Oleh :
Preseptor
2018
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Taufik Hidayat, Sp.F, MSc
selaku preseptor yang telah membimbing kami dalam penulisan referat ini. Tentunya
penulisan laporan referat ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul Depan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Manfaat Penulisan 6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB 1
PENDAHULUAN
Trauma bahan kimia (Chemical burn) adalah luka bakar pada organ luar
maupun organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang
merupakan asam kuat atau basa kuat dan zat produksi petroleum. Luka bakar akibat
bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan
kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh
ataupun keduanya. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh asam, karena
penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat. Sedang
yang salah. Secara umum, zat kimia tidak baik ditangani dengan tangan yang
telanjang (harus memakai sarung tangan). Setiap orang yang bekerja dengan bahan-
bahan berbahaya dimana efeknya mungkin kumulatif, harus dicek ke dokter secara
teratur.3
Lebih dari 60% dari trauma kimia terjadi dalam kecelakaan kerja, 30% di
rumah, dan 10% akibat kekerasan. Sebanyak 20% trauma kimia secara signifikan
mengakibatkan cacat visual dan kosmetik. Hanya 15% dari pasien dengan trauma
kimia berat yang mencapai perbaikan visual yang fungsional. Secara global,
predileksi ras tidak bisa dipastikan, akan tetapi pria muda berkulit hitam lebih
cenderung berpotensi tinggi. Pria 3 kali lebih cenderung mengalami trauma kimia
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Trauma kimia umumnya berupa luka bakar kimia atau Chemical burn, yaitu
luka bakar pada organ luar maupun organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-
bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat dan zat produksi petroleum.
Luka bakar akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam
atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada
seluruh tubuh ataupun keduanya. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh
asam, karena penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih
yang kering, bewarna kecoklatan, dan teraba keras seperti kertas perkamen. Cedera
basah, licin dan lunak. Kekerasan atau pembunuhan lebih jarang lagi terjadi
dibandingkan dengan zat asam. Namun di Jakarta pernah dilaporkan kematian akibat
minum asam fenol yang biasa dipakai sebagai cairan pembersih. Basa kuat lebih
perforasi kornea.8
Banyak bahan kimia yang digunakan di rumah-rumah dan lingkungan kerja yang
1. Bahan Asam/acids :
a. Umumnya asam menyebabkan cedera (trauma) ocular termasuk asam sulfat, asam
hidroklorik, asam nitrat, asam asetat, asam khromik, dan asam hidrofluorat.
b. Ledakan accu mobil, yang menyebabkan luka bakar (cedera) asam sulfat,
pabrik.
d. Toksisitas hidrofluorat okuler dapat terjadi dari paparan gas dan cairan.
e. Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
Zat yang mengandung seperti senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah
mungkin dapat menyebabkan keratitis alkali. Selain itu, bunga api dan percikan
Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan
asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti
Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat,
flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air.
Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat
Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau
alumunium naphthenate dan palmitat) saat ini merupakan nama generik yang
digunakan untuk semua jenis hidrokarbon yang tebal. Ini termasuk polimer sintetik
seperti polyurethane dan poliseter yang mungkin dapt dimodifikasi dengan dicampur
alumunium bubuk atau metal carbon. Phosfor putih atau alumunium biasa
dibakar akar menghasilkan suhu yang sangat tinggi, dan pada suhu diatas 1000ºC
(1832 F) akan dengan mudah terbakar dengan adanya sifat adesif. Efeknya terhadap
tubuh manusia membahayakan, dapat menyebabkan luka bakar yang luas, lebih dari
25% permukaan tubuh. Fosfor dapat menyebabkan trauma yang bersifat toksik, dan
fosfor menyebabkan terjadinya lesi yang bisa meluas sampai seluruh fosfor diserap
tubuh. Pasien akan merasa sangat sakit. Luka akan membentuk jaringan nekrotik
berwarna kekuningan, berbau seperti bawang putih dan bersinar dalam kondisi gelap.
