Anda di halaman 1dari 14

SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN

A. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengkaji seberapa besar daya
adsorbsi menggunakan silica gel.

B. DASAR TEORI

Penggunaan silika sangat luas, antara lain untuk detergen, komponen alat
elektronik, mekanik, medis, adesif, kolom kromatografi dan keramik. Silika gel
sebagai bahan dasar adsorben dapat mengadsorpsi ion-ion logam atau polutan-
polutan yang berbahaya, karena silika gel memiliki gugus fungsional silanol (Si-
OH) dan siloksan (Si-O-Si). Modifikasi permukaan silika gel dengan
menambahkan gugus fungsional organik akhir-akhir ini telah banyak
dikembangkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mening-katkan fungsi
bahan/material tersebut. Modifikasi dengan gugus fungsional organik atau logam
dapat menghasilkan selektivitas pengikat ion yang lebih besar (Amaria, 2012).

Silika gel merupakan padatan pendukung yang banyak digunakan dalam


proses adsorpsi karena stabil pada kondisi asam, non swelling, memiliki
karakteristik pertukaran massa yang tinggi, porositas dan luas permukaan
spesifik serta memiliki daya tahan tinggi terhadap panas. Selain itu silika gel
memiliki situs aktif berupa gugus silanol (≡SiOH) dan siloksan (≡Si-O-Si≡) di
permukaan. Adanya gugus -OH memberikan peluang secara luas untuk
memodifikasi gugus tersebut menjadi gugus lain yang lebih aktif. Kelemahan
penggunaan silika gel sebagai adsorben adalah rendahnya efektivitas adsorpsi
silica terhadap ion logam, ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan oksigen
(silanol dan siloksan) sebagai donor pasangan elektron, yang berakibat lemahnya
ikatan ion logam pada permukaan silica (Buhani dan Suharso, 2010).
Adsorben dari bahan alam yang ramah lingkungan atau material hasil
limbah industri merupakan bahan yang potensial untuk digunakan. Adapun
syarat sebagai adsorben memiliki luas permukaan adsorben yang luas, volume
pori yang besar,ukuran partikel pori yang kecil yang ditunjukkan dengan
porositas. Adsorpsi juga dapat dilakukan material yang memiliki permukaan
padatan yang kaya akan gugus fungsional seperti: -OH, -NH, dan –COOH (Stum
dan morgan, 1996). Silika (SiO2) mempunyai syarat tersebut karena memiliki
gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si) yang merupakan sisi aktif pada
permukaannya. Di samping itu silika mempunyai pori-pori yang luas, berbagai
ukuran partikel dan area permukaan yang khas (Nizar dan Imam, 2016).

Adsorpsi adalah proses fisika-kimia yang menawarkan potensi besar


untuk mengobati limbah yang mengandung komponen yang tidak diinginkan dan
membuat mereka aman dan dapat digunakan kembali. Kelayakan menggunakan
silika gel untuk adsorpsi biru methylyne telah diuji dalam penelitian ini. Silika
gel memiliki karakteristik adsorpsi yang baik terhadap pewarna biru metilen ke
batas yang diinginkan nya. penghapusan maksimum dari methylyne biru telah
diperoleh pada kisaran pH 8 sampai 10 dan pada suhu 35oC (Gaikwad dan Misal,
2010).

Selama ini, proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan karbon aktif


dan zeolit. Sayangnya, kedua bahan tersebut kurang efektif dalam mengadsorp
CO2. Hal ini dikarenakan karbon aktif memiliki selektifitas yang rendah terhadap
gas asam. Sedangkan kelemahan zeolit adalah pada kapasitas adsorpsinya yang
akan menjadi banyak berkurang ketika berada pada lingkungan yang
mengandung air. Oleh karena itulah, kami berusaha untuk mengembangkan
sebuah alternative adsorben yang berasal dari abu bagasse dengan harapan bisa
mengatasi kelemahan dari adsorben yang sudah ada. Silika gel yang
dikembangkan dari abu bagasse memiliki gugus silanol pada permukaannya
Adanya gugus silanol ini memungkinkan silika untuk dimodifikasi dengan gugus
fungsi lain, terutama amine. Pencangkokan dengan gugus amine dilakukan
karena amine bisa bereaksi dengan CO2 membentuk karbamat sehingga
dihasilkan adsorben yang selektif terhadap CO2 (Royani, dkk., 2012).

Zat warna yang sering digunakan pada industri tekstil ialah methylene
blue yang merupakan senyawa aromatik heterosiklik kationik. Konsentrasi
methylene blue nilai ambang batas yang diperbolehkan dalam perairan sekitar (5-
10) mg/L. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi pengolahan limbah yang
mampu mempercepat penguraian limbah zat warna. Salah satu metode alternatif
yang mudah diterapkan adalah metode fotodegradasi menggunakan fotokatalis
TiO2. Metode ini mampu menguraikan limbah zat warna menjadi komponen-
komponen sederhana melalui oksidasi fotokatalitik. Penurunan %degradasi
disebabkan karena methylene blue tidak mengalami desorpsi dan yang terjadi
adalah kemisorpsi dimana interaksi antara adsorben (TiO2-N/zeolit) dengan
adsorbat (methylene blue) terjadi melalui ikatan kimia (Lestari, dkk., 2016).

