Anda di halaman 1dari 30

BUKU pROSIDING

KONFERENSI NASIONAL KE-2


ASOSIASI PROGRAM PASCASARJANA
PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH (APPPTM)
Jum’at – Ahad, 8-10 MEI 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU SULAWESI TENGAH

2015 M/1436 H

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) i


KONFERENSI NASIONAL KE-2
ASOSIASI PROGRAM PASCASARJANA PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH
(APPPTM)
Buku Prosiding
KONFERENSI NASIONAL KE-2
Oleh: Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)
Volume 1, xiv + 1-948 halaman, 170 x 250 mm

Editor:
Prof. Khudzaifah Dimyati
Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc.
Dr. M. Nurul Yamin
Dr. Sudarno Shobron

Cover & Layout:


Komar Yusuf

Cetakan Pertama, 2015


Di Cetak di Yogyakarta

ISBN: 602199224-7

Diterbitkan oleh:
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM)
Kata Pengantar

Buku ini merupakan hasil penelitian dari mahasiswa dan dosen program
pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia yang
diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 8 – 10 Mei 2015 . Hasil
penelitian mahasiswa dan dosen berasal dari berbagai bidang ilmu: ilmu
pendidikan, ilmu teknik, ilmu administrasi publik, ilmu politik, ilmu psikologi,
ilmu farmasi dan lain sebagainya.
Dengan terbitnya buku ini diharapkan dapat menjadi cermin dari
tahapan penting dari penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Asosiasi
Pengelola Program Pascasarjana mengucapkan terimakasih kepada semua pihak,
terutama editor yang telah meluangkan waktunya untuk mereview dan mengedit
buku sehingga dapat ditampilkan dalam bantu buku baik hard book maupun e-
book. Harapan kami, sebagai pengelola pascarjana dapat secara terus menerus
meningkatkan suasana dan kualitas akademik program Pascasarjana Perguruan
Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia.
Sebagai sebuah produk hasil penelitian, kami mengharapkan buku ini
dapat menjadi rujukan bagi peneliti-peneliti sejenis baik di dalam negeri maupun
di luar negeri dalam bentuk jumlah sitasi yang meningkat. Dengan semakin
meningkatnya jumlah sitasi, maka semakin penting penelitian tersebut.
Segala kekurangan dapat disampaikan kepada kami.

Yogyakarta, 14 September 2015

Prof. Dr. Khuzaifah Dimyati, M.Hum


Ketua Asosiasi Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) iii


Daftar Isi

Chapter 1. Pendidikan ~ 1
Sikap Guru Bahasa Indonesia Terhadap Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(Mgmp)
Suwartono ~ 3

Perbedaan Kemampuan Kognitif Siswa dengan Penerapan Pendekatan Saintifik


dan Problem Based Learning di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bengkulu.
Neni Murniati ~ 13

Pendidik Berkepribadian Rahmahdalam Al-Qur’an; Telaah Psikologis Dalam


Ayat-Ayat Rahmah
Idi Warsah ~ 15

Evaluasi Program Wajib Belajar 9 Tahun pada Sekolah Negeri dan


Sekolah Swasta (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar
Muhammadiyah di Kota Yogyakarta)
Iyan Fathul Khoeriyah dan Achmad Nurmandi ~ 41

Model Penjaminan Mutu Pembelajaran Pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah


Eko Supriyanto ~ 43

Peran Spiritualitas Dalam Kinerja Guru Di Lembaga Pendidikan


Muhammadiyah
Imron ~ 45

Pendidikan Keluarga Muslim Minoritas ~ 67


Yusron Masduki ~ 67

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Motivasi


Belajar dan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VI SD Negeri I
Karangreja Kabupaten Purbalingga
Dasiman ~ 95

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) ˜


Iman Sebagai Basis Penguatan Pendidikan Muhammadiyah ~ 119
Muhammad Anis ~ 119

Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Dosen


terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa dengan Kompetensi Dosen sebagai
Variabel Moderator di Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon ~ 139
Etty Ratnawati ~ 139

Bahan Ajar Berbasis Multimedia Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk


Siswa Cerdas Istimewa
Sujinah ~ 159

Pengelolaan Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 Berbasis Lesson Study


di SMP ~ 179
Sutama, Sabar Narimo, dan Samino ~ 179

Konsep Diri dan Religiusitas Remaja Yatim: Studi Kasus Remaja Yatim di
Kabupaten Magelang
Syahrul dan Arif Budi Raharjo ~ 191

Keterkaitan Akhlak Dan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa SMP Dalam


Pendidikan Berbasis Budaya Islam
Akhmad Jazuli ~ 211

˜‹ Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,


Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
PENDIDIK BERKEPRIBADIAN RAHMAHDALAM AL-
QUR’AN;
Telaah Psikologis dalam Ayat-Ayat Rahmah
Idi Warsah*

Abstrak A. Pendahuluan
Studi bertujuan menemukan gagasan
Dalam konteks psikologi pen-
baru tentang aspek-aspek psikologi
pendidikan terutama tentang kepribadian didikan, istilah pendidikan dipahami
pendidik melalui pendekatan tafsir secara luas dan umum sebagai usaha
tematik (maudhu’iy) perspektif ayat- sadar yang dilakukan pendidik
ayat rahmah dalam al-Quran. Studi ini melalui bimbingan, pengajaran, dan
diharapkan dapat menemukan konsep latihan untuk membantu murid
baru terutama tentang kepribadian guru mengalami proses pemanusiaan
yang ideal dan memberikan pendidikan
yang menyenangkan sebagaimana pesan
ke arah tercapainya pribadi yang
dalam tafsir ayat-ayat rahmah dalam al- dewasa. Sosok manusia dewasa
Quran. Temuan studi ini menunjukkan penuh bekal ilmu pengetahuan
bahwa dalam al-Qur’an kata rahmah dan memiliki integritas moral yang
memiliki ragam makna dan semua kata tinggi. Dalam perjalanannya nanti
tersebut menunjukkan sifat dan perilaku akan menjadi manusia yang selalu
yang memiliki obyek dan bertujuan
siap baik jasmani maupun rohani.
memberikan kebahagiaan bagi obyek
tersebut, seperti kasih sayang, empati, (Winkel, 1997:58)
murah hati, kelembutan dan lain-lain. Mengenai kegiatan belajar dan
Sehingga tersimpul bahwa ketika pendidik pembelajaran, salah satu faktor
seperti itu adalah pendidik tersebut
yang urgen yaitu guru yang
berkepribadian rahmah—dengan tiga
tipe yang dimilikinya yaitu Rabbany, profesional dan berakhlak baik
Nabawy, dan Insany—yang diikat oleh sehingga tercipta pembelajaran
keyakinan yang kuat akan kekuasaan yang bermakna. Ke-mampuan
Allah dan menjalankan syariat agama guru dalam memilih pendekatan,
dengan baik serta menyadari secara utuh model, metode dan strategi dalam
bahwa Allah selalu mengawasi aktivitas
pembelajaran sa-ngat menentukan
hidupnya.
ketercapaian hasil pembelajaran.
Kata Kunci: Pendidik, kepribadian Kepedulian, tanggungjawab dan
Rahmah, Ayat-ayat rahmah.
___________________
* Dosen STAIN Curup Bengkulu dan mahasiswa aktif program Doktor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. e-mail: idi_warsah@yahoo.co.id. HP: 085279991515

