Anda di halaman 1dari 9

Al-Ghozali

a. Biografi Al-Ghozali

Al-Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad

Al-ghazali, dilahirkan di Thus, salah satu kota di Khursan(Persia) pada

pertengahan abad ke-5 Hijriah (450 H/1058 M). Ia adalah salah seorang pemikir

besar Islam yang dianugrahi gelar hujjat al-Islam (bukti keberadaan agama Islam)

dan zayn ad-din (perhiasan agama). Sejak kecil, imam Ghazali hidup dalam dunia

tasawuf. Beliau tumbuh dan berkembang dalam asuhan seorang sufi, setelah

ayahnya yang juga seorang sufi menggal dunia.1

Sejak muda Al-Ghazali sangat antusias terhadap ilmu pengetahuan. Ia pertama-

tama belajar bahasa arab dan fiqih di kota Tus, kemudian pergi ke kota Jurjan

untuk belajar dasar-dasar Ushul Fiqh. Setelah kembali ke kota Tus selama

beberapa waktu, ia pergi ke Naisabur untuk melanjutkan rihlah ilmiahnya. Al-

Ghazali belajar kepada Imam Al-Haramain Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini. Setelah itu

ia berkunjung ke kota Baghdad, ibu kota Daulah Abbasyah, dan bertemu dengan

Wazir Nizham Al-Mulk. Darinya Al-Ghazali mendapat penghormatan dan

penghargaan yang besar. Pada tahun 483 H (1090 M), ia diangkat menjadi guru di

madrasah Nizhamiyah. Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sangat berhasil,

sehingga para ilmuan pada masanya itu menjadikannya sebagai referensi utama.

1
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 201.
` Pada tahun 488 H (1050 M), atas desakan penguasa pada masa itu, yaitu

Wazir Fakhr Al-Mulk, Al-Ghazali kembali mengajar di madrasah Nizhamiyah di

Naisabur. Akan tetapi, pekerjaanya itu hanya berlangsung selama dua tahun. Ia

kembali lagi ke kota Tus untuk mendirikan sebuah madrasah bagi para Fuqaha

dan Mutashawwifin. Al-Ghazali memilih kota ini sebagai tempat menghabiskan

waktu dan energinya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, hingga meninggal

dunia pada 14 Jumadil Akhir H (Desember 1111 M).2

b. Karya-karya al-ghozali
Al-Ghozali adalah salah seorang ulama dan pemikir di dunia Islam yang sangat

produktif dalam menulis. Dalm masa hidupnya, bik ketika menjadi pembesar

negara di Mu’askar maupun ketika sebagai professor di Baghdad, baik waktu

skeptis di Naisabur maupun setelah berada dalam perjalanan mencari kebenaran

dari apa yang dimilikinya, dan sampai akhirhanyatnya, Al-Ghazali terus menulis

dan mengarang.
Badawi mengatakan bahwa jumlah karangan Al-Ghazali ada 47 buah, lima

diantanya adalah :
1. Ihya Ulum Ad-din (membahas ilmu-ilmu agama)
2. Tahafut Al-Falasifah (menerangkan pendapat parafilsuf ditinjau dari segi

agama)
3. Al-Iqtishad fi Al-Itiqad (inti ilmu ahli kalam
4. Al-Munqidz min Adh-Dhalal (menerangkan tujuan dan rahasia-rahasia

ilmu)
5. Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an).3

c. Pemikiran ekonomi Al-Ghozali

2
Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2006),
314-316.
3
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Op.Cit., 201.
Seperti halnya para cendikiawan muslim terdahulu, perhatian Al-Ghazali

terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang tertentu, tetapi

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan studi keislaman sangat

luas untuk mempertahankan ajaran Islam. Oleh karena itu, kita tidak menemukan

karya tulisnya yang khusus membahas ekonomi Islam. Corak pemikiran

ekonominya dituangkan dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din, Al-Musthafa, Mizan

Al-‘Amal dan At-Tibr Al-Masbuk fi Nasiht-Al-Muluk. Pemikiran sosioekonomi Al-

Ghozali berakar dari sebuah konsep yang dia sebut sebagai “fungsi kesejahteraan

sosial islami”. Tema yang menjadi pangkal tolak seluruh karyanya adalah konsep

maslahat atau kesejahteraan sosial atau utilitas (kebaikn bersama). Menurut Al-

Ghozali, kesejhteraaan (maslahah) dari suatu masyarakat bergantung pada

pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar, yakni agama (ad-dien), jiwa (nafs),

keturunan (nasl), harta (mal), dan akal (aql). Tujuan utama kehidupan umat

manusia adalah mencapai kebaikan di dunia dan akhirat.

Al-Ghozali mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya

dalam kerangka sebuah hierarki utilitas individu dan sosial yang tripartite, yakni

kebutuhan (dharuriat), kesenagan atau kenyaman (hajat), dan kemewahan. Kunci

pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada penyediaan tingkatan

pertama, yaitu kebutuhan terhadap makanan,pakaian, dan perumahan.dan

keselamatan merupakan tujuan akhir, Al-Ghozali tidak ingn apabila pencarian

keselamatan ini sampai mengabaikan kewajiban-kewajiban duniawi seseorang.

