Anda di halaman 1dari 6

JOB IV

PEREDAMAN SINYAL RF

4.1 Tujuan

1. Mengamati dan mengukur sinyal attenuasi pada Spektrum Analyzer dan Osiloskop
2. Menghitung sinyal output yang telahh di attenusai
3. Mengukur parameter-parameter sinyal HF
4. Mengamati parameter-parameter sinyal VHF
5. Mengamati karakterisktik output RF sinyal generator

4.2 Alat-alat Yang Dibutuhkan

 RF Signal Generator
 Digital Phospor Oscilloscope
 Frequency Counter
 Spectrum Analyzer
 Attenuator 3 dB, 6 dB , 10 dB
 Power Splitter
 Kabel-kabel dan konektor

4.3 Teori Dasar

Frekuensi radio (RF) atau gelombang radio adalah tingkat osilasi dalam kisaran sekitar 3 KHz
sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang radio dan arus bolak balik yang membawa
sinyal radio. RF merupakan unit pengukuran frekuensi gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per
detik. Gelombang elektromagnetik di daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan menggunakan
generator arus bolak-balik yang disebabkan oleh satelit.
Sinyal RF merupakan gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi
untuk mengirim informasi melalui udara dari satu titik ke titik lain. Sinyal RF telah digunakan selama
beberapa tahun. Sinyal tersebut memberikan cara untuk mengirimkan musik pada radio FM dan video
pada televisi. Pada kenyataannya, sinyal RF juga merupakan sarana umum untuk mengirim data
melalui jaringan wireless.
Sinyal RF merambat di antara antena pemancar pengirim dan penerima. Sinyal yang dipasok
pada antena memiliki amplitudo, frekuensi dan interval. Sifat-sifat tersebut berubah-ubah setiap saat
untuk merepresentasikan informasi. Amplitudo mengindikasikan kekuatan sinyal. Ukuran untuk
amplitudo biasanya berupa energi yang dianalogikan dengan jumlah usaha yang digunakan seseorang
pada waktu mengendarai sepeda untuk mencapai jarak tertentu. Energi, dalam konteks sinyal
elektromagnetik, menggambarkan jumlah energi yang diperlukan untuk mendorong sinyal pada jarak
tertentu. Saat energi meningkat, jaraknya pun juga bertambah.
Redaman atau attenuasi adalah besaran pelemahan energi sinyal informasi dan fiber optik
yang dinyatakan dalam dB. Redaman/ attenuasi serat optik merupakan karakteristik penting yang
harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis
pemancar dan penerima optik yang harus digunakan.
Redaman serat biasanya disebabkan oleh karena absorpsi hamburan (scattering) dan mikro-
bending. Semakin besar attenuasi berarti semakin sedikit cahaya yang dapat mencapai detektor dan
dengan demikian semakin pendek kemungkinan jarak span antar pengulang.
Attenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak dan pada umumnya mengikuti fungsi
logaritma. Sehingga biasanya dinyatakan sebagai jumlah desibel konstan per unit jarak. Attenuasi
membawakan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi :
a. Sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada receiver bisa mendeteksi
sinyal.
b. Sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibandingkan darau yang diterima tanpa
error.
c. Attenuasi merupakan fungsi frekuensi yang meningkat.
Selain jarak, attenuasi sinyal juga merupakan fungsi dari frekuensi. Karena sinyal data biasanya
memiliki beberapa komponen frekuensi, maka amplifier biasanya didesain berbeda-beda
menyesuaikan dengan frekuensi sinyal. Alat seperti ini disebut dengan equalizer. Adapun macam-
macam attenuasi adalah :
1. Attenuasi Daya
Attenuasi Daya adalah istilah umum yang mengacu pada setiap pengurangan kekuatan
daya dari suatu sinyal. Jika Pinadalah daya sinyal yang diterima dari sirkuit komunikasi dan Pout
adalah daya sinyal yang dikirim dari sirkuit komunikasi, maka Pout> Pin.