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 15


rasa kasih sayang guru terhadap tanpa adanya interaksi bermakna
murid tidak kalah penting dalam dengan para murid. Menurut
proses pembelajaran. Sikap tersebut Lesilie Hart dalam Thomas
diharapkan dapat “tumbuh subur” (2002), guru biasanya berbicara
dalam setiap diri para guru. hanya kepada satu per tiga murid
Fenomena riel yang terjadi sekarang kelas. Guru memerlukan jawaban
-dalam praktik pendidikan- pen- yang cepat dan akurat dari murid
didik cenderung menekankan pada dalam ketergesaan mereka untuk
kemampuan intelektual murid menyelesaikan materi pelajaran.
dan “mengabaikan” aspek-aspek Mereka memanggil nama murid
lain termasuk proses panjang pem- yang bisa memberikan jawaban yang
belajaran yang dilalui oleh murid benar dan mengesampingkan murid
dalam kelas maupun di luar kelas. lain dalam proses ini. Hal tersebut
Studi tidak bermaksud “meng- dapat menyebabkan potensi murid
hakimi” pelaksanaan pendidikan. tidak berkembang dengan baik.
Selain kebijakan pemerintah ten- Sejalan dengan itu Hasbullah
tang sistem pendidikan salah (2011:4) berpendapat bahwa sistem
satunya diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran seperti itu beroperasi
evaluasi akhir secara nasional (UN) bagaikan teori cangkir poci di mana
sebagai penentu keberhasilan guru sebagai poci menuangkan
dalam proses pendidikan –yang pengetahuan ke dalam cangkir
mulai ditinjau ulang. Guru belum murid tanpa memperdulikan po-
mampu memposisikan dirinya tensi dasar yang dimiliki oleh si
sebagai pendidik dan menilai hasil murid. Murid hanya menerima
pendidikan secara komprehensif. informasi yang diberikan oleh
Tidak sedikit guru masih sangat guru tanpa mengembangkan
kaku dalam menterjemahkan bahan potensi yang ada dalam diri
ajar yang telah ditetapkan dalam mereka, sehingga menghasilkan
kurikulum pendidikan secara umum proses pembelajaran yang pasif,
dan mengabaikan perkembangan pemahaman pembelajaran non
potensi setiap murid. mindfull dan membosankan.
Goodlad dalam Thomas Amstrong Jika potensi yang dimiliki murid
(2002:59) membarikan gambaran tidak dikembangkan dengan ba-
bahwa dalam ruang kelas pada ik, tentu kecerdasan, kecakapan
umumnya murid mendengarkan dan keterampilan murid juga
penjelasan dan ceramah guru tidak akan berkembang dengan
sebanyak sekitar satu perlima baik, padahal mereka memiliki
dari hari sekolah. Sebagian besar banyak sekali potensi kecerdasan
dari pengajaran frontal ini terjadi yang dapat dikembangkan. Oleh
16 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
karena itu, guru seharusnya da- melalui rahim sang ibu, Allah
pat mengembangkan proses memberikan ruh kepada jasad ma-
pembelajaran ke arah yang lebih nusia. Ia telah memberikan potensi
baik, menumbuhkan kepedulian keimanan dalam diri setiap individu
terhadap setiap murid dengan sehingga Allah menetapkan keten-
memperhatikan potensi yang dimi- tuan-ketentuan personal yang ber-
liki oleh mereka. kaitan dengan ketentuan baik dan
Tentang potensi manusia, dalam buruk. Hal ini terdasarkan firman
terminologi qur’ani manusia Allah (Surat Al-‘A’raaf 172) dan
diciptakan oleh Allah tidak surat al-Sajdah 9:
terlahir sebagai pribadi yang tidak
membawa potensi kecerdasan se-
bagaimana terminologi fitrah para
penganut pandangan netral yang
dipelopori oleh Ibnu Abdil Barr
dalam Fuad Nashori (2005:57),
bahwa anak terlahir dalam keadaan
suci, kosong sebagaimana adanya,
tanpa kesadaran akan iman dan
kufur. Dalam teori psikologi Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
pendidikan Barat, pendapat ibn mengeluarkan keturunan anak-
Abdil Barr tersebut diperkuat oleh anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap
pendapat John Locke yang dikenal jiwa mereka (seraya berfirman):
dengan “Teori Tabula Rasa”. «Bukankah aku ini Tuhanmu?»
Namun manusia diberi potensi mereka menjawab: «Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi».
pendengaran, pengelihatan dan hati (kami lakukan yang demikian itu)
sebagaimana firman Allah. (Q.S. agar di hari kiamat kamu tidak
an-Nahl: 78) mengatakan: «Sesungguhnya Kami
(Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)».

Dan Allah mengeluarkan kamu


dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan
Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu Kemudian Dia menyempurnakan
bersyukur. dan meniupkan ke dalamnya roh
Ketika manusia turun ke bumi (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 17
bagi kamu pendengaran, penglihatan pembelajaran sesuai cara kerja
dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali otak sehingga dapat menyebabkan
bersyukur.
pendidik tertarik membantu murid
Karena itulah, potensi ilahiyah belajar dan mengembangkan model
merupakan kebutuhan mutlak pembelajaran.”
bagi manusia. Ia tidak dapat hidup
Betapa pentingnya proses pen-
dengan teratur dan sejahtera di
didikan memperhatikan poten-si
dunia ini tanpa tuntunan agama.
intelegence murid dan mengem-
Dengan kata lain, fitrah manusia
bangkan potensi ilahiyah tersebut
adalah beragama, sehingga ketika
menuju penghambaan diri secara
manusia mengaku tidak beragama
total kepada Allah. Guru tidak
berarti ia telah membohongi dirinya
hanya dituntut professional dan
dan sekaligus telah berbuat zhalim
cakap dalam menyampaikan materi
terhadap dirinya.
ajar kepada muridnya, namun
Selain potensi beragama, dalam juga memiliki kepribadian yang
konteks psikologi, penelitian Howard baik, peduli dan cinta kepada
Garndner dan rekan-rekannya profesi dan muridnya, sehingga
(2013) di Harvard University telah tercipta keakaraban dan ikatan
menunjukkan delapan potensi yang kuat antara guru dan murid.
kecerdasan dalam diri manusia Namun guru adalah manusia
yang harus dikembangkan dengan biasa yang memiliki kepribadian
baik. Kecerdasan tersebut ialah yang bervariasi, sehingga tidak
kecerdasan linguistik, kecerdasan sedikit guru yang belum mampu
Matematis logis, kecerdasan spasial, memposisikan diri mereka sebagai
kecerdasan kinestetik, kecerdasan mitra bagi muridnya. Tidak sedikit
musikal, kecerdasan antar pribadi, guru yang masih menganggap
kecerdasan intrapribadi dan murid “tidak lebih” sebagai objek
kecerdasan Naturalis.” Teori dalam proses pembelajaran di kelas.
kecerdasan ini disebut dengan
Manusia juga diberi keniscayaan
Multiple Intelegence. Setiap manusia
untuk mengembangkan potensi
memiliki semua jenis Multiple
dirinya sebagai khalifah Allah di
Intelegence, namun pengembangan
bumi ini untuk berinteraksi dan
kecerdasannya yang berbeda pada
berkreasi dalam membangun
masing-masing personal. Menurut
hubungan horizontal penuh
Gardner (2013:57) “sangatlah
“rahmah” antar sesama manusia
penting mengenali dan melatih
dan alam semesta. Dengan potensi
keragaman semua tipe kecerdasan
yang ada tersebut diharapkan
manusia serta semua kombinasi
manusia dapat mencapai predikat
tipe kecerdasan untuk menuju
tertinggi yaitu mulia dan sempurna
18 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
dibandingkan dengan makhluk ilmiah bagi perkembangan psikologi
yang lain serta dapat menyebarkan pendidikan Islam pada masa yang
“rahmah” pada seluruh alam akan datang.
sebagaimana amanah Allah kepada
rasul-Nya, sebagaimana Firman B. Pembahasan
Allah dalam Q.S. 21:107. 1. Kerpibadian Pendidik dalam
perspektif al-Qur’an dan
Dan Tiadalah Kami mengutus psikologi
kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.(Al- Dalam proses pembelajaran di
Anbiya’: 107) sekolah, guru memegang pe-
ran utama dan amat penting.
Uraian di atas memberi gambaran
Perilaku dan cara mengajar guru
bahwa manusia dilahirkan telah
memberikan pengaruh dan corak
memiliki sifat dasar yang baik dan
yang kuat bagi pembinaan perilaku
memiliki unsur-unsur pembawaan,
dan kepribadian anak didiknya.
antara lain potensi ruhani itu
Oleh karena itu, perilaku guru
sendiri dan dukungan aksinya
hendaknya dapat dikembangkan
terhadap dunia luar yang bersifat
sedemikian rupa sehingga dapat
aktif dan responsif. Dengan
memberikan pengaruh baik kepada
demikian seyogyanya setiap guru
anak didiknya.
dianjurkan untuk peka, peduli
dan memperhatikan unsur-unsur Peranan guru bukan hanya
yang baik pada murid sekaligus memberikan ilmu (transfer of
membantu mengembangkannya knowladge) kepada murid. Murid
sesuai dengan tujuan penciptaan bukan hanya sebagai objek
manusia. namun sekaligus sebagai subjek
dalam pendidikan. Keseluruhan
Studi ini berusaha menggali
perilaku yang dilakukan guru
dan memahami informasi se-
dalam melaksanakan tugasnya se-
cara mendalam substansi ayat-
bagai pendidik berimplikasi ba-
ayat rahmah dalam al-Quran
gi kepribadian murid. Pendidik
dan mengintegrasikan konsep
mempunyai peranan amat luas,
tersebut dengan konsep-konsep
baik di sekolah maupun di luar
psikologi pendidikan dengan
sekolah. Guru di sekolah berperan
menggunakan pendekatan studi
sebagai perancang atau perencana,
tematis/maudhu’iy sehingga akan
pengelola pengajaran dan pengelola
memperoleh gambaran tentang
hasil pembelajaran murid dan
tipologi kepribadian pendidik
sekaligus teladan bagi muridnya.
bingkai interaksi pendidikan yang
ideal dan memberikan kontribusi