Selain dari luka bakar yang terlihat, fosfor juga mengakibatkan kerusakan ginjal
dan mempercepat kematian akibat gagal ginjal. Kerusakan hati juga dapat terjadi.
fosfor kedalam peredaran darah. Sebagai terapi yang paling optimal, saat ini
diseluruh permukaan. Reaksi ini diharapkan efektif namun juga memliki efek toksik,
“Mustard gas” dapat menghasilkan uap berbahaya yang jika kontak dengan zar
cair, bisa menyebabkan terbentuknya bula di kulit, kerusakan mata, dan jika terhisap
kematian.1
Kekuatan dari asam dan basa ditentukan oleh skala pH, yang berkisar antara 1-
14. Asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari 2. Bahan yang mengandung alkali
biasanya memiliki pH 11,5 atau lebih untuk dapat melukai kulit. Konsentrasi zat
kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
Tanda dan gejala dari luka bakar akibat bahan-bahan kimia, tergantung pada
beberapa faktor termasuk : 1 pH, konsentrasi, durasi, bentuk fisik dari bahan (padat,
cair atau gas), lokasi (mata, kulit, mukosa), tertelan atau terhirup.
disebabkan oleh protein. Luka bakar tampak dengan batas jelas, kering dan kasar,
dengan warna luka tergantung dari bahan asam. Asam nitrat menyebabkan warna luka
berwarna putih hingga abu-abu dan asam karbol (fenol atau lisol) menyebabkan
Alkali dengan pH 11,5 atau lebih menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih
luas dibandingkan dengan asam karena sifatnya yang mencairkan jaringan yang
nekrosis, yang menyebabkan alkali dapat berpenetrasi lebih dalam. Alkali, seperti
sodium hidroksida (soda atau sabun) dan amonium hidroksida, menimbulkan luka
dari faktor ini. Bahan padat ini akan tinggal dalam lambung dalam waktu yang lama,
hal ini akan menghasilkan luka bakar yang berat. Faktor lain yang penting adalah
bentuk lain dari substansi asam dan basa yang menghasilkan panas ketika mereka
terdilusi, hal ini tidak hanya menyebabkan luka bakar akibat bahan-bahan kimia
Pada kasus luka bakar akibat bahan-bahan kimia yang berat dimana bahan
tersebut tertelan, terhirup atau terabsorbsi ke dalam pembuluh darah, gejala sistemik
yang dapat timbul antara lain :1 batuk atau sesak napas, penurunan tekanan darah,
pusing, lemas sampai pingsan, nyeri kepala, kejang otot, dan henti jantung atau
aritmia.
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat yang
disemprotkan atau disiramkan di muka. Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada
b. Kulit
Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan
trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada
di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Gejala yang nyata pada luka
bakar bahan kimia tergantung pada bahan kimia yang menyebabkannya. Gejala
gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar, gangguan pernapasan, batuk darah
dan atau jaringan yang nekrosis. Seorang korban luka bakar juga dapat mengalami
berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi,
komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress
emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas
luka (scar).
Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik atau bahan kimia
lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran pernapasan atas,
trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah
kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia
Menghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di jalan napas
atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalsi bahan kimia datang
d. Saluran Pencernaan
akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah
berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih
ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.
Gejala yang paling cepat timbul adalah nyeri, muntah dan kesulitan bernapas
dan edema, diikuti dengan syok pada kasus yang berat. tanda khususnya yaitu bercak
pada bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari
dan gaster umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.
tujuan penegakan hukum antara lain adalah pembuatan visum et repertum terhadap
seseorang baik korban hidup maupun korban mati karena diduga sebagai korban
tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
pengobatan untuk penyakitnya juga dibuatkan visum et repertum. Hal ini termaktub
Visum et repertum dapat dibuat untuk korban hidup kasus perlukaan, jenazah,
kasus kejahatan susila, dan kasus psikiatrik. Pada pembuatan visum et repertum harus
pemeriksaan penunjang.9
Pada kasus trauma kimia juga dapat dilakukan pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan luar. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :10
A. Pemeriksaan Luar
a) Mata
Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi
mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH dan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan pada kulit
sesuai dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu
ditentukan: keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini
perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada
total.