Pin Pout
Gambar 3.1. Attenuasi daya

Kekuatan attenuasi Ap dalam desibel diberikan oleh rumus :


𝑃𝑜𝑢𝑡
Ap = 10 Log 10
𝑃𝑖𝑛

Dimana
Ap = Attenuasi Daya (dB)
Pout = Daya sinyal yang dikirim (watt)
Pin = Daya sinyal yang diterima (watt)

2. Attenuasi Tegangan
Attenuasi juga dapat dinyatakan dalam tegangan. Attenuasi tegangan adalah istilah umum yang
mengacu pada setiap pengurangan kekuatan tegangan dari suatu sinyal.

A
Vin Vout

Gambar 3.2. Attenuasi Tegangan


Jika Av adalah redaman tegangan dalam desibel, Vin adalah tegangan sinyal yang diterima, dan
Vout adalah tegangan sinyal yang dikirim, maka :
𝑉𝑜𝑢𝑡
Av = 20 Log 10 𝑉𝑖𝑛

Dimana :
Av = Attenuasi Tegangan (dB)
Vout = Tegangan sinyal yang dikirim (watt)
Vin = Tegangan sinyal yang diterima (watt)
Sedangkan, macam-macam attenuasi pada fiber optik :
1. Absorpsi
Absorpsi adalah sifat alami suatu gelas. Pada daerah-daerah tertentu heles dapat mengabsorpsi
sebagian besar cahaya seperti pada daerah ultraviolet. Penyerapan disebabkan oleh tiga
mekanisme berbeda : Absorpsi disebabkan cacat atomis didalam komposisi kaca, Absorpsi
ekstrinsik disebabkan oleh konstituen dasar dari atom material serat.
Suatu gelombang menjalar sejauh dx dalam suatu medium yang mempunyai koefisien absorbsi 𝛼,
besarnya penurunan intensitas :
𝛼
I = Io 𝑒 −𝛼𝑥 atau I = Io 10 10

Dengan :
I = Arus (A)
α = Koefisien Absorbsi

2. Hamburan (Scattering)
Penghamburan yang terjadi saat lintasan yang dilalui gelombang elektromagnetik mengandung
objek yang berdimensi kecil dibandingkan dengan panjang gelombang dan dengan jumlah
halangan per unit yang besar. Dalam kenyataannya, dedaunan, marka-marka jalan, tiang-tiang
lampu dapat menyebabkan scattering. Rugi-rugi hamburan dalam kaca terjadi karena variasi
mikroskopik didalam kepadatan meterial dari komposisi fluktuasi, dan dari ketidaksamaan yang
structural dalam pembuatan darat.
Propagasi cahaya melalui inti dari sebuah serat optik didasarkan pada refleksi internal total
dari gelombang cahaya. Permukaan kasar dan tidak teratur, bahkan pada tingkat molekul kaca,
dapat menyebabkan sinar cahaya akan tercermin dalam berbagai arah acak. Jenis refleksi disebut
sebagai “refleksi menyebar”, dan itu biasanya ditandai dengan berbagai sudut refleksi. Sebagian
besar benda-benda yang bisa dilihat dengan mata telanjang terlihat karena refleksi difus. Istilah
lain yang umum digunakan untuk jenis refleksi adalah “hamburan cahaya”. Hamburan cahaya
dari permukaan benda adalah mekanisme utama kami pengamatan fisik. Hamburan cahaya dari
berbagai permukaan umu dapat dimodelkan oleh reflektansi lambertian.

Cahaya hamburan tergantung pada panjang gelombang cahaya yang tersebar. Dengan
demikian, batas-batas skala spasial visibilitas timbul, tergantung pada frekuensi gelombang
cahaya insiden dan dimensi fisik (atau skala spasial) dari pusat hamburan, yang biasanya dalm
bentuk beberapa fitur mikrostuktur tertentu. Sebagai contoh, karena cahaya tampak memiliki
skala panjang gelombang pada urutan satu mikrometer (seperjuta meter), pusat hamburan akan
memiliki dimensi pada skala spesial yang sama. Dengan demikian, pelemahan hasil dari
hamburan inkoheren cahaya pada permukaan internal dan interface. Dalam (poli) bahan kristal
seperti logam dan keramik, selaian pori-pori, sebagian besar permukaan internal atau interface
yang berupa batas butir yang memisahkan wilayah kecil urutan kristal. Baru-baru ini
menunjukkan bahwa, ketika ukuran pusat hamburan (atau batas butir) berkurang di bawah ukuran
panjang gelombang cahaya yang tersebar, hamburan tidak lagi terjadi ke batas yang signifikan.
Fenomena ini telah menimbulkan produksi bahan keramik transparan.