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 19


Peranan guru di sekolah ditentukan penting dalam pertumbuhannya.
oleh kedudukannya sebagai orang Guru adalah orang pertama sesudah
dewasa dan sebagai pengajar. orang tua yang mempengaruhi
Sebagai guru, ia harus menunjukkan perkembangan kepribadian anak
perilaku yang layak (bisa dijadikan didik. Jika perilaku atau akhlak
teladan oleh muridnya). Guru yang guru tidak baik, pada umumnya
berperilaku tidak baik akan merusak akhlak anak didik akan menirunya,
citranya sebagai guru dan pada kerena anak usia sekolah dasar
gilirannya merusak kepribadian dan menengah pertama mudah
murid yang dipercayakan kepa- terpengaruh oleh orang yang
danya. Oleh sebab itu, apabila dikaguminya, atau dapat menye-
ada murid yang berperilaku me- babkan anak didik gelisah, cemas,
nyimpang, mungkin saja hal itu atau terganggu jiwanya karena ia
disebabkan oleh kontribusi perilaku menemukan contoh yang berbeda
gurunya yang tidak dapat menjadi atau berlawanan dengan contoh
teladan baik. yang selama ini didapatnya di
Faktor lain yang terpenting rumah dari orang tuanya.
pada seorang guru adalah Sikap guru dalam menghadapi
kepribadiannya. Kepribadian itulah segala persoalan saat berinteraksi
yang akan menentukan apakah ia dengan murid, rekan kerja gu-
menjadi pendidik dan pembina ru, kepala sekolah dan tenaga
yang baik bagi muridnya ataukah kependidikan akan dilihat, diamati
akan menjadi perusak bagi masa dan dinilai pula oleh murid. Sikap
depan anak didik, terutama bagi pilih kasih dalam memperlakukan
anak didik yang masih kecil (usia murid, adalah hal yang paling cepat
Sekolah Dasar) dan mereka yang dirasakan oleh murid, karena semua
sedang mengalami transisi dan anak mengharapkan perhatian dan
kegoncangan jiwa (usia sekolah kasih sayang gurunya.
Menengah).” (Zakiah Daradjat,
1978: 9) Tujuan sekolah akan dapat dicapai,
jika semua guru yang mengajar di
Perilaku guru pada umumnya sekolah mempunyai kepribadian
merupakan deskripsi dari kepri- yang sejalan dengan tujuan sekolah
badiannya, dalam tindakan, ucap- itu. Oleh sebab itu, guru harus
an, cara bergaul, berpakaian, dalam mempunyai kepribadian yang da-
keputusan dan sikap menghadapi pat dicontoh dan diteladani oleh
setiap persoalan atau masalah, baik murid, sehingga mata pelajaran
yang ringan maupun yang berat. Bagi yang disampaikan oleh guru ter-
anak didik yang masih kecil, guru sebut akan disenangi dan diminati
adalah contoh teladan yang sangat
20 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
oleh para murid, lalu akan tercipta berpikir, skill, atau keterampilan.”
pembelajaran yang bermakna Tentu, guru berperan penting
dan akan berimplikasi positif selain sebagai fasilitator yang mem-
pada perkembangan potensi dan bantu murid mengembangkan ke-
kreatifitas mereka. terampilannya juga menjadi model
Potensi dan kreativitas murid bagi murid dalam perkembangan
akan berkembang jika ia diberi kepribadiannya.
kesempatan untuk melakukan Proses pembelajaran perlu dilakukan
sendiri aktivitas belajar yang telah dengan tenang dan menyenangkan,
diprogramkan, guna menciptakan hal tersebut tentu saja menuntut
pendidikan yang berkualitas, maka aktivitas dan kreativitas guru dalam
pembentukan atau peningkatan menciptakan lingkungan belajar
sumber daya manusia dimulai dari yang kondusif dan hal itu dapat
pendidikan yang terendah yaitu dilakukan dengan pemilihan dan
Sekolah Dasar sampai pendidikan penggunaan metode mengajar yang
yang tertinggi. Sementara untuk terbaik, tepat guna, serta tepat
menciptakan murid yang berkualitas sasaran sehingga kegiatan belajar
dan sumber daya manusia yang yang dilakukan dapat mencapai
baik harus didukung oleh semua tujuan yang diinginkan.
unsur yang dapat menunjang, Seperti pendapat Djamara
yaitu kurikulum, sarana dan (2002:184), bahwa perpaduan
prasarana sekolah, manajemen dan antara belajar murid dengan
guru yang berkualitas, religious, mengajarnya dapat direalisasikan
berkepribadian yang baik, berwa- dalam jenis metode pembelajaran,
wasan luas juga mempunyai dalam proses pengajaran tersebut
pengalaman, model dalam metode guru harus menetapkan metode
pembelajaran yang baik. terbaik untuk mencapai suatu
Proses pembelajaran dengan metode tujuan. Metode mengajar yang tepat
yang baik, efektif dan efisien serta guna, tepat sasaran dimaksud adalah
tepat sasaran sesuai dengan keadaan metode mengajar yang dianggap
dalam belajar tersebut akan dapat efektif untuk mengaktifkan dan
menciptakan terjadinya interaksi membelajarkan murid, sehingga
edukatif antara guru dan murid mereka memiliki berbagai kom-
sehingga memiliki hasil yang sesuai petensi yang pada akhirnya dapat
dengan tujuan belajar itu sendiri. diamalkan dalam kehidupan sehari-
Seperti pendapat Ngalim Purwanto hari.
(1999:83), bahwa “Belajar adalah Dalam memperkuat argumentasi
proses perubahan perilaku meliputi tentang kewajiban guru di atas,
pengetahuan atau ingatan dalam
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 21
Undang-undang RI. No.20 pasal a. Pengertian Kepribadian
40, ayat 2 tahun 2003 tentang sistem Setiap individu -termasuk guru-
pendidikan Nasional menyatakan memiliki kepribadian yang ber-
bahwa: beda-beda dan unik. Menurut
Guru dan tenaga kependidikan para psikolog istilah kepribadian
berkewajiban, yang meliputi: a)
Menciptakan suasana pendidikan mempunyai arti yang lebih dari-
yang bermakna, menyenagkan, pada sekadar sifat yang menarik.
kreatif, dinamis dan dialogis b) Kepribadian seseorang itu tersusun
Mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan dari semua sifat yang dimilikinya.
mutu pendidikan dan c) Memberi Sifat itu bermacam-macam, antara
teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi dan kedudukan berikut ini:
sesuai dengan kepercayaan yang (a) Ada yang berkenaan dengan cara
diberikan kepadanya.
orang berbuat, seperti tekun,
Pesan eksplisit yang dapat dipetik tabah, dan cepat.
dari undang-undang di atas, (b) Ada yang menggambarkan
selain usaha menciptakan suasana sikap, seperti sosiabilitas dan
pendidikan yang baik (bermakna, patriotisme.
menyenangkan, kreatif, dinamis, (c) Ada yang berhubungan dengan
dan dialogis) dan komitmen un- minat
tuk senantiasa meningkatkan
(d) Yang terpenting ialah tempe-
mutu pendidikan, guru juga
ramen emosional, meliputi op-
berkewajiban memiliki kepribadian
timisme, pesimisme, mudah
yang paripurna dan dapat menjadi
berjolak, dan tenang. (Alex B.
teladan bagi setiap murid.
Sobur: 2003:301-302)
Kepribadian guru yang dapat
Sedangkan menurut Woorwoorth,
dijadikan teladan dapat dilihat
dalam Jalaluddin (2005:174),
dari penampilan fisiknya. Jika guru
kepribadian adalah “kualitas dari
yang menggangap dirinya sebagai
seluruh tingkah laku seseorang.”
contoh bagi muridnya maka ia akan
Kepribadian adalah keseluruhan
memperhatikan penampilan dirinya
dari sifat-sifat subjektif emosional,
baik dari tindakannya, ucapan, cara
serta mental yang mencirikan watak
bergaul, dan berpakaian. Ia harus
seseorang terhadap lingkungannya
sederhana dan rapi tanpa memakai
dan keseluruhan dari reaksi-reaksi
sesuatu yang dapat mencolok di
itu yang sifatnya psikologis dan
mata murid, karena hal itu dapat
sosial, merupakan kepribadian
menggangu proses pembelajaran
seseorang.
dalam kelas dan dapat menimbulkan
persepsi negatif terhadap guru Menurut L.P. Thorp dalam Jala-
tersebut. luddin (2005) kepribadian sino-
22 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
nim dengan pikiran tentang dibina dan dikembangkan dengan
berfungsinya terhadap seluruh sebaik-baiknya, guru-guru terlebih
individu secara organisme yang guru pendidikan agama Islam,
meliputi seluruh aspek yang secara diharapkan mampu menunjukkan
verbal terpisah-pisah seperti: kualitas ciri kepribadian yang baik,
intelek, watak, motif, emosi, minat, seperti jujur, terbuka, penyayang,
kesedian untuk bergaul dengan penolong, penyebar, kooperatif,
orang lain (sosialitas), dan kesan mandiri dan sebagainya. (Tohirin,
individu yang ditimbulkannya pada 2006:169-170)
orang lain serta efektivitas sosial Sebagai individu yang berkecimpung
pada umumnya. Alisuf (1996:95) dalam pendidikan, guru harus
berpendapat, kepribadian dapat memiliki kepribadian yang mencer-
didefiniskan sebagai suatu ciri khas minkan seorang pendidik. Tuntutan
atau kualitas dari tingkah laku akan kepribadian sebagai pendidik
seseorang yang sudah menjadi kadang-kadang dirasakan lebih
karaktasistik atau sifat khusus berat dibanding profesi lainnya,
individu itu dalam seluruh kegiatan. ungkapan yang sering dikemukakan
Kegiatannya dan ciri khas yang adalah bahwa guru bisa digugu dan
merupakan corak tingkah lakunya ditiru, digugu maksudnya bahwa
itu bersifat menetap dalam satu pesan-pesan yang disampaikan guru
masa tertentu. bisa dipercaya untuk dilaksankan
Pendapat di atas memberi pema- dan pola hidupnya bisa ditiru
haman bahwa kepribadian meru- atau diteladani. (E. Mulyasa,
pakan kualitas dari seluruh tingkah 2004:48). Setiap orang yang akan
laku seseorang, baik fisik maupun melaksanakan tugas guru harus
psikis, baik yang dibawa sejak lahir punya kepribadian, disamping
maupun yang diperoleh melalui punya kepribadian yang sesuai
pengalaman dan mempunyai dengan ajaran Islam, guru lebih
pengaruh terhadap orang lain. dituntut lagi untuk mempunyai
Kepribadian guru akan menentukan kepribadian keguruan (Zakiah
bagi keberkesanan guru dalam Daradjat dkk, 2011:263) Dengan
melaksanakan tugasnya. Kepribadian kata lain, guru adalah seorang yang
guru, terlebih guru pendidikan seharusnya dicintai dan disegani
agama Islam, tidak hanya menjadi oleh muridnya.
dasar bagi guru untuk berperilaku, Kepribadian baik seorang guru
tetapi juga akan menjadi model sangat urgen bagi perkembangan
keteladanan bagi para muridnya perilaku murid. Guru yang baik
dalam perkembangannya. Oleh bukan hanya cakap dan terampil
karena itu, kepribadian guru-guru dalam memberikan materi di depan
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 23
kelas, namun lebih dari itu karena (jasad).
seorang guru merupakan teladan Potensi immateri (jiwa) adalah
sekaligus mitra bagi muridnya. potensi yang tersembunyi dalam
Guru harus berhati-hati menjaga diri manusia. Istilah potensi tersebut
sikap, perilaku, penampilan dan digambarkan dalam al-Qur’an
tutur kata di manapun ia berada. dengan kata-kata seperti: ruh (ruh),
Jika guru mengabaikan semua itu al-‘aql (akal), nafs (jiwa) al-qalb
tentu akan beriplikasi negatif ba- (hati) al-fuad (hati) dan potensi dasar
