Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan pada mata dan daerah di sekitarnya

a. Dilihat bentuk injeksi, kemosis, sekret, papil, dan folikel


b. Kelainan kelopak mata dan adneksa dilihat ada pembengkakan, perubahan warna,
kelemahan, ulser, dan nodul
c. Kulit sekitar orbita
d. Limfadenopati regional, terutama preaurikular

A. Konjungtivitis Bakteri
Sebagian besar diagnostik dapat ditegakkan dengan tanda dan gejala. Oleh karena itu,
pemeriksaan lab dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif antibiotik. Adapun
pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan gram untuk mengidentifikasi
mikroorganisme penyebab. Pengecatan giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi tipe
sel dan morfologi. Kerokan konjungtiva dan kultur dianjurkan apabila terdapat sekret
purulen, membranosa, atau pseudomembranosa.
Pada pemeriksaan darah apus ditemukan PMN.
B. Konjungtivitis Virus
Dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi, tanpa harus
menggunakan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, penting ditanyakan riwayat
kontak dengan penderita konjungtivitis akut.
Namun, bila meragukan etiologinya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan
scrap konjungtiva dan pewarnaan giemsa. Pada infeksi adenovirus akan banyak
ditemukan sel mononuklear. Sementara pada infeksi herpes akan ditemukan sel
raksasa multinuklear. Badan inklusi intranuklear dari HIV dapat ditemukan pada sel
konjungtiva dan kornea menggunakan metode fiksasi Bouin dan pewarnaan
papanicolau. Adapun pemeriksaan yang lebih spesifik lagi yaitu amplifikasi DNA,
PCR, kultur virus, dan immunochromatography.
Pada pemeriksaan darah apus ditemukan monosit.
C. Konjungtivitis Alergika
Pemeriksaan diarahkan pada anamnesis riwayat alergi dan tampilan klinis.
Penggunaan metode scrapping dan melihat sel imun di bawah mikroskop dapat
dilakukan, namun kurang efektif. Hanya pada konjungtivitis sicca, diagnosis
dilakukan menggunakan biopsi dan menemukan infiltrasi sel limfositik dan plasma
pada kelenjar saliva.
Pada pemeriksaan darah apus ditemukan eosinofil.

A. Pemeriksaan Visus
a. Biasakanlah memeriksa mata kanan terlebih dahulu, kemudian mata kiri
b. Minta penderita menutup mata kiri nya dengan telapak tangannya, tanpa
tekanan. Penderita diminta melihat ke depan dengan santai, tanpa melirik atau
mengerutkan kelopak mata
c. Mintalah penderita untuk menyebutkan huruf/ karakter lain yang tertera pada
optopip snellen, mulai dari atas sampai bawah
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan
melihat seseorang, seperti :
a. Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak
enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak
enam meter.
b. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
c. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka
50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
d. Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak
enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
e. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter.
f. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan
pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti
hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
g. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien
yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau
lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat
lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajam penglihatannya adalah
1/300.
h. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~.
Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
i. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (Ilyas, 2009).

B. Pemeriksaan Lapang Pandang


Ada beberapa cara untuk memeriksa lapang pandang seseorang:
a. Confrontation Test
Dilakukan dengan cara membandingkan luas lapang pandang dokter dengan pasien.
Dokter menutup sebelah mata, kemudian mengarahkan pasien untuk menutup sebelah
mata yang sama sambil tetap memandang lurus ke depan. Pasien diminta untuk
memerhatikan jari dokter dari ujung yang terjauh, yang masih dapat dilihat dokter,
kemudian memberitahu apakah pasien masih dapat melihat jari tersebut atau tidak.
Dilakukan pada arah atas, bawah, dan kedua sisi samping.

b. Amsler Grid
Pasien diberikan sebuah lembar khusus yang kemudian diminta untuk menunjukan
bagian mana yang terlihat lebih gelap dan terlihat tidak lurus.

c. Perimetri
Pasien diminta untuk melihat ke sebuah alat yang bernama perimeter. Pada perimeter
tersebut akan muncul suatu kilatan cahaya, dimana setiap kali pasien melihatnya,
pasien diminta untuk menekan tombol yang tersedia. Pada beberapa titik, pasien yang
tidak bisa melihat kilatan cahaya tersebut akan kilatan cahaya tersebut akan dicatat
kemudian hasilnya akan dicetak.

C. Pemeriksaan Ophthalmoscope

Prosedur :
1. Gelapkan ruangan, nyalakan lampu oftalmoskop dan putar piringan lensanya sampai
pemeriksa melihat pancaran cahaya putih dan lebar. Arahkan cahaya tersebut pada
punggung tangan pemeriksa untuk mengecek tipe cahayanya, intensitas cahaya
yang diinginkan dan kekuatan batere pada oftalmokop
2. Putarlah piringan lensa hingga dioptri 0 (dioptri merupakan satuan untuk mengukur
kekuatan lensa dan mengkonvergensikan atau mengdivergensikan cahaya). Pada
dioptri ini lensa tidak mengkonvergensikan atau mengdivergensikan cahaya.
Letakkan jari telunjuk pemeriksa pada pinggir piringan lensa agar anda dapat
memutar piringan tersebut untuk mengfokuskan lensa ketika pemeriksamemeriksa
fundus okuli
3. Ingat. Pegang alat oftalmoskop dengan tangan kanan pemeriksa untuk memeriksa
mata kanan pasien, begitu juga pada sisi sebaliknya. Tindakan ini akan menjaga
tangan pemeriksa agar tidak membentur hidung pasien dan memberi pemeriksa
mobilitas yang lebih besar serta jarak pemeriksa yang lebih dekat untuk melihat
fundus dengan jelas. Awalnya mungkin anda akan mengalami kesulitan dalam
menggunakan mata yang tidak dominan, tetapi kesulitan ini akan semakin berkurang
dengan latihan
4. Pegang oftalmoskop kuat-kuat hingga menempel permukaan medial orbita anda
dengan bagian tangkainya sedikit dimiringkan kea rah lateral pada sudut sekitar 20˚
dari bidang vertical. Pastikan agar anda dapat melihat dengan jelas lewat aperture.
Minta pasien untuk memandang sedikit ke atas dan diatas bahu anda langsung pada
sebuah titik terdapat tembok.
5. Tempatkan diri anda pada jarak sekitar 15 inci (sekitar38 cm) dari tubuh pasien dan
dengan sudut 15˚ disebelah lateral dari garis pandang pasien. Arahkan pancaran
cahaya oftalmoskop pada pupil pasien dan cari kilauan cahaya orange pada
pupiltersebut- yang merupakan pantulan (refleksi cahaya merah) perhatikan setiap
kekeeruhan yang menganggu pantulan cahaya merah ini.
6. Kini tepatkan ibu jari tangan pemeriksa yang lain pada alis mata pasien (teknik akan
membuat pemerisaan anda lebih mantap tetapi tidak selalu harus dilakukan). Dengan
menjaga agar pancaran cahaya terus terfokus pada pantulan cahaya merah,
gerakkan oftalmoskop kedalam dengan sudut 15˚ kea rah pupil sampai anda sangat
dekat dengan pupil dan hamper menyentuh bulu mata pasien.

Anda mungkin juga menyukai