Metilen biru dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan jika


tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh
oleh kulit. Berdasarkan bahaya yang ditimbulkan maka metilen biru yang
diperbolehkan di lingkungan relatif rendah. Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup yaitu Kep- 51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah
cair,konsentrasi maksimum metilen biru yang diperbolehkan yaitu 5-10 mg/L.
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya dari limbah zat
warna adalah dengan adsorpsi. Adsorpsi merupakan metode yang banyak
digunakan dalam pengolahan limbah cair. Adsorpsi dengan adsorben merupakan
metode efisien dan banyak dikembangkan. Bahan yang digunakan untuk
mengolah limbah diharapkan murah dan mudah diperoleh. Dewasa ini sedang
digalakkan penelitian tentang adsorben alternatif yang berasal dari alam, dimana
selain memiliki kemampuan adsorpsi yang baik juga ekonomis. Kelemahan dari
penggunaan adsorben biologis secara langsung adalah kapasitas adsorpsi yang
rendah (Hadayani, dkk., 2015).
C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a. Batang pengaduk

b. Gelas Kimia 100 mL

c. Gelas Kimia 250 mL

d. Gelas Kimia 50 mL

e. Gelas Ukur 50 mL

f. Gelas Ukur 10 mL

g. Kuvet

h. Pipet Tetes

i. Spektrofotometer

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a. Aquades
b. Kertas Peekamen
c. Kertas Saring
d. Metilen Blue
e. Silika Gel
f. Tissu
D. PROSEDUR KERJA

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Metilen Blue

- Ditimbang 1 gram
- Dilarutkan dalam akuades 100
mL
- Discaning panjang gelombang
maksimum pada
spektrofotometer UV-Vis pada λ
400-500 nm
Hasil Pengamatan???

2. Pembuatan Kurva Baku Zat Warna

Larutan Metilen Blue

- Dibuat larutan dengan


konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30
ppm, 40 ppm dan 50 ppm.
- Diukur serapan masing-masing
larutan pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh
- Dibuat kurva baku dengan
memplotkan konsentrasi vs
serapan
Hasil Pengamatan???
3. Penentuan kemampuan adsorpsi silica gel terhadap zat warna

Silika gel

- Ditimbang sebanyak 1, 2, 3, 4
dan 5 g
- Dimasukkan masing-masing ke
dalam 100 mL larutan metilen
blue 50 ppm pada wadah yang
berbeda
- Diaduk dan didiamkan selama
10 menit
- Disaring
- Ditentukan konsentrasi zat
warna yang teradsorpsi
- Ditentukan kapasitas adsorpsi
secara secara freundlich dan
langmuir

Hasil Pengamatan???
E. HASIL PENGAMATAN

1. Penentuan λ gelombang maksimum

Panjang gelombang (nm) Adsorbans (A)


400 0,478
405 0,478
410 0,479
415 0,480
420 0,481
425 0,482
430 0,482
435 0,483
440 0,484
445 0,485
450 0,485
455 0,485
460 0,485
465 0,486
470 0,487
475 0,489
480 0,490
485 0,491
490 0,492
495 0,493
500 0,495

2. Penentuan data larutan sampel

Konsentrasi Adsorbans
10 ppm 0,495
20 ppm 0,501
30 ppm 0,559
40 ppm 0,570
50 ppm 0,630
3. Penentuan data adsorbans silica gel

Konsentrasi Adsorbans
10 ppm 0,450
20 ppm 0,495
30 ppm 0,507
40 ppm 0,565
50 ppm 0,608
F. PEMBAHASAN

Gel silika adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Walaupun namanya, gel silika
padat. Gel silika adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah menjadi salah
satu bentuk butiran atau manik-manik. Sebagai pengering, ia memiliki ukuran
pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki afinitas yang kuat untuk molekul
air.Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip agar – agar ini dapat
didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang
bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel ndimanfaatkan sebagai zat
penyerap, pengering dan penopang katalis. Garam – garam kobalt dapat
diabsorpsi oleh gel ini. Silica gel mencegah terbentuknya kelembaban yang
berlebihan sebelum terjadi.

Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau
cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan
diikat oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut. Berkat
selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan
bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang mengandung bahan
lain yang berkonsentrasi tinggi.
Banyak sedikitnya zat yang dapat diadsorpsi tergantung pada luas
permukaan zat pengadsorpsi, dimana semakin besar luas permukaan, maka
semakin banyak zat yang diserap. Adsorpsi bersifat selektif, karena yang
diadsorpsi hanya zat terlarut atau pelarut. Jumlah zat yang diadsorpsi oleh
adsorber bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Namun demikian, bila
adsorber sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Kebergantungan
jumlah zat yang diadsorpsi pada konsentrasi kesetimbangan disebut isotherm
adsorpsi.
Isoterm adsorpsi menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi awal diikuti
dengan meningkatnya jumlah zat yang teradsorpsi sehingga mencapai
kesetimbangan. Adsorpsi Langmuir berasumsi bahwa pada permukaan adsorben
terdapat sisi aktif yang sebanding dengan luas adsorben. Pada keadaan sisi aktif
belum jenuh dengan adsorbat maka peningkatan konsentrasi adsorbat yang
dipaparkan akan meningkat secara linear dengan jumlah adsorbat yang
teradsorpsi.
Metilen blue digunakan karena metode ini sederhana dan relative murah.
Terdapat tiga tahap yang dilakukan pada metode ini yaitu, tahap penentuan
panjang gelombang maksimum dari metilen blue, tahap pembuatan kurva
kalibrasi dan tahap penentuan konsentrasi metilen blue yang terserap. Banyaknya
molekul metilen blue yang dapat diadsorpsi sebanding dengan luas permukaan
biosorben. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran
molekul serapan dari struktur yang sama. Makin besar pori-pori adsorben maka
adsorpsi molekul dari larutan akan terjadi dengan baik, artinya semakin luas
permukaan adsorben maka semakin banyak molekul yang terserap.
Hasil percobaan dengan menggunakan silica gel sebagai adsorben
menunjukkan bahwa silica gel mampu mengadsorpsi metilen blue dan
mengurangi nilai adsorbansnya. Dimana 1 gram silica gel akan dimasukkan
dalam larutan metilen blue dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm.
Pada larutan dengan konsentrasi 10 ppm, nilai adsorbansnya semula adalah 0,495
namun dengan penambahan silica gel nilai tersebut turun menjadi 0,450.
Konsentrasi 20 ppm, adsorbans semula adalah 0,501 dan turun menjadi 0,495.
Konsentrasi 30 ppm, dari 0,559 turun menjadi 0,507. Konsentrasi 40 ppm, dari
0,570 turun menjadi 0,565. Konsentrasi 50 ppm dari 0,630 turun menjadi 0,608.
Hal tersebut menunjukkan bahwa silica gel memiliki kemampuan sebagai
adsorben.
G. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah silica gel adalah bahan yang dapat
digunakan sebagai adsorben karena daya mengadsorpsinya yang baik terhadap
larutan metilen blue dengan berbagai konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amaria, 2016, Adsorpsi Ion Sianida Dalam Larutan Menggunakan Adsorben Hibrida
Aminopropil Silika Gel Dari Sekam PadI Terimpregnasi Aluminium, Jurnal
Manusia Dan Lingkungan, Vol. 19 (1)

Buhani, Suharso, 2010, Modifikasi Silika Dengan 3-Aminopropiltrimetoksisilan


Melalui Proses Sol Gel Untuk Adsorpsi Ion Cd(Ii) Dari Larutan, Jurnal Sains
Mipa, Vol. 16 (3)

Gaikwad R.W., S.A.Misal, 2010, Sorption Studies of Methylene Blue on Silica Gel,
International Journal of Chemical Engineering and Applications, Vol. 1 (4).

Hadayani, Lilik Wuri., Indah Riwayati, Rita Dwi Ratnani, 2015, Adsorpsi Pewarna
Metilen Biru Menggunakan Senyawa Xanthat Pulpa Kopi, Momentum, Vol. 11
(1).

Lestari, Yeni Dwi., Sri Wardhani, Mohammad Misbah Khunur, 2015, Degradasi
Methylene Blue Menggunakan Fotokatalis Tio2-N/Zeolit Dengan Sinar
Matahari, Kimia.Studentjournal, Vol. 1 (1).

Nizar, Muchammad., 2016, SINTESIS SiO2 Berbahan Dasar Abu Vulkanik Sebagai
Adsorben Ion Pb[Ii], Jurnal Inovasi Fisika Indonesia (IFI), Vol. 5 (1).

Royani, Achmad., Febryan Harmansyah, Nanik Astuti Rahman, Heru Setyawan dan
Minta Yuwana, 2012, Pembuatan Silika Gel dari Abu Bagasse yang Dicangkok
Gugus Amine Secara In-situ Sebagai Adsorben Gas Karbon Dioksida (CO2),
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1 (1).
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK II

PERCOBAAN II

SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEWIANTY MADU

NIM : O1A1 15 016

KELOMPOK : II

KELAS :A

ASISTEN : ANDI NUR TRIJAYANI Y.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016

Anda mungkin juga menyukai