membentuk proses pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif.
2. Pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit memberikan asuhan pelayanan yang
seragam bagi semua pasien. Asuhan pasien yang seragam meliputi akses untuk
asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembiayaan, akses untuk asuhan dan pengobatan
yang memadai yang diberikan oleh praktisi yang kompeten tidak tergantung hari-hari
tertentu atau waktu tertentu, ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan
alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien, tingkat asuhan yang
diberikan kepada pasien sama (misalnya pelayanan anestesia) di seluruh rumah
sakit, pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yag setingkat di seluruh rumah sakit.
3. Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak praktisi pelayanan
kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan. Rencana dan
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

pelaksanaan pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit


kerja, departemen dan pelayanan terkait untuk menghasilkan proses asuhan yang
efisien, penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang lebih efektif
dan hasil asuhan pasien yang lebih baik.
4. Rekam medis pasien memfasilitasi dan menggambarkan integrasi dan koordinasi
asuhan. Khususnya, setiap catatan observasi dan pengobatan praktisi pelayanan.
Setiap hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan atau diskusi lain tentang
kolaborasi dicatat dalam rekam medis pasien.
5. Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), perawat, ahli gizi dan petugas kerohanian dalam waktu 24 jam sesudah
pasien masuk rawat inap.
6. Perencanaan yang teliti diperlukan untuk proses asuhan agar mendapat hasil yang
optimal. Pasien dan keluarga diikut sertakan dalam proses perencanaan. Rencana
asuhan pasien dilakukan individual berdasarkan data asesmen awal pasien dan
asesmen ulang periodik untuk menetapkan dan menyusun prioritas pengobatan,
prosedur, asuhan keperawatan dan asuhan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Setelah staf mendapatkan data asesmen awal pasien, rencana asuhan dicatat
dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian sasaran. Kemajuan
yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan berdasarkan hasil asesmen
ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan. Rencana asuhan untuk tiap
pasien direview dan diverifikasi oleh DPJP dengan mencatat kemajuannya.
Rencana asuhan dikembangkan dalam waktu 24 jam setelah pasien diterima di
rawat inap. Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis
pasien oleh pemberi pelayanan.
7. Pemberian perintah tertulis pada lembar catatan terintegrasi dalam rekam medis
pasien. Perintah tertulis harus dilakukan pada pelayanan pemberian obat, tindakan
medis, konsultasi medis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan diagnostik
imaging, pelayanan keperawatan, pelayanan fisioterapi dan terapi nutrisi. Perintah
harus tertulis bila diperlukan dan harus mengikuti kebijakan yang berlaku di Rumah
Sakit Sentosa. Pada kasus kegawatdaruratan dimana penulisan perintah dapat
menghambat petugas dalam memberikan pertolongan kepada pasien, maka
petugas dapat menuliskan perintah setelah menolong kegawatdaruratan pasien.
Petugas yang menuliskan perintah tertulis adalah DPJP atau dokter bangsal yang
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

telah mendapat surat pendelegasian wewenang tersebut. Perintah tertulis harus


mencantumkan tanggal perintah dibuat dan membubuhkan tanda tangan pemberi
perintah.
8. Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis harus
menyertakan indikasi klinis dan alasan pemeriksaan yang rasional agar
mendapatkan interpretasi yang diperlukan oleh DPJP untuk merencanakan asuhan
pelayanan pasien selanjutnya.
9. Petugas yang berwenang menuliskan perintah pemeriksaan diagnostik imaging dan
laboratorium klinis adalah DPJP. Dokter jaga dapat memberikan perintah
pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis apabila ditemukan indikasi
kegawatan pada pasien, namun setelah tindakan dilakukan petugas harus
melaporkan ke DPJP.
10. Permintaan tertulis mengenai pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium
klinis tertulis di lokasi yang seragam di rekam medis pasien untuk membantu
terlaksananya perintah tersebut. Perintah tertulis membantu staf untuk mengerti
kekhususan perintah, kapan harus dilaksanakan dan siapa yang harus
melaksanakan. Perintah dapat ditulis pada suatu lembar perintah yang kemudian
dimasukkan ke rekam medis pasien secara periodik atau pada waktu pemulangan
pasien.
11. Tindakan diagnostik dan tindakan lain yang sudah dilakukan harus ditulis dalam
rekam medis pasien. Tindakan tersebut termasuk endoskopi, kateterisasi jantung
serta tindakan invasif lain dan tindakan diagnostik non invasif dan prosedur terapi.
Hasil tindakan diagnostik dan tindakan lain yang sudah dilakukan harus dicatat
dalam rekam medis pasien untuk membantu staf dalam memberikan asuhan pasien.
12. Asuhan dan proses pengobatan merupakan siklus terusan dari asesmen ulang,
perencanaan dan pemberian asuhan, dan asesmen hasil. Pasien dan keluarga
diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan yang telah dilakukan oleh
staf. Untuk melengkapi siklus informasi dengan pasien, pasien dan keluarga juga
perlu diberitahu tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk informasi tentang
hasil asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan.
13. Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan berbagai
variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Pimpinan rumah sakit mengidentifikasikan
pasien dan pelayanan risiko tinggi meliputi pelayanan kasus emergensi, resusitasi,
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan komponen darah, penggunaan