- Luka bakar ketebalan parsial
Kehilangan sampai dengan seluruh epidermis tetapi jaringan dermis dan
isinya masih baik. Sehingga membantu proses reepitelisasi. Walaupun pada luka
daerah luas dermis terpapar dan diikuti oleh reaksi peradangan yang hebat dengan
eksudasi masif cairan, termasuk protein plasma, tetapi pencangkokan plasma kulit
suatu intensitas panas yang rendah, yang dapat mencetuskan jejas dan
metabolisme sel yang dipercepat, inaktivasi enzim yang peka suhu, dn pencetusan
jejas vaskuler sehingga eksudat terjadi. Lapisan sel epidermis sampai dermis
dapat hangus sama sekali, dan mengalami nekrosis koagulatif dengan piknosis
inti, atau pada lapisan epidermis lebih dalam dapat menunjukkan bukti
cairan dan protein yang lebih banyak daripada luka ketebalan parsial, biasanya
terdapat penghapusan atau koagulasi bukan saja seluruh epidermis tetapi juga
seluruh adneksa kulit. Dalam waktu beberapa jam sampai dengan satu atau dua
hari, reaksi seluler yang nyata, dan peradangan vaskuler menjadi tampak di
daerah berdekatan dengan jaringan yang selamat, sebagai tanda-tanda yang lebih
nyata pada luka bakar ketebalan total, daripada luka bakar ketebalan parsial.
bisa didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, atau suara berderak dan suara
ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Semua tanda ini
d) Pencernaan
Pada pemeriksaa luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan
leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung,
B. Pemeriksaan Dalam
a) Mata
Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk mengetahui penyebab
trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan tarsal kelopak mata. Pada
kornea dinilai pada korpus alienum, aberasi, laserasi. Konjungtiva bulbaris terjadi
dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami
karbolik atau phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan
pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric bisa
dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat
adanya metastase focus septic pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain
terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada
tubular necrosis pada tubulus proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute
tubular nekrosis in diduga disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa
ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar
yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan
sumber infeksi yang potensial pada luka bakar, terutama pada korban yang memakai
kateter, dimana populasi bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan
edema, kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum
perubahan ini diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit,
karena kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh
tidak lebih dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh oleh
yang mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses
saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan. Selain itu didapatkan juga
kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif
saluran pernapasan.
g) Pencernaan
Pada pemeriksaan dalam yang didapatkan pada trauma kimia, ditemukan
perforasi atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh kerana trauma asam
Aspek hukum perlukaan tergantung pada jenis luka apa yang terjadi, jenis
tersebut, seperti yang tercantum dalam KUHP pasal 351, 352, Bab IX pasal 90.10
1) Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat,dikenakan pidana penjara
lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
2) Pasal 352
1. Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan, atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga
bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
pekerjaan pencaharian;
- Kehilangan salah satu panca indera;
- Mendapat cacat berat;
- Menderita sakit lumpuh;
- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Trauma bahan kimia (Chemical burn) adalah luka bakar pada organ luar maupun
organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan
beberapa faktor termasuk : pH, Konsentrasi, Durasi, Bentuk fisik dari bahan
(padat, cair atau gas), Lokasi (mata, kulit, mukosa), Tertelan atau terhirup.
4. Ilmu forensik berperan dalam penanganan kasus trauma kimia terutama pada kasus
3.2 Saran
Pada referat ini dijelaskan mengenai aspek forensik dalam penanganan trauma
terbatas pada beberapa sumber saja. Disarankan untuk membahas mengenai aspek
forensik pada trauma kimia dengan referensi yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siti M, Luka Bakar Akibat Bahan Kimia. [Diakses pada 7 Agustus 2018]
available at https://ml.scribd.com/doc/77263832/Luka-Bakar-Akibat-Bahan-
Kimia . 2012
2. Ilyas, Sidharta. Trauma Kimia. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2009; h 271 – 273.
3. Ika. Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium Bahan Kimia yang
laboratorium.pdf. 2010
4. Randleman, J.B., Bansal, A. S., Burns, Chemical., eMedicine Journal. 2009.
5. Tutik R. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Akper Potekes Bhakti Mulia
Sukoharjo. 2012. Vol. 08/Februari-September 2012.
6. Dewi H. Luka Bakar. Sub Bagian Bedah Plastik RSUD dr. Moewardi. FK UNS.
2012.
7. Weaver, C. N. M., Rosen, C. L., Burns, Ocular ., eMedicine Journal. 2010.
8. Sampurna, Budi, Zulhasmar Samsu, Tjetjep DwijaSiswaja. Peranan Ilmu
Forensik dalam Penegakan Hukum : Sebuah Pengantar. Jakarta. 2008
9. Budiyanto, Arif dkk. Visum et Repertum. Dalam : Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta. 1997.
10. Simpson, Keith. Corrosive Poisons. Dalam: Forensic Medicine ed 8th. London.
1979.