gi perkembangan perilaku para manusia al-fitrah (fitrah), yang harus
muridnya. diaktualisasikan dalam kehidupan
b. Kepribadian Perspektif nyata di dunia ini melaluai proses
Psikologi Islami pendidikan, untuk selanjutnya
Dalam tinjauan Islam hal yang dapat dipertanggungjawabkan di
paling esensial pada manusia adalah hadapan-Nya kelak di akhirat.
substansi immateri atau ruhnya. Sementara al-Ghazāli menggunakan
Batin manusia meliputi akal, nafsu, empat istilah untuk menyebut jiwa
hati dan ruh. Menurut Mulyana manusia yaitu: 1). Ruh (ruh), ‘Aql
Kertanegara dalam Sudirman Te- (akal), Nafs (jiwa) Qalb (hati). (al-
bba (2004:15) terdapat beberapa Ghazali, tanpa tahun:3)
pendapat ulama tentang batin Potensi-potensi itulah yang di-
manusia; Ada yang mengatakan berikan Tuhan kepada manusia
bahwa jiwa merupakan perantara sehingga dengan potensi tersebut
antara lahir (tubuh) dan ruh. Tanpa menjadikan manusia berbeda de-
keberadaan jiwa, ruh tidak mungkin ngan makhluk-makhluk lainnya.
memerintah tubuh. Sedangkan hati Sebagaimana dijelaskan di atas
terletak antara jiwa dan ruh. bahwa manusia diciptakan dari
Manusia memang terdiri atas jasad tanah dan Ruh Ilahi melalui proses
dan ruh, tetapi yang hakikat dari yang tidak dijelaskan secara rinci.
keduanya adalah ruh, sementara Jika seluruh struktur jiwa masih
jasad hanyalah media rur di alam berada pada ruang lingkup ‘bingkai’
nyata. Ketika jasad berpisah dari fitrah seperti telah dijelaskan di
ruh (maut), maka yang mati ada- atas, maka jiwa (nafs) tidak akan
lah jasad, sedangkan ruh akan kehilangan kemanusiaannya. Seba-
melanjutkan eksistensinya di alam liknya, jika sampai daya-daya jiwa
barzah. Dengan kata lain bahwa manusia melampaui fitrah itu, maka
kepberibadian yang digambarkan manusia tersebut akan keluar dari
dalam bentuk tingkah laku adalah fitrah kemanusiaannya, baik dalam
hasil kolaborasi dorongan potensi arti positif maupun negatif.
immateri (jiwa) dengan dan materi
24 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
Dalam arti positif, bahwa manusia diajarkan. Menguasai bahan
telah kehilangan kepribadian pelajaran tidak indentik dengan
insāniyah sehingga ia menyerupai menghafal. Jadi, menguasai
‘malaikat’ sedangkan dalam arti bahan pelajaran bukan perarti
negatif, bahwa manusia telah harus semua bahan pelajaran
kehilangan daya spiritualitasnya yang diajarkan.
sehingga jatuh terjerembab pada 3) Menyesuaikan metode mengajar
lingkaran ‘syaitan’ dan dapat dengan bahan pelajaran. Bahan
dikatakan memiliki kepribadian pelajaran bisa disampaikan de-
syaitan. ngan metode tertentu, seperti
c. Pendidik berkepribadian yang ceramah, tanya jawab, diskusi,
baik penugasan, karya wisata, dan
Istilah baik sebenarnya relatif. lain-lain. Metode apa yang
Karena hal itu amat tergantung akan digunakan oleh guru
kepada orang atau siapa yang harus melihat bahan yang akan
menilainya. Mengajar merupakan diajarkan.
suatu usaha yang sangat kompleks, 4) Menyesuaikan bahan pelajaran
sehingga sukar menentukan bagai- dengan kesanggupan individu.
manakah sebenarnya cara mengajar Murid sebagai individu me-
yang baik. Demikian juga halnya miliki kemampuan yang
dalam menilai guru yang baik. berbeda. Dengan perkataan
lain, kesanggupan murid
Uraian berikut akan memaparkan
dalam banyak hal berbeda-
beberapa prinsip yang berlaku
beda. Biasanya guru mencoba
umum tentang ciri-ciri guru yang
menyesuaikan pelajaran dengan
baik.
kesanggupan rata-rata di dalam
1) Memahami dan menghormati kelas.
anak didik. Mengajar merupakan
5) Mengaktifkan murid dalam
proses kemanusian. Anak didik
konteks belajar. Bukan proses
adalah manusia penuh yang
pembelajaran namanya tanpa
berhak atas perlakuan hormat
aktivitas murid. Agar proses
dari guru, agar kelak mereka
pembelajaran tidak terkesan
tumbuh menjadi manusia
pasif, guru harus senantiasa
dewasa yang dihormati dan
berusaha mengaktifkan murid.
menghormati orang lain.
6) Memberi perhatian dan bu-
2) Menghormati bahan pelajaran
kan hanya kata-kata belaka.
yang diberikan. Guru dalam
Persoalan yang sering dialami
mengajar harus menguasai
di sekolah (oleh murid)
sepenuhnya bahan pelajarn yang
adalah verbalisme, yakni anak
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 25
mengenal kata-kata tetapi tidak bahan-bahan lain.
memahami arti atau maknanya, 10) Tidak hanya mengajar dalam
murid dapat menyatakan pe- arti menyampaikan penge-
lajaran diluar kepala (hafal), tahuan saja kepada anak didik,
tetapi tidak mampu memahami melainkan senantiasa me-
isinya. ngembangkan pribadinya.
7) Menghubungkan pelajaran de- Mengajar merupakan tugas
ngan kebutuhan murid. Da- manusia, khususnya guru yang
lam sistem pembelajaran dan paling agung. Dalam mengajar,
pengajaran tradisional, ber- guru hendaknya tidak sekadar
kembang pemikiran bahwa memindahkan pengetahuan
guru hebat apabila murid tidak yang dimiliki atau diketahuinya
mampu menjawab persoalan- kepada anak didik, tetapi harus
persoalan tang ditujukan kepada memerhatikan aspek-aspek so-
murid. sial, emosional, estetis, dan etis.
8) Mempunyai tujuan tertentu Selain itu, faktor kejasmanian
dengan tiap pelajaran yang pun harus diperhatikan.
diberikannya. Melalui proses (Tohirin, 2006:172-176)
pendidikan dan pengajaran, Untuk menjadi seorang guru yang
ada tujuan tertentu yang ingin dapat mempengaruhi anak didik ke
dicapainya. Oleh karena itu, arah pada parilaku yang baik kepada
tujuan pengajaran harus jelas. Allah dan makhluk-Nya bukanlah
9) Jangan terikat oleh satu buku hal yang mudah. Ada syarat-syarat
teks (textbook). Perlu diingat yang harus dipenuhi oleh seoarang
bahwa tujuan mengajar bukan pendidik. Zakiah Daradjat dkk
mengusahakan agar para murid (2014:41-44) mengemukakan bah-
menguasai suatu textbook. wa untuk menjadi seorang guru
Textbook mengikat pribadi guru yang dapat mempengaruhi anak
dan mengekang kebebasannya didik ke arah kebahagian dunia
untuk mencari bahan-bahan dan akhirat sesungguhnya tidaklah
dan metode lain yang lebih ringan. Syarat-syarat yang harus
baik. Textbook pun akan dipenuhi diantaranya:
menghalangi berpikir sendiri 1) Taqwa kepada Allah sebagai
dan memberi kecenderungan syarat menjadi guru. Guru,
untuk menghafal. Guru yang sesuai dengan tujuan Ilmu
baik akan memahami sisi Pendidikan Islam, tidak mung-
lemah textbook, dan berusaha kin mendidik anak agar ber-
melepaskan diri dari belenggu takwa kepada Allah, jika ia
textbook itu dengan mancari sendiri tidak bertakwa kepada-
26 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
Nya. Sebab ia adalah teladan mungkin jika guru itu berakhlak
bagi muridnya sebagaimana baik pula. Yang dimaksud
Rasullah SAW menjadi teladan dengan akhlak baik dalam Ilmu
bagi umatnya. Sejauh mana Pendidikan Islam adalah akhlak
seorang guru mampu memberi yang sesuai dengan ajaran
teladan baik kepada murid- Islam, seperti dicontohkan oleh
muridnya sejauh itu pulalah pendidik utama, Muhammad
ia diperkirakan akan berhasil SAW. Diantara akhlak guru
mendidik mereka agar menjadi tersebut adalah :
generasi penerus bangasa yang a) Mencintai jabatannya sebagi
bik dan mulia. guru.
2) Berilmu sebagai syarat untuk b) Bersikap adil terhadap
menjadi guru. Gurupun harus semua muridnya.
mempunyai ijazah supaya ia c) Berlaku sabar dan tenang.
dibolehkan mengajar. Ijazah
d) Guru harus berwibawa.
bukan semata secarik kertas,
tetapi suatu bukti, bahwa pe- e) Guru harus gembira.
miliknya telah mempunyai ilmu f ) Guru harus bersifat manu-
pengetahuan dan kesanggupan siawi.
tertentu yang diperlukann un- g) Bekerja sama dengan guru-
tuk suatu jabatan. guru lain.
3) Sehat jasmani sebagai syarat h) Bekerja sama dengan ma-
menjadi guru. Kesehatan jas- syarakat.
mani kerapkali dijadikan salah
Berdasarkan uraian syarat-syarat
satu syarat bagi mereka yang
tersebut dapat disimpulkan bahwa
melamar untuk menjadi guru.
untuk menjadi guru yang baik
Guru yang menghidap penyakit
harus berkepribadian Islami, ber-
menular umpamanya sangat
takwa kepada Allah, bertaggung
membahayakan kesehatan anak-
jawab atas sejala yang dibebankan
anak.
kepadaya, berilmu, sehat jasmani,
4) Berkelakuan baik sebagai syarat baik akhlaknya, dan berjiwa sosial,
menjadi guru. Budi pekerti guru jujur, benar, iklas dalam memberi
maha penting dalam pendidikan pengetahuan dan cerdas sehingga
watak murid. Guru harus parilakunya dapat memberi taladan
mnjadi suru teladan, karena bagi muridnya, memposisikan diri
anak-anak bersifat suka meniru. sebagai mitra, terbuka atas segala
Di antara tujuan pendidikan kritik dari orang-orang di luar
ialah membentuk akhlak dirinya, tidak diskriminatif dan
baik pada anak dan ini hanya lain-lain.
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 27
2. Makna temetik rahmah dalam “Katakanlah: “Kepunyaan siapakah
al-Quran apa yang ada di langit dan di bumi?”
Katakanlah: “Kepunyaan Allah”.
Rahmah merupakan salah satu Dia telah menetapkan atas diri-Nya
kasih sayang. Dia sungguh-sungguh
istilah yang banyak disebut dalam akan menghimpun kamu pada hari
Al-Qur’an dan tergolong kedalam kiamat yang tidak ada keraguan
lafadz musytarak (memiliki arti dan terhadapnya. Orang-orang yang
merugikan dirinya, mereka itu tidak
makna yang beragam). Antara lain beriman.(Q.S 6:12). Firman Allah:
disebutkan dalam surat Al-Baqarah
ayat 157: “ Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.(Q.S 2:157).
Namun umumnya jika dicermati
Al-Qur’an dalam terjemah bahasa
Indonesia yang beredar, lafadz
”Dan Tuhanmu Maha Kaya,
rahmat sedikit sekali diterjemahkan lagi mempunyai rahmat. Jika
dan umumnya lafadz itu menjadi Dia menghendaki niscaya Dia
sebuah istilah umum atau baku. memusnahkan kamu dan meng-
gantimu dengan siapa yang
Dalam Al-Qur’an digital versi dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah
3.1 yang berafiliasi ke terjemahan menjadikan kamu dari keturunan
Depag, lafadz rahmat disebut 75 orang-orang lain. (Q.S 6:133)
kali dan diterjemahkan dengan
Perbedaan pengertian seperti di
terjemah “kasih sayang” hanya
atas tentu memberikan efek yang
5 ayat (6:12,64, 17:24, 30:21,
“membingungkan” terhadap
57:27, 90:17) dan sisanya tidak
pemahaman maksud suatu ayat
diterjemahkan, sebagaimana terse-
dalam hal ini pemahaman maksud
but dalam surat Al-An’am ayat 12
lafadz rahmat dalam suatu ayat,
dan 133;
apalagi bagi kaum muslimin yang
memahami kandungan Al-Qur’an
hanya melewati kitab terjemahan
saja. Maka dengan pendekatan
kaidah musytarak, penerjemahan
ayat yang memuat lafadz rahmat
dapat dikoreksi. Sebab tidak ada
alasan yang kuat mengapa lafadz
rahmat tidak diterjemahkan atau
hanya dalam tanda kurung. Dengan

