BAB I
PENDAHULUAN
1
2
hal-hal yang lebih kreatif dalam upaya untuk menarik para konsumen yang
dianggap potensial.
Dalam hal ini tentu saja strategi pemasaran yang digunakan
perusahaan dalam mempromosikan produknya kepada konsumen akan
berperan sangat penting dan strategi ini pun harus dilakukan terintegrasi dan
komprehensif agar sebuah pesan dapat tersampaikan dengan menyeluruh dan
konsisten pada targetnya. Dengan menggunakan bauran promosi yang
tepat, tujuan tersebut akan tercapai. Bauran promosi terdiri dari
periklanan (advertising), hubungan masyarakat (public relations), promosi
penjualan (sales promotion), pemasaran langsung (direct marketing),
penjualan personal (personal selling), serta pemasaran interaktif (interactive
marketing) (Belch & Belch, 2007). Banyaknya media yang dapat digunakan
akan semakin meningkatkan persaingan, yang pada akhirnya komunikasi
pemasarannya akan lebih ditekankan pada aktivitas promosi penjualan (sales
promotion), khususnya promosi yang bersifat dalam toko, (in-store
promotion), yang dapat lebih merangsang konsumen untuk melakukan
pembelian impulsif.
Promosi penjualan (sales promotion), merupakan kegiatan yang
mengarahkan pada pemberian insentif dari produsen untuk menstimuli
pedagang (wholesalers, peritel, atau jaringan distribusi lainnya) dan atau
konsumen untuk membeli brand / produk dan meningkatkan penjualan secara
agresif. (Shimp ,2003).
Dengan promosi di dalam toko , ritel kini merupakan tempat untuk
menjual sekaligus membangun merek dan juga dapat menciptakan
atmosfer yang lebih hidup dan memperkaya pengalaman berbelanja bagi
konsumennya. Dengan keadaan toko yang mendukung kegiatan promosi di
dalam toko ini, maka perilaku impulse buying dari konsumen akan semakin
mudah terbentuk.
Implusse buying merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika individu
mengalami perasan terdesak secara tiba-tiba yang tidak dapat di
lawan.kecendrungan untuk membeli secara spontan ini umumnya dapat
menghsilkan pembelian ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut
3
adalah hal yang wajar (Rook & Fisher 1995 dalam Solomon 2009). Hal ini
biasa terjadi pada produk-produk low involvement yang selalu tidak
memerlukan pertimbangan yang rumit untuk membelinya. Menurut
Ndubisi & Moi (2006), produk low involvement adalah produk yang
dibeli secara rutin dengan pemikiran dan usaha yang minimum, karena
bukan merupakan suatu hal yang vital dan juga tidak memberikan
pengaruh yang besar terhadap gaya hidup konsumen.
Perilaku pembelian tersebut saat ini semakin marak terjadi.Hal ini
dikarenakan oleh salah satu faktornya, yaitu semakin sempitnya waktu
bagi konsumen mencari informasi untuk barang-barang kebutuhannya dan
juga tidak direncanakannya kegiatan berbelanja membuat mereka lebih
memilih merek yang memberikan daya tarik atau manfaat lebih bagi
dirinya pada saat itu.
Berdasarkan hasil survey oleh AC Nielsen, 85 % konsumen ritel
modern di Indonesia melakukan keputusan pembelian barang saat berada
di dalam toko (Majalah Marketing, 2007). Dari hal tersebut para peritel
tentunya akan melakukan strategi promosi penjualan yang bersifat promosi
di dalam toko yang dapat memanfaatkankeadaan tersebut dan pada
akhirnya mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak
direncanakan sebelumnya.
(X1) Penelitian Diah kenangah Dwirani Herukalpiko Apriatni Endang
atmosfer toko, dan pelayanan toko memiliki pengaruh positif dan signifikan
atmosfer toko semakin baik, dan pelayanan toko semakin baik maka aktifitas
(X2) Menurut Belch & Belch (2009) bonus pack menawarkan konsumen
sebuah muatan ekstra dari sebuah produk dengan harga normal. Promosi ini
oleh konsumen.
bentuk dari store atmospherics menyatakan hasil ada pengaruh positif dengan
impulse buying. Hal ini memiliki arti bahwa store atmospherics yang semakin
tinggi akan menyebabkan pengaruh yang lebih tinggi pula terhadap impulse
buying.
PADANG.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diteliti
adalah :
1. Semakin banyaknya Persaingan bisnis yang semakin sengit
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan
penelitian pada pengaruh price discount, bonus pack, in-store display dan
store atmosphere terhadap implus buying di supermarket robinson di kota
padang.
D. Rumusan Masalah
Menurut data AC Nielsen, tingkat pertumbuhan penjualan barang
konsumsi di Indonesia pada tahun 2003 meningkat 7% dari tahun 2002.
Angka ini kembali meningkat menjadi 14% pada taun 2004 dan
menjadikan Indonesia yang tertinggi tingkat pertumbuhannya dibanding
Negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini berkaitan dengan salah satu
dari sepuluh karakter unik konsumen Indonesia, yaitu konsumen
Indonesia cendrung tidak memiliki rencana dalam melakukan pembelian
(Majalah Marketing Edisi Khusus,2008). Oleh sebab itu, dalam
menghadapi kondisi persaingan di industry sector ritel modern yang
semakin kompetitif, menuntut para peritel untuk mengembangkan strategi
pemasaran yang efektif dalam merangsang pembelian impulsive konsumen.
Oleh karena itu , untuk mempengaruhi konsumen sehingga dapat
memicu timbulnya keinginan untuk melakukan pembelian yang tidak
direncanakan sebelumnya, dilakukan strategi pemasaran yang dapat
meningkatkan kegiatan usaha dengan menciptakan ketertarikan konsumen
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bagi perusahaan
maupun pihak lainnya. Dengan adanya penelitian ini, Supermarket Robinson
akan dapat mengetahui bagaimana cara mendorong keputusan pembelian
impulsif dan mengetahui kegiatan promosi penjualan mana yang dapat secara
signifikan memicu tingkat pembelian dari konsumen sebagai bentuk
keputusan pembelian impulsif. Dengan demikian, Supermarket Robinson
nantinya dapat merancang strategi promosi penjualan yang tepat dan lebih
efektif ke depannya.
Dilihat dari sisi lainnya, manfaat dari penelitian ini akan dapat dijadikan
bahan untuk menambah pengetahuan maupun perbandingan untuk membuat
penelitian selanjutnya dengan topik promosi penjualan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Defenisi Impluse Buying
Implusse buying merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika individu
mengalami perasan terdesak secara tiba-tiba yang tidak dapat di
lawan.kecendrungan untuk membeli secara spontan ini umumnya dapat
menghsilkan pembelian ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut
adalah hal yang wajar (Rook & Fisher 1995 dalam Solomon 2009).
Verplanken & Herabadi (2001) mendefenisikan pembelian impulsif
sebagai pembelian yang tidak rasional dan di asosiasikan dengan pembelian
yang cepat dan tidak di rencanakan, diikuti oleh adanya konflik fikiran dan
dorongan emosional. Dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya
perasaan yang intens yang di tunjukan dengan melakukan pembelian karena
adanya dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan
konsekuensi negative, merasakan kepuasan mengalami konflik dalam
pemikiran (Rook dalam Verplanken,2001).
Cobb & Chair dalam Semuel (2006), mengklasifiksikan suatu pembelian
implusif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau
kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam toko.
Hirschman dan Stern dalam Sumarwan (2011:163) mendefinisikan
impulsive buying yaitu kecenderungan konsumen untuk melakukan
pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan didorong oleh
aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta tergoda oleh
persuasi dari pemasar. Menurut Mowen dan Minor (2012:10), impulse
buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak
diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli
yang terbentuk sebelum memasuki toko.
Beberapa penelitian pemasaran beranggapan bahwa impulse bersinonim
dengan unplanned ketika para psikolog dan ekonom memfokuskan pada
aspek irasional atau pembelian impulse murni (Bayley dan Nancarrow
dalam Semuel, 2006) namun Solomon dan Rabbolt (2009) menyatakan
7
9
B. Teori Dasar
1. Teori price Discount
Menurut Tjiptono (2008:166) diskon merupakan potongan harga
yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas
aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:317) diskon yaitu
pengurangan harga yang diberikan kepada konsumen untuk pembayaran
cepat atau atas promosi yang dilakukan oleh provider itu sendiri.
Berdasarkan Sutisna (2002:299) menjelaskan bahwa hal yang
penting dalam upaya pemasaran melalui promosi penjualan dilakukan
dalam jangka pendek. Potongan harga dapat dilakukan untuk menarik
13
C. Penelitian Relavan
Berdasarkan kajian teori yang telah di kemukakan mengenai pengaruh
Price discount, bonus pack, in-store display dan store atmosphere pada
akan semakin
meningkat
5. Wayan 2016 “pengaruh price menunjukkan Tempat
(jurnal) discount dan store bahwa pengaruh penelitian dan
atmosphere Price waktu
terhadap Discount penelitian
emotional shoping terhadap Impulse
dan implus buying Buying bernilai
positif dan
signifikan.
Pengaruh Store
Atmosphere
terhadap Impulse
Buying bernilai
positif dan
signifikan
D. Kerangka Penelitian
Model terdiri dari empat variabel independen yaitu Price Discount,
Bonus Pack, Instore Display dan Store Atmosphere serta satu variabel
dependen yaitu Impluse Buying.
Store Atmosphere
(X4)
E. Hipotesis penelitian
1. H1 =Diduga Price Discount,Bonus Pack,in-store Display dan Store
Atmospere secara bersama-sama berpengaruh terhadap impulse buying.
2. H2 = Diduga Price Discount berpengaruh terhadap Impluse Buying.
3. H3 = Diduga Bonus Pack berpengaruh terhadap Impluse Buying.
4. H4 = Diduga In-store Display berpengaruh terhadap Impluse Buying.
5. H5 = Diduga Store Atmosphere berpengaruh terhadap Impluse Buying.
18
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah
suatu objek atau wilayah yang diteliti. Sedangkan penelitian Asosiatif adalah
suatu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel
lain, yaitu simetris kausal dan interaktif. Dengan desain penelitian deskriptif
3).
1. Populasi
Sugiyono (2013) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Arikunto (2002: 108) Populasi adalah keseluruhhan subjek
penelitian untuk memperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan
pembelian di Supermarket Robinson di Kota Padang. Jumlah populasi
17
19
dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti maka untuk mengetahui
pelaksanaan penelitian perlu ditetapkan sampel.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menentukan sampel berdasarkan atas besarnya populasi hal ini disebabkan oleh
mengusulkan aturan ukuran sampel yang layak dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda) maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali atau
Jumlah variabel dalam penelitian ini sebanyak empat yang terdiri atas
karena itu berdasarkan pendapat Rescoe, sampel minimal untuk penelitian ini
ditetapkan untuk 20 sampel. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menetapkan
1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber pertama baik
dari individu maupun perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari jawaban
2. Data Sekunder
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain (Umar, 2005:41). Data sekunder dari penelitian ini di peroleh
a. Metode Angket
tinggal memberikan tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang
dianggap benar.
b. Teknik Dokumentasi
Kota Padang.
4. Defenisi Operasional
b) Kekuatan,kompulsi,an intensits
mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang
lain dan bertindak seketika.
c) Kegairahan dan Stimulasi
desakan mendadak untuk membeli sering disertai emosi yang di
cirikan sebagai menggairahkan”.”menggetarkan atau liar”.
d) Ketidakpedulian akan akibat desakan
untuk memebeli untuk memebeli dapat menjadi begitu sulit di
tolak sehingga akibat yang mungkin negative di abaikan.
buying.
5. Instrument Penelitian
Sifat
Option Pernyataan Pernyataan
Positif
Selalu (SL) 5
Sering (SR) 4
Kadang- Kadang (KD) 3
Jarang (JR) 2
Tidak Pernah (TP) 1
Sumber: Arikunto (2010:194)
6. Penyusunan Instrumen
1. Uji Validitas
suatu alat pengukuran betul -betul mengukur apa yang akan diukur .
dengan kriteria kritis pada α=0,05 dari r tabel = 0,361. Jika r0 ≥ rtabel maka
25
n = jumlah responden
∑ 𝑥𝑦 = jumlah hasil skor X dan skor Y
X = jumlah skor seluruh item dalam setiap indikator (skor variabel
X)
Y = jumlah skor tiapmitem ( skor variabel Y )
dengan kriteria:
2. Uji Realibilitas
1. Analisi Deskriptif
dilihat profil dari data penelitian dengan hubungan yang ada antar variabel
Dimana:
P = persentase hasil yang diperoleh
f = frekuensi hasil yang diperoleh
N= jumlah responden yang akan dijadikan sampel
100% = angka tetap persentase
(5. SL) + (4. SR) + (3. KD) + (2. JR) + (1. TP)
Rata − rata skor =
n
Dimana:
SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-Kadang
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
n = Jumlah Responden
Rs
TCR = 100%
n
2.Analisis Induktif
bersama dari n variabel acak X1, .......Xn yang dipandang sebagai fungsi 𝜃.
Jika X1, .......Xnsampel acak dengan fungsi densitas peluang ƒ (x; ), maka
turunan dari L terhadap 𝜃 dan menyatakan sama dengan nol atau dapat
𝑑
ditulis sebagai 𝐿 (𝜃) = 0 Dalam hal ini akan lebih mudah untuk
𝑑𝜃
turunannya:
𝑑
𝐿 (𝜃) = 0
𝑑𝜃
29
yang tidak penting dalam model bias dilakukan dengan uji Likelihood
Ratio (LR) kerena tidak dapat membuat batasan didalam persamaan, uji
berikut:
LR = 2 ( ULLF – RLLF)
Dimana:
ULLF = Unrestricted Log Likelihood Function
RLLF = Restricted Log Likelihood Function
Uji LR ini mengikuti distribusi Chi Square (X2) dengan degree of
freedom (df) sebesar jumlah variabel yang dihilangkan. Jika nilai hitung
statistik X2 lebih besar dari nilai kritisnya, maka kita menolak hipotesis
LR = 2 (ULLF – RLLF )
Dimana:
ULLF = Unrestricted Log Likelihood Function
RLLF = Restricted Log Likelihood Function
Jika nilai hitung statistik X2 lebih besar dari nilai kritisnya, maka
dalam model. Sebaliknya, jika bila nilai hitung statistik 2 lebih kecil
dari nilai kritisnya maka tidak signifikan yang berarti kita tidak
1. Uji Ramsey
menerapkan uji ini kita harus membuat suatu asumsi atau keyakinan
ditempuh yaitu:
nama dengan R2new dan dapatkan nilai R2 dari persamaan (1) yang
2
(𝑅 2
𝑛𝑒𝑤 −𝑅𝑜𝑙𝑑 )/𝑚
𝐹 = (1−𝑅 2 .......................... (3)
𝑛𝑒𝑤 )/(𝑛−𝑘)
Dimana:
m = Jumlah variabel bebas yang baru masuk
n = Jumlah data atau observasi
k = Banyaknya parameter dalam persamaan baru
nilai Ftabel dengan pedoman bila nilai Fhitung ≥ nilai Ftabel, maka
memulai model regresi terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari:
1) Uji Normalitas
JB = N [ S2 + (K – 3)2 ]
6 24
Dimana: JB = Statistik Jarque-Bera
S = Koefisien Skewness
K = Koefisien kurtoris
2) Uji Multikolinieritas
tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas
Tolerance= 1/10=0,1
1
VIF = ................................(8)
1−𝑅 2
33
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
3) Uji Heteroskedastisitas
Dimana :
X1 = Variabel Bebas
34
4) Uji Autokorelasi
Tabel . 3
Kriterian Pengujian Autokorelasi Dengan Menggunakan
Uji Durbin Watson
No Dw Keteragan
1 <Dl Ada autokorelasi positf
2 dL s.d.Du Tanpa kesimpulan
3 dU s.d. 4-dU Tidak ada autokorelasi
4 4-dU s.d. 4-dL Tanpa kesimpulan
5 >4-dL Ada autokorelasi negatif
Sumber suliayanto (2011:127)
Keterangan : DW : Hasil Perhitungan Durbin Watson Statistik
2010: 338). Secara umum regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana:
Nilai R2 semakin besar berarti besar variasi variabel dependen yang dapat
kecil nilai R2 berarti semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat
Dimana :
ESS = Explaned Sum Square (Jumlah kuadrat yang dijelaskan)
TSS = Total Sum Square (Jumlah total kuadrat).
R2 =Koefisien determinasi
e. Pengujian Hipotesis
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam
1. Uji t
t bi
k=
sbi
Keterangan:
tk = Koefisien Nilai Tes
bi = Koefisien Regresi
Sb i = Standar Kesalahan Koefisien Regresi
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a) Jika thitung ≥ ttabel atau sig ≤ α = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
2. Uji F
𝑅 2 ⁄𝑘
F hitung = (1−𝑅2 )⁄(𝑛−𝑘−1) ........ (Priyatno,2009:81)
Ketrangan :
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah data atau kasus
k = jumlah variabel independen
Kriteria pengujian:
38
variabel terikat
variabel terikat.