Anda di halaman 1dari 22

Referat

ASPEK FORENSIK PADA TRAUMA KIMIA

Oleh :

1. Fina Seprianita 1740312255


2. Ikrimah Sukmanius 1410311090
3. Insaniah Mumtaz Nandihati 1730412258
4. Nafitra Windri 1740312257
5. Novi Syafrianti 1410311092
6. Robby Alfadli 1410311083
7. Candra Nova Indriawati 1110313016
8. Retno Putri Hafid 1740312255
9. Citra Husna Pratiwi 1410311090
10. Kenty Regina 1410312063
11. Rahmi Ahmad 1410312066

Preseptor

dr. Taufik Hidayat, Sp.F

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

2018

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’aalamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis
ucapkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Aspek Forensik pada
Trauma Kimia “. Referat ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap
kepaniteraan klinik ilmu kesehatan Forensik di Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas atau Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Taufik Hidayat, Sp.F, MSc
selaku preseptor yang telah membimbing kami dalam penulisan referat ini. Tentunya
penulisan laporan referat ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Padang. Agustus 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


Halaman

Sampul Depan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat Penulisan 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Trauma Kimia 7
2.2 Etiologi dan Patogenesis Taruma Kimia 8
2.3 Tanda dan Gejala Trauma Kimia 11
2.4 Aspek Forensik pada Taruma Kimia 15

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

BAB 1

PENDAHULUAN

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


1.1 Latar Belakang

Trauma bahan kimia (Chemical burn) adalah luka bakar pada organ luar

maupun organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang

merupakan asam kuat atau basa kuat dan zat produksi petroleum. Luka bakar akibat

bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan

kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh

ataupun keduanya. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh asam, karena

penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat. Sedang

asam umumnya berefek pada permukaan saja.1


Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam

laboratorium, industry, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian,

dan peperangan yang memakai bahan kimia di abad modern.2


Semua zat kimia harus dianggap mempunyai kemungkinan besar

berbahaya, walaupun sebenarnya bahaya tersebut umumnya berasal dari penggunaan

yang salah. Secara umum, zat kimia tidak baik ditangani dengan tangan yang

telanjang (harus memakai sarung tangan). Setiap orang yang bekerja dengan bahan-

bahan berbahaya dimana efeknya mungkin kumulatif, harus dicek ke dokter secara

teratur.3
Lebih dari 60% dari trauma kimia terjadi dalam kecelakaan kerja, 30% di

rumah, dan 10% akibat kekerasan. Sebanyak 20% trauma kimia secara signifikan

mengakibatkan cacat visual dan kosmetik. Hanya 15% dari pasien dengan trauma

kimia berat yang mencapai perbaikan visual yang fungsional. Secara global,

predileksi ras tidak bisa dipastikan, akan tetapi pria muda berkulit hitam lebih

cenderung berpotensi tinggi. Pria 3 kali lebih cenderung mengalami trauma kimia

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


daripada wanita. Trauma kima dapat menyerang setiap umur, akan tetapi, trauma

paling banyak terjadi pada pasien berusia 16–45 tahun.4


Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan

asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan

yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat

terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan

untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang

industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat

menyebabkan luka bakar kimia.5


1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dan klasifikasi trauma kimia?
b. Apa etiologi dan patogenesis trauma kimia?
c. Bagaimana tanda dan gejala trauma kimia?
d. Bagaimana aspek forensik pada trauma kimia?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi trauma kimia
b. Untuk mengetahui etiologi dan patogenesis trauma kimia
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala trauma kimia
d. Untuk mengetahui aspek forensik pada trauma kimia
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Pada referat ini dijelaskan mengenai aspek forensik pada trauma kimia, dan

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai aspek forensik dalam

penanganan kasus trauma kimia.


b. Bagi Klinisi
Sebagai panduan klinis dalam penanganan kasus trauma kimia terutama dari

segi aspek forensik.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trauma Kimia

Trauma kimia umumnya berupa luka bakar kimia atau Chemical burn, yaitu

luka bakar pada organ luar maupun organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-

bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat dan zat produksi petroleum.

Luka bakar akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam

atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada

seluruh tubuh ataupun keduanya. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh

asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih

berat. Sedang asam umumnya berefek pada permukaan saja.1


Asam bersifat mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi

yang kering, bewarna kecoklatan, dan teraba keras seperti kertas perkamen. Cedera

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


akibat cairan asam di Jakarta jarang terjadi dan biasanya akibat kecelakaan kerja.

Penggunaan asam sebagai alat pembunuhan tidak lazim terjadi walaupun

penganiayaan menggunakan air keras sering dilaporkan.8


Basa menyebabkan reaksi penyabunan sehingga menimbulkan luka yang

basah, licin dan lunak. Kekerasan atau pembunuhan lebih jarang lagi terjadi

dibandingkan dengan zat asam. Namun di Jakarta pernah dilaporkan kematian akibat

minum asam fenol yang biasa dipakai sebagai cairan pembersih. Basa kuat lebih

berbahaya dibandingkan asam apabila mengenai kornea karena dapat menyebabkan

perforasi kornea.8

2.2 Etiologi dan Patogenesis Trauma Kimia

Banyak bahan kimia yang digunakan di rumah-rumah dan lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan trauma kimia.7

1. Bahan Asam/acids :
a. Umumnya asam menyebabkan cedera (trauma) ocular termasuk asam sulfat, asam

hidroklorik, asam nitrat, asam asetat, asam khromik, dan asam hidrofluorat.
b. Ledakan accu mobil, yang menyebabkan luka bakar (cedera) asam sulfat,

mungkin merupakan asam yang paling sering mencederai mata.


c. Asam hidrofluorat dapat ditemukan pada pembersih karat di rumah, pengkilat

alumunium, dan petugas pembersihan. Industri tertentu yang menggunakan asam

hidrofluorat untuk membersihkan batu bata, pengikisan kaca, electropolishing,

tanning kulit. Asam hidrofluorat juga digunakan untuk fermentasi control di

pabrik.
d. Toksisitas hidrofluorat okuler dapat terjadi dari paparan gas dan cairan.
e. Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam

renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.


2. Bahan Kimia Basa/alkalis :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


a. Zat alkali pada umumnya mengandung ammonium hidroksida, potasium

hidroksida, sodium hidroksida, kalsium hidroksida, dan magnesium hidroksida.

Zat yang mengandung seperti senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah

seperti larutan alkali, semen, kapur, dan ammonia.


b. Semprotan balon udara dengan sodium hidroklorida pada pemompaan dan

mungkin dapat menyebabkan keratitis alkali. Selain itu, bunga api dan percikan

api mengandung magnesium hidroksida dan fosfor.


c. Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan

pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.


3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat

menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan

asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti

kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein.

Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat,

flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air.

Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat

dapat menyebabkan hipokalsemia.1

Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau

diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia. Napalm (derivat

alumunium naphthenate dan palmitat) saat ini merupakan nama generik yang

digunakan untuk semua jenis hidrokarbon yang tebal. Ini termasuk polimer sintetik

seperti polyurethane dan poliseter yang mungkin dapt dimodifikasi dengan dicampur

alumunium bubuk atau metal carbon. Phosfor putih atau alumunium biasa

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


ditambahkan kepada bom berbahan dasar minyak tanah ini. Bahan-bahan ini jika

dibakar akar menghasilkan suhu yang sangat tinggi, dan pada suhu diatas 1000ºC

(1832 F) akan dengan mudah terbakar dengan adanya sifat adesif. Efeknya terhadap

tubuh manusia membahayakan, dapat menyebabkan luka bakar yang luas, lebih dari

25% permukaan tubuh. Fosfor dapat menyebabkan trauma yang bersifat toksik, dan

bahan-bahan adesif ini sulit dibersihkan.1

Fosfor yang digunakan dalam peperangan atau industri dapat menyebabkan

kematian, walaupun hanya menyebabkan luka bakar seluas 12-15%. Membakar

fosfor menyebabkan terjadinya lesi yang bisa meluas sampai seluruh fosfor diserap

tubuh. Pasien akan merasa sangat sakit. Luka akan membentuk jaringan nekrotik

berwarna kekuningan, berbau seperti bawang putih dan bersinar dalam kondisi gelap.

Selain dari luka bakar yang terlihat, fosfor juga mengakibatkan kerusakan ginjal

akibat sifat toksiknya. Glomerulonekrotik dan tubulonenkrotik menyababkan oliguria

dan mempercepat kematian akibat gagal ginjal. Kerusakan hati juga dapat terjadi.

Diduga penyebab dari kerusakan-kerusakan tersebut adalah masuknya inorganik

fosfor kedalam peredaran darah. Sebagai terapi yang paling optimal, saat ini

digunakan “cooper sulphate” 0,5%-2%, menghasilkan lapisan “cupric phospide”

diseluruh permukaan. Reaksi ini diharapkan efektif namun juga memliki efek toksik,

dengan manifestasi primer perdarahan masif, dan gagal ginjal akut.1

“Mustard gas” dapat menghasilkan uap berbahaya yang jika kontak dengan zar

cair, bisa menyebabkan terbentuknya bula di kulit, kerusakan mata, dan jika terhisap

bisa menyebabkan gangguan saluran nafas. Jika di absorpsi bisa menyebabkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


depresi sumsum tulang sekitar 2 minggu setelah terpajan, dan bisa menyebabkan

kematian.1

Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar antara 1-

14. Asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang mengandung alkali

biasanya memiliki pH 11,5 atau lebih untuk dapat melukai kulit. Konsentrasi zat

kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya

injuri karena zat kimia ini.1

Gambar 2.1 Patogenesis Trauma Kimia

2.3 Tanda dan Gejala Trauma Kimia

Tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan-bahan kimia, tergantung pada

beberapa faktor termasuk : 1 pH, konsentrasi, durasi, bentuk fisik dari bahan (padat,

cair atau gas), lokasi (mata, kulit, mukosa), tertelan atau terhirup.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Asam dengan pH kurang dari 2 mempercepat proses nekrosis koagulasi yang

disebabkan oleh protein. Luka bakar tampak dengan batas jelas, kering dan kasar,

dengan warna luka tergantung dari bahan asam. Asam nitrat menyebabkan warna luka

coklat kekuningan, asam sulfat (vitriol) berwarna coklat kehijauan, hidroklorin

berwarna putih hingga abu-abu dan asam karbol (fenol atau lisol) menyebabkan

warna luka abu-abu sampai coklat terang.1

Alkali dengan pH 11,5 atau lebih menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih

luas dibandingkan dengan asam karena sifatnya yang mencairkan jaringan yang

nekrosis, yang menyebabkan alkali dapat berpenetrasi lebih dalam. Alkali, seperti

sodium hidroksida (soda atau sabun) dan amonium hidroksida, menimbulkan luka

berwarna coklat keabu-abuan.1

Substansi alkalin dalam bentuk padat yang tertelan menampilkan keuntungan

dari faktor ini. Bahan padat ini akan tinggal dalam lambung dalam waktu yang lama,

hal ini akan menghasilkan luka bakar yang berat. Faktor lain yang penting adalah

bentuk lain dari substansi asam dan basa yang menghasilkan panas ketika mereka

terdilusi, hal ini tidak hanya menyebabkan luka bakar akibat bahan-bahan kimia

tetapi juga luka bakar akibat suhu.1

Pada kasus luka bakar akibat bahan-bahan kimia yang berat dimana bahan

tersebut tertelan, terhirup atau terabsorbsi ke dalam pembuluh darah, gejala sistemik

yang dapat timbul antara lain :1 batuk atau sesak napas, penurunan tekanan darah,

pusing, lemas sampai pingsan, nyeri kepala, kejang otot, dan henti jantung atau

aritmia.

Dampak luka bakar kimia terhadap organ adalah :9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


a. Mata
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak

struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat yang

disemprotkan atau disiramkan di muka. Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada

trauma kimia mata adalah mata terasa sakit, kemerahan,iritasi pada

mata, ketidakmampuan untuk membuka mata, Sensasi benda asing dimata,

Pembengkakan pada kelopak mata dan Penglihatan jadi kabur.

b. Kulit

Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan

trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat

menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,

pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada

di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Gejala yang nyata pada luka

bakar bahan kimia tergantung pada bahan kimia yang menyebabkannya. Gejala

tersebut termasuk gatal-gatal, pengelupasan, eritama, erosi, kulit bewarna

gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar, gangguan pernapasan, batuk darah

dan atau jaringan yang nekrosis. Seorang korban luka bakar juga dapat mengalami

berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi,

ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress pernapasan. Selain

komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress

emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas

luka (scar).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


c. Paru

Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik atau bahan kimia

lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran pernapasan atas,

gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida ( CO ) adalah contoh dari

trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah

kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia

mengoksidasi hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi

oksigen (methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.

Menghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di jalan napas

atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalsi bahan kimia datang

dengan radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada.

d. Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan

akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah

berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih

ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.

Gejala yang paling cepat timbul adalah nyeri, muntah dan kesulitan bernapas

dan edema, diikuti dengan syok pada kasus yang berat. tanda khususnya yaitu bercak

pada bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari

bibir sampai ke lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus

dan gaster umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.