28 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,


Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
demikian pada sub pokok bahasan belas kasih yang menuntut kebaikan
selanjutnya akan diuraikan definisi kepada yang dirahmati. Kata ini
rahmah baik ditinjau dari segi kadang-kadang dipakai dengan
etimologi maupun terminologi. arti ar-riqqat al-mujarradah = belas
a. Etimologi Rahmat dalam Al- kasih semata-mata) dan kadang-
Qur’an kadang dipakai dengan arti al-
Ihsân al-mujarrad dûn ar-riqqah =
Rahmat berasal dari akar kata
kebaikan semata-mata tanpa belas
rahima-yarhamu-rahmat. Dalam
kasih). Misalnya, jika kata rahmat
berbagai bentuknya, kata ini
disandarkan kepada Allah, maka
terulang sebanyak 338 kali dalam
arti yang dimaksud tidak lain
Al-Qur’an. Yakni, dalam bentuk fi‘l
adalah “kebaikan semata-mata.”
mâdhi (kata kerja lampau) disebut
Sebaliknya, jika disandarkan kepada
8 kali, fi‘l mudhâri‘ (kata kerja
manusia, maka arti yang dimaksud
yang akan atau sedang dikerjakan)
adalah simpati semata. Oleh karena
15 kali, dan fi‘l amr (kata kerja
itu, lanjut Al-Asfahani, diriwayatkan
perintah) 5 kali. Selebihnya disebut
bahwa rahmat yang datangnya dari
di dalam bentuk ism (kata benda)
Allah adalah in‘âm =karunia atau
dengan berbagai bentuknya. Kata
anugerah), dan ifdhâl (kelebihan)
rahmat sendiri disebut sebanyak 145
dan yang datangnya dari manusia
kali. (M. Fuad abd. Baqy, 1996:374-
adalah riqqah = belas kasih).
380)
Senada dengan Al-Asfahani, Ibnu
Ibnu Faris (1978:498) dalam
Manzur (tanpa tahun:1143) di
Mu’jam Maqayis menyebutkan
dalam Lisân al-‘Arab menyebutkan
bahwa; “ kata yang terdiri dari huruf
bahwa orang Arab membedakan
ra, ha, dan mim, pada dasarnya
antara kata rahmat yang disandarkan
menunjuk kepada arti “kelembutan
kepada anak cucu Adam dengan
hati”, “belas kasih”, dan “kehalusan”.
yang disandarkan kepada Allah. Kata
Dari akar kata ini lahir kata rahima,
rahmah yang disandarkan kepada
yang memiliki arti “ikatan darah,
anak cucu Adam adalah riqqat al-
persaudaraan, atau hubungan kera-
qalb wa ‘athfih = kelembutan hati
bat.” Penamaan rahim pada pera-
dan belas kasihnya), sedangkan kata
nakan perempuan karena darinya
rahmat yang disandarkan kepada
terlahir anak yang akan menerima
Allah adalah ‘athfuh wa Ihsânuhu wa
limpahan kasih sayang dan ke-
rizquhu = belas kasih, kebaikan, dan
lembutan hati.
rezeki-Nya).
Al-Asfahani (tanpa tahun:191)
Dalam konteks ke-indonesia-an,
dalam mufradhat gharibil al-Qur’an,
kata rahmat menurut Dawam
menyebutkan bahwa rahmat adalah