Dalam hal ini, ia menitikberatkan jala tengah dan kebenaran niat seseorang dalam
setiap tindakan. Apabila niatnya sesuai dengan aturan iIlahi, aktivitas ekonomi

dapat berubah.4

d. Pertukaran suka rela dan evolusi pasar


Al-Ghozali menyuguhkan pembahasan terperinci tentang peranan dan

signifikasi aktivitas perdagangan yang dilakukan dengan sukarela, serta proses

timbulnya pasar berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran untuk

menentukan harga dan laba. Al-Ghozali tampaknya membangun dasar-dasar dari

“semangat kapitalisme”. Bagi Al-Ghozali, pasar berevolusi merupakan bagian dari

“hukum alam” segala sesuatu, yakni sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul

dari diri sendiri untuk saling memuaskan kebutuhan ekonomi. Al-Ghazali

menyatakan “mutualitas” dalam pertukaran ekonomi yang mengharuskan

spesialisasi dan pembagian kerja menurut daerah dan sumber daya.5


e. Permintaan, Penawaran, Harga, dan Laba
Sepanjang tulisannya, Al-Ghazali bebicara mengenai “harga yang berlaku

seperti yang ditentukan oleh praktek-prektek pasar”. Sebuah konsep yang

kemudian hari dikenal sebagai al-tsaman al-adil(harga yang adil) dikalangan

ilmuwan muslim atau equlibrium price (harga keseimbangan) dari kalangan eropa

kontemporer.
Beberapa paragraf dari tulisannya juga jelas menunjukkan bentuk kurva

penawaran, dan permintaan. Untuk kurva penawaran yang “turun dari kiri ke

kanan bawah ke kanan atas” dinyatakan oleh dia sebagai “jika petani tidak

mendapatkan pembeli dan barangnya, ia akan menjualnya pada harga yang lebih

murah”. Sementara untuk kurva perintaan yang “ turun dari kiri atas ke kanan

4
ibid., 215.
5
Ibid., 220.
bawah” dijelaskan oleh dia sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi

permintaan.6
f. Etika Perilaku Pasar
Dalam pandangan Al-Ghazali, pasar harus berfungsi berdasarkan etika dan

moral pelakunya. Secara khusus memperingatkan larangan mengambil

keuntungan dengan cara meninbun makanan dan barang – barang lainnya,

memberikan informasi yang salah mengenai berat, jumlah, dan harga barangnya.7
g. Aktivitas Produksi
Al-Ghazali mengklasifikasikan aktivitas produksi menurut kepentingan

sosialnya serta menitikberatkan perlunya kerjasama dan koordinasi. Fokus

utamanya adalah tentang jenis aktivitas yang sesuai dengan dasar-dasar etos

islam.8
h. Produksi Barang – barang Kebutuhan Dasar sebagai Kewajiban Sosial
Dalam hal ini, pada prinsipnya negara harus bertanggung jawab dalam

menjamin kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan pokokyang

tersedia dengan yang dibutuhkan masyarakat cenderung akan merusak kehidupan

masyarakat.9
i. Hierarki Produksi
Klasifikasi aktivitas produksi yang diberikan Al-Ghazali hampir mirip dengan

klasifikasi yang terdapat dalam kontemporer, yakni primer, sekunder, dan testier.

Secara garis besar, ia membagi aktivitas produksi kedalam tiga kelompok berikut :
- Industri dasar
- Aktivitas penyokong
- Aktivitas komplementer

k. Barter dan Evolusi Uang

6
Ibid., 222.
7
Ibid., 223.
8
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonisia, 2007) 152.
9
Ibid., 159.
Tampaknya Al-Ghazali menyadari bahwa salah satu penemuan penting dalam

perekonomian adalah uang. Ia menjelaskan bagaimana uang mengatasi

permasalahan yang timbul dari pertukaran barter.

 Problema Barter dan Kebutuhan terhadap Uang

Al-Ghazali mempunyai wawasan yang kompherhensif mengenai problema barter

yang dalam istilah modern disebut sebagai :


- Kurang memiliki angka penyebut yang sama (lack of common denominator)
- Barang tidak dapat dibagi – bagi (indivisibility of goods) dan
- Keharusan adanya dua keinginan yang sama (double coincidence of wants)
Walaupun dapat dilakuakan, pertukaran barter menjadi sangat tidak efisien

karena adanya perbedaan karakteristik barang – barang (seperti unta dengan

kunyit).