2.4 Aspek Forensik Trauma Kimia

2.4 1 Pemeriksaan Forensik pada Trauma Kimia

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


Pemeriksaan forensik merupakan pemeriksaan medik yang dilakukan untuk

tujuan penegakan hukum antara lain adalah pembuatan visum et repertum terhadap

seseorang baik korban hidup maupun korban mati karena diduga sebagai korban

tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,

penganiayaan, pembunuhan, dan perkosaan. Untuk korban hidup selain dilakukan

pengobatan untuk penyakitnya juga dibuatkan visum et repertum. Hal ini termaktub

dlam KUHAP pasal 133.9

Visum et repertum dapat dibuat untuk korban hidup kasus perlukaan, jenazah,

kasus kejahatan susila, dan kasus psikiatrik. Pada pembuatan visum et repertum harus

dilakukan pemeriksaan medis baik pemeriksaan luar maupun dalam serta

pemeriksaan penunjang.9

Pada kasus trauma kimia juga dapat dilakukan pemeriksaan dalam dan

pemeriksaan luar. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :10

A. Pemeriksaan Luar

a) Mata
Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi

mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH dan

ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan, pemeriksaan ophthalmologi penuh

diperlukan. Ini dapat mengungkapkan robek, injeksi konjungtiva, injeksi scleral,

blansing scleral, kerusakan kornea, opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau

perforasi. Kemudian pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein

diperlukan untuk menentukan tingkat cedera.


b) Kulit

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan

benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat

yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan pada kulit

sesuai dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu

ditentukan: keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini

perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada

perbatasan pada daerah yang terbakar.


Kedalamannya Luka bakar secara klinis ditandai dengan ketebalan parsial, atau

total.
- Luka bakar ketebalan parsial
Kehilangan sampai dengan seluruh epidermis tetapi jaringan dermis dan

isinya masih baik. Sehingga membantu proses reepitelisasi. Walaupun pada luka

daerah luas dermis terpapar dan diikuti oleh reaksi peradangan yang hebat dengan

eksudasi masif cairan, termasuk protein plasma, tetapi pencangkokan plasma kulit

biasanya tidak dibutuhkan. Luka bakar ketebalan parsial umumnya menyatakan

suatu intensitas panas yang rendah, yang dapat mencetuskan jejas dan

metabolisme sel yang dipercepat, inaktivasi enzim yang peka suhu, dn pencetusan

jejas vaskuler sehingga eksudat terjadi. Lapisan sel epidermis sampai dermis

dapat hangus sama sekali, dan mengalami nekrosis koagulatif dengan piknosis

inti, atau pada lapisan epidermis lebih dalam dapat menunjukkan bukti

permeabilitas membran yang terganggu, pembengkakan inti, dan seluler.


- Luka bakar ketebalan total
Bila luas biasanya memerlukan pencangkokan kulit. Karena pada ukuran luka

yang sebanding, luka bakar ketebalan total biasanya mengalami kehilangan

cairan dan protein yang lebih banyak daripada luka ketebalan parsial, biasanya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


peka terhadap infeksi sekunder. Tentu saja pada luka bakar ketebalan total

terdapat penghapusan atau koagulasi bukan saja seluruh epidermis tetapi juga

seluruh adneksa kulit. Dalam waktu beberapa jam sampai dengan satu atau dua

hari, reaksi seluler yang nyata, dan peradangan vaskuler menjadi tampak di

daerah berdekatan dengan jaringan yang selamat, sebagai tanda-tanda yang lebih

nyata pada luka bakar ketebalan total, daripada luka bakar ketebalan parsial.

Gambar 2.2 Derajat luka


c) Paru
Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban trauma kimia.

Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan. Pada pemeriksaan paru-paru

bisa didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, atau suara berderak dan suara

ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Semua tanda ini

menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.

d) Pencernaan

Pada pemeriksaa luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan

leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya

terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.

B. Pemeriksaan Dalam

a) Mata
Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk mengetahui penyebab

trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan tarsal kelopak mata. Pada

kornea dinilai pada korpus alienum, aberasi, laserasi. Konjungtiva bulbaris terjadi

perdarahan, laserasi. Pada sklera terdapat luka tertutup oleh perdarahan.


b) Kulit
Pada korban yang meninggal karena luka bakar bahan kimia, tidak ditemukan

kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan

dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami

trauma kimiawi haruslah selalu diantisipasi. Contohnya, dalam menggunakan asam

karbolik atau phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan

pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric bisa

menyebabkan hipokalemia dan tetanus, disamping itu asam monocloroasetic dapat

memproduksi metabolik asidosis dan masalah CNS.


c) Jantung
Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita

dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat

ditemukan keadaan-keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan

adanya metastase focus septic pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain

berupa gambaran peteki pada pericardium dan endokardium.


d) Ginjal
Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang

terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


korban ynang mengalami komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute

tubular necrosis pada tubulus proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute

tubular nekrosis in diduga disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa

ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar

yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan

sumber infeksi yang potensial pada luka bakar, terutama pada korban yang memakai

kateter, dimana populasi bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan

populasi yang terjadi, bakteri tersebut antara lain: pseudomonas, aerobacter,

staphylococcus, dan proteus.


e) Susunan saraf pusat
Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa

edema, kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum

melewati forame magnum serta adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-

perubahan ini diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit,

karena kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh

tidak lebih dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh oleh

jejas thermik. Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal

kecuali sel-sel purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita

yang mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses

dan meningitis hematogenous.


f) Paru
Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan korosi pada

saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan. Selain itu didapatkan juga

kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


asam. Inhalasi bahan kimia menyebabkan kerusakan sel yang parah pada

saluran pernapasan.
g) Pencernaan
Pada pemeriksaan dalam yang didapatkan pada trauma kimia, ditemukan

perforasi atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh kerana trauma asam

sulfur, dan asam hidroklorida.

2.4 2 Aspek Hukum Trauma Kimia

Aspek hukum perlukaan tergantung pada jenis luka apa yang terjadi, jenis

kekerasan/senjata apa ynag menyebabkan luka serta bagaimana kualifikasi luka

tersebut, seperti yang tercantum dalam KUHP pasal 351, 352, Bab IX pasal 90.10
1) Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana penjara

lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
2) Pasal 352
1. Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai

penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan, atau

denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga

bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja

padanya, atau menjadi bawahannya.


2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
3) Bab IX, Pasal 90
Luka berat :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;


- Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencaharian;
- Kehilangan salah satu panca indera;
- Mendapat cacat berat;
- Menderita sakit lumpuh;
- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Trauma bahan kimia (Chemical burn) adalah luka bakar pada organ luar maupun

organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan

asam kuat atau basa kuat dan zat produksi petroleum.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


2. Etiologi luka bakar kimia diantaranya Bahan Asam/acid, Bahan Kimia

Basa/alkalis, Organic Compounds.


3. Tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan-bahan kimia, tergantung pada

beberapa faktor termasuk : pH, Konsentrasi, Durasi, Bentuk fisik dari bahan

(padat, cair atau gas), Lokasi (mata, kulit, mukosa), Tertelan atau terhirup.
4. Ilmu forensik berperan dalam penanganan kasus trauma kimia terutama pada kasus

yang dicurigai tindakan pidana melalui pembuatan visum et repertum berdasarkan

pemeriksaan medis menyeluruh.

3.2 Saran

Pada referat ini dijelaskan mengenai aspek forensik dalam penanganan trauma

kimia berdasarkan berbagai kepustakaan, namun referensi yang digunakan masih

terbatas pada beberapa sumber saja. Disarankan untuk membahas mengenai aspek

forensik pada trauma kimia dengan referensi yang lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siti M, Luka Bakar Akibat Bahan Kimia. [Diakses pada 7 Agustus 2018]

available at https://ml.scribd.com/doc/77263832/Luka-Bakar-Akibat-Bahan-

Kimia . 2012
2. Ilyas, Sidharta. Trauma Kimia. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2009; h 271 – 273.
3. Ika. Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium Bahan Kimia yang

Berbahaya. [Diakses pada 7 Agustus 2018 ] available at

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


https://ikawcollections.files.wordpress.com/2010/07/manajemen-

laboratorium.pdf. 2010
4. Randleman, J.B., Bansal, A. S., Burns, Chemical., eMedicine Journal. 2009.
5. Tutik R. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Akper Potekes Bhakti Mulia
Sukoharjo. 2012. Vol. 08/Februari-September 2012.
6. Dewi H. Luka Bakar. Sub Bagian Bedah Plastik RSUD dr. Moewardi. FK UNS.
2012.
7. Weaver, C. N. M., Rosen, C. L., Burns, Ocular ., eMedicine Journal. 2010.
8. Sampurna, Budi, Zulhasmar Samsu, Tjetjep DwijaSiswaja. Peranan Ilmu
Forensik dalam Penegakan Hukum : Sebuah Pengantar. Jakarta. 2008
9. Budiyanto, Arif dkk. Visum et Repertum. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta. 1997.
10. Simpson, Keith. Corrosive Poisons. Dalam: Forensic Medicine ed 8th. London.
1979.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22

Anda mungkin juga menyukai