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 29


Rahadjo (2002:211) berasal dari b. Terminologi Rahmah dalam
rahmah. Karena pengaruh cara al-Qur’an
pengucapan parsi ke dalam bahasa Dalam konteks terminologi, istilah
Indonesia, kata rahmah menjadi rahmat yang digunakan dalam Al-
rahmat. Kata rahmah ini yang Qur’an hampir semuanya menunjuk
merupakan verbal noun atau kata kepada Allah SWT., sebagai subyek
benda berasal dari kata kerja r-h-m. utama pemberi rahmah. Dengan
Dari kata asal ini, terdapat kata-kata kata lain, rahmat di dalam Al-Qur’an
jadian lainnya dalam al Qur’an, berbicara tentang berbagai aspek
yakni rahima-arham, marhamah, yang berkaitan dengan sifat kasih
rahim, rahman, dan ruhm. Kata sayang, kebaikan, dan anugerah
rahima mengandung arti memiliki rizki yang Allah berikan terhadap
kemurahan hati, atau belas kasihan makhluk-Nya. Ini menunjukkan
kepada seseorang (to have mercy betapa Allah menyayangi hamba-
someone), merasa kasihan, ingin Nya. Istilah yang berkenaan dengan
menghibur atau menyenangkan hal tersebut sekurang-kurangnya
hati orang lain (to be compassionate); memiliki 14 makna yang tersebar
arham, (bentuk jamak dari dalam seluruh ayat-ayat Al-Qur’an
rahim peranakan, kandungan, sebagai berikut; (1) Dinul Islam” Q.S
atau rihm rahim; marhamah, 2: 105; (2) Al-Iman”. Q.S 11:28;
kemurahan (mercy), perasaan sayang (3) Al-Jannat” (syurga), Q.S 3:107;
(compassion); rahim, penyayang (4) Al-Mathar” (hujan), Q.S 7:57;
(merciful), suka menyenangkan (5) Al-ni’mah” (kenikmatan), Q.S
(compassionate), Maha Pemurah 4:83; (6) Al-Nubuwah” (kenabian),
(All compassionate); rahman, pe- Q.S 38:9, 43:32; (7) Al-Qur’an”,
ngasih (merciful), maha Kasih Q.S 10:58; (8) Al-rizq” (rizki),
(All-merciful); ruhm, kelembutan Q.S 17:100; (9) Al-Nashr, al-Fath”
(tenderness). (pertolongan, kemenangan), Q.S
Dengan demikian ketika ditinjau 33:17; (10) Iiqab” (balasan), Q.S
dalam konteks etimologis ditemukan 39:38; (11) Al-Mawaddah” (kasih
ragam arti yang terkandung dalam sayang), Q.S 48:29; (12) Al-Sa’ah”
kata rahmah, semua kata tersebut (keleluasaan), Q.S 2:178; (13) Al-
menunjukkan sifat dan perilaku Maghfirah” (ampunan), Q.S 6:12;
yang memiliki obyek dan bertujuan (14) Al-ishmah” (pemeliharaan),
memberikan kebahagiaan bagi ob- Q.S 11:43
yek tersebut, seperti kasih sayang, Di samping itu, dari akar kata
empati, murah hati, kelembutan rahima, lahir beberapa kata yang
dan lain-lain. menjadi nama dan sifat utama
Allah Swt. Misalnya, kata ar-râhim
30 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
yang disebut sebanyak Tauhid, Bab. 3886 Nomor. 6998).
6 kali, ar-rahmân yang Bahkan, musibah ataupun kesusahan
berwazan fa’lân yang menunjukkan yang menimpa seorang hamba pada
bahwa Dia mencurahkan rahmat hakikatnya adalah perwujudan dari
yang teramat sempurna tetapi rahmat-Nya juga. Bukankah orang
bersifat sementara tidak langgeng tua yang menghukum anaknya yang
kepada semua makhluknya, berbuat kesalahan merupakan bukti
disebut sebanyak 57 kali, dan ar- kasih sayang orang tua tersebut
rahîm yang berwazan fa’îl kepadanya? Dengan demikian,
yang menunjukkan bahwa Dia rahmah-Nya adalah anugerah dan
terus-menerus dan secara mantap nikmat Ilahi di dalam seluruh aspek
mencurahkan rahmatya kepada hidup dan kehidupan manusia.
orang-orang yang taat kepada-Nya Demikian, banyak sekali ayat Al-
di akhirat kelak, disebut sebanyak 95 Qur’an maupun hadis Nabi Saw.
kali, sekali di antaranya disebutkan yang berbicara tentang keluasan
untuk menyifati pribadi Rasulullah rahmah Allah. Oleh karena itu,
Muhammad Saw. seorang hamba tidak boleh berputus
Dengan demikian, jelas bahwa asa akan perolehan rahmah Allah
subyek utama dari pemberi rahmah sekalipun hamba tersebut telah
yang diungkap Al-Quran adalah berbuat sesuatu yang melampaui
Allah Swt. Dia menyifati diri-Nya batas (S. Az-Zumar [39]: 53).
dengan kasih dan sayang yang Seseorang yang berputus asa akan
mahaluas (rahmân), mewajibkan perolehan rahmah Allah dicap oleh
bagi diri-Nya sifat rahmah (S. Al-Qur’an sebagai orang yang sesat
Al-An݉m [6]: 12). Rahmah-Nya (S. Al-Hijr [15]: 56). Sementara itu,
meliputi segala sesuatu (S. Ghâfir mereka yang mengingkari ayat-ayat
[40]: 7). Rahmah-Nya ditaburkan Allah dan pertemuan dengan-Nya
kepada semua makhluk dan tak juga dicap sebagai orang-orang yang
satu makhluk pun yang tidak berputus asa akan perolehan rahmah
menerima rahmah walau sekejap. Allah (S. Al-Ankabût [29]: 23).
Dalam hadis dinyatakan bahwa Seiring dengan keluasan rahmah-
Dia lebih pengasih kepada hamba- Nya, Al-Qur’an mengungkapkan
Nya daripada seorang ibu kepada bahwa rahmah Allah diberikan
anaknya (Shahih Bukhari, Kitab kepada alam secara keseluruhan,
Adab, Bab.3177. Nomor 5540). termasuk di dalamnya manusia (S.
Rahmah-Nya mendahului murka- Al-Anbiyâ’ [21]: 107), orang-orang
Nya (Shahih Muslim, Kitab Taubat, yang beriman (lihat misalnya, S. Al-
Bab. 1315 Nomor. 4940, 9639 dan Nisâ’ [4]: 175, S. Al-A’râf [7]: 52;
4941, dan Shahih Bukhari, kitab S. At-Taubah [9]: 61; S. Hûd [11]:
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 31
57), orang-orang yang berpegang diberikan kepada makhluk-Nya
teguh di dalam keimanannya (S. yang beriman dan taat kepada-Nya.
An-Nisâ’ [4]: 175), orang-orang Sementara itu, ulama berpendapat
yang beramal saleh (S. Al-Jatsiyah bahwa dengan sifat rahman-Nya,
[45]: 30), orang-orang yang berbuat Allah Swt. memberikan karunia
kebaikan (S. Luqmân [31]: 3), rahmah-Nya secara umum kepada
orang-orang yang berserah diri (S. seluruh makhluk-Nya di dunia
An-Nahl [19]: 89), serta orang- ini tanpa kecuali, sedangkan
orang (kaum) yang yakin (S. Al- dengan sifat rahim-Nya, Allah Swt.
Jâtsiyah (45): 20). memberikan rahmah-Nya secara
Rahmah yang diturunkan oleh khusus kepada orang-orang yang
Allah ke alam semesta secara umum beriman dan taat kepada-Nya
berupa pengutusan para nabi dan di akhirat kelak. (Lihat. Shahih
rasul (S. Al-Anbiyâ [21]: 107) Muslim, Kitab Taubat, bab. 1315
serta kitab petunjuk (S. Luqmân nomor. 4944)
[31]: 3). Rahmah yang diberikan Adapun rahîm yang menjadi
khusus kepada orang-orang yang sifat Rasulullah Saw. disebutkan
beriman dan taat kepada-Nya dalam Q.S. At-Taubah [9]: 128:
berupa penghindaran dari golongan
orang-orang yang merugi (S. Al-
Baqarah [2]: 64) penghindaran dari
azab (lihat misalnya S. Al-A’râf [7]:
72; S. Hûd [11]: 58, 63, 66, 73,
dan 94; serta S. An-Nûr [24]: 14),
Sungguh telah datang kepadamu
perlindungan dari godaan setan (S. seorang Rasul dari kaummu sendiri,
An-Nisâ’ [4]: 83), penghindaran berat terasa olehnya penderitaanmu,
dari penyesatan oleh golongan sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, Amat belas
orang-orang (kelompok) yang kasihan lagi Penyayang terhadap
sesat (S. An-Nisâ’ [4]: 113), serta orang-orang mukmin.
pemberian keistimewaan dan ilmu
Dalam ayat di atas, disebutkan
ladunni yang langsung dari sisi-Nya
empat sifat utama Rasulullah Saw.,
(S. Al-Kahf [18]: 65).
yaitu sifat ‘azîz ( = empati yang
Para ulama menyimpulkan bahwa tinggi), Harîsh ( = sangat
rahmah Allah kepada makhluk-Nya menginginkan [keselamatan]), raûf
terbagi menjadi dua, yakni rahmah ( = amat belas kasih), dan
umum dan rahmah khusus. Rahmah rahîm ( = amat penyayang).
umum diberikan kepada seluruh Keempat sifat ini disebutkan dalam
makhluk-Nya tanpa kecuali, konteks penegasan Allah Swt. kepada
sedangkan rahmah khusus hanya orang-orang Arab Mekah bahwa
32 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
telah diutus (datang) kepada mereka lebih dari itu, guru dituntut untuk
seorang rasul dari kalangan mereka memelihara dan mengembangkan
sendiri (Arab keturunan Bani potensi murid sehingga tercipta
Hasyim) yang memiliki sifat empati murid yang kreatif.
yang tinggi terhadap kesulitan dan Agar guru dapat menjalankan
penderitaan yang mereka alami, tugasnya—tidak sekadar mengajar—
sangat menginginkan keimanan dan dalam mengemebangkan kreatifitas
keselamatan bagi mereka, dan amat murid, Torrance dkk, dalam
belas kasih lagi amat penyayang Hasal Langgulung (2004: 213)
kepada orang-orang beriman. Frase berpendapat bahwa sekurang-
raûfun rahîmun kurangnya tiga prinsip atau cara
yang menutup ayat ini ditafsirkan yang dapat digunakan oleh guru
oleh sebagian ahli tafsir dengan: agar murid lebih kreatif:
«amat belas kasih kepada orang-
1) Mengakui potensi murid;
orang yang taat, dan amat lembut
terhadap orang-orang yang berbuat 2) Menghargai pendapat dan
dosa”. gagasan murid
c. Pendidik berkepribadian 3) Memberikan stimulus kepada
rahmah murid dengan masalah-masalah
yang bersifat kontradiktif dan
Sebagaimana telah dipaparkan di propokatif dengan tujuan agar
atas, bahwa al-Quran, menggunakan menimbulkan rasa ingin tahu
tiga istilah dalam memberi (curiosity) dan daya imajinasi
pengertian tentang pendidik, yaitu, (imaginasional).
muallim, muaddib, dan murabby.
Namun para pakar pendidikan Pendapat di atas memberikan
lebih banyak menggunakan istilah justifikasi bahwa seorang pendidik
murabby untuk mendefinisikan harus memiliki sikap peduli dan
kata pendidik dalam pendidikan peka terhadap potensi yang dimiliki
Islam. Arguemtasi tersebut sangat oleh siswa, sehingga ketika guru telah
beralasan karena kata tersebut menghadapi murid baik di dalam
disandarkan dengan kata Rabb, kelas pada saat memberikan materi
yang berasal dari kata rabba- pembelajaran maupun di luar kelas
yurabby, yang secara etimologis benar-benar memposisikan diri
berarti memelihara. Artinya tugas sebagai mitra bagi murid dengang
seoarang pendidik secara eksplisit memberikan apresiasi bagi murid
bukan hanya memberikan materi yang berprestasi baik dan cakap
pembelajaran kepada murid lalu seperti pemberian hadiah, pujian
menerima penghargaan dari jasa dengan kata seperti “bagus’ atau
yang telah diberikan guru, namun “luar biasa”, kemudian memberikan

