Anda di halaman 1dari 4

I.

Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan simulasi model
kompartemen satu injeksi IV bolus. Alat yang digunakan meliputi satu Beaker
glass 600 ml yang memiliki 2 kran yang diasumsikan sebagai kompartemen
satu tubuh, 300 ml aquadest dalam beaker diasumsikan sebagai cairan dalam
tubuh, dan kran sebagai alat untuk eksresi atau eliminasi obat yang hasilnya
berupa urin. Kemudian, aquadest dimasukkan ke dalam beaker yang dianggap
sebagai cairan tubuh dimana obat terlarut di dalamnya. Di atas Beaker, diberi
buret yang berisi aquadest dan berfungsi untuk mengalirkan air dengan
kecepatan tertentu untuk menjaga volume cairan di dalam Beaker yang
diasumsikan sebagai cairan tubuh tetap konstan.
Laju aliran aquadest melalui kran harus diatur agar konstan sehingga
aquadest yang didapatkan sebanyak kira-kira 3 ml per menit untuk laju Cl
renal dan 6 ml per menit untuk laju Cl non renal sebelum ditambahkan
KMnO4 yang diasumsikan sebagai obat yang masuk ke dalam tubuh (DB).
Sejumlah volume ini diumpamakan sebagai sejumlah volume urin dan volume
cairan non urin yang dikeluarkan melalui alat eksresi pada tubuh manusia
sebagai tempat keluarnya obat. Untuk mengimbangi keluarnya cairan melalui
kran dan volume dalam Beaker juga tetap konstan maka aquadest harus
ditambahkan melalui buret yang dipasang tepat di atas Beaker dengan
kecepatan aliran yang diatur sama dengan jumlah aliran yang keluar.
Setelah aliran air dari kran dan buret telah konstan, maka ditambahkan
larutan KMnO4 sebanyak 2,0 ml dengan dosis 10,04 mg. KMnO4 tersebut
dianggap sebagai obat yang masuk ke dalam tubuh (DB) dan langsung terlarut
dalam darah karena disuntikkan secara intravena cepat. Untuk mencampur
KMnO4 digunakan magnetic stirrer yang berfungsi untuk menghomogenkan
KMnO4 yang ada dalam Beaker. Segera setelah obat dimasukkan atau pada
saat penambahan KMnO4 waktu diperhitungkan sebagai to.
Aquadest yang menetes keluar dari kran dan dianggap sebagai urin
ditampung dalam Beaker glass selama waktu yang ditentukan, kemudian pada
menit-menit berikutnya ditampung kembali pada Beaker yang berbeda, begitu
seterusnya. Larutan KMnO4 dalam Beaker akan terus menetes ke Beaker
penampung dan selalu diganti dengan aquadest yang berasal dari buret
sehingga menyebabkan konsentrasi KMnO4 dalam Beaker akan berkurang.
Hal tersebut diasumsikan sebagai model farmakokinetik satu kompartemen IV
cepat dalam tubuh. Pada saat obat disuntikkan (t = 0) obat akan segera larut
dan terdistribusi dalam tubuh kemudian terjadi proses eksresi yang
menyebabkan konsentrasi obat dalam darah akan berkurang. Dalam model
satu kompartemen ini yang terlihat seolah-olah hanya proses ekskresi saja
yang terjadi karena obat segera didistribusikan pada organ yang memiliki daya
perfusi tinggi seperti hati dan ginjal. Obat yang dieliminasi dalam urin ini
dianggap sebagai klirens renal dan yang dikeluarkan oleh kran kedua dianggap
sebagai klirens non renal. Jumlah klirens renal dan klirens non renal dianggap
sebagai klirens total.
Tiap fraksi larutan KMnO4 yang telah ditampung dalam interval tertentu
kemudian diukur masing-masing volumenya dan dilihat serapannya dengan
spektrofotometri pada λ maksimum 525 nm.
Untuk mengetahui kadar obat dalam urin terlebih dahulu di buat kurva
kalibrasi dengan cara mengukur sarapan KMnO4 pada konsentrasi yang
berbeda-beda, yaitu 10,4; 20,8; 31,2; 52,00; 50,10; dan 70,28 ppm. Setelah
dihitung didapat persamaan linier y = 0,00588 + 0,0125x.
Nilai y menunjukkan serapan dari zat dan x adalah konsentrasi obat. Pada
data urin yang harus diketahui adalah jumlah obat dalam tiap fraksi urin.
Untuk itu konsentrasi dikalikan dahulu dengan volume masing-masing fraksi
urin. Dari jumlah urin yang diperoleh tersebut dapat ditentukan laju eliminasi
zat, tetapan laju eksresi zat oleh ginjal dan waktu paruh dari obat.
Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa konsentrasi KMnO4
dalam setiap fraksi semakin lama akan semakin berkurang seiring berjalannya
waktu. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
konsentrasi obat dalam tubuh akan berkurang karena obat didistribusikan ke
jaringan dan dieksresikan melalui urin. Hal ini ditunjukkan pada kurva Cp vs t,
dihasilkan kurva berupa garis lurus yang menunjukkan penurunan konsentrasi
obat seiring bertambahnya waktu. Konsentrasi obat yang dieksresikan melalui
urin juga semakin berkurang setiap penambahan waktu karena obat
dimetabolisme oleh tubuh sehingga mengurangi kadarnya dalam darah dan
menyebabkan kadar obat yang dieksresi juga akan berkurang.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara hasil perhitungan
teoritis dengan hasil analisis pada sampel plasma. Terdapatnya perbedaan ini
dapat disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara pengeluaran cairan
yang diasumsikan sebagai hasil ekskresi dengan penambahan aquadest. Hal
tersebut menyebabkan volume urin yang cukup bervariasi. Selain itu,
walaupun kadarnya tetap mengalami penurunan, tetapi penurunannya tidak
teratur, hal tersebut terkait dengan kepekatan atau keenceran larutan sampel.
Dalam prakteknya pemeriksaan kadar obat yang sesungguhnya data urin
kurang populer karena hal – hal berikut:
1. Teknik analisis harus baik sehingga dapat memisahkan metabolit
dengan fraksi obat dalam bentuk utuh
2. Fraksi obat dalam keadaan utuh harus diperoleh secara signifikan
dalam urin

II. Kesimpulan
A. Sampel Plasma
Parameter Analisis Teoritis
k (/menit) 0,0196 0,0287
C0 (µg/mL) 37,4 33,467
t1/2 (menit) 35,357 24,14
Vd (mL) 268,44 300
AUC (µg menit/mL) 1908,16 1166,09
Clearance (mL/menit) 5,26 8,61
B. Sampel Urin
Parameter Analisis Teoritis
ke (/menit) 0,014 0,0287
keksDo (µg/mL) 116 116
t1/2 (menit) 49,50 0,4 jam
keks (/menit) 0,011 0,011
km(/menit) 0,003 0,0177
Persentase obat yang 21,42 61,67
diekskresi di urin (%)
Persentase obat yang 78,57 38,32
dimetabolisme (%)

Anda mungkin juga menyukai