peralatan bantuan hidup dasar atau pasien yang koma, pelayanan pasien dengan
penyakit menular dan pasien yang daya tahannya direndahkan, pasien yang
menggunakan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi
penghalang, asuhan pasien usia lanjut, cacat, anak-anak dan populasi yang berisiko
disiksa, pelayanan pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi risiko tinggi.
Pimpinan rumah sakit mengembangkan kebijakan dan prosedur yang dapat
dilaksanakan dan diterapkan di Rumah Sakit Sentosa. Kebijakan dan prosedur
merupakan alat yang sangat penting bagi staf untuk memahami pasien tersebut dan
pelayanannya serta memberi respon yang cermat, kompeten dan dengan cara yang
seragam.
14. Rumah sakit dapat pula melakukan identifikasi risiko sampingan sebagai akibat dari
suatu prosedur atau rencana asuhan. Bila ada risiko tersebut, maka dapat dicegah
dengan cara melakukan pelatihan staf. Seluruh staf sudah dilatih dan menggunakan
kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan asuhan.
15. Pelaksanaan asuhan pasien gawat darurat diarahkan oleh kebijakan dan prosedur
yang sesuai. Kebijakan dan prosedur harus dibuat secara khusus untuk kelompok
pasien yang berisiko atau pelayanan yang berisiko tinggi, agar tepat dan efektif
dalam mengurangi risiko terkait. Pasien menerima asuhan yang konsisten dengan
kebijakan dan prosedur. Setiap pasien emergensi harus dilakukan asesmen sistem
sirkulasi, pernafasan dan jalan nafas untuk memastikan kebutuhan tindakan
resusitasi.
16. Tata laksana pelayanan resusitasi yang seragam diseluruh rumah sakit diarahkan
oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai. Pelayanan resusitasi diberikan kepada
pasien yang sesuai indikasi dan dilakukan oleh petugas yang kompeten sesuai
dengan kebijakan dan prosedur. Resusitasi tidak dilakukan jika ada penolakan dari
pasien atau keluarga pasien setelah diberikan informed consent.
17. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan tranfusi darah atau produk darah bagi
pasien yang membutuhkan. Penanganan, penggunaan dan pemberian darah dan
produk darah diarahkan oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai. Darah dan
produk darah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur. Permintaan darah
ke PMI dilakukan oleh dokter pelaksana fungsional medis di IGD/IRNA atau dokter
konsultan dengan kasus terkait. Pengambilan darah dari PMI dilakukan oleh
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

petugas rumah sakit. Rumah sakit bekerja sama dengan PMI dalam hal
penyediaaan darah atau produk darah bagi pasien sehingga darah atau produk
darah yang diberikan ke pasien harus berasal dari PMI (Palang Merah Indonesia).
Tindakan medis pemberian darah dan atau komponennya dilaksanakan oleh dokter
yang memiliki kompetensi atau kewenangan sesuai peraturan perundangan.
Tindakan medis pemberian darah dan atau komponennya dapat didelegasikan
kepada perawat dan bidan yang sudah memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam pelayanan tersebut dengan pengawasan dari dokter. Perawatan tranfusi
diberikan secara legeartis pada kasus : perdarahan hebat, penyakit-penyakit darah,
malnutrisi. Darah donor harus berupa darah sehat dan cocok (dapat diterima)
dengan darah pasien.
18. Asuhan pasien koma dan pasien dengan alat bantu hidup diarahkan oleh kebijakan
dan prosedur yang sesuai dengan rumah sakit. Asuhan pasien koma dilakukan
dengan pemantauan tanda vital dan tingkat kesadaran maksimal setiap 4 jam atau
sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan ini didokumentasikan dalam rekam medis
pasien.
19. Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai variasi pasien dengan berbagai
variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan risiko-
tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Pasien koma dan
pasien dengan alat bantu hidup menerima asuhan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang berlaku di rumah sakit.
20. Asuhan pasien dengan penyakit menular dan pasien immuno-suppressed diarahkan
oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan rumah sakit. Pelayanan pasien
dengan penyakit menular dan pasien yang daya tahannya direndahkan dikelola di
ruang isolasi. Pasien immuno-suppressed dan pasien dengan penyakit menular
menerima asuhan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku di rumah
sakit.
21. Pelayanan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau pasien
yang membutuhkan fasilitas ICU, dialisis (cuci darah) dan donasi organ diarahkan
atau dirujuk ke pemberi pelayanan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan
pelayanan kesehatannya. Asuhan pasien dialisis diarahkan oleh kebijakan dan
prosedur yang sesuai dengan rumah sakit. Pelayanan pasien dialisis dimulai dari
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