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 33


bimbingan yang penuh kesababaran pada system pendidikan nasional),
bagi murid yang lambat menerima justru—menurut hemat penulis—
informasi dari murid, sehinggi membelenggu kreatifitas guru secara
tercipta harmonisasi dan keakraban individual. Statemen dan kebijakan
antara pendidik dan murid. Hasan yang dikeluarkan oleh para pejabar
Langgulung (2004) mengemukakan yang berwenang mengatur system
bahwa “perubahan hidup individu kepegaian dan pendidikan seakan
bisa jadi hanya disebabkan oleh merupakan antithesis kebijakan
kata dan perilaku sederhana namun pendidikan masa lalu, yang me-
berkesan oleh seorang guru kepada ngekang guru maupun dosen
muridnya, seperti mengakui ke- dengan pengawasan yang begitu
cerdasan muridnya dan atau tepukan ketat. “Guru ibarat sekrup-sekrup
di bahu sebagai tanda keakraban.” mati yang tinggal digerak-gerakkan
Tidak bisa dipungkiri bahwa sesusai keinginan birokrasi pen-
guru yang baik telah melahirkan didikan dari pusat. Mereka ha-
manusia-manusia baru di masa nya berani bererja berdasarkan
lampau, dan dengan karyanya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
telah mampu berkontribusi bagi petunjuk teknik (jukmis) yang
perkembangan keilmuan dunia ada.” (Darmaningtyas, 2007:119)
baik Barat maupun dunia Islam, Apalagi ketika telah diberikannya
seperti Edison, Einstein, Ibnu Sina, apresiasi pemerintah pusat melalui
Al Ghazali, Ibn Rusyd dan masih program sertifikasi guru dan dosen
banyak yang lain, semua melewati yang semakin membelenggu para
pengalaman yang serupa. Sebaliknya guru dan dosen dalam mencukupi
jika dalam proses belajar guru tidak target volume pembelajaran.
pernah memberikan apresiasi, tidak Realitas di lapangan, sekarang
menghargai kemampuan murid, “nyaris” tidak muncul sosok guru
bahkan mencurigai, intimidasi yang memiliki kreativitas yang
serta memposisikan murid sebagai tinggi, memiliki inisiatif dalam
kompetitor, maka tentu proses meningkatkan kompetensinya -ba-
belajar yang panjang itu tidak ik itu kompetensi kepribadian,
akan melahirkan manusia-manusia pe-dagogis, professional dan so-
kreatif, mandiri dan memiliki kon- sial- terlebih lagi inovasi secara
tribusi di masa yang akan datang. indi-vidual. Hal ini merupakan
Artinya, menciptakan murid agar sebagian dampak kecil yang
menjadi individu yang kreatif, ten- terlihat di lapangan, khususnyan
tu dimulai dari guru yang kreatif terjadi pada guru yang seolah-olah
pula. Phenomena yang terjadi berpacu “memburu” pencapaian
saat ini (polikit yang berimplikasi jam pelajaran yang ditetapkan

34 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,


Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
oleh pemerintah hingga tidak seperti dalam surat al Isra terdapat
sedikit guru harus melengkapinya ayat yang memberikan ilustrasi
dengan meminta jam di sekolah makna rahim. Ini menyangkut
yang lain. Realitas ini memberikan hubungan orang tua dengan anak
pertanyaan yang besar, akankah yang dimulai dari surat 23 dan 24
terjamin kualitas pembelajaran yang dalam surat al Isra.
dirikan oleh guru?, akankan tercipta Di sini tergambar dengan jelas
pembelajaran yang menyenangkan bahwa hubungan antara orangtua
dan berkesan bagi para murid?. dan anak dipersatukan dalam cinta
Untuk itu Islam memberikan yang istimewa, yakni rahim. Maka
tuntunan melalui al-Qur’an dalam mendidik itu antara pendidik
dan hadist tentang bagaimana dan murid, guru dan murid seperti
sosok pendidik yang ideal, yang hubungan antara orang tua dengan
diharapkan tidak hanya sekadar anak-anaknya. Dengan demkian,
bertujuan memperoleh upah dari akan terjalin yang harmonis, terjadi
jasa melalui proses pembelajaran komunikasi yang intens karena kasih
yang diberikan oleh guru kepada dan sayangnya akan menjadikan
murid, namun lebih dari sekadar suatu komikasi yang massif,
itu, keiklasan, empati, peduli dan sehingga akan melahirkan insan-
kasih sayang guru kepada murid insan yang sesuai dengan kehendak
baik di dalam maupun di luar kelas, orangtuanya, yakni seperti yang
sehingga terciptalah guru yang dicontohkan oleh Lukman dengan
kreatif, inovatif, professional dan penuh kasih sayang yang sangat erat.
guru yang memposisikan muridnya Merujuk kepada makna tematik
sebagai mitra belajar. Barang rahmah dalam ayat-ayat tersebut,
tentu pada akhirnya akan tercipta ketika diformulasikan ke dalam
pembelajaran yang menyenangkan kepribadian pendidik, maka dapat
dan bermakna sehingga proses yang dikelompokkan kepada tiga istilah
baik tersebut menghantarkan murid tipologi karakter pendidik yaitu
menjadi kreatif, cerdas, inovatif, karakteristik Rabbany, nabawy dan
dan berkepribadian yang baik insany.
serta dapat menjadi manusia yang
memberi manfaat di masa yang Pendidik berkarakter rabbany
akan datang. dimaksud adalah segala peraku
dan karakter pendidik bersandar
Jika dilihat pada pembahasan para sifat-sifat ketuhanan, seperti,
terdahulu—tentang ayat-ayat ten- mengutamakan penanaman kei-
tang konsep rahmah—ketika me- manan yang kuat kepada murid
ngutip salah satu ayat al Qur’an agar memahami berjalan kepada
yang berkenaan dengan kata rohim
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 35
kebenaran yang hakiki (Islam) Selanjutnya pendidik berkarakter
sebagaimana tertuang dalam QS. insany, tercermin pada perilaku
2: 105 dan 11: 28, memberikan dan karakter pendidik yang mem-
apresiasi bagi murid yang berprestasi posisikan diri nya sebagai orang tua
dan berkarakter baik (QS. 3:107, bagi para muridnya, kasih sayang
4: 83, 7:57 dan 17:100), memberi orang tua tercermin pada kasih
pengetahuan yang luas kepada sayang pendidik bahkan guru telah
murid (10:58). Tulus dalam mampu memposisikan diri siswa
melaksanakan tugas, pemaaf (QS. bukan sebagai obyek dalam proses
2:178, 6: 12), memelihara murid pembelajaran namun menjadi sub-
dengan baik (QS. 11:43). Ketika yek pembelajaran tersebut, pendidik
sifat tersebut tadi dimiliki oleh telah menganggap bahwa murid
pendidik, artinya pendidik telah adalah mitra belajar dan mitra
memposisikan dirinya sebagai diskusi, pendidik berkepribadian
Murabby bagi muridnya. rahmah insany sadar betul bahwa
Pendidik berkarakter nabawi atau tanpa ada murid seorang pendidik
dapat sebut kepribadian prophetic akan kehilangan jati dirinya. Antara
adalah, tipology kepribadian yang pendidik dan murid saling memberi,
tercermin pada perilaku dan ka- melengkapi dan saling menghargai,
rakter rasulullah yaitu: religious, sehingga tercipta suasana belajar
penuh kasih sayang, tegas, dan yang humanis dan bermakna.
berpendirian yang kuat namun Jika ketika tipe kepribadian
tidak egois, (QS. 48:29), empati pendidik yang tersebut di atas,
yang tinggi, berkemauan kuat agar maka pendidik tersebut dapat di-
murid berkembang dan bermanfaat, kategorikan sembagai pendidik
belas kasih yang kuat, dan sangat yang berkepribadian rahmah sebagai
penyayang (QS. 9:128), inklusif mana dideskripsikan pada bagan di
dan toleran (QS. 21:107). bawah ini:

Untuk mencapai tipologi pendidik mempengaruhinya paling tidak


yang idea/rahmah dengan segala terangkum dalam lima item sebagai
indikatornya seperti dipaparkan di berikut:
atas, elemen-elemen psikologis yang

36 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,


Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
(1) Spiritualitas dan religiusitas pengetauan dengan sabar, iklas
yang kuat dan dengan metode yang baik dan
(2) Memiliki Kompetensi (kepriba- mudah difahami oleh murid, terbuka
dian, pedagogis, professional, terhadap krikit, berwibawa, adil,
dan sosial) tidak diskriminatif, menyenangkan,
(3) Cerdas dan tutur kata yang santun).
(4) Berorientasi jangka panjang.
(5) Komunikatif.
DAFTAR PUSTAKA
C. Simpulan A. Fatah Yasin, 2008, Dimensi-
Dimensi Pendidikan Islam,
Dalam tema dalam kata rahmah Malang: UIN Malang Pres,
memiliki ragam arti dan semua kata
Abdul Mujib, 2007, Keprbadian
tersebut menunjukkan sifat dan
dalam Psikologi Islam, (Jakarta:
perilaku yang memiliki obyek dan
RajaGrafindo Persada.
bertujuan memberikan kebahagiaan
bagi obyek tersebut, seperti kasih Alex B. Sobur, 2003, Psikologi
sayang, empati, murah hati, Umum, Cet. ke-1, Bandung:
Pustaka Setia.
kelembutan dan lain-lain. Pendidik
yang berkepribadian seperti itu Al-Ghazāli, Ihya’ Ulum ad-Din, jilid.
adalah pendidik berkepribadian III (Surabaya: Dar an-Nasyr al-
rahmah—dengan tiga karakter Mishriyyah. tt), hlm. 3
yang dimilikinya yaitu Rabbany, Alisuf Sabri, 1996, Psikologi
Nabawy, dan Insany—yang diikat Pendidikan. Cet. Ke-2 Jakarta:
oleh keyakinan yang kuat akan Pedoman Ilmu Jaya.
kekuasaan Allah dan menjalankan Darmaningtyas, 2007, Pendidikan
syariat agama dengan baik serta Rusak-rusakan, Yogyakarta:
menyadari secara utuh bahwa LKiS.
Allah selalu mengawasi aktivitas
Dawam Rahardjo, 2002,
hidupnya. Ensiklopedi Al Qur’an: Tafsir
Syarat-syarat yang harus dimiliki sosial berdasarkan konsep-
oleh setiap pendidik antara lain konsep kunci, Cet-ke-2, Jakarta:
adalah: mimiliki spiritualitas dan Paramadina.
religiusitas yang tinggi (bertakwa Diane Ronis, 2009, Pengajaran
kepada Allah dan berakhlak mulia), Matematika Sesuai Cara Kerja
memiliki kompetensi yang baik, Otak, Jakarta: Indeks.
berpengetahuan yang luas sekaligus E. Mulyasa, 2002, Menjadi Guru
cerdas, berorientasi masa depan, professional Menciptakan
komunikatif (manyampaikan Pembelajaran Kreatif dan
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 37
Menyenangkan, Cet. ke-2, Cet. Ke-3, Jakarta: Raja
Jakarta: Remaja Rosdakarya. Grafindo Persada.
Fuad Nashori, 2005, Potensi-Potensi Muhaimin, 2005. Pengembangan
Manusia: Seri Psikologi Islami, Kurikulum Pendidikan Agama
Cet. Ke-2 Yogyakarta: Pustaka Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Pelajar, Persada.
Gharib al-Asfahani Abu al-Qasim Muhammad Athiyah Al-Abrasyi,
al-Husain bin Muhammad, 1974, Al-Tarbiyah al-Islamiyah,
(tanpa tahun), Mufradat Fi Dar al-fikr Al-‘Arabi.
Gharib al-Qur’an, Beirut: Dar Muhammad Fuad Abdul Baqy,
al-Ma’rifah. 1996, Mu’jam al-Mufharas Li
Ghazāli, Al (tt), Ihya’ Ulum ad-Din, al-Fadzil Qur’anil Karim, Al-
jilid. III (Surabaya: Dar an- Qahirah: Darul Hadis.
Nasyr al-Mishriyyah. Muhammad Husain, 2004, Agar
H. M. Arifin, 1991, Kapita Selekta Jiwa Anak Tetap Bersih,
Pendidikan (Islam dan Umum), Bandung: Irsyad Baitus Salim.
Jakarta: Bumi Aksara. Ngalim Purwanto, 1999, Psikologi
Hasan bin Ali Hasan al-Hijazy, Pendidikan, Bandung: Remaja
Manhaz Tarbiyah Ibnu Qayyim, Rosdakarya.
tjm. Muzaidi Hasbullah, 2001, Siti Rahmah, 2008, “Teori
Jakarta: al-Kautsar. Kecerdasan Majemuk
Hasan Langgulung, 2004, Manusia Howard Gardner dan
dan Pendidikan: Suatu Pengembangannya pada
Analisis Psikologis, Filsafat dan Metode Pembelajaran
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Pendidikan Agama Islam
Alhusna Baru. untuk Anak Usia Sekolah
Hasbullah, 2011, Dasar-Dasar Dasar”, (Jurnal Pendidikan
Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Agama Islam Vol. V, No. 1)
Grafindo Persada. Soeganda Poerbakawatja H.A.H.
Howard Gardner, Multiple Harahap, Ensiklopedia
Intelligences. Terjemah. Pendidikan, Jakarta: Gunung
Alexander Sindoro, 2013, Agung.
Kecerdasan Mayemuk: Teori dan Sudarwan Danim, 2012,
Praktis, Jakarta: Interaksara. Pengembangan Profesi Guru:
Ibnu Manzur, (tanpa tahun), Lisan dari Pra Jabatan, Induksi, Ke
al-‘Arab, Beirut: Dar Lisan al- Profesional Madani, Jakarta:
‘Arab Kencana.

Jalaluddin, 2005, Psikologi Agama, Sudirman Tebba, 2004, Ruh:


Misteri Mahadahsyat Bandung:
38 Konferensi Nasional Ke-2, Universitas Muhammadiyah Palu Sulawesi Tengah,
Jum’at – Ahad, 8-10 Mei 2015 M/1436 H
Pustaka Hidayah.
Sumardi Suryabrata, 2006,
Psikologi Kepribadian, Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Thomas Armstrong, 2002, Setiap
Anak Cerdas: Panduan
Membantu Anak Belajar
Dengan Memanfaatkan
Multiple Intelligence-nya,
Terjemahan, Rina Buntaran,
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
TM. Ash-Shiddiqy, 1994, Sejarah
dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an,
Jakarta: Bulan Bintang,
Tohirin, 2006, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Jakarta
:RajaGrafindo Persada.
Wayne Viney & D. Brett King,
2003, A History of Psychology:
Ideas and Context “Third
Edition” Boston: Pearson
Edication, Inc.
WS Winkel, 1997. Psikologi
Pendidikan dan Evaluasi
Belajar, Jakarta: Gramedia
Zakiah Daradjat dkk, 2011, Metodik
Khusus Pengajaran Agama
Islam, cet. Ke-5, Jakarta: Bumi
Aksara.
______,_____, 1978. Kepribadian
Guru, Jakarta : Bulan Bintang.
______,_____, dkk, 2014 Ilmu
Pendidikan Islam, Cet. Ke-11.
Jakarta: Bumi Aksara.

Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah (APPPTM) 39

Anda mungkin juga menyukai