Anda di halaman 1dari 3

Memakan Makanan Sisa Lalat, Berarti tidak Menyayangi Dirimu

Kebanyakan orang mungkin sudah tahu dan mengerti bahwa lalat adalah pembawa penyakit.
Namun, tetap saja ada yang cuek saja melahap makanan yang telah dihinggapi lalat tersebut. Ada
pula yang hanya membuang sebagian makanan yang telah dihinggapi lalat. Alasannya, kasian
terhadap makanan. Sebenarnya, boleh atau tidak kita makan makanan dihinggapi lalat?

Jenis Lalat Yang Perlu di Waspadai


Memang tidak semua lalat merugikan manusia, tetapi lalat yang perlu kita waspadai antara lain :
1. lalat rumah, lalat rumah mempunyai nama latin Musca domestica,
2. lalat hijau, lalat hijau mempunyai nama latin Lucilla seritica,
3. lalat latirine, lalat latirine mempunyai nama latin Fannia canicularis,
4. dan lalat biru. lalat biru mempunyai nama latin Calliphora vornituria.
Keempat jenis lalat tersebutlah yang diyakini sebagai lalat yang paling sering membawa
penyakit. Penyebaran virus, bakteri, dan kuman dari lalat ke tubuh manusia terjadi secara
mekanis (Hastutiek & Fitri, 2013).

Mengapa Lalat Berbahaya ?


Penyakit yang dibawa lalat tersebut karena lalat hinggap di tempat kotor sehingga kuman,
bakteri, dan virus menempel pada kaki dan bulu – bulu halus lalat. Selanjutnya lalat menempel
pada makanan kita sehingga virus, bakteri, dan kuman tersebut menyebar ke dalam makanan dan
makanan akan terkontaminasi. Makanan yang telah dihinggapi lalat sebaiknya tidak di makan,
karena makanan tersebut dapat mengakibatkan beberapa penyakit. Penyakit yang disebabkan
oleh lalat yaitu diare, disentri, kolera, typhus, flu burung, kerusakan hati, gatal pada kulit, virus
polio, virus hepatitis, sinus, infeksi usus, keracunan, muntaber, cacingan, scarlatina, dan infeksi
lambung (Wijayanti, 2009)

Makanan dihinggapi lalat, apakah masih layak untuk dimakan?


Hampir semua orang tahu kalau lalat adalah pembawa penyakit dan hewan yang suka hinggap di
tempat kotor. Akan tetapi, banyak yang tak menyadari bahaya nyata dari kontaminasi makanan
akibat “kunjungan” lalat meski sepersekian detik saja.
Menurut para ahli serangga, meskipun banyak orang yang lebih jijik dengan kecoak, ternyata
lalat justru lebih kotor dibandingkan kecoa. Faktanya, 1 ekor lalat bisa membawa sekitar 300
lebih jenis virus, bakteri, dan parasit penyebab penyakit (Wijayanti, 2009). Beberapa contoh
kuman penyakit yang ikut dibawa lalat ketika mampir di piring makan siang Anda mencakup:
a. E.colli
b. Helicobacter pylori
c. Salmonella
d. Rotavirus
e. Virus hepatitis A
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa ada banyak penyakit yang disebabkan
oleh makanan dihinggapi lalat, seperti:
a. Disentri
b. Diare
c. Demam tifoid atau tipes
d. Kolera
e. Infeksi mata
f. Infeksi kulit
Kebanyakan bakteri dan kuman penyakit berada pada sayap dan kaki-kaki lalat. Jadi, hanya
dengan hinggap barang 1-2 detik saja, makanan Anda sudah terkontaminasi kuman penyakit.
Meski memang kuman hanya bisa bertaha hidup selama beberapa jam di permukaan makanan,
namun ketika Anda langsung melahapnya, kuman bisa dengan cepat berkembang biak di dalam
tubuh dan menyebabkan infeksi (Susanna dkk, 2010).
Tak hanya itu. Satu lalat yang hinggap pada makanan juga sudah cukup membuat Anda sakit.
Jadi, tidak perlu menunggu hingga koloni lalat berkerumun pada makanan Anda. Sebaiknya
langsung buang makanan tersebut dan ganti dengan yang baru.

Cara Pencegahan Penyakit akibat Lalat


Untuk mencegah penyakit yang ditularkan lalat, maka kita dapat memelakukan beberapa
tindakan pencegahan, antara lain adalah :
1. Melakukan fogging. Fogging dilakukan untuk membunuh jentik – jentik larva lalat.
Sehingga perkembang biakkan dari lalat dapat dikurangi.
2. Timbun sampah di dalam tanah. Sampah lebih aman dengan cara di timbun ditanah.
Sampah yang menumpuk dapat di hinggapi lalat dan dijadikan tempat berkembangbiak
oleh lalat.
3. Tutup makanan. Penutupan makanan dilakukan untuk menghindari lalat hinggap ke
makanan dan agar bau dari makanan tersebut tidak mengundang lalat untuk masuk ke
dalam rumah.
4. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Menjaga kebersihan rumah dan
lingkungan sekitar rumah memang sudah menjadi tanggung jawab dari kita sendiri.
Bukan hanya untuk menghindari penyakit yang di bawa oleh lalat, tetapi menjaga
kebersihan juga dapat menghindari kita dari penyakit yang di bawa oleh kecoa dan tikus.
Selain itu, rumah yang bersih akan terasa lebih nyaman.
5. Cuci tangan sebelum makan. Cuci tangan sebelum makan dapat menghindari kita dari
penyebar penyakin lainnya. Selain itu, dengan cuci tangan sebelum makan maka kita
dapat mencegah perkembangbiakan virus dari makanan yang akan kita makan.
Baca : Cara mencuci tangan dengan benar dan steril
6. Jangan memakan makanan yang sudah dihinggapi lalat. Sebaiknya makanan yang sudah
dihinggapi lalat dibuang saja. Buanglah sebagian daerah makanan yang dihinggapi lalat.
7. Tutup genangan air. Genangan air dapat menjadi sarang perkembangbiakkan lalat. Maka
dari itu, sebaiknya tutup atau bersihkan genangan air yang ada di sekitar rumah. Dan
berikan abate pada bak mandi.
8. Bersihan got atau selokan di sekitar rumah. Seperti yang kita ketahui bahwa lalat suka
sekali berkembangbiak dan hinggap di tempat yang kotor dan basah. Oleh sebab itu
sebaiknya lakukan pembersihan pada got dan selokan secara rutin dan lakukan fogging
secara rutin untuk membunuh larva lalat (Wulandari, 2009).

Sumber :
Hastutiek, P. & Fitri, LE. (2013). Potensi Musca domesticalinn sebagai Vektor Beberapa
Penyakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 23(3) : 125-136p.
Susanna, D, dkk. (2010). Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Makanan Pedagang Kaki
Lima di Sepanjang Jalan Margonda Depok, Jawa Barat. Kesmas: National Public Health
Journal. Vol. 5(3) : 110-115p.
Wijayanti. (2009). Hubungan Kepadatan Lalat dengan Kejadian Diare pada Balita yang
Bermukim di Sekitar TPA Bantar Gerbang Tahun 2009. Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia : Jakarta.
Wulandari, AP. (2009). Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan
Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen
Tahun 2009. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai