Tujuan. Praktikum bertujuan untuk memahami pengujian tarik khusus untuk mendapatkan nilai anisotropi (r) lembaran logam untuk aplikasi
deep drawing dan nilai koefisien pengerasan regang (n) dari data pengujian tarik uniaksial, mengobservasi pengaruh perlakuan canai dingin
terhadap kedua nilai tersebut, dan memahami pengaruh besaran r dan n terhadap material untuk aplikasi deep drawing dan stretching.
Pengujian anisotropi dilakukan berdasarkan standar ASTM E 517 sementara penentuan koefisien pengerasan regang dilakuan berdasarkan
standar ASTM E 646.
1 Pendahuluan
Pengujian tarik merupakan tes dasar yang dilakukan kondisi ini, digunakan penomoran terhadap nilai r, semisal
untuk mengetahui sifat mekanis dari suatu material. r20 untuk nilai anisotropi material yang diukur pada
Mekanisme pengujian dilakukan lewat pemberian elongasi 20%.
tegangan tarik pada arah dan kondisi pengujian yang Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi variasi nilai
ditentukan. Hasil yang biasanya didapatkan dari pengujian r tersebut antara lain adalah: 1) Derajat (arah)
ini berupa kurva tegangan banding regangan (stress-strain pengukuran terhadap arah canai spesimen hasil uji tarik;
curve) yang kemudian dapat diinterpretasikan untuk 2) Nilai tegangan luluh diskontinu (umumnya ditemui
mengetahui sifat mekanis material, diantaranya keuletan, pada fenomena Lüders’ Band); 3) Ukuran butir; 4)
ketangguhan, resiliensi, kekuatan tarik maksimum (σUTS) Fenomena canoeing; dan 5) Fenomena sharp knife edges.
dan tegangan luluh (σy), elongasi, dan rasio Poisson Arah pengukuran terhadap arah pencanaian akan
material. Pengujian ini juga dapat diutilisasi untuk menyebabkan perbedaan nilai r pada material. Sudut
keperluan khusus, misalnya untuk uji tarik bahan polimer, pengukuran yang umumnya dilakukan adalah pada sudut
tekstil, maupun keramik (biasanya dilakukan lewat 0o, 45o, 90o terhadap arah pencanaian. Arah pengukuran
metode kompresi). Pada praktikum ini akan dibahas ini ditunjukan dalam penomoran nilai r, misalnya r0 untuk
mengenai pengujian trarik khusus untuk perhitungan nilai sampel yang panjangnya dibuat sejajar dengan arah
anisotropi dan koefisien pengerasan regang lembaran pencanaian. Apabila sampel tersebut diukur, sebagai
logam untuk keperluan deep drawing dan stretching. contoh, pada elongasi 20%, maka nilai r sampel tersebut
ditulis sebagai 𝑟020 .
Fenomena Lüders’ Band yang terjadi pada baja karbon
2 Nilai Anisotropi rendah merupakan fenomena dimana material memiliki
tegangan luluh diskontinu yang tidak teratur pada
Pengujian tarik khusus salah satunya dilakukan untuk tegangan tertentu, sehingga akan mengakibatkan
menentukan koefisien anisotropi (r) lembaran logam dari ketidakakuratan pengukuran nilai r. Fenomena tegangan
lembaran logam. r merupakan parameter yang luluh diskontinu pada material dengan butir berukuran
mengindikasikan kemampuan resistansi suatu lembaran besar juga dapat mengakibatkan terjadinya
logam terhadap penipisan maupun penebalan ketika ketidakakuratan pengukuran nilai r pada nilai regangan
diberikan tegangan tarik maupun kompresi di bidang rendah.
lembaran – seperti halnya dilakukan dalam proses deep Selanjutnya, fenomena cacat canoeing dan sharp knife
drawing yang dilakukan untuk membentuk bentuk berupa edges selama pengujian tarik juga dapat mengakibatkan
silinder berongga (kup) dari lembaran logam. Dengan ketidakakuratan pengukuran. Pada fenomena canoeing,
demikian, dapat dikatakan bahwa nilai r merupakan spesimen uji membengkok pada arah sumbu
ukuran drawability suatu lembaran logam. Nilai r ini dapat longitudinalnya hingga membentuk bentuk serupa bagian
ditentukan setelah lembaran ditarik secara uniaksial dasar perahu kano. Sementara fenomena sharp knife edges
dengan gaya diatas nilai tegangan luluh material sehinggai merupakan cacat yang terjadi akibat kesalahan peralatan,
terjadi deformasi plastis pada subjek uji. Nilai ini dimana digunakan knife edges (peralatan untuk mengukur
merupakan rasio dari true strain yang terjadi pada perubahan pada lebar spesimen selama pengujian tarik)
ketebalan (w) tegak lurus terhadap arah penarikan dan yang terlalu tajam dan menempel terhadap spesimen,
sejajar pada arah ketebalan (t) yang dapat dirumuskan memberikan tegangan kompresi selama pengujian
sebagai berikut: sehingga akan didapatkan nilai r yang terlalu tinggi.
5 Metode Pengujian
8 Kesimpulan
7 Hasil dan Pembahasan
Pada pengujian tarik khusus ini, didapatkan nilai
7.1 Analisis hasil perhitungan nilai ravg dan ∆r
anisotropi (r) dari material kuningan sebesar 0.26208,
7.2 Analisis pengaruh arah pemotongan sampel sedangkan nilai koefisien regang (n) dari material Al
terhadap nilai ravg didapatkan sebesar 1.053361.
(bandingkan dengan kelompok lain) Pengaruh nilai r terhadap drawability …………….
Canai dingin akan mempengaruhi nilai r …………
7.3 Analisis perbedaan nilai ravg pada material uji yang Pengaruh niai n terhadap strethability dari material
berbeda
yaitu jika semakin besar nilai n maka material tersebut
(bandingkan dengan kelompok lain)
akan memiliki stretchability yang lebih baik.
7.4 Prediksi pengaruh nilai ravg dan ∆r terhadap Material kuningan lebih mudah untuk ditarik daripada
drawability material material Al, karena nilai n-nya lebih besar daripada
nilai n material A.l
7.5 Analisis hasil perhitungan nilai n
Referensi
Pengukuran nilai koefisien strain hardening (n) dilakukan
dengan peralatan yang sama dengan pengujian nilai r [1] ASTM E 517. Standard Test Method for Plastic Strain Ratio ® for
dimana sampel logam kuningan dipreparasi sesuai ASTM Sheet Metal.
E8 dan prosedurnya sesuai dengan ASTM E 646. Dari hasil [2] ASTM E 8. Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic
Materials.
perhitungan didapat bahwa nilai n praktikan (kelompok 2) [3] ASTM E 646. Tensile Strain-Hardening Exponents (n-Values) of
yang memakai material Al yaitu sebesar 1.053361 dimana Metallic Sheet Metals.
hasil perhitungan ini didapat dari rumus berikut [4] Gautam. V., Tewari, P. K., and Shukla, R. J. Scientific Res. and
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 Reports (2015) 5: 517-523.
𝑛=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2
Nilai n mempengaruhi sifat mampu bentuk (formability) (sertakan referensi tambahan; khususnya untuk teori tambahan)
dan mampu rentang (stretchability) material. Dimana
dengan semakin besar nilai dari koefisien ini maka
lembaran logam lebih mudah untuk ditarik dengan proses
strecthing. Dengan nilai n yang didapat bisa dikategorikan
nilai n yang cukup besar sehingga lembaran logam ini
cocok untuk ditarik dengan proses stretching.
7.6 Analisis perbedaan nilai n pada material uji yang
berbeda
Pada praktikum kali ini, praktikan membandingkan nilai n
dengan kelompok 5 dimana kelompok 5 menggunakan
material kuningan sedangkan praktikan (kelompok 2)
menggunakan material aluminium. Pada kelompok 2 nilai
n sebesar 1.053361 sedangkan pada kelompok 5 nilainya
sebesar 2.754505. Dengan perbedaan nilai n yang cukup
signifikan hal ini menunjukkan bahwa logam kuningan
lebih mudah atau baik untuk ditarik dengan proses
COURSE II – SPECIAL TENSILE TESTING
DATE: ID:
SHIMADZU 2 TONF v = 0.05-0.50 M/M ASTM E 8 ASTM E 517 COEFFICIENT OF ANISOTROPY
SHIMADZU 2 TONF v = 0.05-0.50 M/M ASTM E 8 ASTM E 646 STRAIN HARDENING EXPONENT
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
∗ 𝑛=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2