Anda di halaman 1dari 3

BIOKONSERVASI

Diajukan tugas untuk memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah Biokonservasi
Diki Muhammad Chaidir, M. Pd

Disusun Oleh:
Hamzah Abdul Fatah Taufik Tsabit
152154007
4A

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2018
Biologi Konservasi
Rencana atau Wacana

Bumi semakin lama semakin sakit, ilmu yang berkaitan untuk menjaga bumi-pun
pengaplikasiannya seperti tidak didukung pada pengaplikasiannya. Padahal secara Bahasa
salahsatu ilmu yang mendukung apabila dijabarkan merupakan ilmu yang sangat baik. Biologi
adalah kajian tentang kehidupan, dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi,
pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ilmu biologi modern sangat luas, dan
eklektik, serta terdiri dari berbagai macam cabang, dan subdisiplin. Konsevasi merupakan
pemanfaatan, pengelolaan sumber daya alam termasuk satwa, air, udara, mineral, terbarukan
atau tidak.
Menurut Indriawan (2007); Biologi Konservasi adalah ilmu lintas disiplin (terpadu)
yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai tantangan demi melindungi spesies
ekosistem. Secara bahasa biologi konservasi merupakan upaya perawatan bumi. Pengenalan
paya ini perlu dilakukan sejak dini.
Pemberlakuan biokonservasi dirasa perlu masuk ke dalam lingkungan-lingkungan
pendidikan. Kesadaran pentingnya biokonservasi di ranah pendidikan seharusya bisa menjadi
kurikulum tersendiri yang memang menjadi konsumsi wajib seluruh masyarakat. Kurngnya
kesadaran akan ekosistem terbukti dari hilangnya beberapa biodiversitas alam yang dimiliki di
Indonesia. Dahulu pulau Kalimantan terkenal dengan sebutan menjadi paru-paru dunia,
memasuki abad ke-21 sebutan itu perlahan-lahan mulai hilang dan sudah tidak terdengar
sebutan yang membanggakan ini.
Edukasi mengenai biokonservasi perlu dilakukan sejak dini, tetapi waktu yang tepat
seperti apa ini yang masih menjadi rencana dan wacana dalam pengaplikasiannya. Kurang
kesadaran pada konservasi alam perlu diberantas secara legal formal dikarenakan perlu tatanan
aturan yang diketahui oleh masyarakat umum.
Penyelenggaraan pengembangan pendidikan lingkungan di Indonesia dirintis dengan
menyusun garis-garis besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup yang di uji cobakan di 15
sekolah dasar jakarata pada periode 1977/1978. Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang
Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan
dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL. Tetapi model yang dilakukan
dirasa Indonesia masih belum menemukan model yang tepat mengenai pendidikan
biodiversitas.
Jenjang terbaik memang seharusnya dimulai dari pendidikan ranah keluarga sebelum
menginjak pendidikan formal yang mengejar keterampilan pedagogik, tetapi kesadaran di
lingkungan masyarakat keluarga seharusnya dapat berperan aktif menummbuhkan kesaradaran
pentingnya menjaga biodiversitas alam. Hal ini menjadi perhatian karena menurut Ardi (2014)
yang meneliti penjualan gelap burung di Sukabumi memberi kesimpulan; “identifikasi
kesadaran konservasi dan rehabilitasi yang diawali dengan pengetahuan tentang peraturan
konservasi dan rehabilitasi burung di Pasar Pasundan, Kota Sukabumi, menunjukkan bahwa
para pedagang sebagian besar mengetahui dan sebagian kecil tidak mengetahui tentang
peraturan perlindungan burung. Pengawasan terhadap perdagangan di Pasar Pasundan oleh
pemerintah tidak berjalan dengan maksimal karena pengawasan hanya dilakukan sesekali saja
sehingga para pedagang merasa acuh terhadap peraturan perlindungan burung dan
menyebabkan para pedagang masih ada yang menjual burung yang dilindungi.”
Sebenarnya upaya sadar selain dari pemerintah yang membuat solutif dan peraturan
sebagai pembatas, upaya sadar perlu dilakukan juga oleh masyarakat. Sekolah wajib juga
memberikan aturan ketat yang menjadikan budaya sekolah. Pasalnya program adiwiyata yang
diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013
tentang pedoman pelaksanaan program adiwiyata di sekolah hanya sebuah langkah lomba yang
dijadikan formalitas sekolah untuk mendapatkan gelar Sekolah berbasis lingkungan tanpa
menimbang apakah kesadaran terhadap lingkungan muncul di diri pendidik ataupun siswa di
sekolah yang mendapatkan gelarnya.
Okur et al. (2011) telah meneliti model yang digunakan dalam pembelajaran
biodiversitas di sekolah dasar di Turki. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan
yang paling umum digunakan dalam pembelajaran adalah model tanya jawab, pemecahan
masalah, dan ceramah. Beberapa peneliti menyarankan bahwa pembelajaran konservasi
sebaiknya menggunakan keterampilan dan strategi mengajar yang melibatkan peserta didik
secara aktif dengan materi pembelajaran yang dikenal oleh peserta didik.
Pemerintah sudah berusaha, sekolah sudah memulai dan warga mulai berjamuran
kesadaran tentang biodiversiasnya. Mari bersama mulai dari hal-hal kecil agar menjadi
kebiasaan demi kebaikan yang bernilai besar.

Anda mungkin juga menyukai