melakukan asesmen awal pada pasien. Pemberian asuhan untuk pasien dialisis
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku di rumah sakit.
22. Penggunaan alat penghalang (restraint) diarahkan oleh kebijakan dan prosedur
yang sesuai dengan rumah sakit. Pelayanan pasien yang menggunakan penghalang
(restraint) dikelola melalui intervensi pasien risiko jatuh. Alat pengikat (restraint)
hanya boleh digunakan pada pasien yang tidak kooperatif atau pasien risiko jatuh
tinggi yang dirawat pada tempat tidur tanpa pengaman. Pasien dengan alat
penghalang menerima asuhan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku di
rumah sakit.
23. Asuhan pelayanan pasien yang rentan, lanjut usia dengan ketergantungan bantuan
diarahkan oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan rumah sakit serta
dilakukan dengan melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL (Activity Daily Life).
Begitu juga dengan pasien yang rentan, lanjut usia yang tidak mandiri juga
menerima asuhan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku di rumah sakit.
24. Asuhan pelayanan pasien anak, anak dengan ketergantungan bantuan dan populasi
pasien dengan risiko kekerasan harus diidentifikasi dan asuhannya diarahkan oleh
kebijakan dan prosedur yang berlaku di rumah sakit. Asuhan pelayanan ini
dilakukan dengan melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL dengan pengawasan
intensif dari petugas agar anak-anak, anak dengan ketergantungan bantuan dan
populasi pasien yang teridentifikasi dengan risiko kekerasan dapat menerima
asuhan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada di rumah sakit.
25. Pelayanan pasien yang mendapat kemoterapi atau pengobatan risiko tinggi lain
diarahkan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada di rumah sakit, agar
pasien yang mendapat kemoterapi atau pengobatan risiko tinggi lain menerima
pelayanan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada.
26. Semua bayi dengan ikterus neonatorum dan kadar bilirubin indirek lebih tinggi dari
batas tertentu dilakukan fototerapi
27. Setiap bayi yang beresiko tinggi dan atau mengalami gangguan termoregulasi harus
dirawat dengan incubator bayi
28. Setiap bayi infeksius yang dirawat di kamar bayi harus ditempatkan pada ruang
pengawasan ketat. Untuk bayi non infeksius harus ditempatkan pada ruang
pengawasan sedang.
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

29. Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien, tersedia secara reguler/rutin yang
memadai bagi kondisi kesehatan dan proses pemulihan pasien.
30. Sebelum memberi makan pasien, semua pasien rawat inap telah memesan
makanan dan dicatat di formulir konsultasi gizi rawat inap.
31. Pasien berpartisipasi dalam perencanaan dan seleksi makanan, dan keluarga
pasien dapat, bila sesuai, berpartisipasi dalam menyediakan makanan, konsisten
dengan budaya, agama dan tradisi dan praktek lain. Berdasarkan asesmen
kebutuhan pasien dan rencana asuhan, DPJP atau pemberi pelayanan lainnya yang
kompeten memesan makanan atau nutrien lain yang sesuai bagi pasien.
Pemesanan diet gizi didasarkan atas status gizi dan kebutuhan pasien.
32. Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi dan
pelayanannya.
33. Bila keluarga pasien atau pihak lain menyediakan makanan pasien, mereka
diberikan edukasi tentang pembatasan diet pasien, makanan yang dilarang/ kontra
indikasi dengan kebutuhan dan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang
interaksi obat dengan makanan.
34. Penyiapan makanan, penyimpanan dan distribusi harus dimonitor untuk memastikan
keamanan dan sesuai dengan undang-undang, peraturan dan praktek terkini yang
dapat diterima. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko
kontaminasi dan pembusukan. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi
pabrik.
35. Makanan didistribusikan kepada pasien secara tepat waktu sesuai yang telah
ditetapkan. Begitu juga untuk memenuhi permintaan khusus dari pasien seperti jenis
makanan tertentu, ahli gizi harus tetap menyesuaikan sesuai dengan kondisi
kesehatan pasien serta melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait permintaan dari
pasien tersebut. Bila perlu, pasien dan keluarga di re-edukasi dalam pemberian
terapi gizi.
36. Praktek pelaksanaan pelayanan gizi harus memenuhi peraturan dan perundangan
yang berlaku.
37. Pada asesmen awal, pasien diperiksa untuk mengidentifikasi adanya risiko nutrisi.
Pasien ini akan dikonsulkan ke ahli gizi untuk asesmen lebih lanjut. Pasien dengan
resiko nutrisi mendapat terapi nutrisi dan ada proses yang menyeluruh untuk
merencanakan, memberikan serta memonitor terapi nutrisi. Respon pasien terhadap
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