3. Bending

Ada dua jenis pembengkokan yang menyebabkan rugi-rugi dalam fiber, yaitu pembengkokan
mikro (microbending) dan pembengkokan makro (makrobending). Keduanya timbul krena alasan
yang berbeda, dan menimbulkan rugi-rugi dengan dua macam mekanisme yang berbeda pula.
Pembengkokan mikro adalah suatu pembengkokan mikropis dari inti fiber yang disebabkan oleh
laju penyusutan (contraction) thermal yang sedikit berbeda antara bahan inti dan bahan pelapis.
Pembengkokan mikro dapat juga timbul bila fiber berulan kali digulung menjadi suatu kabel fiber
majemuk (multifiber cable), atau bila digulung pada kelos kelos untuk memudahkan
pengangkutannya. Makin tajam belokan itu dibuat, makin banyak pula ragam-ragam yang
terlepas pada belokan. Pembengkokan makro ragam-ragam yang terlepas padabelokan.
Pembengkokan makro adalah pelengkungan fiber optik. Rugi- rugi pembelokan sebagai berikut :

- Loss Pembengkokan = Loss pada kabel tidak dibengkokan


- Loss pada kabel dibengkokan
Rugi-rugi (loss) penggandengan ragam secara umum sebagai berikut :
 = Pin/Pout......................................................................................(1)
Maka
L = -10 Log ....................................................................................(2)
Dengan :
Pin = Daya yang dimasukkan ke dalam serat optik (watt)
Pout = Daya yang dipancarkan oleh sumber cahaya (watt)
 = Efisiensi penyambungan
Atau L = -10 log n .............................................................................(3)
2 𝑑 𝑑 𝑑
Dengan n = [ cos-1 2𝑎 - 2𝑎 √[1 − (2𝑎)2].........................................................(4)

Dimana :
L = Rugi-rugi (dB) a = Lebar kabel fiber (cm)
d = lebar antara sambungan (m) n = efisiensi

4.4 Prosedur pengukuran

1. Semua peeralatan yang dibutuhkan. Pastikan masing-masing peralatan dalam kondisi baik
2. Buat rangakian pengukuran seperti rangkain berikut

3. Hidupkan semua alat ukur


4. Set frkuensi pada signal generator 1 MHz dan 0 dBm
5. Amati dan catat hasil pengukuran seperti pada tabel 3.1 gambarkan juga bentuk
gelombangnya
6. Ulangi prosedur percobaan 1 sampai 5 untuk masing-masing atetenuator 6 dB dan 10 dB.
Catat hasilnya pada tabel 3.2 dan 3.3
7. Ulangi prosedur percobaan 1 sampai 5 untuk frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz.
Catat hasilnya pada tabel 3.4. pada frekuensi berapa untuk gelombangnya maksimum?
8. Naikkan output signal generator 1 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.5
9. Naikkan output signal generator 2 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.6
10. Naikkan output signal generator 3 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.7
11. Naikkan output signal generator 4 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.8
12. Naikkan output signal generator 5 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.9
13. Naikkan output signal generator 6 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan gambarkan untuk
gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat hasilnya pada tabel 3.10
14. Turunkan output signal generator hingga -1 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.11
15. Turunkan output signal generator hingga -2 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.12
16. Turunkan output signal generator hingga -3 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.13
17. Turunkan output signal generator hingga -4 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.14
18. Turunkan output signal generator hingga -5 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.15
19. Turunkan output signal generator hingga -6 dBm. Dengan attenuator 3 dB. Amati dan
gambarkan untuk gelombangnya.( frekuensi 115 KHz sampai dengan 135 KHz ). Catat
hasilnya pada tabel 3.16
20. Hitung signal output untuk masing-masing attenuasi.

Anda mungkin juga menyukai