Fungsi uang menurut Al-Ghazali adalah :

- Sebagai satuan hitung (unit of account)


- Media penukaran (medium of exchange)
- Sebagai penyimpan kekayaan (store of value)

Adapun fungsi uang yang ketiga ini menurutnya adalah bukan fungsi uang

yang sesungguhnya. Sebab, ia menganggap fungsi tersebut adalah sama saja

dengan penimbunan harta yang nantinya akan berakibat pada pertambahan jumlah

pengangguran dalam kegiatan ekonomi dan hal tersebut merupakan perbuatan

dzalim.

a. Uang yang tidak bermanfaat dan penimbun bertentangan dengan hukum

ilahi.
b. Uang yang Tidak Bermanfaat dan Penimbunan Bertentangan dengan

Hukum Ilahi
c. Pemalsuan dan Penurunan Nilai Uang
d. Larangan Riba10
10
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Op.Cit., 228-131.
l. Peranan Negara dan Keuangan Publik

Dalam hal ini, ia tidak ragu – ragu menghukum penguasa. Ia menganggap

negara sebagai lembaga yang penting, tidak hanya bagi berjalannya aktivitas

ekonomi dari suatu masyarakat dengan baik, tetapi juga untuk memenuhi

kewajiban sosial sebagaimana yang diatur oleh wahyu. Ia menyatakan “Negara

dan Agama adalah tiang – tiang yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah

masyarakat yang teratur. Agama adalah fondasinya, dan penguasa yang mewakili

negara adalah penyebar dan pelindungnya; bila salah satu dari tiang ini lemah,

masyarakat akan ambruk.11

a. Kemajuan ekonomi melalui keadilan,kedamaian, dan stabilitas.

Al-Ghazali menitikberatkan bahwa untuk meningkatkan kemakmuran

ekonomi, negara harus menegakkan keadilan, kedamaian, dan keamanan, serta

stabilitas. Ia menekankan perlunya keadilan serta “aturan yang adil dan

seimbang”.

Al-Ghazali berpendapat negara bertanggung jawab dalam menciptakan

kondisi yang layak untuk meningkatkan kemakmuran dan pembangunan ekonomi.

Disamping itu, ia juga menulis panjang lebar tentang lembaga al-hisbah, sebuah

badan pengawasan yang dipakai dibanyak negara islam pada waktu ini. Fungsi

utama badan ini adalah untuk mengawasi praktik – praktik pasar yang merugikan.

Gambaran al-ghazali mengenai peranan khusus yang dimainkan oleh negara

dan penguasa dituliskan dalam sebuah buku tersendiri yang berjudul Kitab

Nasihat Al-Muluk.
11
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. (Jakarta: gema insani press,
2004), 158.
b. Keuangan publik

Al-Ghazali memberikan penjelasan yang rinci mengenai peran dan fungsi

keuangan publik. Ia memperhatikan kedua sisi anggaran, baik sisi pendapatan

maupun sisi pengeluaran.

 Sumber – sumber pendapatan negara

Berkaitan dengan berbagai sumber pendapatan negara. Al-Ghazali memulai

dengan pembahasan mengenai pendapatan yang seharusnya dikumpulkan dari

seluruh penduduk, baik muslim maupun non muslim, berdasarkan hukum islam.

Al-Ghazali menyebutkan bahwa salah satu sumber pendapatan yang halal

adalah harta tanpa ahli waris pemiliknya, tidak dapat dilacak, ditambah

sumbangan sedekahan atau wakaf yang tidak ada pengelolanya.

Pajak–pajak yang dikumpulkan dari non muslim berupa ghanimah, fa’i,

jaziyah, dan upeti atau amwal al masalih. Ghanimah adalah pajak atas harta yang

disita setelah atau selama perang. Fa’i adalah kepemilikan yang diperoleh tanpa

melalui peperangan. Jaziyah dikumpulkan dari kaum non muslim sebagai imbalan

dari dua keuntungan : pembebasan wajib militer dan perlindungan hak – hak

sebagai penduduk. Disamping itu, al-ghazali juga memberikan pemikiran tentang

hal – hal lain yang berkaitan dengan permasalahan pajak seperti administrasi

pajak dan pembagian beban diantara pembayar pajak.

 Utang publik

Dengan melihat kondisi ekonomi, al-ghazali mengizinkan utang publik jika

memungkinkan untuk menjamin pembayaran kembali dari pendapatan dimasa


yang akan datang. Contoh utang seperti ini adalah revenue bonds yang digunakan

secara luas oleh pemerintah pusat dan lokal di amerika serikat.

 Pengeluaran publik

Penggambaran fungsional dari pengeluaran publik yang direkomendasikan al-

ghazali bersifat agak luas dan longgar, yakni penegakan keadilan dan stabilitas

negara, serta pengembangan suatu masyarakat yang makmur.

Mengenai pembangunan masyarakat secara umum al-ghazali menunjukkan

perlunya membangun infrastruktur sosio ekonomi. Al-Ghazali mengakui

“konsumsi bersama” dan aspek spill over dari barang – barang publik. Dilain

tempat ia menyatakan bahwa pengeluaran publik dapat diadakan untuk fungsi –

fungsi seperti pendidikan, hukum dan administrasi publik, pertahanan dan

pelayanan kesehatan.12

12
Ibid., 165.

Anda mungkin juga menyukai