terapi nutrisi dimonitor dan dicatat direkam medisnya. Dokter, perawat dan ahli gizi
serta keluarga pasien bekerjasama merencanakan dan memberikan terapi gizi.
38. Rasa nyeri merupakan pengalaman umum seorang pasien. Nyeri yang tidak teratasi
mengakibatkan efek tidak diharapkan secara fisik dan psikologis. Hak pasien untuk
mendapatkan asesmen dan pengelolaan nyeri dihargai dan dibantu. Berdasarkan
lingkup pelayanan yang diberikan pada pasien, rumah sakit mempunyai prosedur
untuk mengidentifikasi pasien yang kesakitan. Pasien yang kesakitan mendapat
asuhan sesuai pedoman manajemen rasa nyeri. Asesmen dan manajemen rasa
nyeri meliputi identifikasi pasien yang kesakitan pada waktu asesmen awal dan
asesmen ulang, pasien yang kesakitan mendapat asuhan sesuai pedoman
manajemen nyeri. Berdasarkan lingkup pelayanan yang diberikan, rumah sakit
menjalankan proses untuk berkomunikasi dan mendidik pasien dan keluarga
tentang rasa nyeri dan gejalanya dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan
agama masing-masing. Rumah sakit juga menjalankan proses untuk mendidik staf
rumah sakit yang terkait tentang rasa nyeri secara berkala.
39. Semua pasien yang dilayani di rumah sakit dilakukan pengkajian nyeri. Pengkajian
nyeri dilakukan oleh staf medis dan paramedik yang kompeten dengan
menggunakan instrumen yang sesuai dengan umur dan tingkat kesadaran pasien.
Pengkajian ulang nyeri dilakukan setiap pengkajian tanda vital pasien dan pada
pasien yang mengeluh nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang sadar/ bangun)
atau sesuai jenis dan onset masing-masing jenis obat, pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari
rumah sakit.
40. Pengelolaan nyeri pasien dilakukan oleh staf medis dan paramedik yang kompeten.
Pengelolaan nyeri diberikan dalam bentuk terapi farmakologis, terapi non
farmakologis serta pemberian edukasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga.
41. Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani
dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf medis harus
memahami kebutuhan pasien yang unik pada akhir kehidupan. Oleh karena itu,
Rumah Sakit memberikan pelayanan tahap terminal sesuai dengan kebutuhan
pasien yang akan meninggal serta kualitas asuhan akhir kehidupan dievaluasi oleh
staf medis dan keluarga pasien. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat
pasien mengarahkan semua aspek asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan
RUMAH SAKIT SENTOSA
Jl. Raya Kemang No. 18, Bogor, Jawa Barat 16310
Telp. 0251-7541900 / 7551100 | Fax. 0251-7534704
Email :csinfo@rsiasentosa.com | Website : www.rsiasentosa.com

akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit seperti pemberian pengobatan yang
sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan keluarga, penyampaian isu yang
sensitif seperti autopsi dan donasi organ, menghormati nilai yang dianut pasien,
agama dan preferensi budaya dan mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam
semua aspek pelayanan serta memberi respon pada masalah-masalah psikologis,
emosional, spiritual dan budaya dari pasien dan keluarganya.
42. Rumah Sakit mamstikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka yang kesakitan
atau dalam proses kematian. Pasien dalam fase terminal diberikan motivasi dan
bimbingan spiritual secara islami untuk meningkatkan kenyamanan dan
kehormatannya. Selain itu, diberikan pula intervensi untuk mengurangi rasa nyeri
dan gejala primer atau sekunder, dan mencegah gejala-gejala dan komplikasi
sejauh yang dapat diupayakan. Asuhan yang diberikan mengikutsertakan pasien
dan keluarga meliputi aspek psikososial, emosional dan kebutuhan spritual pasien
dan keluarga dalam hal menghadapi kematian dan kesedihan. Intervensi yang
ditujukan kepada pasien dan keluarga didasarkan pada agama/ kepercayaan dan
budaya. Pasien dan keluarga terlibat dalam mengambil keputusan terhadap asuhan.

Dikeluarkan di : Bogor
Pada tanggal : 21 Maret 2017

Direktur Rumah Sakit Sentosa

Dr. Alodia Aurora, Y.F

Anda mungkin juga menyukai